You are on page 1of 38

ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLIKASI DALAM KEHAMILAN

SIH RINI HANDAJANI, M.MID

ASKEP PADA HIPEREMESIS GRAVIDARUM


NURSING ASSESSMENT Ketika wanita ke RS untuk mengontrolkan mutah-mutah, perawat harus mengkaji secara reguler jumlah, karakter emesis yang berlanjut, intake dan output, DJJ, VS ibu, BB awal, tanda-tanda jaundice atau perdarahan serta status emosi ibu.

Hiperemesis count
Nursing Diagnosis 1. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mutah-mutah sekunder yang terus menerus sampai hiperemesis 2. Takut sehubungan dengan efek dari hiperemesis terhadap kesejahteraan janin

1.

2. 3.

Nursing Plan Konseling tentang pengulangan yang bisa dia coba dirumah, termasuk taktik seperti istirahat dengan kaki dinaikan dan kepala ditinggikan atau mengisap minuman berkabonat ketika nausea. Minum the herbal seperti spearmint, peppermint, rasberry, chamomile atau jahe. Hindari bau-bauan dan terkena udara langsung ( Newman et al, 1993) Ketika nausea dan vomites berkembang pada titik dimana intake peroral tidak dapat ditolirir dan dibuktikan dengan adanya dehidrasi,maka intervensi medis diperlukan

Nursing care seharusnya suportive dan langsung dalam menjaga kerilexan, lingkungan yang tenang jauh dari bahu makanan atau bahu yang menyengat. Ketika makanan peroral sudah dimulai,penyajiannya harus menarik. Oral hygiene sangat pentung karena mulut kering dan mungkin iritasi dari vomitus. Penambahan dan pengurangan BB harus dimonitor secara teratur Karena emosi sangat berperan dalam kondisi ini, psychotherapy mungkin perlu direkomendasikan.

Evaluasi 1. Ibu dapat menjelaskan hiperemesis gravidarum, terapinya dan kemungkinan efek pada kehamilannya. 2. Keadaan ibu dapat diperbaiki dan kemungkinan komplikasi dapat dihindari.

ASKEP PADA HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


1. 2. 3. 4. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan oleh ACOG (Silver, 1989) : Pregnancy-induced hypertension (PIH) (preeklamsia, eklamsia) Hipertensi kronik Hipertensi kronik dengan mempengaruhi terjadinya preeklasia Hipertensi dahulu atau sementara

1. PIH Nursing assessment Hal sangat esensial yang perlu diassess adalah Tekanan darah dasar pada awal kehamilan. TD diambil dan dicatat tiap kali kunjungan ANC. Jika TD meningkat atau bahkan jika normal sedikit menurun dalam TD diharpkan antara 8 sd 28 mgg kehamilan tidak muncul, ibu harus diikuti secara dekat. Jika TD dan tanda lain yang mengidentifikasikan PIH menjadi lebih berat, ibu perlu masuk ke RS untuk monitoring secara dekat.

Pih count
Kemudian perawat mengassess sbb: 1. TD, setiap 1-4 jam, lebih sering jika ada indikasi 2. Suhu, setiap 4 jam dan jika meningkat setiap 2 jam 3. Nadi dan RR, sama dengan TD 4. DJJ, sama TD kalau ada indikasi dengan CTG 5. Output urinari, setiap pengosongan harus diukur. Kalu sering, ibu akan dipasang kateter. Dalam hal ini urin perjam dapat dikaji. Output seharusnya 700 ml atau lebih dalam 24 jam atau sekitar 30 ml/jam

Pih count..
6. Protein urine, Protein urin ditentukan tiap jam jika ada kateter atau tiap kali penosongan. Jika 3+ atau 4+ mengindikasikan kehilangan 5 g atau lebih protein dalam 24 jam 7. Spesifik gravity urin, ditentukan tiap jam atau tiap kali BAK. Jika lebih dari 1.040 berhubungan dengan oliguria dan proteinuria 8. Edema, muka (terutama pada kelopak mata dan area pipi), jari, tangan, kaki pergelangan kaki, sakral. 9. BB, ditimbang tiap hari pada waktu ya sama jika ibu tidak harus bed rest. 10. Edema pulmonari, ibu diobservasi ada tidaknya batuk, paru-paru diauskultasi untuk tanda pernapasan basah 11. Kedalaman Reflek tendon, untuk mendapatkan bukti hiperflexia. Kita juga mengecek klonus dengan mendorsofleksikan kaki.

Pih count..
12. Lepasnya plasenta, ibu tiap jam dicek adanya perdarahan dan kekerasan uterus. 13. Sakit kepala, ibu harus ditanya ada tidaknya sakit kepala dan lokasinya 14. Gangguan penglihatan, ibu ditanya adanya pandangan kabur atau berubah termasuk scotomata. 15. Nyeri epigastrik,

Pih count..
16. Test darah, hematokrit/perhari utk mngukur hemokonsentrasi, urea nitrogen, kreatinin dan asam urat untuk mengecek funsi ginjal ; studi perdarahan untuk mengetahui trombositopenia (DIC); liver enzym; level elektrolit. 17. Level kesadaran, observasi ketajaman perhatian, perubahan mood dan tanda impending kejang atau koma 18. Respon emosi dan level pemahaman 19. Perawat harus mengassess efek dari medikasi

1. 2. 3. 4. 5.

Nursing diagnosis Defisit volume cairan sehubungan dengan perubahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler karena vasospasm. Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang PIH, perawatannya dan dampak pada wanita dan janin. Resiko terjadinya perlukaan sehubungan kemungkinan dari kejang ke vasospasm cerebral atau edema Resiko perlukaan pada janin sehubungan dengan ketidak adequatan perfusi plasenta ke vasospasm atau kemungkinan abruptio plasenta Resiko perlukaan pada ibu sehubungan dengan perdarahan dan abnormalitas hepatic ke HELLP sindrom.

pih
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nursing plan Identifikasi dan diskusikan masalah yang dihadapi dengan pasangan Jelaskan alasan bed rest Beri informasi gejala yang signifikan dan harus dilaporkan Beri informasi kapan harus berkunjung Beri informasi yang jujur dan pengharapan Beri informasi sumber informasi. Jaga lingkungan tenang, stimulus yang rendah, kalau bisa ruang tersendiri untuk mrncegah kejang. Posisi recumbent lateral kiri

Plan pih count..


8. Beri penjelasan jika eklamsia terjadi baik kepada keluarga maupun ibu itu sedniri ketika sudah sadar 9. Ketika fase kejang tonic, ibu harus keposisi left lateral recumben untuk sirkulasi plasenta.Beri bantal sisi sebelah kanan kiri pengaman. 10. Setelah 15-20 detik dari fase klonik dimulai, intensive monitoring dan terapi dimulai. Oksigen diberikan, disuction, irama jantung janin dimonitor, VS ibu dimonitor setiap 5 menit sampai stabil kemudian tiap 15 menit.

Evaluasi 1. Ibu mampu menjelaskan PIH, dampaknya terhap kehamilannya, perawatannya, dan komplikasi yang mungkin terjadi. 2. Ibu tidak menderita kejang eklamsia 3. Ibu dan pemberi perawatan mendeteksi tanda peningkatan penderitaan dari PIH atau secara dini adanya kemungkinan komplikasi sehingga dapat ditetukan treatmen yang tepat 4. Ibu dapat melahirkan bayi sehat.

2. Hipertensi kronik Intervensi : Bed rest Diet, protein intake 1,5 g/kg BB/hari utk yang mengalami proteinuria yg signifikan. Intake garam moderate ( 2 g sodium atau kurang/hari) (Scott, 1994b) Kontrol medikasi. TD

3. Hipertensi kronik dengan mempengaruhi terjadinya preeklasia 25% preeklamsia berkembang dari ibu dengan kronik hipertensi. Biasanya cepat untuk berkembang menjadi eklamsia, kadang sebelum 30 mgg.

ASKEP PADA KEHAMILAN EKTOPIK


Assessment 1. Keadaan umum dan jumlah perdarahan pervaginam. 2. Monitor VS terutama TD dan nadi untuk mengetahui adanya shock 3. Assess status emosional dan kemampuan koping serta evaluasi informasi apa yang dibutuhkan oleh pasangan. 4. Jika pasien perlu dioperasi, perawat melakukan assessment lanjutan yang sesuai untuk pasien postoperative.

Ektopik
Nursing diagnosis 1. Antisipasi kesedihan sehubungan dengan kehilangan kehamilan 2. Sakit (nyeri) sehubungan dengan perdarahan abdomen sekunder karena rupture tubal 3. Kurangnya pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informai tentang perawatan kehamilan ektopik dan dampak jangka panjang.

Ektopik
Nursing plan Ketika diagnosis kehamilan ektopik dibuat dan operasi direncanakan, perawat mulai untuk mengifus sesuai dengan advis dan mulai penkes preoperative. Tanda adanya shock harus segera dilaporkan. Jika ibu mengalami nyeri abdomen yang sangat, perawat memberikan analgesik dan mengevaluasi keefektivannya. Penkes sangat penting dalam perawatan.

Ektopik
Evaluasi 1. Ibu mampu menjelaskan kehamilan ektopik, alternative perawatan dan dampak pada proses pengasuhan selanjutnya. 2. Ibu dan tenaga kesehatan mendeteksi adanya kemungkinanv komplikasi dari pengobatan dini dan memenage dengan sukses 3. Ibu dan suaminya dapat memulai secara verbal kehilangan mereka dan mengenali bahwa proses kesedihan akan berakhir beberapa bulan

ASKEP PADA IBU DENGAN PERDARAHAN KEHAMILAN


Pada kehamilan trimester pertama dan kedua, penyebab terbesar perdarahan adalah aborsi. Pada pertengahan tmstr pertama adalah kehamilan ektopik dan penyakit gestasional tromboplastik Tmstr ketiga penyebab perdarahan adalah plasenta previa dan abrupsio plasenta

Perdarahan count
1. 2. Prinsip umum nursing intervention Monitor TD dan nadi secara teratur Observasi behavior ibu yang mengidikasikan shock, seperti palor, kulit lembab/basah, perspirasi, dyspnea atau gelisah 3. Hitung jumlah pembalut untuk mengkaji jumlah perdarahan 4. Jika kehamilan lebih 12 mgg atau sesudahnya, gunakan dopler untuk menassess irsms jantung janin 5. Siapkan terapi intravena 6. Siapkan peralatan untuk pemeriksaan 7. Siapkan oksigen 8. Kumpulkan semua data termasuk riwayat antepartal 9. Lakukan cross-match darah jika ada perdarahan yang sangat 10. Kaji koping mekanisme wanita dalam krisis.

Aborsi Spontan Assessmen : 1. Assess jumlah dan tampilan dari perdarahan vaginal dan monitor VS dan tingkat ketidaknyamanan. 2. Jika kehamilan 10-12 mgg atau lebih, DJJ harus dimonitoring 3. Monitor respon dari ibu dan keluarga terhadap krisis ini dan evaluasi koping mekanismenya dan kemampuan saling membuat nyaman.

Spontan aborsi..
Nursing diagnosis 1. Ketakutan sehubungan dengan kemungkinan kehilangan kehamilan 2. Nyeri sehubungan dengan kram perut karena ancaman kehamilan (threatened abortion) 3. Antisipasi kesedihan sehubungan dengan kehilangan harapan dari anak yang belum dilahirkan

Spontan aborsi..
Nursing plan 1. Sediakan suport emosional sebagai tugas yang penting dari seorang perawat. 2. Tawarkan suport psikologi kepada ibu dan keluarganya. Kesedihan biasanya berakhir 624 bulan 3. Tawarkan suport dalam deal dengan pengalam fisik dengan menjelaskan kenapa ketidaknyamanan muncul dan menawarkan analgesik.

Evaluasi 1. Ibu dapat menjelaskan aborsi spontan, perawatan dan dampak jangka panjang terhadap kehamilan kedepannya 2. Ibu tidak mengalami komplikasi 3. Ibu dan suaminya dapat memulai secara verbal kesedihan meraka dan mengenali bahwa proses kesedihan biasanya akan berakhir beberapa bulan.

ASKEP PREMATUR DARI SERVIK (SERVIC INCOMPTENCE)


1. 2. 3. 4. Dilatasi prematur sering terjadi pada bulan keempat atau kelima dan dihubungkan dengan aborsi spontan berulang trimester kedua Pengkajian dasar data klien Integritas ego : perasaan gagal pada kejadian hidup, ekspresi/manifestasi dari ansietas/takut Nyeri/ketidaknyamanan ; tidak ada nyeri Keamanan : dapat terlihat pada pecah ketuban selama trimester kedua Seksualitas : riwayat berulang, relative tanpa sakit, berdarah, kehilangan janinh trimester kedua 9aborsi habitua); pemendekan, penonjolan dan dilatasi prematur dari servik selama kehamilan; trauma servikal dihubungkan dengan kelahiran sebelumnya denga dilatasi dan kuretase, kateterisasi atau laserasi servikal

Servik count
5. Interaksi sosial : memikirkan respon orang lain 6. Penyuluhan/pembelajaran : melaporkan kejadian sebelumnya dari aborsi spontan 7. Pemeriksaan diagnostik : diagnostik biasanya dibuat berdasrkan riwayat aborsi trimester kedua berulang; serial USG; test ferm/nitrasin

8. Prioritas keperawatan a. Mengevaluasi kondisi klien/janin b. Membantu dalam upaya untuk mempertahankan kehamilan bila mungkin c. Memberikan dukungan emosional d. Memberikan instruksi/informasi yang tepat

Servik count
9. Tujuan pulang : a. Kondisi klien/janin stabil setelah prosedur b. Tidak ada kontraksi c. Kebutuhan terapeutik dan masalah dipahami

Servik count
10.Diagnosis keperawatan : a. Ansietas sehubungan dengan krisis situasi/ ancaman kematian/kehilangan janin b. Cedera (resiko tinggi terhadap ibu)sehubungan dengan intervensi pembedahan c. Cedera (resiko tinggi terhadap janin)sehubungan dengan kelahiran prematur/prosedur pembedahan d. Antisipasi Berduka sehubungan dengan merasakan potensial kehilangan janin. e. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kemampuan mengingat/kesalahan interpretasi atas informasi.

ASKEP PADA IBU DENGAN KETUBAN PECAH DINI (PROM)


1. 2. 3. 4. 5. Asssessmen Tentukan durasi pecahnya ketuban Tentukan umur kehamilan Observasi tanda dan gejala infeksi pada ibu. Jika ibu panas, status dehidrasi harus di cek DJJ harus dilihat untuk mengetahui adanya tachycardia, hilang dan variabiliti dan penurunannya. 6. Jika preterm/SC diantisipasi, perawat harus mengevaluasi persiapan persalinan dan kemampuan koping dari ibu dan suami.

Prom count
Nursing diagnosis 1. Resiko infeksi sehubungan dengan ketuban pecah dini 2. Gangguan pertukaran gas pada janin sehubungan dengan tekanan pada tali pusat akibat prolap tali pusat 3. Resiko ketidakefektifan koping sehubungan dengan ketidaktahuan hasil dari kehamilan

prom
Nursing plan 1. Evaluasi aktivitas uterus dan respon janin. 2. Motivasi ibu untuk istirahat kearah sisi kanan atau kiri untuk meningkatkan perfusi uteroplasental 3. Ukur kenyamanan, serta hidrasi terutama ketika suhu tubuh meningkat. 4. Penkes

Prom
Evaluasi: 1. Resiko infeksi pada ibu dan prolap tali pusat terkurangi 2. Pasangan mampu mendiskusikan dampak dari PROM dan pilihan terapi 3. Kehamilan dapat terjaga tanpa trauma kepada ibu dan janin

Tolong baca ASKEP pada ibu dengan mola hidatidosa dan gemeli. Reference : Old., London,. Ladewig, 1996, maternal newborn nursing, ddison wesley; California Doenges., Moorhouse, 2001, Rencana perwatan maternal/bayi, ECG; jakarta

You might also like