You are on page 1of 32

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental yang sangat mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka sendiri. Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi. Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, dan depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang. Penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis (seperti misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis) danfaktor psikososial (misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga). Penyebab depresi dari faktor biologis salah satunya adalah depresi pascamelahirkan. Iskandar (2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena kurangnya dukungan terhadap penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai ibu setelah melahirkan. Depresi Postpartum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu. Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu depresi ini. Diperkirakan sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan depresi postpartum, walau demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.
Page 1 of 32

PSIK UNSRI PALEMBANG

Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung depresi postpartum. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi postpartum bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85% (Iskandar, 2007), sedangkan di Indonesia angka kejadian

depresipostpartum antara 50-70% dari wanita pasca persalinan (Hidayat, 2007).

1.2

RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu depresi post partum? 2. Apa saja penyebab depresi post partum? 3. Apa saja tanda dan gejala depresi post partum? 4. Bagaiman patofisiologi deprei post partum? 5. Bagaimana pencegahan depresi post partum? 6. Bagaimana penanganan depresi post partum? 7. Bagaimana prognosis depresi post partum? 8. Bagaiamana Asuhan keperwatan pada depresi post partum ?

1.3

TUJUAN 1.3.1 Tujuan Umum Mampu mengetahui secara menyeluruh bagaimana cara penanganan pada gangguan psikologi post partum.

1.3.2

Tujuan Khusus Agar Mahasiswa mengetahui: 1. Mengetahui apa itu depresi post partum. 2. Mengetahui penyebab depresi post partum. 3. Mengetahui apa saja tanda dan gejala depresi post partum 4. Mengetahui patofisiologi depresi post partum. 5. Mengetahui pencegahan depresi post partum. 6. Mengetahui bagaimana penanganan depresi post partum.
Page 2 of 32

PSIK UNSRI PALEMBANG

7. Mengetahui prognosis depresi post 8. Mengetahui Asuhan keperawatan pada depresi post partum.

Page 3 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

BAB II LANDASAN TEORI

2.1

DEFINISI DEPRESI POST PARTUM Depresi postpartum adalah keadaan emosi yang ditandai oleh episode menagis ringan sesaat dan perasaan sedih karena selama sepuluh hari pertama melahirkan. (Taber,1994). Postpartum depression, yaitu depresi pascamelahirkan yang berlangsung sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Kadang ibu tidak dialaminya merupakan penyakit (Trihendradi,2010). Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasanya mulai 1-2 dan 4 minggu setelah melahirkan, biasanya pada anak kedua dan ketiga. Wnita mengalami depresi postpartum beresiko untuk mendapatkan episode berulang pada persalinan selanjutnya (Tomb, 2003). Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu: 1 Baby blues Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. menyadari yang sednag

Depresi post partum Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan

Page 4 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

Psychosis post partum Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara keseluruhan.

2.2

ETIOLOGI Penyebab dipresi postpartum sulit dan belum dijawab secara jelas, tetapi terdapat sejumlah factor yeang perlu mendapat perhatian dinataranya adalah sebagai berikut : 1. Faktor Fisiologis Perubahan-perubahan endrorkin berperan dalam depresi postpartum, dimana terjadi perubahan-perubahan horomon secra besar-besaran yang terjadi sesudah kelahiran dan selama periode latensi, yaitu 2 hari yang biasanya terjadi sebelum timbulnya depresi (Semiun, 2006). 2. Faktor Psikologis a. Konflik-konflik yang tidak terpecahkan. b. Keprihatinan terhadap kegagalan dan control pribadi c. Terjadi pada saat peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stress. d. Dukungan sosial yang kurang (Semiun, 2006). Menurut Kruckman menyatakan terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor : 1. Biologis Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat. 2. Karakteristik ibu, yang meliputi : a. Faktor umur

Page 5 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 2030 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu. b. Faktor pengalaman Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama. c. Faktor pendidikan Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anakanak mereka. d. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin. e. Faktor dukungan social Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang (http://www.artikelkedokteran.com).

Page 6 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

2.3

TANDA DAN GEJALA a. Gambaran Emosi : 1. Sedih atau murung. 2. Iritabilitas, ansietas. 3. Kehilangan minat. 4. Kehilangan semangat. 5. Ikatan emosi kurang. 6. Menarik diri dari hubungan interpersonal (Tomb, 2003). b. Gambaran Kognitif 1. Mengkritik diri sendiri, perasaan tidak berharga, rasa bersalah. 2. Pesimis, tidak ada harapan, putus asa. 3. Perhatian mudah teralih, konsetrasi buruk. 4. Tidak pasti dan ragu-ragu. 5. Berbagai obsesi. 6. Keluhan somatic (terutama pada orang tua). 7. Gangguan memori. 8. Waham dan halusinasi (Tomb, 2003). c. Gambaran Vegetatif 1. Lesu, tidak ada tenaga. 2. Insomnia atau hipersomnia. 3. Anoreksia. 4. Penurunan berat badan atau penambahan berat badan. 5. Libido terganggu (Tomb, 2003).

Tanda-tanda depresi : 1. Berhenti dan lambat bergerak 2. Wajah sedih dan selalu berlinang air mata 3. Kulit dan mulut kering 4. Konstipasi (Tomb, 2003). 5. Mimpi buruk 6. Insomnia
Page 7 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

7. Fobia 8. Kecemasan 9. Meningkatya sensitivitas 10. Perubahan mood (http://www.artikelkedokteran.com).

2.4

PATOFISIOLOGI Teori patofisiologi depresi antara lain: 1. The Biogenic Amine Hypothesis Teori Amina Biogenik menyatakan bahwa depresi disebabkan karena kekurangan (defisiensi) senyawa monoamin, terutama : noradrenalin dan serotonin. Karena itu, menurut teori ini depresi dapat dikurangi oleh obat yang dapat meningkatkan ketersediaan serotonin dan noradrenalin, misalnya MAO inhibitor atau antidepresan trisiklik. Namun teori ini tidak dapat menjelaskan fakta mengapa onset obat-obat antidepresan umumnya lama (6-8 minggu), padahal obat-obat tadi bisa meningkatkan ketersediaan neutrotransmiter secara cepat. Munculah hipotesis sensitivitas reseptormina. depresi disebabkan (zulliesikawati.staff.ugm.ac.id).

2. The Receptor Sensitivity Hypothesis Teori : depresi merupakan hasil perubahan patologis pada reseptor, yang diakibatkan oleh terlalu kecilnya stimulasi oleh monoamine. Saraf post-sinaptik akan ber-respon sebagai kompensasi terhadap besar-kecilnya stimulasi oleh

neurotransmitter. Jika stimulasi terlalu kecil, saraf akan menjadi lebih sensitive (supersensitivity) atau jumlah reseptor meningkat (up-regulasi). Jika stimulasi berlebihan, saraf akan mengalami desensitisasi atau down-regulasi. Obat-obat antidepresan umumnya bekerja meningkatkan neurotransmitter kemudia

meningkatkan stimulasi saraf dan menormalkan kembali saraf yang supersensitive. Proses ini membutuhkan waktu untuk menjelaskan mengapa aksi obat antidepresan tidak terjadi secara segera (zulliesikawati.staff.ugm.ac.id).

Page 8 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

3. The Permissive Hypothesis Menurut teori ini: kontrol emosi diperoleh dari keseimbangan antara serotonin dan noradrenalin. Serotonin memiliki fungsi regulasi terhadap noradrenalin menentukan kondisi emosi dan kemudian depresi atau manic. Teori ini mempostulatkan : kadar serotonin yang rendah dapat menyebabkan(permit) kadar noradrenalin menjadi tidak normal yang dapat menyebabkan gangguan mood. Jika kadar serotonin rendah, noradrenalin rendah dan terjadilah depresi. Jika kadar

serotonin rendah, noradrenalin tinggi maka akan terjadi manic. Menurut hipotesis ini, meningkatkan kadar 5-HT kemudian akan memperbaiki kondisi sehingga tidak muncul bakat gangguan mood (zulliesikawati.staff.ugm.ac.id).

4. The dysregulation hypothesis Gangguan depresi dan psikiatrik disebabkan oleh ketidateraturan

neurotransmiter, antara lain : Gangguan regulasi mekanisme homeostasis Gangguan pada ritmik sirkadian Gangguan pada sistem regulasi sehingga terjadi penundaan level neurotransmiter untuk kembali ke baseline (zulliesikawati.staff.ugm.ac.id).

Page 9 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

Post Partum

Perubahan biologi

Karakteristik ibu

Dampak Kelurga

Perubahan hormonal terlalu cepat

Stress kelahiran

Penerimaan kurang

Kesedihan medalam Penurunan Respon stimulus


MK : Defisit Perawatan diri MK : Resiko bunuh diri MK : Ansietas

Depresi mental

MK : Koping keluarga inefektif

MK : Koping individu inefektif

Perubahan energi

Gangguan nafsu makan


MK : Gangguan pola tidur

MK : Kelelahan

MK : Resiko perubahan nutrisi

2.5 PENCEGAHAN DEPRESI POSTPARTUM Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk: 1. Beristirahat dengan baik 2. Berolahraga yang ringan 3. Berbagi cerita dengan orang lain 4. Bersikap fleksible 5. Bergabung dengan orang-oarang baru 6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

Page 10 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi :


a.

Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu waktu istirahat anda

b.

Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam jumlah yang berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi

c.

Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa lebih rileks disarankan musik-musik yang menenangkan

d.

Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk tubuh

e. f.

Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di rumah Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh bagi keadaan psikis ibu (http://www.artikelkedokteran.com).

2.6 PENANGANAN DEPRESI POST PARTUM Ada beberapa terapi depresi pasca melahirkan antara lain sebagai berikut : 5. Terapi Obat Obat diberikan untuk depresi sedang sampai berat obat yang umum digunakan antara lain golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), SNRI, dan tricyclic antidepressants serta benzodiasepin sebagai tambahan. Obat anti depressant tidak dapat digunakan hanya 1-2 minggu, karena efeknya baru terasa setelah 2 minggu. Umumnya diberikan selama 6 bulan. 6. Psikoterapi Psikoterapi antara lain talking therapy, terapi interpersonal dan kognitif/ perilaku dan terapi psikodinamik. Talking therapy membantu pasien mengenali masalah dan menyelesaikannya melalui give anta take verbal dengan terapis. Pada terapi kognitif/perilaku, pasien belajar mengidentifikasi dan mengubah persepsi

menyimpang tentang dirinya serta menyesuaikan perilaku untuk mengatasi lingkungan sekitar dengan lebih baik.

Page 11 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

7. Konseling Ibu akan diajak melihat bahwa merawat anak bukanlah kesulitan yang luar biasa. Pelan-pelan diajak melihat fokus masalah, apa yang dihadapi dalam merawat anak dan adakah masalah yang sekiranya bias diselesaikan. 8. Modifikasi Lingkungan Lingkungan keluarga penting dalam penyembuhan. Suami harus pengertian. Serta keluarga harus mendukung ibu serta membantu dalam merawat anak

.(http://www.artikelkedokteran.com). Penatalaksanaan dapat dilaukan dengan cara antara lain : a. Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk mengidentifikasi resiko potensial terjadi depresi postpartum b. Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang beresiko c. Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode antepartum jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum d. Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk demografi, informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah e. Kaji proses hubungan ibu dan anak f. Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan adalah normal g. Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus berkonsultasi h. Atur konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda depresi berlanjut. i. Bidan/perawat dapat membantu dengan cara : a. b. c. Sensitif pada reaksi ibu Terlibat dengan terjadinya pada bulan-bulan awal setelah kelahiran Menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi sehingga ibu dapat

mengekspresikan persoalan, keraguan dan kecemasan j. Jika dilakukan sejak dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan konseling jika depresinya berat atau berkepanjangan perlu dirawat di rumah sakit
(http://www.artikelkedokteran.com).

Page 12 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

3.3 PROGNOSIS DEPRESI Identifikasi dan intervensi secara dini prognosenya pada wanita yang mengalami depresi postpartum adalah baik. Beberapa kasus yang pernah dilaporkan tertangani dengan baik jika efek depresi post partum ini diketahui sejak awal. Pencegahan yang paling utama adalah informasi tentang faktor resiko terjadinya depresi postpartum di masyarakat sebagai nilai penting untuk mencegah terjadinya depresi ini. Skrining awal terjadinya depresi postpartum ini dapat diketahui saat ibu membawa bayinya pada tempat pelayanan kesehatan untuk dilakukan imunisasi sehingga pencegahan terjadinya depresi postpartum dan depresi secara umum dapat dihindari (http://www.artikelkedokteran.com).

Page 13 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1

PENGKAJIAN Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawatperinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru.

Pengkajiannya meliputi ; a. Identitas klien. Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain-lain

b. Keluhan Utama Mudah marah, cemas, melukai diri

c. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan, sedih murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri. 2. Riwayat Kesehatan Dahulu Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien 3. Riwayat kesehatan keluarga Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien

Page 14 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

d. Riwayat Persalinan Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.

e. Citra Diri Ibu Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.

f. Interaksi Orang Tua-Bayi Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya
Page 15 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.

g. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.

h. Struktur dan Fungsi Keluarga Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.

Page 16 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

i. Perubahan Mood. Kurang nafsu makan, sedih murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar benar memusuhi bayinya.

j. Kebiasaan sehari-hari 1. Kebersihan perorangan Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga (kebersihan kurang) 2. Tidur Biasanya klien mengalami gangguan tidur, gelisah 3. Data sosek Biasanya gangguan psikologis ini banyak ditemukan pada ekonomi rendah 4. Data psikologis Biasanya klien murung, gelisah, rasa tidak percaya kepada orang lain, cemas, menari diri.

k. Pemeriksaan Fisik 1. Aktivitas/ istirahat Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu 2. Sirkulasi Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat 3. Eliminasi Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare 4. Makanan/ cairan Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus , membrane mukosa kering.

Page 17 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

5. Neurosensori Biasanya klien mengeluh sakit kepala 6. Pernafasan Biasanya pernafasan cepat dan dangkal 7. Nyeri dan ketidaknyamanan Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen dan kepala 8. Integritas Ego Biasanya klien ansietas, gelisah 9. Seksualitas Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido 10. TTV Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD meningkat

3.2

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan klienmerasa gelisah tanpa sebab, cemas. 2. Gangguan pola tidur b.d respon hormonal dan psikologis (ansietas) ditandai dengan klien mengeluh sulit tidur 3. Kelelahan berhubungan dengan kekurangan energi yang tidak terpenuhi berulang atau berlebihan 4. Defisit Perawatan berhubungan dengan gangguan persepsi atau kognitif 5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung, yang tidak adekuat 6. Koping keluarga yang tidak efektif, ketidak nyamanan berhubungan dengan depresi mental dan efek pada keluarga.

Page 18 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

7. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengann keterbatasan kognitif, depresi. 8. Resiko Bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Page 19 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasionalisasi

1.

Ansietas b.d krisis situasional ditandai dengan klien merasa gelisah tanpa sebab, cemas.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam klien dapat mengetahui dan berdiskusi tentang rasa takutnya

Mandiri : Pahami rasa takut klien. Lakukan observasi validasi Perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka sehingga dapatt mendiskusikan pa yang pasien rasakan Nyatakan realita dari sityuasi seperti apa yang dilihat pasien,tanpa mempertanyaakan apa yang dipercaya Pasien mungkin perlu menolak realitas sampai siap untuk mengahadapinya. Sanngat tidak berguna untuk memaksa klienn menghadapi kenyataannya Evaluasi mekanisme koping selama digunakan untuk menghadapi perasaan atau anvcaman yang sesungguhnya Ulangi mekanisme koping yang digunakan pada masa lalu dalam memecahkan masalah Mungkin dapat menghadapi situasi pada masa itu sehingga kloien mampu menggunakannya untuk nmasalah yang dihadapinya Memberi kesempatan membngun sumber-sumber yang dapat digunakan secara baik oleh pasien/orang terdekat
Page 20 of 32

Kriteria Hasil : Klien menunjukan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas Menunjukan caracara sehat dalam mengatasi

PSIK UNSRI PALEMBANG

ansietrasny Menunjukan pemecahan masalah

Pertahankan kontak sering dengan orang terdekat. Selalu bersedia mendengarkan dan berbicara jika dibutuhkan

Dapat memantapkan hunbungan, meningkatkan ekspresi perasaan dan membantu pasien/orang terdekat untuk melihat realitas

Kolaborasi : Tanyakan orang terdekat untuk mengidentifikasi apa yang tejadi Gunakan sentuhan terapeutik Membantu dalam mengidentifikasi wilayah diman terdapat control dan juga tidak dapat control Membantu memenuhi kebutuhan dasr manusia. Penurunan raa terisolasi dan membantu pasien merasakan perasaan khawatir. 2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis (ansietas) ditandai dengan klien Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan dengan Berikan informasi tentang kebutuhan Kaji factor-faktor bila ada yuang mempengaruhi tidurnya Mandiri : Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat Persalinan atau kelahiran yang lama dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam meningkatkan tingakt kelelahan. Membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan rangsangan. Rencana yang kreatif yang
Page 21 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

mengeluh sulit tidur

kebutuhan terhadap anggota keluarga baru, melaporkan peningkatan rasa sejaterah dan istirahat.

untuk tidur/istirahat setelah kembali ke rumah

membolehkan unruk tidur dengan bayi lebih awal serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Kaji lingkungan rumah, dan bantuan di rumah.

Multipara dengan anak dirumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit untuk mengatasi

Kriteria hasil : Klien melaporkan perbaikan da;laam pola tidur Melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan segar 3. Kelelahan berhubungan dengan kekurangan energi yang tidak terpenuhi berulang atau berlebihan Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam klien mampu beraktivitas ecara mandiri sesuai dengan tingkat Mandiri : Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktivitas periodic bila pasien mempunyai energy paling banyak. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam jadwal perencanaan.

kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya

Periode istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki/menghemat energy. Perencanaan akan memungkinkan pasien menjadi aktif selama waktu dimna tingkat energy lebih tinggi, yang dapat memperbaiki perasaan sejahtera dan rasa kontrol.
Page 22 of 32

PSIK UNSRI PALEMBANG

kemampuan.

Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien. Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin.

Memberikan rasa control dan perasaan mampu menyelesaikan. Meningkatkan kekuatan dan memampukan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti. Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, dan reaksi terhadap aturan teraupetik. Masukan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energy untuk aktivitas.

Kriteria Hasil : Melaporkan perbaikan rasa berenergi Melakukan aktivitas seharihari dan berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tigkat kemampuan.

Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan pada TD atau frekuensi jantung dan pernapasan.

Dorong masukan nutrisi

Kolaborasi : Rujuk pada terapi fisik/okupasi Latihan yang terpogram setiap hari dan aktivitas membatu pasien mempertahankan kekuatan dan tonus otot, meningkatkan rasa sejahtera. Penggunaan alat adaptasi dapat membantu menghemat energy. Berikan Oksigen suplemen sesuai Adanya anemia/hipoksemia
Page 23 of 32

PSIK UNSRI PALEMBANG

indikasi.

menurunkan ketersediaan oksigen untuk ambilan selular dan memperberat keletihan.

4.

Defisit Perawatan berhubungan dengan gangguan persepsi atau kognitif

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam klien dapat dapat memenuhi kebutuan fisik sendiri.

Mandiri : Berikan perawatan sesuai kebutuhan atau yang diperbolehkan. Pasein mungkin mengalami agitasi dan perawatan mungkin perlu ditunda sampai kemampuan mengontrol diri ditingkatkan. Libatkan pasien dalam perbuatan rencana perawatan, bila memungkinkan. Mneingkatkan partisipasi pasien dalam tingkat kemampuan yang dimilikinya dan meningkatkan kemampuan mengontrol diri. Jangan menekan pasien untuk menampilkan tindakan yang melebihi kemampuan. Kegagalan dalam melakukan suatu tindakan tertentu akan menimbulkan perasaan kecewa, depresi dan agitasi.

Kriteria Hasil : Menampilkan aktivitas merawat diri dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Menyatakan tanggung jawab untuk mengubah gaya hidup untuk memenuhi Kolaborasi : Lakukan pemecahan masalah bersama-sama dngan pasien, gunakan masukan dari anggota tim yang alin

Berkikan dan tingkatkan privasi dalam Penting untuk meningkatkan harga kebutuhan keamanan yang terbatas. diri.

Pendekatan multidisiplin dengan keikutsertaan orang lain yang melakukan perawatan pada pasien,
Page 24 of 32

PSIK UNSRI PALEMBANG

kebutuhan perawtan diri.

sesuai indikasi.

bersama dengan pasien, meningkatkan kemungkinan untuk mencapai keberhasilan./ efektivitas rencana.

5.

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung, yang tidak adekuat

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam Koping individu kembali efektif

Mandiri : Terapkan hubungan terapeutik perawat Pasien mungkin merasa lebih bebas dalam konteks hubungan ini Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik ralaksasi, keinginan untuk Jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan pada masa lampau, mungkin dapat digunakan sekarang untuk mengatasi ketegangan dan kontrol individu Dorong klien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa yang telah dilakukan untuk mengatasi perasaan ansietas Sediakan lingkungan yang tenang dan tidak memanipulasi serta menentukan apa yang dibutuhkan klien Diskusikan perasaan menyalahkan diri sendiri/ orang lain Menurunkan ansietas dan menyediakan kontrol bagi klien selama situasi krisis. Ketika mekanisme ini dilindungi pada waktu kritis terdapat perasaan
Page 25 of 32

Kriteria Hasil: Klien menunjukkan kemampuan menyelesaikan masalah Klien menunjukkan kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya serta menunjukkan kemampuan

mengekspresikan perasaan

Menyatakan petunjuk untuk membantu klien dalam mengembangkan kemampuan koping

PSIK UNSRI PALEMBANG

memenuhi kebutuhan fisiolgis dan psikologis Identifikasi tingkah laku 1klien penanggulangan yang baru bahwa klien menunjukkan dan memperkuat adaptasi positif

kounter-produktif dan interfiksasi dari perasaan tidak tertolong dan tanpa harapan Selama krisis, klien mengembangkan cara baru dalam menghadapi masalah yang dapat membantu revolusi situasi sekarang dan krisis masa depan

6.

Koping keluarga yang tidak efektif, ketidak nyamanan berhubugan dengan depresi mental dan efek pada keluarga

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam koping keluarga kembali efektif

Mandiri : Kaji tingkat ansietas yang muncul pada keluarga atau orang terdekat Kaji masalah sebelum sakit/ tingkah laku saat ini yang mengganggu perawatan/ proses penyembuhan klien. Tingkat ansietas harus dihadapi sebelum pemecahan masalah dapat dimulai. Informasikan mengenai masalah keluarga akan membantu dalam mengembangkan rencana keperawatan yang sesuai Kaji tindakan orang terdekat sekarang ini dan bagaimana mereka diterima oleh klien Ikut sertakan orang terdekat dalam pemberian informasi, pemecahan Orang terdekat mungkin berusaha untuk membantu namun tidak dipersepsikan sebagai sebagai bantuan oleh klien informasi dapat mengurangi perasaan tanpa harapan
Page 26 of 32

Kriteria Hasil: Klien menunjukkan kemampuan untuk menunjukkan identifikasi sumbersumber dalam diri

PSIK UNSRI PALEMBANG

sendiri untuk berhadapan dengan situasi Klien menunjukkan kemampuan untuk menghadapi situasi dengan caranya sendiri

masalah dan perawatan klien sesuai kemungkinan. Dorong pencarian bantuan situasi kebutuhan memberikan informasi mengenai orang dan institusi yang tersedia bagi mereka.

dan tidak berguna, keikut sertaan dalam perawatan akan meningkatkan perasaan kontrol dan harga diri. Izin untuk mencari bantuan sesuai kebutuhan akan membuat mereka memilih untuk mengambil keuntungan dari apa yang tersedia.

7.

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengann keterbatasan kognitif, depresi.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam Nutrisi klien terbenuhi sesuai kebutahan klien.

Mandiri : Kaji penyebab kehlangan berat badan yang disebabkan disfungsi pola makan yang dihubungkan dengan depresi. Timbang berat badan saat secara teratur. Masukan makanan kesukaan dan pertahankan sedekat mungkin dengan Memantau status nutrisi dan efektivitas intervensi. Membantu dalam memepertahankan pemasukan , terutama pada saat terjadi masalah mulut dan dental. Makan adalah bagian dari peristiwa
Page 27 of 32

Membantu menciptakan rencana perawatan atau pilihan intervensi.

Kriteria Hasil : Mempertahankan

konsistensi makanan normal. Tingkatkan lingkungan yang

PSIK UNSRI PALEMBANG

berat badan normal atau menunjukkan kemampuan kearah berat badan normal dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari tanda malnutrisi. Menunjukkan pola makan atau perilaku untuk memertahankan berat badan yang tepat.

menyenanagkan untuk makan, dengan teman jika memungkinkan. Berikan makanan selingan yang tersedia selama 24 jam.

sosial dan napsu makan dapat meningkat dengan sosialisasi. Membatu untuk memenuh kebutuhan dan meningkatkan pemasukan. Menambahkan dalam menetapkan program nutrisi spesifik unuk memenuhi kebutuhan individual pasien.

Kolaborasi : Konsulkan dengan ahli diet

8.

Resiko Bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam klien tidak menunjukkan perilaku bunuh diri.

Mandiri : Observasi perilaku klien lebih sering melalui aktivitas dan interaksi rutin, hindari kesan pengamatan dan kecurigaan pada klien Tetapkan kontak verbal dengan klien bahwa ia akan meminta bantuan jika Observasi ketat dibutuhkan supaya intrvensi dapat terjadi jika dibutuhkan untuk memastikan keamanan klien. Mendiskusikan perasaan ingin bunuh diri dengan orang yang
Page 28 of 32

PSIK UNSRI PALEMBANG

keinginan bunuh diri dirasakan Kriteria Hasil : Menunjukkan keinginan untuk bunuh diri Mengungkapkan pikiran melukai diri Mengakui bahwa telah berperilaku melukai diri jika hal itu terjadi Mampu mengidentifikasi pemicu masalah pribadi Kooperatif dengan intervensi untuk menghilangkan pikiran bunuh diri dan kontrol Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien Dorong klien untuk bicara tentang perasaan yang dimiliknya sebelum perilaku bunuh diri terjadi. Bertindak sebagai model dalam mengekspresikan kemarahan yang tepat. Rancang anggota tim perawat untuk memonitor secara kontinyu. Instruksikan pengunjung untuk membantasi barang bawaan ( yakinkan untuk tidak memberikan makanan dalam tas plastic) Batasi orang dalam ruangan klien dan perlu adanya penurunan stimuli.

dipercaya memberikan derajat keringanan untuk klien, sikap penerimaan klien sebagai individu dapat dirasakan. Agar memecahakn masalah dan memahami factor pencetus Perilaku bunuh diri dipandang sebagai marah yang diarahakan pada diri sendiri. Untuk memantau kondisi klien setiap waktu. Mencegah penggunaan benda-benda tertentu untuk melanjutkan ide bunuh dirinya Stimulus untuk bunuh diri bisa timbul ketika klien melihat keramaian. Dukungan social dapat meringankan stimulus.

Page 29 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

membutuhkan dukungan social yang adekuat. Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang bisa diakses Untuk mempermudah menghubungi keluarga yang bisa membantu meringankan stimulus.

Page 30 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

BAB IV PENDAHULUAN

4.1

KESIMPULAN Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus - menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun. Faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan karakteristik ibu, dengan gejalagejalanya antara lain adalah trauma terhadap intervensi medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya. Untuk mengatasi depresi tersebut dibutuhkan pendekatan dalam pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang (ibu yang mengalami depresi). Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang.

Page 31 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

DAFTAR PUSTAKA

Doenges at al .2000 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien,Ed.3. Jakarta : EGC Trihendradi.2010. Wonderpa Indahnya Pendampingan, Buku Wajib bagi Calon Ayah. Yogyakarta : ANDI, Best Book. Taber, Ben Zion. 1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi (Manual of Gynecologic and Obstertic Emergencies). Jakarta EGC. Tomb, David A. 2003. Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC. Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakrta : Kanisius. http://www.artikelkedokteran.com/776/depresi-postpartum.html ulliesika ati staff ugm ac id p-content uploads depression pdf

Page 32 of 32
PSIK UNSRI PALEMBANG

You might also like