You are on page 1of 11

LAPORAN OBSERVASI DI TEMPAT PELELANGAN IKAN MAYANGAN KOTA PROBOLINGGO, JAWA TIMUR

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Sejarah Maritim yang dibimbing oleh Bapak Drs. H. Mashuri, M. Hum.

Oleh: Eko Frasetio Idul Fitri Nikken Anggit Virgiana Ryandika Mega Putra Tenny Widya Kristiani Vasvahis Sofhal Sarifuddin (108831416468) (108831410779) (107831407213) (108831410778) (108831410781)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL PROGRAM PENDIDIKAN SEJARAH APRIL 2011

LAPORAN OBSERVASI DI TEMPAT PELELANGAN IKAN MAYANGAN KOTA PROBOLINGGO, JAWA TIMUR

I.

TINJAUAN SPASIAL

A. Uraian Lokasi Obyek Pelabuhan Mayangan terletak di Jl. Pelabuhan no 1 Kelurahan Mayangan Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo, Jawa Timur. Lokasinya terletak di sisi utara dari pusat kota. Di sebelah barat dari pelabuhan TPI Mayangan adalah Pelabuhan Tanjung Tembaga.

B. Identifikasi Bentang Alam Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mayangan ini terletak di pantai utara Pulau Jawa dengan bentang alam pantainya tergolong datar menyatu dengan dataran. Pantai ini berbeda dengan pantai-pantai yang umumnya terdapat di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, dimana lautan berada di balik pegunungan panjang.

C. Identifikasi Ciri Khusus TPI Mayangan ini, memiliki letak yang strategis, dimana lokasinya berada di pinggir sebelah utara Kota Probolinggo. Disamping itu, tidak jauh dari TPI Mayangan ini terdapat pelabuhan barang yang bisa dikatakan pelabuhan yang ramai yaitu Pelabuhan Tanjung Tembaga. Hal ini dikarenakan pelabuhan ini sering dijadikan tempat persinggahan kapal dari daerah lain yang hendak berlayar ke daerah yang lebih jauh. Semisalnya kapal dari Sumatra yang singgah ke pelabuhan ini sebelum melanjutkan pelayaran ke Australia. Contoh lain yakni kapal barang yang membeli barang dagangan dari Surabaya untuk dibawa ke Nusa Tenggara Timur, terlebih dahulu istirahat/singgah di pelabuhan ini.

II. TINJAUAN HISTORIS Perkembangan tempat pelelangangan Ikan di Probolinggo ini terbagi dalam 2 periode dengan penjelasan sebgai berikut:

A. Masa Pelabuhan Tanjung Tembaga (Pelabuhan Barat) Pelabuhan ini merupakan pelabuhan pertama yang ada di Kota Probolinggo. Pelabuhan ini merupakan pusat aktivitas perkapalan dimana seluruh kapal (baik kapal barang maupun kapal penangkapan ikan) beraktivitas di tempat ini. Aktivitas yang berhubungan dengan perikanan banyak dilakukan di pelabuhan ini. Kapal penangkap ikan setelah melaut dan mendapatkan ikan membawa hasil tangkapannya ke pelabuhan dan selanjutnya ikan dijual dipinggiran pelabuhan sekitar pukul 12.00 WIB 17.00 WIB. Sementara kapal barang menggunakan pelabuhan ini sebagai tempat persinggahan untuk mengisi bahan bakar dan makanan. Pelabuhan ini merupakan salah satu pelabuhan yang berpengaruh di Jawa Timur. Banyak peristiwa yang telah terjadi di pelabuhan barat yang sudah berdiri sekian lama ini. Salah satu peristiwa besar yang pernah terjadi yakni kebakaran di pelabuhan dimana hampir 40 buah kapal terbakar karena kelalaian pengunaan kompor disalah satu kapal. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1993.

B. Masa Tempat Pelelangan Ikan (Pelabuhan Timur) Dibangunnya tempat pelelangan ikan ini dikarenakan aktivitas perdagangan ikan di Pelabuhan Tanjung Tembaga yang mengganggu ketertiban di pelabuhan karena kurang terorganisirnya aktivitas perdagangan. Maka dari itu dibangunlah TPI Mayangan yang ditandai dengan keluarnya Perda dari Wali Kota probolinggo tentang peresmian TPI. Tempat Pelangan Ikan Mayangan ini diresmikan tahun 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. TPI yang baru berumur beberapa tahun ini dibangun sebagai pusat pelelangan ikan dimana

sebelumnya belum ada pelelangan ikan di daerah Probolinggo. Hal ini disebabkan aktivitas perdagangan ikan yang dilakukan di Pelabuhan Tanjung Tembaga kurang memadai sehingga ikan diturunkan dari kapal langsung dijual di sekitar pelabuhan. Adanya tempat TPI merangsang munculnya pasar yang berada di sebelah selatan TPI. Akan tetapi sampai sekarang di TPI tersebut belum terjadi transaksi dengan metode pelelangan.

III. NELAYAN A. Nelayan Tetap Nelayan yang dijumpai di TPI Mayangan kebanyakan merupakan nelayan tetap. Para nelayan ini berasal dari Mayangan dan daerah sekitaranya seperti Lekok, Gili, Madura, Sidoarjo, dan Surabaya. Kebanyakan para juragan kapal merekrut para nelayan ini untuk dipekerjakan di kapalnya, namun banyak juga yang menawarkan diri untuk bekerja (khususnya nelayan dari Mayangan sendiri) pada juragan. Nelayan tetap ini merupakan penduduk asli meski bersuku Madura.

B. Nelayan Tidak Tetap Jumlah nelayan tidak tetap dapat dikatakan lebih sedikit. Mereka kebanyakan berasal dari luar desa Mayangan.

C. Kehidupan Sosial Budaya Jika dilihat kehidupan sosial budaya sekitar daerah Mayangan ditemukan beberapa hal, salah satunya tentang tradisi petik laut. Tradisi yang lebih dikenal dengan nama Kitek ini, dilaksanakan setiap 2 tahun sekali sekitar bulan Agustus bersamaan dengan perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Tradisi petik laut ini disesuaikan dengan kondisi ekonomi (pendapatan) nelayan dan juragan. Apabila

pendapatan mereka sedikit maka kemungkinan tradisi ini tidak dilaksanakan. Selain tradisi ini, adapula tradisi selamatan apabila ada penurunan kapal baru untuk beroperasi mencari ikan. Slametan ini diikuti hampir 300 orang (semua penduduk kampung) dengan suguhan makanan dan rokok. Setelah menyinggung tradisi, berlanjut pada pembahasan tingkat pendidikan. Pendidikan di daerah ini dikatakan cukup baik dengan adanya gedung sekolah yang lengkap mulai dari SD, SMP hingga SMA. Oleh karena itu banyak juga nelayan Mayangan merupakan lulusan SMA bahkan juga ada lulusan dari perguruan tinggi. Disekitar TPI Mayangan banyak dijumpai anak-anak kecil yang memungut ikan yang jatuh di area TPI. Anak-anak pemungut ikan ini melakukan pekerjaannya pada saat berlangsungnya jam sekolah, akan tetapi mereka bukan anak dari desa Mayangan tetapi dari desa tetangga. D. Kehidupan Ekonomi Daerah sekitar TPI Mayangan jika dilihat dari pemukimannya, cenderung termasuk penduduk menengah, dimana sepanjang jalan dijumpai rumah-rumah bertembok namun kondisinya biasa, layaknya rumah-rumah di perkampungan. Bisa dikatakan rumahnya bertembok, namun tergolong rumah tembok biasa, bukan rumah yang mewah. Setelah selesai observasi di TPI Mayangan, kami diundang ke salah satu rumah juragan yang diketahui memiliki 3 buah kapal. Rumah juragan bernama Hj. Asma tersebut sederhana dan beliau juga membuka toko kecil. Di daerah Mayangan rumah bukanlah indikator kaya tidaknya seseorang, mereka menunjukkan kekayaannya dengan jumlah kapal yang dimiliki. Melihat pemukiman sekitar TPI, dapat disimpulkan bahwa masalah perbaikan pemukiman bukanlah hal yang terpenting. Rumah para nelayan/ABK disekitarnya juga relatif sama dengan rumah juragan dan rumah-rumah pengolahan ikan. Beralih ke masalah kondisi perekonomian nelayan ditinjau dari penghasilannya, maka dapat dikatakan bahwa penghasilannya bisa dikatakan

cukup baik mengingat TPI Mayangan ini ramai dan dipenuhi kapal-kapal penangkap ikan yang memberikan hasil tangkapan yang relatif baik dibandingkan TPI lainnya, semisal Lekok. Pendapatan nelayan dapat dikatakan tidak pasti sebab pendapatan itu tergantung pada jumlah hasil tangkapan yang didapat. Seperti misalnya KM Setia Kawan dengan modal Rp 4.000.000,00 sekali berangkat (jika tempat penangkapan jauh sampai ke Sapudi, bisa mencapai Rp 6.000.000,00), mendapatkan penghasilan kotor Rp 10.000.000,00, maka 10 juta minus 4 jt (modal tadi) selanjutnya dipotong 20 % dan hasilnya dibagi 11 dengan pembagian 6 untuk nelayan/ABK, dan 5 untuk juragan. Dengan adanya perhitungan tersebut dapat dikira-kira gaji yang diperoleh ABK berkisar Rp 200.000,00 an jika awak kapalnya berjumlah 11 orang. Hal yang hampir serupa juga diungkapkan oleh juragan Hj. Asma dengan KM Pahala yang menyatakan bahwa perbandingan hasil tangkapan ikan yang diperoleh juragan 5:1 dengan ABK. Jika juragan mendapatkan Rp 1.000.000,00, maka ABK mendapat Rp 200.000,00.

IV. LINGKUNGAN PENANGKAPAN IKAN A. Paparan Tempat Penangkapan Ikan Mayangan berada di kawasan paparan Sunda dengan pantai yang landai, topografi dasar laut yang rata, berlumpur dan dangkal. Tingkat kekeruhan air dipaparan Sunda ini cukup tinggi. Paparan Sunda ini termasuk wilayah yang banyak menghasilkan ikan.

B. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Menurut nelayan, musim tangkap ikan terbagi menjadi dua, yakni musim penghujan dan musim kemarau (yang biasa disebut musim angin). Pada musim penghujan, hasil tangkap ikan akan berlimpah, sedangkan pada musim angin jumlah tangkapan ikan menurun. Untuk jenis ikan yang biasa menjadi tangkapan setiap harinya di sekitar TPI Mayangan yakni ikan Dukduk, Kreseh dan Manglah,

Jenggeleh, Kuniran, Cumi-cumi dan lain-lain. Sedangkan untuk ikan migrasi yang tidak setiap hari didapat, meliputi Hiu, Pari, Kerapu, Tongkol, dan sebagainya.

C. Pengolahan Hasil Tangkapan Pengolahan ikan hasil tangkapan tidak diolah oleh nelayan maupun juragan (dijual dalam bentuk ikan segar), namun diolah oleh orang-orang desa disekitar TPI. Sebagai contoh, disebelah barat Pelabuhan Tanjung Tembaga dijumpai sejumlah pemukiman yang mengolah ikan hasil tangkapan menjadi ikan asin. Proses pengolahan dimulai dari ikan segar dibersihkan dan disayat menjadi tipis lalu dibersihkan dan direndan di air garam selama satu malam setelah itu baru dijemur. Proses penjualan menggunakan sistem langganan, dimana pembeli datang kerumah membeli ikan asin. Harga perkilonya untuk ikan asin jenggeleh Rp 30.000. Ditempat lain tepatnya dibagian timur proses pengolahan ikan dengan cara pengasapan yang dilakukan pada waktu malam hari.

D. Harga Jual Ikan Jenis ikan hasil tangkapan nelayan di pelabuhan Mayangan sangat bervariasi. Variasi jenis ikan ini juga menimbulkan harga yang bervariasi sesuai kebutuhan pasar. Dibawah ini beberapa contoh jenis ikan beserta harganya di TPI: Nama Ikan Pirik, Dukduk Jenggelek, Kuniran, Kreseh, Kocol Pari besar, Hiu kecil Manglah Pari kecil Hiu besar Layur Dorang hitam Harga /kg Rp. 1.200 Rp. 7.000 Rp. 9.000 Rp. 10.000 Rp. 12.000 Rp. 15.000 Rp. 24.000 Rp. 30.000

E. Proses Penjualan Ikan

Seperti yang telah disinggung diatas, ikan hasil tangkapan nelayan disortir menurut jenisnya masing2 di kapal, lalu diberikan ke juragan yang sudah menunggu didarat. Namun ketika menepi akan banyak ibu2 tengkulak yang melemparkan ikan-ikan yang sebelumnya dibawa ke keranjang-keranjang ikan yang ada dikapal, dengan makna keranjang yang telah dilempar ika tersebut telah dibeli oleh tengkulak yang melempar. Setelah beralih di beli, baru oleh tengkulak dijual ke pedagang pasar, pabrik dan juga tempat pengolahan ikan. Hal ini hampir dilakukan oleh semua juragan dikarenakan juragan tidak ingin direpotkan dengan pengolahan ikan. Proses penjualan ikan ke tengkulak dibagi menjadi dua yakni, tunai dan hutang (dengan sistem kepercayaan). Penjualan tunai diterapkan pada tengkulak pendatang dari daerah lain sedangkan penjualan dengan hutang dilakukan dengan tengkulak daerah sekitar yang sudah dikenal. Proses pembayarannya yakni 2 atau 3 hari setelah pembelian ikan dari juragan. Dari pihak juragan sudah ada pengawas yang mencatat hasil timbangan ikan milik juragan tersebut. Ada beberapa yang dikeluhkan juragan bahwa ada juga tengkulak (daerah sekitar) yang terkadang tidak mau membayar, jika dipaksa mereka lebih memilih mengajak berkelahi, akibatnya dengan berat hati diikhlaskan oleh juragan.

V. ALAT TANGKAP : KAPAL DAN PERLENGKAPANNYA A. Jenis Kapal Jenis kapal di TPI Mayangan sebagian besar adalah Cantrang atau yang biasa disebut penduduk lokal dengan sebutan Jonggrang. Kapal Jonggrang memuat 8-11 ABK. Oleh karena itu kapal ini dapat digolongkan sebagai kapal ukuran sedang. Namun selain itu ada juga kapal yang lebih besar dari kapal Jonggrang dan ada pula yang lebih kecil dari kapal Jonggrang. Kapal yang besar tersebut adalah kapal-kapal pendatang yang waktu melautnya hingga berbulanbulan. Kapal besar ini menggunakan TPI sebagai tempat transit. Kapal besar ini kebanyakan milik juragan Cina dari Tanjung Balai (Sumatra Utara). Sedangkan kapal yang lebih kecil dari Jonggrang disebut Sentangan (tipe Jukung) biasanya

pemiliknya adalah juragan dari Pulau Gili Ketapang (pulau kecil di Selat Madura tepatnya 8 km di lepas pantai utara Probolinggo. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Probolinggo).

B. Identifikasi Ciri Kapal Kapal Cantrang atau Jonggrang, dinamakan begitu karena alat tangkap ikan yang digunakan adalah jaring model cantrang. Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring, tali penarik, pelampung dam pemberat. Di Pelabuhan Mayangan tali penarik cantrang ditarik dengan menggunakan gardan truk digerakkan menggunakan diesel. Kapal ini di daerah Mayangan memiliki dua ukuran. Kapal Jonggrang yang kecil berukuran 15 m x 4 m dengan tonagenya mencapai 4 gt, dan berisi 8-11 ABK. Untuk Kapal Jonggrang yang besar berukuran 16 m x 6 m, bertonage 6 gt, dengan awak 20-25 ABK. Kapal yang lebih kecil dari Jonggrang (Sentangan) berukuran 5 m x 2 m dengan tonage hanya 1 gt dan memuat 2-5 ABK. Sedangkan kapal besar milik juragan Cina kurang ada info karena mereka tertutup, hanya saja diperkirakan tonagenya lebih dari 30 gt, dengan awak lebih dari 25 ABK, dengan peralatan penangkap ikan yang lebih modern.

C. Kepemilikan Kapal Berbicara tentang kepemilikan kapal, maka kita akan dihadapkan pada beberapa opsi, diantaranya kapal dimiliki oleh perorangan, kelompok ataukah koperasi maupun KUD. Di TPI Mayangan ini, (setelah melakukan beberapa wawancara) didapati bahwa kapal-kapal penangkap ikan di sekitar TPI kebanyakan dimiliki oleh perorangan, yakni kebanyakan penduduk asli daerah Mayangan. Selain itu yang sering bersandar di pelabuhan adalah kapal-kapal

milik orang Cina dari Tanjung Balai dan juga kapal-kapal milik orang Gili Ketapang. Pernah diungkapkan dulu (tidak bisa dipastikan tahunnya) masih banyak kapal-kapal milik KUD. Peran KUD makin meredup seiring banyaknya pinjaman dari KUD kepada nelayan maupun juragan yang tersendat pembayarannya atau bahkan banyak yang memang tidak membayar hutang pada KUD sehingga KUD selanjutnya dihapuskan.

D. Biaya Operasional (sekali melaut) Dilihat dari bentuk kapal (daya muat) serta jumlah ABK di dalamnya, maka besarnya biaya operasional untuk melaut berbeda-beda jumlahnya. Hal penting lainnya yakni dilihat juga jauh tidaknya lokasi penangkapan ikan. Untuk kapal yang menangkap ikan di daerah Selat Madura, biaya sekali melaut mencapai Rp. 4.000.000,00. Sedangkan ada juga kapal lain yang sama lokasi daerah penangkapan ikan yang membutuhkan biaya operasional dari Rp. 5.000.000,00 sampai Rp. 8.000.000,00. Hal berbeda jika lokasi penangkapan ikan hingga mencapai luar Madura (Pulau Sapudi contohnya), biaya sekali melaut mencapai Rp. 9.000.000,00 sampai Rp. 10.000.000,00. Sebelum nelayan berangkat menangkap ikan, kapal beserta awak terlebih dahulu menuju ke TPI Mayangan dari Pelabuhan Tanjung Tembaga untuk melapor pada petugas TPI dan membayar pajak sebesar Rp. 20.000,00. Selain itu banyak juga administrasi yang harus dipenuhi mulai dari surat izin perikanan, kontrol kepada polisi laut dan pembayaran izin melaut yang perharinya dihitung @ 1.000,00. Ada juga surat izin penangkapan ikan dimana daerah penangkapan ikan juga ditentukan dan apabila melanggar daerah penangkapan ikan maka dapat dapat dikenakan sangsi yakni pembayaran denda. Menurut juragan Hj. Asma ada juga yang membayar denda Rp. 2.000.000,00 hingga Rp. 5.000.000,00.

VI. MODAL A. Macam Modal Nelayan Nelayan saat melakukan penangkapan ikan membutuhkan beberapa modal yang meliputi kapal beserta bahan bakarnya, alat penangkap ikan yang berupa jaring yang dilengkapi tali besar dan mesin penarik jaring, kebutuhan pokok sehari-hari nelayan, es untuk mengawetkan ikan, uang untuk pembayaran pajak, dan lain- lain, dengan total pengeluaran sekali berangkat untuk kapal jonggrang yang 3 hari melaut adalah Rp 4.000.000,00 Rp 6.000.000,00. Untuk jangka waktu melaut 1 minggu sekali modalnya mencapai Rp 9.000.000,00 Rp 10.000.000,00.

B. Asal Modal Nelayan daerah TPI Mayangan ini kebanyakan bekerja pada juragan kapal sehingga mereka melaut hanya bermodalkan tenaga. Seluruh kebutuhan dalam rangka penangkanapan ikan disiapkan oleh juragan. Disini juragan mendapatkan modal dari meminjam uang pada bank, keuntungan hasil tangkapan, dan juga tabungan pribadi. Peminjaman modal pada bank dilakukan dengan menggunakan jaminan berupa sertifikat tanah.

You might also like