Professional Documents
Culture Documents
industri serta jaringan transportasi lintasan kereta dan jalan bebas hambatan yang menghubungkan daerah-daerah. Bagaimanapun juga, pengembangan skala besar ini berdampak pada lingkungan alam dan sosial disekitar kompleks industri. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan gerakan warga di seluruh Jepang untuk menentang, seperti desa Rokkasho di Aomori, area teluk Shibushi di Kagoshima dsb. Protes yang menyebar di Jepang menjadi alat untuk menolak kebijakan pemerintah yang lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi diatas segalanya dan tidak memiliki mekanisme yang efektif untuk mengatur pencemaran atau mencegah kerusakan lingkungan. Memasuki tahun 1970an, polusi transportasi berkecepatan tinggi menjadi isu sentral gerakan warga, terutama di area metropolitan yang luas. Salah satu contoh protes terjadi menentang pembangunan Bandara Narita. Pembangunan sarana untuk kepentingan publik digunakan sebagai alasan pemerintah untuk membuat proyek skala besar yang membatasi hak pribadi dan juga berbahayanya aktivitas itu. Warga mengkritik konsep publik itu sendiri dengan mengatakan bahwa kepentingan publik yang baik itu ditentukan melalui proses demokrasi dengan berdialog dengan warga sekitar sebelum membuat proyek yang besar. Digunakannya transportasi dengan kecepatan tinggi, seperti jet serta dibangunnya jalan bebas hambatan mulai membangun gaya hidup masyarakat urban dimana tingkat konsumsi masyarakat ini semakin besar dan hal ini selanjutnya menimbulkan permasalahan sosial. Konsumsi oleh warga kota umumnya menimbulkan polusi dalam kehidupan sehari-hari yang menjadikan kerusakan lingkungan semakin parah. Dicontohkan penggunaan ban bergerigi yang merusak permukaan jalan dan juga menimbulkan debu menjadi masalah lingkungan yang serius di Sendai yang selanjutnya pada 1990 dibuat undang-undang nasional yang melarang penggunaan ban bergerigi. Memasuki masa pertumbuhan yang stabil, hanya sedikit kesempatan media massa untuk memperhatikan gerakan warga karena mulai adanya ketentuan untuk menjaga harmoni ekonomi dengan membuat peraturan pemerintah dan undang-undang untuk melindungi lingkungan hidup dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang sehat, seperti undang-undang Basic Law on Pollution Control dan banyak lagi. Selain itu lambatnya pertumbuhan ekonomi dan kesulitan keuangan menjadikan beberapa proyek pembangunan skala besar banyak yang tidak terlaksana. Alasan lain yakni mulai berubahnya konsentrasi isu alam yang dulunya fokus pada polusi industri dan polusi transportasi berkecepatan tinggi ke masalah polusi sehari-hari. Seiring berkembangnya waktu, gerakan warga semakin berpengalaman dalam membangun pendapatnya melalui proposal untuk lingkungan lokal mereka dan juga turut terlibat dalam pembuatan keputusan politik. Gerakan ini memberikan kontribusi dalam perkembangan sosiologi lingkungan. Akhir Perang Dingin, muncul permasalahan lingkungan dalam skala global yakni pemanasan global. Permasalah ini selanjutnya dijadikan fokus perhatian dan perdebatan panas. Dimensi ruang dan waktu dari pemanasan global sangatlah luas, dimana hal ini akan berdampak pada seluruh dunia dan pengaruhnya nanti berlangsung selama 50-200 tahun. Pada dasarnya, semua aktivitas produksi, aktivitas sosial dan dalam kehidupan sehari-hari,
menghasilkan karbondioksida. Permasalah pemanasan global ini sulit untuk dipahami karena masalah ini melebihi skala manusia. Kesulitan pertama yang harus dihadapi yaitu tidak adanya lokasi tertentu dimana kerusakan akut terjadi. Sebuah laporan dari Agensi Lingkungan Jepang mengatakan bahwa pengaruh serius dari pemanasan global akan memberikan efek yang berbeda-beda, termasuk kekurangan pasokan air, peningkatan jumlah spesies yang punah, hilangnya pasir di pantai, perendaman dataran rendah dan banyak lagi. Namun, tidak satupun dari hal itu akan terkonsentrasi pada lokasi tertentu. Hal kedua yakni anggapan kebanyakan orang tentang abad dimasa depan adalah masa depan diluar imaginasi. Banyak yang percaya permasalaha yang dihadapi saat ini dapat diselesaikan oleh pengembangan teknologi di masa depan. Kesulitan yang ketiga, karbondioksida yang tidak dapat dilihat sehingga dianggap sebagai pengetahuan yang abstrak. Pemanasan global sangat sulit untuk diidentifikasi siapa yang bisa bekerja sama dan siapa yang tidak bisa. Diterapkannya peraturan melarang dan membatasi aktivitas yang menimbulkan polusi dapat dikatakan kurang efektif, namun peraturan tidak langsung (pajak lingkungan atau pajak karbon) mungkin lebih efektif. Keempat, Walaupun dikatakan tindakan penting untuk mengatasi pemanasan global dengan mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dimana dipercaya dapat dicapai dengan mengembangkan teknologi baru. Kelima, sulitnya mengidentifikasi pelaku pemanasan global karena tidak ada organisasi tertentu yang dapat diidentifikasi sebagai pelaku. Pemanasan global merupakan isu yang melatih imajinasi, dimana dampak yang ada hingga saat ini yang bisa ditangkap yakni melelehnya es di Kutub Utara, tidak pastinya perubahan iklim dan juga naiknya temperatur. Isu-isu lingkungan semakin marak dibicarakan seiring dengan perkembangan internet yang menyajikan banyak informasi sehingga warga semakin kritis. Sulitnya menghadapi gerakan lingkungan dalam upaya memperbaiki pemanasan global terlihat dalam kajian historis tentang adanya gerakan anti nuklir di Jepang. Upaya yang dilakukan Jepang dan LSM Lingkungan Internasional salah satunya mengadakan Kyoto Conference pada 1997 yang membicarakan pencegahan pemanasan global. Seminar-seminar lain juga banyak diadakan sehingga hal ini membuat gerakan lingkungan semakin menyebar secara internasional dan mendorong adanya Earth Summit.