Professional Documents
Culture Documents
DISAMPAIKAN OLEH
NISOFA
Cidera kepala
Cidera ini terjadi akibat dari kecelakaan lalu lintas, jatuh, peperangan dan lainnya Akibat cidera ini, seseorang dapat mengalami kondisi kritis, kecacatan dan kematian Penatalaksanaan ad 2 : operatif dan non operatif Tujuan terapi non operatif: Mencegah peningkatan tekanan intracranial Mencegah odema serebri Mencegah kerusakan sekunder Mencegah terjadinya kejang, infeksi
Terapi operatif dilakukan pada : Perdarahan epidural ( EDH ) Perdarahan subdural ( SDH ) Perdarahan intraserebral Operasi decompresi pada cidera otak berat dan odema cerebri
Berdasarkan patologi Komosio cerebri, gangguan fungsi akibat trauma terutama berupa gangguan kesadaran sebentar < 15 menit, tanpa ada gangguan struktur otak Kontusio cerebri, gangguan struktur otak akibat trauma berupa perdarahankecil kecil, nekrosi dan edema Laserasi serebri, obekan jaringan otak disertai robekan membran ( piamater ) Jaringan otak Kerusakan pembuluh darah Hematoma epidural ( EDH ) Hematoma Subdural ( SDH ) Hematoma Subarachnoid ( SAH ) Hematoma intraserebral ( ICH ) Hematoma Intraserebral Hematoma Intraventrikular
Merupakan hematoma didalam ruang epidural, terletak diantara tulang kepala dan duramater Pada waktu trauma terjadi pergeseran duramater dan tulang kepala, diikuti perdarahan arteri menigica media, vena diploica Gejala : gangguan kesadaran ( sadar-tidak sadar, tidak sadar- sadar-tidak sadar, tidak sadar terus ) lateralisasi.
Hematoma yang terjadi pada subdural, yang terjadi dalam waktu 0 72 jam sesudah trauma, akibat pecahnya pembuluh sinus venosus duramater . Bisa terjadi sub akut 3 20 hari Bisa terjadi kronis 20 hari sesudah trauma Gejala : apatis, dimensia, cepalgia, defisit neurologi, kejang
klasifikasi
3. Berdasarkan skala Gassgow Coma scale (GCS) Berat ringan suatu trauma dapat dipantau dari kesadaran waktu awal trauma.
kategori CKR GCS 13-15 Gambaran klinik Pingsan < 10 dt, def. neuro (-), tidak kehilangan kesadaran Pingsan > 10 dt, def. neuro (+), amnesia pasca trauma, muntah Pingsan > 6 jam, def neuro (+) CT san normal
CKS
9-12
abnormal
CKB
3 -8
abnormal
Klasifikasi
4. Berdasarkan akibat langsung atau tidak langsung
-
Primer, cidera langsung akibat injuri Sekunder, terjadi setelah trauma berlangsung untuk waktu yang lebih lambat. Bisa disebabkan oleh hipoksia, hipovolemia, peningkatan tekanan intracranial atau infeksi.
5. Berdasarkan lokasi dan mekanisme cidera - Cidera coup, kerusakan otak terjadi pada daerah benturan - Cidera coutracoup, kerusakan yang berlawanan pada sisi yang berlawanan.
Penatalaksanaan
1. 2. 3. 4.
5.
6. 7.
Resusitasi dan penilaian awal Pertahankan jalan nafas Lepaskan gigi palsu Pasang collar Braise Pasang mayo Jika cidera kepala berat pasang endotraceal tube Beri oksigen Menilai sirkulasi : hindari terjadinya hipotensi
Sirkulasi darah ke otak dipertahankan oleh Tekanan intracranial (TIK/ICP=5 15 mmhg) Cerebral Perfusion Pressure (CPP=70 90 mmHg) Mean Arterial Pressure (MAP=90-100 mmhg)
Bila ICP tidak diketahui, pertahankan MAP > 90 mmhg 100 mmhg Autoregulasi otak hilang pada cidera kepala berat Ischemia otak sekunder terjadi bila CPP < 40 mmhg Kerusakan otak ireversible bila CPP < 20 mmHg
Lanjutan Penatalaksanaan
8. Pasang IV line, beri cairan isotonis 9. Lakukan pemeriksaan laboratorium : DL, Ureum,Creatinin, Gula darah, elektrolit 10. Foto CT scan : untuk memantau adanya fraktur, perdarahan 11.Pada pasien coma, atau terjadi peningktan tekanan intracranial, lakukan : Head up 30 derajat Hiperventilasi 16 20 x/menit Pertahankan PCO2 28-32 mmhg untuk mencegah vasokontriksi pembuluh darah. Berikan manitol untuk mengurangi peningkatan tekanan intracranial Pasang kateter Konsul bedah saraf bila : EDH, SDH luas, cidera kepala terbuka Pertahankan ICP < 20 mmhg
Penatalaksanaan Khusus
Cidera kepala ringan Pasien bisa pulang bila : - Status mental baik - Foto cervical normal - Ada keluarga
Pasien bisa pulang bila GCS membaik yaitu sadar penuh, orientasi baik, mampu mengikuti perintah, dan hasil CT scan normal Resiko terjadinya kerusakan otak progesif minimal
Penatalaksanaan umum Hindari hipertensi atau hipotensi Pertahankan PO2 90 100 mmhg, PCO2 , 40 mmhg Pasang ICP monitor bila GCS < 8 Berikan cairan isotonis Berikan nutrisi mulai 24 48 jam pertama, pemberian nutrisi enteral lebih baik Hindari hipertermia Berikan obat antikejang Penitoin Berikan provilaksis Ranitidin untuk mencegah ulcus gaster CT scan ulang setelah 24 jam
Tindakan operasi
Epidural hematoma, bila Volume hematoma > 30 ml Keadaan memburuk CT Scan : pergeseran garis tengah otak Tindakan operasi
Tindakan operasi
Subdural Hematoma Pergeseran garis tengah 3 mm Intracerebral Hematoma Bila terdapat ukuran hematome >2 cm Tekanan intracranial tetap meningkat dengan pemberian terapi dengan obat Letaknya di tepi Pergeseran garis tengah otak lebih dari 1 cm
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Riwayat penyakit Biasanya masuk RS dengan keluhan penurunan ksadaran,muntah, pusing, sesak nafas, lemah wajah tidak simetris, paralise, luka di kepala, keluar cairan dari hidung dan telinga Pemeriksaan fisik - Level kesadaran - Reflek neurologis - Amnesia - Nervus cranialis terganggu bila trauma kepala meluas
Pengkajian
Nervus 1 : penurunan daya penciuman Nervus 2 : Penurunan penglihatan Nervus 3,4,6 penurunan lapang pandang, reflek cahaya, reflek pupil, anisocor Nervus 5 : anestei di daerah ahi Nervus 7 : kelopak mata sulit menutup Nervus 8 : penurunan daya pendengaran, keseimbangan Nervus 9, 10, 11 pasien akan meninggal Nervusn12 selit menelan, lidah jatuh ke slah satu sisi. Aspek cardiovasculer Tanda kenaikan TIK : BP turun, Nadi Turun, irama tidak teratur Aspek pernafasan Terjadi perubahan pola nafas, Tergantung lokasi cidera Eliminasi : incontinensia
Penkajian
Tanda tanda Peningkatan TIK/ICP Pusing Perubahan status mental Penurunan kesadaran Muntah Gangguan penglihatan Leher kaku Hipertensi Bradicardia Febris Gangguan pola nafas
Pengkajian
Lateralisasi 1. Perubahan ukuran pupil menjadi anisocor 2. Muncul hemiparese, tetraparese,paraparese
Pengkajian
-
Masalah keperawatan
Perubahan perfusi jaringan ceser=bri Pola nafas tidak efektif Perubahan persepssi sensori Perubahan proses pikir Resiko tinggi infeksi Perubahan nutrisi kurang Kerusakan mobilitas fisik
Memaksimalkan perfusi cerebri Mencegah komplikasi Mengoptimalkan fungsi otak dan mengembalikan ke fungsi normal Mendukung keluarga pasien
Asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan kejang ( convulsion ) Definisi kejang Spasme kuat dengan kontraksi dan relaksasi otot yang silih berganti, yang disebabkan oleh penyebab dari otak maupun diluar otak
Merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel sel kortek cerebral yang ditandai dengan serangan tiba tiba, terjadi penurunan kesadaran, aktifitas motorik atau ganguan sensori
1.
2.
3. 4.
Fase prodomal : perubahan alam perasaan atau tingkah laku yang mengawali kejang Fase Aura : awal dari munculnya kejang yang ditandai : gangguan penglihatan, pendengara dan rasa raba Fase iktal : fase kejang Fase Posiktal : kekacauan mental, somnolen dan peka rangsang yang terjadi sesudah kejang
1.
2.
3. 4.
5.
6.
Obat obatan : over dosis obat, alkohol Ketidakseimbangan kimia : hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis Demam Patologi otak akibat cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan tekanan intracranial, perdarahan intracranial Eklamsia Idiopatik : tidak diketahui penyebabnya
Patofisiologi kejang
1.
Karena berbagai penyebab : hipokalemia, hiperglikemia, infeksi, asidosis dan deman mengakibatkan sel sel saraf tertentu melepas dan mengeluarkan impuls secara mendadak, mengakibatkan bangkitan kontraksi otot. 2. Ion listrik dalam dan diluar sel yang berperan adalah ion Natrium dan kalium.
Patofisiologi kejang
3. Timbulnya aktifitas listrik abnormal ini juga menyebabkan gangguan sensasi, kehilangan kesadaran dan fungsi psikis, gangguan motorik dan bangkitan kontraksi otot. 4. Jadi adanya kejang berarti SSP ikut terkena penyakit
KLASIFIKASI KEJANG
Secara umum terbagi menjadi 2 - Konvulsi akut / non recuren Konvulsi kronis / recuren
Konvulsi akut Merupakan konvulsi yang sering terjadi pada neonatus. Seluruh tipe konvulsi pada anak dapat merupakan manifestasi sementara penyakit akut yang melibatkan otak
1.
Ada 10 jenis epilepsi 1. Idiopatik 2. Organik 3. Tonik klonik 4. Petitmal 5. Psikomotorik 6. Partial fokal 7. Mioclonik infantil 8. MIoclonik akinetik 9 Kejang Noctural 10.Kejang induksi
1. 2.
3.
Odema serebri dn kerusakan otak permanen Komplikasi metabolik sekunder sesudah terjadi kejang > 60 menit, yaitu : Asidosis asam lactat dan peningkatan tekanan intracranial, hiperglikemia pada awal selanjutnya terjadi hipoglikemia, hipertermia, diaporesis, tachicardia, hipertensi pada akhirnya hipovolemik dan shock Kontraksi otot yang berlebihan mengakibatkan miolisis dan mioglobinuria yang mengakibatkan nekrosis nefron di ginjal yang mengakibatkan gagal ginjal.
4. Spasme otot dada yang berlebihan menghambat pernafasan yang mengaskibatkan apnea dan hipoksia juga menghambat sirkulasi 5. Spasme otot abdomen juga mengakibatkan tekanan intraabdominal meningkat sehingga mempermudah terjadinya aspirasi 6. Pada tingkat akhir mengakibatkan gagal sistim pernafasan, sirkulasi dan ginjal.
Penatalaksanaan Kejang
Tindakan Umum 1. Menilai fungsi pernafasan dan sirkulasi Jaga jalan nafas, bersihkan lendir,sisa makanan dimulut, pasang orofaringeal tube Beri oksigen Bila pasien shock atau hipoksia lakukan resusitasi
Penatalaksanaan
2. Pasang IV line 3. Ambil pemeriksaan darah, Cek Nilai darah lengkap, serum elektrolit, osmolaritas plasma, glukosa, ureum, analisa gas darah dan kadar obat yang biasa dikonsumsi. 4. Pantau status pernafasan, nadi, tekanan darah, EEG
4.
5.
Berikan obat obatan anti kejang. Syarat obat anti kejang : Lewat IV atau perectal. Daya kerja cepat sampai ke otak Berpengaruh minimal terhadap penurunan kesadaran Efek samping minimal terhadap sistim pernafasan dan cardiovasculer Kadar obat dalam darah dapat diperiksa
1. Kondisi gawat daurat Diazepam Tiopental 2. Obat yang lain Fenobarbital ( luminal ) Difenilhidantoin ( Dilantin ) Magnetsium sulfat
Diazepam
Merupakan obat sedasi dan anti konvulsan yang efektif dengan batasan keamanan yang lebar. Durasi 3 5 menit Onset 1 menit mencapai otak, menurun setelah 15 menit Dosis IV 10 mg diulang tiap 10 60 menit. Dosis Maintenance 100 mg/500 ml dektrose, diberikan 40 ml/jam Pada anak bisa mengunakan per rectal, dengan dosis 0,25 0,5 mg/kg bb. Kelemahan obat ini daya kerjanya makin lama makin lemah atau tidak berefek sama sekali.
Tiopental
Merupakan obat anti kejang, obat induksi anestesi dan brain protektor Onset 30 detik Durasi 5 15 menit Dosis 5 7 mg/kg bb Dosis pemeliharaan 4 mg/kg/jam Keunggulan obat ini bersifat brain protektor, yaitu menaikan toleransi otak terhadap hipoksia, henti jantung, mengurangi edema serebri dan peningkatan tekanan intracranial.
2.
3. 4.
Pengendalian nafas Mengendalikan suhu Koreksi kelainan metabolik Pencegahan dan mengobati odema serebri
Definisi Suatu istilah klinis dari gangguan fungsi otak yang mendadak, terjadi bila terhenti atau gagalnya pasokan darah ke otak, atau sebagai akibat pecahnya pembuluh darah otak. Dalam hitungan detik ke menit, sel otak akan segera mati .
Terdapat kelainan patologis dari sistim pembuluh darah di otak. Kondisi ini menyebabkan robekan pembuluh darah dan perdarahan di otak.
Penyebab Stroke
1.
2.
3. 4.
Infark otak ( 80 % ) Perdarahan intra serebral ( 15 % ), misalnya akibat hipertensi, Malformasi arteri dan angiopati Perdarahan Sub aracnoih ( 5 % ) Penyebab lain ( yang dapat menimbulkan infark atau perdarahan )
Faktor resiko
1. Yang tidak dapat diubah - usia - Jenis kelamin - Riwayat keluarga - Riwayat TIA dan stroke - Riwayat penyakit jantung koroner
Faktor resiko
Yang bisa diubah Hipertensi Merokok DM Penyalahgunaan alkohol Dislipidemia Obat kontrasepsi oral
8.
9.
Kelumpuhan wajah atau angauta badan ( hemiparese ) yang timbul mendadak Gangguan sesibilitas pada satu atau lebih angauta badan ( Hemisensorik ) Perubahan mendadak pada status mental ( binggung, delirium, letargi, stupor dan koma ) Afasia ( bicara tidak lancar, kurang ucapan, kesulitan memahami ucapan ) Disatria ( bicara pelo atau cadel ) Gangguan penglihatan dan diplopia Ataksia Vertigo, mual dan muntah Nyeri kepala berat
Manifestasi Klinik
Stroke ischemia kesadaran tidak menurun, kecuali bila ada emboli yang besar Terjadi pada usia > 50 tahun Ada gejala prodomal
Manifestasi klinik
Perdarahan intraserebral - Nyeri kepala akibat hipertensi - Serangan saat aktifitas atau emosi - Mual dan muntah - Hemiparese/ hemiplegi - kesadaran turun sampai koma
Manifestasi klinik
Perdarahan Sub aracnoid Nyeri kepala hebat Kesadaran turun Edema papil Ada tanda dangejala rangsangan meningeal
Diagnosa medis
1. Pemeriksaan fisik dan neurologi 2. Sistim score untuk menentukan jenis stroke 3. CT scan : untuk membedakan infark dan perdarahan 4. MRI : mendeteksi infack sejak dini
1.
2.
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Penatalaksanaan di inntalasi Gawat Darurat Penatalaksanaan yang tepat, cepat dan cermat memegang peranan penting dalam menentukan hasil akhir Tindakan Pertahankan airway-breathing-sirkulasi Bila kesadaran koma atau stupor pasang endotracheal tube Pasang IV line, pakai cairan isotonis : NS 0,9% Beri Oksigen nasal canule 2 5 liter/menit Puasakan 24 jam Rekam EKG Foto thorax Cek laboratorium : kadar gula darah, elektrolit, ureum,creatinin
Jika terdapat : Iskemia Miocard akut Edema paru Hipertensi Maligna ( ada retinopaty ) Nefropaty hipertensi SBP > 220 mmHg Diastolik > 120 mmHg MAP > 140 mmHg Penurunan hipertensi tidak boleh terlalu cepat, tekanan darah diturunkan hanya 20 % dari tekanan darah sebelumnya.
3.
4.
5. 6.
Singkirkan kemungkinan koagulopaty Kendalikan hipertensi: berlawanan dengan stroke karena infark, terapi hipertensi untuk mencegah terjadinya odema serebri menjadi lebih parah. Pertimbangkan bedah saraf bila ada perdarahan di serebelum dengan diameter perdarahan > 3 cm atau volume > 50 ml untuk upaya dekompresi. Berikan Manitol untuk pasien dengan koma dalam atau ada tanda tanda peningkatak tekanan intracranial dan ancaman herniasi. Berikan Penitoin untuk mencegah terjadinya kejang. Berikan cairan dan Obat Nimodipin untuk mencegah spasme pembuluh darah
7.
8.
Angka kematisn stroke berkaitan dengan dengan komplikasi non neurologi yang dapat dicegah dengan perawatan : Hindari demam Berikan nutrisi adekuat, pemberian nutrisi enteral lebih baik dari pada perenteral. Hindari terjadinya aspirasi Beri cairan intravena untukmencegah dehidrasi dan hindari pemberian cairan isotonik untuk mencegah terjadinya odema serebri Hindari Hiperglikemia atau hipoglikemia Lakukan fisioterapi dada untuk mencegah atelektasis paru . Lakukan mobilisasi fisik tiap 2 jam pada pasien yang tidak sadar untuk mencegah dekubitus, lakukan latihan gerak sendi untuk mencegah kontraktur sendi Neurorestorasi dini : stimulasi sensorik, kognitif, memori, bahasa, emosi dan visualisasi harus dilakukan sedini mungkin untuk mempercepat kembalinya fungsi otak yang terganggu. Depresi dan amnesia harus segera diatasi Perawatan kandung kemcing