Professional Documents
Culture Documents
Dari Kesadaran diri itulah terlahir Kelima Unsur Besar yang terdiri dari unsur-unsur tanah, udara, ether, air dan cahaya. Di dalam kelima unsur besar mahluk-mahluk itu menjadi bingung dan tertipu, karena terbatas. kemampuan Ia ditipu alat-alat oleh pengindranya
pendengaran, perasaan kulitnya, penglihatan matanya, perasaan lidahnya dan penciuman hidungnya. Menjelang saat peleburan dari kelima unsur besar itu, yaitu apabila saat peleburan jagat raya ini sudah tiba, maka semua mahluk akan menderita ketakutan yang amat sangat, meski orang yang paling bijaksanapun akan merasakan ketakutan luar biasa itu. Pada saat peleburan itu, setiap bentuk yang nampak, akan terurai menjadi unsur-unsur dasar yang menyusun bentuk itu tadinya, Peleburan itu terjadi berangsur-angsur dengan tahap-tahap
yang
berlawanan
dengan
tahap-tahap
penciptaan. Memanglah dalam hal kelahiran, setiap mahluk itu terlahir dari jenisnya masingmasing. Dan beruntunglah orang-orang bijaksana yang mempunyai kekuatan ingatan yang istimewa, karena mereka itu mungkin tidak akan mengalami penderitaan dalam proses peleburan penglihatan, itu. rasa Pendengaran, lidah dan rasa raba, penciuman,
semuanya itu hanyalah sekedar akibat, yang semuanya tidak tetap dan itulah yang disebut penipu-penipu dan penyebab kebodohan. Ia itu telah ditimbulkan oleh perasaan kemilikan atau keakuan. Sebenarnya, hakekat dari masingmasing itu tidak berbeda satu dengan lainnya, dan semuanya itu tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya. Ia berhubungan dengan darah dan daging dan masing-masing tergantung dari yang lain. Semuanya itu berada di luar
badan roh, dan semuanya tidak bertenaga. Pra, apna, udna, samna dan wyna kelimanya erat hubungannya dengan roh. Dengan bergabung dengan ucapan, pikiran dan pengertian, bersamasama menyusun suatu alam yang terdiri dari delapan unsur. Orang yang dapat membatasi serta mengendalikan pengaruh kulit, hidung, telinga, mata, lidah dan perkataannya, ditambah dengan kebersihan pikiran dan pengertiannya tidak akan pernah digoyahkan. Orang yang pikirannya tidak pernah dibakar oleh kedelapan api di atas, akan berhasil mencapai Brahman yang maha tinggi itu. Sekarang aku akan menjelaskan sebelas sarana yang muncul dari Egoisme. Kesebelas alat-alat itu adalah kulit, telinga, mata, lidah dan hidung, ditambah dengan dua kaki, alat pelepasan, alat kelamin, dua buah lengan dan
alat-alat
untuk
berbicara.
Itu
semuanya
berjumlah sepuluh macam alat-alat. Yang ke sebelas adalah pikiran. Pertama-tama yang harus dilakukan adalah meredakan desakan kesebelas alat-alat itu. Setelah kesebelas alat-alat itu dapat dikendalikan semuanya, maka mulailah memancar sinar Brahman dari dalam diri orang itu lima macam dari alat-alat itu disebut alat-alat untuk mengetahui, lima yang lain untuk melakukan kegiatan bergerak. Lima yang pertama, yang dimulai dari telinga adalah alat untuk mendapatkan pengetahuan, dan yang lain, yang ada hubungannya dengan gerakan, sebenarnya tidak berbeda yang satu dengan yang lain. Pikiran meliputi kedua fungsi itu, yaitu untuk mengetahui, dan juga untuk bergerak. Pengertian adalah merupakan alat yang keduabelas, ia menduduki tempat teratas. Demikian itulah susunan alat-alat pengindraan menurut tahap-
tahap dapat
fungsinya dikatakan
Orang tahap
bijaksana yang memahami kenyataan ini, sudah keberhasilan. Dengarkanlah sekarang saranasarana lain yang erat hubungannya dengan alam besar. Yang pertama adalah Ether. Bahagian ether yang berhubungan dengan pikiran disebut alat pendengaran (telinga). Apabila ia berhubungan dengan benda-benda, maka ia disebut suara atau bunyi. Kekuatan atau dewa yang menguasainya adalah dewa penguasa arah mata angin. Udara adalah perwujudan bunyi itu. Dan Udara ini merupakan sarana yang kedua. Apabila Udara itu berhubungan dengan pikiran, ia adalah kulit, dan apabila berhubungan dengan benda-benda, maka ia adalah rasa raba. Sarana ketiga adalah Cahaya, yang apabila berhubungan dengan pikiran ia adalah mata. Apabila berhubungan dengan benda-benda, ia adalah warna
dari benda-benda itu. Dewa yang menguasai cahaya itu adalah Srya. Sarana keempat adalah unsur air. Apabila berhubungan dengan pikiran ia adalah lidah, dan apabila berhubungan dengan benda-benda, ia adalah rasa lidah yang ada pada benda-benda itu. Dewa yang menguasainya adalah Soma. Sarana kelima, adalah tanah. Berhubungan dengan pikiran ia mewujudkan hidung, sedangkan apabila berhubungan dengan benda-benda ia adalah bau dari benda-benda itu. Dewa yang menguasainya adalah Byu. Sudah pula disebutkan bahwa kelima sarana atau unsurunsur besar itu dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Marilah sekarang kita meninjau segala sesuatu tentang alat-alat yang lain. Kedua kaki itu, selamanya berhubungan dengan badan rohani, akan tetapi apabila ia berhubungan
dengan benda-benda, ia akan berubah menjadi gerakan-gerakan menuju atau menjauhi bendabenda itu. Penggunaannya itu diatur oleh Wiu. Hawa kehidupan yang disebut apna selalu bergerak menuju ke bawah. Dalam hubungannya dengan badan rohani, ia menggerakkan alat pelepasan dan apabila ia berhubungan dengan benda-benda, ia adalah kotoran yang dikeluarkan oleh benda-benda itu. Dewa yang mengaturnya adalah Mitra. Juga apabila berhubungan dengan badan rohani ia disebut alat kelamin yang berfungsi melahirkan mahluk-mahluk. Dan apabila berhubungan dengan benda-benda, ia adalah lembaga untuk tumbuh dan berkembang yang dikuasai oleh Prajpati. Kedua tangan dan lengan, selamanya berhubungan dengan badan rohani, dan apabila ia berhubungan dengan benda-benda, ia adalah gerakan atau tindakan untuk mengambil atau melemparkan benda-
benda itu, Yang mengatur gerakannya itu adalah Indra. Yang terakhir, yang ada hubungannya dengan badan rohani adalah suara, yang juga berhubungan dengan semua dewa-dewa, dan apabila berhubungan dengan benda-benda, ia adalah apa yang dibicarakan. Yang menguasai suara itu adalah Agni. Juga pikiran itu berhubungan dengan badan rohani. Ia itu bergerak di dalam Jiwa dan berpangkal dari ke lima unsur besar itu. Apabila berhubungan dengan benda-benda, ia adalah kegiatan mental. Dewa yang menguasainya adalah Candrama. Berhubungan dengan badan rohani adalah Egoisme atau Kesadaran Diri, yang telah mendorong seluruh jalan kehidupan ini. Apabila berhubungan dengan benda-benda ia adalah Kesadaran Diri dan yang langsung menguasainya adalah Rudra. Juga berhubungan dengan badan rohani adalah pengertian, yang
meliputi ke enam alat pengindraan itu. Apabila berhubungan dengan benda-benda, ia menjadi objek untuk dipahami dan dewa yang mengaturnya adalah Brahman sendiri. Ada tiga tempat yang menjadi permukiman benda-benda di alam semesta ini. Tempat ke empat tidak mungkin ada. Ketiganya itu adalah tanah, air dan angkasa. Dan dikenal empat cara kelahiran, yaitu lahir melalui telur, lahir melalui lembaga yang tumbuh ke atas, menembus tanah, ada yang lahir dari kotoran, dan ada yang lahir melalui kandungan rahim. Itulah cara kelahiran yang terlihat bagi semua mahluk hidup. Demikian itulah maka terdapat mahluk-mahluk yang rendah tingkatannya dan ada pula yang tinggi, dan tempat hidupnya ada yang di dalam tanah, di atas tanah dan di udara. Binatang-binatang yang dilahirkan dengan perantaraan telur antara lain adalah binatang melata. Binatang serangga
berkembang dari ulat yang dikatakan timbul dari kotoran. Tingkatan binatang-binatang yang terlahir di antara kotoran itu sangat rendah. Mahluk-mahluk yang tumbuh atau terlahir dengan perantaraan lembaga tumbuh mencuat ke atas dan menembus tanah. Ia tumbuh setelah terpendam beberapa waktu lamanya. Mahlukmahluk lain yang berkaki dua, merangkak atau berkaki empat adalah mahluk-mahluk yang terlahir dari kandungan rahim. Diantara mahlukmahluk ini terdapat manusia yang derajatnya rendah, cacat mental dan cacat jasmaninya. Rahim yang kekal dari Brahman itu patut diketahui, ada dua jenisnya, yaitu tapa dan perbuatan baik yang menghasilkan berkahberkah serta pahala-pahala yang baik. Demikian itulah, sesuai dengan keyakinan orang-orang bijaksana serta berpengetahuan. Tindakan dan
perbuatan itu banyak sekali jenisnya. Beberapa dari antaranya adalah pengurbanan, dna puya yang menunjang tugas pelaksanaan pengabdian upacara, untuk melakukan
kesejahteraan mahluk hidup, dan mempelajari semua rahasia-rahasia alam serta seluk beluk kehidupan. Demikian itulah yang disarankan sejak jaman purba. Orang yang menyadari sebaik-baiknya pengetahuan ini, dikatakan memiliki pengetahuan Yoga, dan orang itu akan dapat membebaskan dirinya dari segala macam ikatan, dari dosa-dosa serta kutuk aku yang dan sudah disebut kemarahan. mengajarkan Demikianlah, pengetahuan
Adhytma. Wahai para i, pengetahuan ini dicari oleh semua dan dihormati oleh mereka yang mempunyai kebijaksanaan. Dengan mempersatukan alat-alat pengindraan, bendabenda, dan unsur-unsur besar, pertahankanlah
kesadaran itu di dalam pikiran, karena segalagalanya itu, sebenarnya tercetus dari dalam pikiran. Apabila semuanya itu sudah terserap di dalam pikiran, maka dengan sendirinya tidak ada lagi perasaan tertarik kepada bentuk-bentuk kesenangan dan kemewahan di dalam kehidupan ini. Terbebas dari segala bentuk kesenangan duniawi, itulah kesenangan yang sejati menurut orang-orang bijaksana. Sekarang, baiklah aku jelaskan persyaratan yang diperlukan, agar pikiran itu tetap melekat kepada hal-hal yang bersifat luhur. Apa yang harus dilakukan adalah mencari terus sifat-sifat yang lebih hakiki. Jangan terlalu dipercaya sifatsifat apapun juga yang ditangkap oleh persepsi itu. Kwalitas yang terlihat itu bukanlah kwalitas yang sebenarnya. Masih ada kwalitas yang lebih murni dan lebih sejati. Sifat-sifat atau kwalitas
sejati itu terbebas dari segala ikatan, berdiri sendiri, tidak beda membedakan dan penuh dengan pancaran Brahman. Mencari kesejatian itulah jalan kebahagiaan. (Gunagunam, Ekacharyyam, Anantaram). Orang bijaksana akan selalu berusaha menarik ke dalam dirinya dorongan keinginannya yang mendesak ingin ke luar ke segala jurusan itu. Keinginan itu akan masuk ke dalam bagaikan seekor kura-kura yang menarik masuk semua anggota tubuhnya. Ia membebaskan diri dari dorongan nafsu, tidak terikat, namun ia tetap gembira dan berbahagia. Semua keinginan disimpan di dalam jiwanya, dimusnahkannya rasa haus terhadap apapun juga, pikirannya memusat dalam meditasi, bersahabat dan disayangi oleh semua mahluk, dengan demikian ia sudah siap untuk melebur diri manunggal dengan Brahman, la mengendalikan alat-alat indriyanya yang selalu
ingin menjelajahi benda-benda di luar, menyepi di tempat sunyi, sehingga api Adhytma memancar ke luar di dalam meditasinya Sebagaimana halnya api, apabila minyak dituangkan ke dalamnya ia akan menjadi besar dan bersinar, demikian itulah hasilnya apabila alat-alat pengindraan dikendalikan. Roh alam semesta akan memancar Orang ke luar terangmelihat benderang. bijaksana
keseluruhannya di dalam jiwanya, dan dengan diterangi oleh sinar kebenarannya sendiri, ia akan mampu meningkatkan dirinya ke alamalam yang lebih tinggi, sehingga akhirnya mencapai tingkat yang tidak ada duanya lagi. Badan jasmani manusia memang sudah memiliki api sendiri yang memancarkan warna-warna, memiliki air sendiri untuk dijadikan darah dan cairan lain, udara sendiri untuk memberikan rasa raba, tanah sendiri untuk dijadikan daging,
tulang dan bagian-bagian padat yang lain, mempunyai ether sendiri untuk memberikan bunyi. Dan itu semua dapat terkena penyakit dan kedukaan. Badan jasmani itulah yang dibanjiri oleh lima aliran arus yang ditimbulkan oleh kelima unsur besar, mempunyai sembilan pintu dan dua dewa penguasa, yaitu Jiwa dan wara. Badan jasmani itu diliputi oleh nafsu-nafsu, dan dalam keadaan telanjang tidak pantas dilihat karena tidak suci. Jasmani itu dibentuk oleh tiga sifat, mempunyai tiga unsur pembentuk, yaitu udara, dan dua cairan bening yaitu cairan empedu dan cairan getah bening (lymph). Jasmani itulah yang suka melekatkan diri dengan benda-benda duniawi dan penuh dengan kegelapan atau kebodohan. Jasmani itu sangat sukar atau bahkan tidak mungkin disingkirkan dari alam yang tidak kekal ini, dan dengan
kuatnya
menempel
pada
pengertian
yang
ditunjangnya. Jasad itu, di dunia ini, adalah merupakan rodanya waktu, ia selalu bergerak, berputar. Tepat pula apabila dikatakan bahwa jasad itu merupakan lautan ganas, luas dan dalam penuh dengan bayangan-bayangan yang menipu. Adalah badan ini yang meregang dan mengkerut dan menjagakan alam semesta bersama-sama semua mahluk tak kekal lainnya. Dengan mengendalikan indriya, maka dijauhkanlah kita dari nafsu-nafsu, kutuk dan kemarahan, juga rasa takut dan perasaan kemilikan, permusuhan, kepalsuan, yang semuanya itu merajalela untuk selama-lamanya. Orang yang hidup di dunia ini dan berhasil mengalahkan semuanya itu, yaitu mengalahkan tiga sifat dasar dan kelima unsur besar yang membentuk jasmani ini, akan
mendapatkan tempat tinggi di alam surga. Ia akan mencapai suatu kedudukan di alam yang tidak terbatas. Di dunia ini orang bagaikan sedang menyeberangi sungai dengan lima alatalat pengindraan sebagai tepi-tepi curamnya, kecenderungan pikiran sebagai aliran airnya yang dahsyat, kebodohan sebagai danaunya. Demikianlah, orang harus mampu menundukkan dorongan nafsu dan kemarahannya. Orang dengan kekuatan seperti itu akan mampu membebaskan diri dari kesalahan-kesalahan dan akan mampu melihat kenyataan-kenyataan yang lebih tinggi nilainya. Ia akan memusatkan pikirannya memandang di dalam di pikiran dalam itu diri. sendiri, Setelah diri
memahami segala-galanya, ia melihat diri dengan dirinya, jiwanya terserap ke dalam jiwa semua mahluk hidup, kadang-kadang satu, kadang-kadang lebih dari satu dan berbeda-beda,
berubah bentuk sesuai dengan keadaan dan waktu. Sudah dapat dipastikan bahwa ia dapat melihat bermacam-macam wujud bagaikan ratusan cahaya yang bersumber pada satu cahaya. Orang yang sudah mencapai kesadaran seperti itu, ia itulah Wiu, Mitra dan Barua, Agni dan Prajpati. Dialah yang menciptakan dan yang mengatur. Dia itulah Cinta Kasih yang memandang dengan wajah menghadap ke semua jurusan. Di dalam dirinya terdapat hati nurani semua mahluk. Dia telah bersatu dengan Roh maha agung dari alam semesta, yang mulia dan cemerlang tiada bandingannya. Dia menjadi tujuan bagi semua Brhmaa yang mengutamakan kebijaksanaan, juga menjadi tujuan bagi para Dewa dan sura, Yaka dan Piaca, para Pitri, burung-burung dan para Rakasa beserta mahluk-mahluk halus lainnya.