Professional Documents
Culture Documents
Ka lalu menyuruh Daruka menyiapkan kereta yang dengan segera dikerjakan dan sesaat kemudian dilaporkan bahwa kereta sudah menunggu untuk segera berangkat. Putera Pupun sudah memerintahkan semua anak buahnya untuk segera berangkat kembali ke ibukota kerajaan Hastin. Persiapan berlangsung dengan tertib dan cekatan. Setelah semua siap, kedua pahlawan besar yang bersahabat itu lalu masuk kedalam kereta dan berangkat. Percakapan yang sangat menarik kembali terjadi di dalam kereta itu. Dhanajaya mengucapkan kata-kata sebagai berikut : O kakanda pelindung bangsa Wi, berkat karunia kakanda yang mulia maka kakak hamba raja Yudhihira sudah berhasil merebut kembali singgasananya. Semua musuh kami sudah tewas dan sekarang kakanda raja memerintah terbebas dari segala
bentuk rintangan. O kakanda penakluk rakasa Madhu, dengan paduka berdiri di pihak kami, maka kami para Pawa merasakan suatu perlindungan yang sangat kuat. Paduka kakandalah yang sebenarnya memimpin kami dalam mengarungi samudra kehidupan bangsa Kuru. Hamba, sejak semula sudah yakin bahwa kakanda sebenarnya adalah Roh Yang Maha Agung itu, yang sudah menciptakan alam semesta. Dengan sungguh hati hamba bersujud di hadapan-Mu O Roh alam semesta. Paduka menjelma menjadi manusia paling utama di jagad raya ini. Hamba mengenal paduka sebagaimana paduka sudah menampakkan diri kepada hamba. Wahai penakluk rakasa Madhu, hamba menyadari bahwa roh segala mahluk sudah disepih dari Roh Agung paduka sendiri, atas kekuatan paduka sendiri. Paduka yang menciptakan, memelihara serta kemudian
melebur semuanya itu kembali. Bumi dan langit ini adalah hasil permainan my paduka sendiri. Seluruh alam semesta ini, lengkap dengan wujud-wujud yang bergerak dan tidak bergerak, diadakan oleh kekuatan paduka itu. Paduka menciptakan perubahan melata Cahaya selengkapnya yang dan meliputi dengan empat proses golongan Paduka adalah
mahluk, yang menyusui, yang bertelur, yang tumbuh-tumbuhan. yang cerah itu menciptakan Bumi, langit dan alam Surga. matahari senyuman paduka, musim-musim merupakan pengindraan paduka, udara yang selalu bergerak merupakan nafas paduka, dan kematian kekal adalah kutukan paduka ! Di dalam berkatmu bermukim Dewi Kemakmuran. Memanglah bahwa r selalu berada di dalam diri paduka. O Dikaulah perwujudan kecerdasan tertinggi Di dalam diri paduka segala mahluk bergembira.
Paduka pemberi kepuasan kepada mereka, pemberi kecerdasan, dan pemberi pengampunan. Padukalah cita-cita mereka dan keindahan mereka. Paduka meliputi alam semesta, dan pada akhir jaman, paduka juga O junjungan tanpa dosa yang disebut kehancuran itu. Sungguh hamba tidak kuasa menyebutkan sifat-sifat paduka yang tak terhingga banyaknya itu. Sifatsifat paduka itu sedemikian banyaknya, hingga berapapun lamanya waktu diberikan untuk menyebutkan semuanya satu persatu tidak mungkin akan dapat diselesaikan. ENGKAU, ROH yang maha tinggi itu, hamba memujamu, bersujud di hadapanmu O paduka bermata cerah bagaikan kembang padma. Kekuatan paduka tidak terbendung ataupun ditolak. Hamba sempat pula mengetahui melalui Nrada dan Dewala dan pertapa yang lahir di pulau (Wysa), juga melalui para leluhur hamba, bahwa semua yang
ada di alam semesta, termasuk clan raja-raja di manapun juga berada, paduka sendirilah penunjang mereka. Paduka penguasa tertinggi tempat segala mahluk melindungkan diri. Itulah yang sudah paduka ajarkan kepada hamba. Semoga hamba mampu melaksanakan semua ajaran paduka. O Janrdana, atas karunia dan kasih
sayangmu itu, hamba akan melaksanakan ajaranajaran itu semua. Sungguh luar biasa karunia yang sudah paduka limpahkan kepada kami semua di sini. Terutama dalam tugas kami memusnahkan raja jahat dari Kaurawa, putra Dhtarra itu. Sesungguhnya, angkatan perang raja durhaka itu sudah paduka bakar sebelum bertempur, dan kami hanya melanjutkan tugas menyingkirkan mereka dari medan pertempuran, padukalah yang membasmi mereka itu hingga
nampaknya kami ini mendapatkan kemenangan. Dengan kecerdasan yang paduka kuasai, paduka mengatur siasat peperangan demi kemenangan kami, menghancurkan Duryodhana, Kara dan raja jahat serta berdosa dari lembah sungai Sindh yaitu Bhriraw itu. Hamba akan melaksanakan semua ajaran-ajaran paduka karena hamba sudah tidak mempunyai keraguraguan lagi. Nanti setelah menghadap kakanda raja Yudhihira, hamba akan menghaturkan bahwa kakanda paduka akan meninggalkan kami dan kembali ke Dwraka. Adapun hamba sendiri, sama sekali tidak menghalangi paduka untuk menghadap paman paduka di kerajaan Dwrawati. Dan berjumpa dengan Baladewa yang tangguh dan para pembesar bangsa Wi yang lain!
Sambil bercakap-cakap, akhirnya mereka tiba di ibukota Hastin. Dengan langkah tetap dan gembira mereka memasuki istana yang ditempati oleh Dhtarra. Istana itu dibangun khusus untuk raja tua itu dengan indah dan megah bagaikan istana akra. Mereka menghadap langsung kehadapan Dhtarra yang didampingi oleh Widura yang cerdas itu. Nampak pula di sana raja Yudhihira dengan didampingi oleh Bhmasena yang gagah perkasa dan dua saudara kembar putra Madr dan Pu. Dhtarra didampingi oleh Yuyutsu, Gndhr dan Ptha yang diiringkan oleh Draupad yang cantik dan para wanita isteri pembesar bangsa Bharata yang dengan Subhadra meladeni yang terutama. Kedua nama Nampak juga di dalam ruangan itu para wanita bertugas Gndhr. pahlawan gagah itu mendekat dan bersujud di hadapan Dhtarra, menyebutkan
masing-masing dan lebih menunduk lagi untuk menyentuh kaki raja tua itu. Selanjutnya beringsut untuk menyentuh kaki Gndhr dan Ptha, demikian juga menghormat kehadapan raja Yudhihira dan Bhmasena yang jujur itu. Mereka memeluk Widura dan saling bertegur sapa dengan gembiranya. Setelah itu mereka kembali kehadapan raja Dhtarra. Mereka bercakap-cakap sejenak dan ketika itu malam sudah tiba. Karena itu Dhtarra memperkenankan mereka untuk mengaso dan semuanya lalu menuju ke kamar peristirahatan masing-masing. Ka langsung menuju ke tempat
peristirahatan Arjuna, dan di sana mereka mengaso dengan tenteram. Keesokan harinya, setelah melakukan upacara pagi, keduanya lalu menuju ke dalam ruang pertemuan raja
Yudhihira yang disambut dengan gembira oleh raja muda yang adil itu. Yudhihira didampingi oleh para menteri dan pembesar-pembesar istana. Kedua pahlawan perkasa itu melangkah masuk bagaikan Awin dari alam Kedewataan. Setelah memberi salam dan berbicara basa-basi, keduanya dipersilakan duduk dan Yudhihira berkata kepada mereka. Wahai pahlawan bangsa Yadu dan
adindaku katriya bangsa Kuru, agaknya ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada diriku pagi ini. Katakanlah apa maksud yang tersimpan di dalam hati. Jangan ragu-ragu lagi! Phalguna mendekati kakaknya dan dengan hormat ia melaporkan kepada raja keinginan Ka kembali ke Dwraka itu, katanya : Kakanda maharaja, hamba sekedar ingin
menyampaikan bahwa Wsudewa yang kita junjung tinggi kemuliaannya, yang sudah cukup lama meninggalkan negerinya, sekarang menunggu perkenan paduka kakanda untuk kembali ke Dwraka menengok paman paduka di sana. Perkenankanlah beliau mohon diri untuk menuju kota Anartta. Hamba selaku juru bicara yang mengabdi baik kepada paduka kakanda maupun kepada sahabat, Guru dan junjungan kita itu turut memohon semoga paduka kakanda memperkenankan keinginan beliau itu. Yudhihira tersenyum dan menjawab : O Kakanda Ka junjungan kami, berbahagialah kiranya kakanda hari ini! Apabila paduka menghendakinya, hari inipun, berangkatlah ke Dwrawati untuk menghadap ramanda, pahlawan Sura yang akti itu. O Keawa, berangkatlah! Lama sudah kakanda berpisah
dengan ramanda yang tercinta dan Dewak wanita mulia yang sangat kuhormati. Dan sampaikan terima kasih dan sembah sujud hamba kehadapan ramanda dan juga kepada Baladewa nan perkasa. Wahai kakanda, setelah tiba di tempat tujuan, semoga kakanda selalu ingat kepada kami yang tertinggal di sini dan selanjutnya sudilah paduka kakanda menyampaikan undangan kami kepada paman Wsudewa beserta para pembesar sekalian, dan paduka sudilah memimpin mereka untuk datang kembali ke kerajaan kami guna menghadiri upacara Kurban Kuda yang akan hamba selenggarakan. Silahkan paduka berangkat dan mohon diterima tanda kesetiaan kami berupa batu-batu permata dan sebagainya yang semoga cukup berharga. Selanjutnya hamba persilahkan paduka menentukan sendiri apa-apa saja yang paduka perlukan dalam menempuh perjalanan
kembali itu. Adalah berkat karunia paduka O Keawa, seluruh dunia ini telah takluk ke dalam kekuasaan kami dan musuh-musuh kami sudah terbasmi seluruhnya! Wsudewa lalu menjawab sebagai berikut: O raja, Pahlawan perkasa, semua kekayaan dunia sudah menjadi kepunyaan adinda. Apapun juga yang ada di tempat ku adinda juga yang patut menguasainya! Yudhihira menjawab : Semoga demikianlah hendaknya! Yudhihira mengucapkan kata-kata itu sambil menundukkan kepala serta mencakupkan tangan, menyembah kepada kakandanya tertua Ka, pahlawan wangsa Gada yang hebat luar biasa itu. Setelah diperkenankan oleh raja Yudhihira, Ka (Wsudewa) lalu menghadap bibinya Kunt. Dengan takzim ia menghormati wanita
mulia lebih
ini tua.
dengan Setelah
berkeliling mendapat
sebagaimana lazimnya menghormati orang yang penghormatan itu, sekarang Ka sendirilah yang menerima penghormatan, pertama-tama dari Kunt, kemudian dari Widura dan para pembesar lainnya. Setelah semuanya tata penghormatan itu selesai dijalankan, barulah saudara tua Gada yang bertangan empat itu meninggalkan kota Ngapra. Ka berangkat dengan mengendarai kereta yang sangat indah luar biasa dan adiknya Subhadra ikut serta dengannya, diiringkan oleh rombongan panjang para penakluk kota yang akan mengantarkannya sampai ke batas kota. Para pembesar bangsa Kuru dipimpin oleh Arjuna yang jelas terlihat karena bendera kebesarannya berlukiskan kera, juga Styaki dan kedua putra Madrawati. Widura pun tak ketinggalan dan terakhir
nampaklah Bhma yang langkah-langkahnya bagaikan maharaja gajah, sungguh gagah perkasa. Di luar kota, Janrdana sekali lagi mengucapkan terima kasih dan meminta agar mereka yang mengantarkan itu kembali ke ibukota kerajaan. Setelah mengucapkan katakata perpisahan, Ka memerintahkan kepada Daruka dan Styaki untuk memacu keretanya. Mereka melaju dengan cepat sekali menuju kota Anartta. Styaki melecutkan cambuk dan kereta itu melesat bagaikan kereta Indra meluncur di angkasa.