You are on page 1of 14

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien Nama Usia Pekerjaan Jenis Kelamin Alamat II. Anamnesis Dilakukan autoanamnesis pada pasien pada tanggal 6 Juni 2011. Keluhan Utama : Gatal dan nyeri di daerah dada kiri, ketiak kiri, lengan atas kiri dan punggung kiri Keluhan Tambahan : tidak ada Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSPAD dengan keluhan gatal dan nyeri pada luka di dada kiri, ketiak kiri, lengan atas kiri, dan punggung kiri sejak 7 hari SMRS. Gatal dan nyeri dirasakan terus menerus, bertambah parah terutama jika berkeringat. Gatal dan nyeri hanya terdapat pada daerah luka dan tidak meluas. Luka yang terdapat di dada ada yang mengeluarkan cairan, sedangkan luka di ketiak dan punggung kiri sudah mengering. Keluhan pasien tersebut diawali dengan demam, keringat dingin, pegal pada seluruh tubuh, dan rasa berdebar di daerah dada kiri 12 hari SMRS. Karena takut ada gangguan dengan jantungnya, pasien berobat ke poli jantung dan dikatakan tidak didapatkan kelainan pada jantung pasien. 8 hari SMRS, pasien mengatakan mulai muncul lenting-lenting berisi air di daerah dada kiri dan ketiak kiri, yang pada malam harinya pecah saat pasien tidur. Keesokan harinya, pasien merasakan gatal dan nyeri di tempat lenting-lenting tersebut pecah. Pasien pergi berobat ke Rumah Sakit dan diberikan obat oles Asiklovir krim dan obat minum berupa pil berwarna coklat yang diminum 4 kali sehari pada hari pertama dan 3 kali sehari pada hari berikutnya. Pasien juga diinstruksikan untuk tidak mandi selama masih terdapat bercak. Setelah 2 hari pemakaian obat, karena tidak merasakan adanya perbaikan, pasien menghentikan pengobatan tersebut. Kemudian pasien merasa nyerinya bertambah parah, sampai pasien juga merasa nyeri jika luka tersebut tersentuh oleh baju yang dipakainya, sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke RSPAD. : Ny. KSH : 68 tahun : Ibu Rumah tangga : Perempuan : Kompleks Mabad Kebayoran

Status Pernikahan : sudah menikah

Pasien menyangkal menggunakan obat-obatan maupun menderita penyakit lama sebelum keluhan timbul. Pasien juga mengatakan tetangganya ada yang terkena keluhan serupa dengannya. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah menderita cacar air waktu SD Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat penyakit jantung disangkal. Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal. Riwayat penyakit hipertensi pada ibu pasien. Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan seperti pasien. III. Pemeriksaan Fisik Dilakukan pada tanggal 6 Juni 2011 Keadaan Umum Kesadaran Tinggi badan Berat badan : tampak sakit ringan : compos mentis : 150 cm : 55 kg

Tanda tanda Vital : Tekanan darah : Tidak diperiksa Frekuensi Nadi : 85 kali/menit Frekuensi Nafas: 20 kali/menit Suhu : Afebris : normocephal : konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik : bentuk simetris, sekret tidak ada : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening : normochest, bentuk simetris : dalam batas normal : dalam batas normal

Kepala Mata Telinga Leher Toraks Paru Jantung

Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema

IV.

Status Dermatologikus Lokasi : di daerah dada kiri, regio mamma sinistra kuadran lateral atas dan kuadran medial atas Gambaran : terdapat ulkus berisi pus dengan ukuran terbesar + 7 cm x 3 cm dan terkecil + 3 cm x 2 cm, berbatas tegas, dengan dasar eritematosa, disertai beberapa krusta berwarna kecoklatan. Terdapat beberapa vesikel di tepi luka.

Lokasi

: di ketiak kiri, di sekitar linea axillaris anterior sampai linea axillaris posterior

Gambaran : terdapat ulkus berisi pus dengan ukuran + 3 cm x 2 cm, berbatas tegas, dengan dasar eritematosa, disertai beberapa krusta berwarna kecoklatan.

Lokasi

: Punggung kiri sebelah atas, dari vertebrae sampai linea midscapularis sinistra dan di

lengan atas kiri Gambaran : terdapat beberapa krusta berwarna coklat kehitaman dengan ukuran terbesar + 3 cm x 2 cm, dan terkecil berukuran miliar, dengan dasar eritematosa.

V.

Pemeriksaan Penunjang Uji Tzanc : tidak dilakukan

VI.

Resume Pasien datang ke RSPAD dengan keluhan terdapat gatal dan nyeri pada luka di dada kiri, ketiak kiri, lengan atas kiri, dan punggung kiri sejak 7 hari SMRS. 12 hari SMRS, pasien merasa demam, keringat dingin, pegal pada seluruh tubuh, dan rasa berdebar di daerah dada kiri 8 hari SMRS, pasien mengatakan muncul lenting-lenting berisi air di daerah dada kiri dan ketiak kiri, yang kemudian pecah. Setelah pecah, pasien merasa gatal dan nyeri di tempat tersebut.. Pasien pergi berobat ke Rumah Sakit dan diberikan obat oles Asiklovir krim dan obat minum berupa pil berwarna coklat, serta diinstruksikan untuk tidak mandi selama masih terdapat bercak. Setelah 2 hari pemakaian obat, pasien tidak merasa ada perbaikan, dan merasa nyeri bertambah parah,

serta merasa nyeri pada bercak jika tersentuh baju yang dipakainya, sehingga pasien memutuskan untuk menghentikan pemakaian obat dan berobat ke RSPAD. Ada tetangga pasien yang mempunyai keluhan yang sama dengan pasien. Pada waktu kecil pasien mengaku pernah menderita cacar air. Pada status generalis dalam batas normal. Status Dermatologis: Lokasi : di daerah dada kiri, regio mamma sinistra kuadran lateral atas dan kuadran medial atas Gambaran : terdapat ulkus berisi pus dengan ukuran terbesar + 7 cm x 3 cm dan terkecil + 3 cm x 2 cm, berbatas tegas, dengan dasar eritematosa, disertai beberapa krusta berwarna kecoklatan. Terdapat beberapa vesikel di tepi luka. Lokasi : di ketiak kiri, di sekitar linea axillaris anterior sampai linea axillaris posterior Gambaran : terdapat ulkus berisi pus dengan ukuran + 3 cm x 2 cm, berbatas tegas, dengan dasar eritematosa, disertai beberapa krusta berwarna kecoklatan. Lokasi : Punggung kiri sebelah atas, dari vertebrae sampai linea midscapularis sinistra dan di lengan atas kiri Gambaran : terdapat beberapa krusta berwarna coklat kehitaman dengan ukuran terbesar + 3 cm x 2 cm, dan terkecil berukuran miliar, dengan dasar eritematosa.

VII.

Diagnosis Kerja Herpes Zoster

VIII.

Diagnosis Banding Herpes Simpleks

IX.

Rencana Pemeriksaan Pemeriksaan Tzanc

X.

Pengobatan Non-medikamentosa

Istirahat cukup Jaga luka agar tetap bersih dan kering Dianjurkan memakai pakaian yang longgar dari bahan yang menyerap keringat Edukasi mengenai penyakit herpes zoster

Medikamentosa Amitriptilin tab 1 x 25 mg p.o (diminum pagi hari) 10 hari Methyl prednisolon tab 3 x 4 mg p.o (sesudah makan) 3 hari Fuson cr tube dioleskan pada luka setiap pagi dan sore NaCl 0,9% kompres luka setiap pagi dan sore

XI.

Prognosis Quo ad vitam Quo ad functionam Quo ad sanationam : bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat ditandai adanya rasa nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen yang menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus. 1 Epidemiologi Herpes zoster lebih sering mengenai orang dengan penurunan imunitas seluler seperti pada usia lanjut, pasien dengan keganasan, pasien yang mendapat kemoterapi atau terapi steroid jangka panjang, dan orang dengan HIV. Namun, herpes zoster dapat terjadi pada semua usia. 2 Di Amerika, herpes zoster jarang terjadi pada anak-anak, dimana lebih dari 66% mengenai usia lebih dari 50 tahun, kurang dari 10% mengenai usia di bawah 20 tahun dan 5% mengenai usia kurang dari 15 tahun. 3 Etiologi Virus Varicella zoster merupakan virus penyebab varisela dan herpes zoster. Varicella zoster merupakan virus golongan herpesvirus. Inang dari virus ini hanya terbatas pada manusia dan primata. Stuktur partikel virus (virion) berukuran 120-300 nm. Virion terdiri dari glikoprotein, kapsid, amplop (selubung) virus, dan nukleokapsid yang melindungi bagian inti berisi DNA genom utas ganda. Bagian nukleokapsid berbentuk ikosahedral, berdiameter 100-110 nm, dan terdiri dari 162 protein yang disebut kapsomer. Virus ini akan mengalami inaktivasi pada suhu 56-60C dan menjadi tidak berbahaya apabila bagian amplop (selubung) dari virus ini rusak. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui pernapasan.4

Gambar 1. Struktur virus Varicella zoster4

Patofisiologi Setelah infeksi primer virus varicella zoster, virus tersebut berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion cranialis. Pada orang dengan imunokompeten, infeksi biasanya mempengaruhi satu dermatom, dan pada orang dengan imunokompromise, infeksi mengenai beberapa dermatom. Penurunan imunitas spesifik terhadap virus karena HIV,keganasan,kemoterapi, atau penggunaan lama kortikosteroid dapat mengaktivasi kembali infeksi virus, yang mengenai lokasi setingkat dengan daerah persarafan ganglion yang terkena.Reaktivasi ini menyebabkan peradangan pada ganglion yang menimbulkan kerusakan neuron dan sel-sel pendukungnya. Virus juga terbawa ke axon ke area kulit yang dipersarafi ganglion yang terkena, menyebabkan peradangan lokal. Dikarakteristikan oleh masa prodromal dengan rasa terbakar selama 2 sampai 3 hari, timbul vesikel vesikel pada distribusi dermatom dari ganglion yang terinfeksi. Semua dermatom dapat terkena, namun yang paling umum adalah T1 sampai L2. Walaupun umumnya neuron sensoris yang terkena, neuron motorik juga dapat terkena pada 5%-15% pasien.5 Gejala klinis Pola distribusi unilateral dan dermatomal, dan penampakan ruam herpes zoster sangat jelas sehingga diagnosis biasanya mudah. Sangat penting untuk mengenali gejala sedini mungkin. Ruam herpes zoster bersifat khas yaitu ruam vesikular yang nyeri, sepanjang satu dermatom, berlangsung selama 3-5 hari sebelum lesi menjadi pustul dan keropeng. Ruam sering terasa gatal. 2 Vesikel dapat berisi cairan jernih yang bisa berubah menjadi abu-abu dan kemudian membentuk krusta, bisa juga mengandung darah (herpes zoster hemoragik) dan kemudian jika terjadi infeksi sekunder, dapat terbentuk ulkus dan sikatriks akibat penyembuhan luka. 1 Pada beberapa kasus dapat didahului dengan gejala prodromal, yang meliputi demam, malaise, nyeri kepala, nyeri otot-tulang, pegal, gatal, dan sensasi kulit lokal. Ruam dan nyeri paling sering timbul di dada (torakal) dan di wajah. Masa tunas antara 7 12 hari, dengan masa aktif berupa lesi yang tetap timbul berlangsung kira-kira satu minggu, kemudian masa resolusi antara 1 2 minggu, sehingga biasanya akan sembuh dalam 2-3 minggu.2 Pada individu dengan imunitas yang buruk (imunokompromais), herpes zoster dapat mengenai lebih dari satu dermatom, penyebaran ruamnya generalisata atau ruam menetap lebih lama. Komplikasi neuralgia pasca herpes, superinfeksi bakterial dan terjadinya jaringan parut di kulit juga meningkat. 2 Bila menyerang cabang oftalmikus N. V disebut herpes zoster oftalmikus. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan optikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus,

vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea, juga terdapat gangguan pengecapan. Bila menyerang wajah, daerah yang dipersarafi N. V cabang atas disebut herpes zoster frontalis. Herpes zoster abortif, artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu yang singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem. Bila menyerang saraf interkostal disebut herpes zoster torakalis. Bila menyerang daerah lumbal disebut herpes zoster abdominalis. 6 Komplikasi Penderita yang tidak disertai keadaan penurunan imunitas, biasanya tanpa komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi ialah adanya vesikel yang berubah menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik. 1

Neuralgia pascaherpetik Nyeri merupakan komplikasi tersering herpes zoster yang membuat pasien menderita. Pada fase akut, nyeri biasanya berkurang dalam beberapa minggu. Jika nyerinya masih menetap lebih dari 3 bulan setelah hilangnya ruam zoster, maka diduga pasien mengalami komplikasi neuralgia pasca herpes (NPH).2 Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari. Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang menderita herpes zoster di atas usia 40 tahun, ruam yang meluas, dan intensitas nyeri akut yang lebih berat merupakan indikator meningkatnya risiko terjadinya NPH. 2,6

Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, di antaranya ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik. 6 Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus secara per kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya di muka, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, dan anus. Umumnya akan sembuh spontan. Infeksi juga dapat menjalar ke organ dalam, misalnya paru, hepar, dan otak. 6

Penunjang Diagnosis Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu menegakkan diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak. 1 Demikian pula pemeriksaan cairan vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes serologik. Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan inflamasi bungkus ganglion. Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan antigen virus herpes zoster dapat dilihat secara imunofluoresensi. Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk menegakkan diagnosis. Akan tetapi pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan

penunjang antara lain:7 1. 2. 3. Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan mikroskop elektron. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen Test serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.

Diagnosis banding

1. Herpes

simpleks

hanya

dapat

dibedakan

dengan

mencari

virus

herpes

simpleks

dalam embrio ayam, kelinci, tikus.1

2. Varisela : biasanya lesi menyebar sentrifugal, selalu disertai demam. 6 3. Impetigo


vesikobulosa : lebih sering pada anak-anak, dengan gambaran vesikel dan bula yang cepat pecah dan menjadi krusta.6 Pengobatan Tujuan utama terapi herpes zoster pada orang dewasa usia lanjut adalah selain mempercepat proses penyembuhan juga untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri akut dan mencegah terjadinya neuralgia pasca herpes. Pemberian obat antivirus merupakan salah satu dari beberapa intervensi untuk mempercepat proses penyembuhan dan mempersingkat lamanya nyeri. 2 Biasanya, semakin cepat terapi antivirus dimulai, semakin pendek juga durasi munculnya herpes zoster dan semakin menurnkan kaparahan dari neuralgia pascaherpetik. Terapi yang ideal ialah terapi dimulai 72 jam dari onset gejala. 8 Beberapa panduan menyarankan untuk meresepkan obat antivirus berdasarkan usia (50 tahun) dan penemuan klinis (beratnya nyeri akut, beratnya ruam) sehingga aturan 50-50-50 dapat digunakan sebagai panduan terapi: Terapi diberikan 50 jam atau kurang sejak onset ruam Usia pasien 50 tahun atau lebih Jumlah lesi 50 atau lebih

Tiga antivirus oral yang tersedia untuk terapi herpes zoster


Obat Dosis (per hari) Lama (hari) Asiklovir 5 x 800 mg 7-10 Famsiklovir 2 x 500 mg 7* Valasiklovir 3 x 1000 mg 7* Tabel 1. Obat antivirus oral dan pemakaiannya2

Efek antiviral langsung terhadap virus varicella. Analog nukleosid awalnya difosforilasi oleh tiramidin kinase virus untuk membentuk nukleosid trifosfat. Molekul ini dapat menghambat

10

polymerase virus herpes simplex 30-50 kali lebih besar dibandingkan potensi DNA- polymerase manusia.8 Algoritma terapi

Terapi penunjang: Jaga ruam agar tetap bersih dan kering Untuk rasa tidak nyaman: kompres dingin/lotio kalamin/anestetik topikal Anjuran memakai pakaian dari serat alami yang longgar Edukasi mengenai penyakit herpes zoster

Catatan: Acyclovir topikal tidak dianjurkan Terapi antivirus oral tidak dianjurkan pada herpes zoster dengan kehamilan Pasien imunokompromais: harus diberi terapi antivirus oral

Bagan 1. Algoritma terapi pada herpes zoster2

Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan defisiensi imunitas. Jika lesi baru masih tetap timbul obat tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi baru tidak timbul lagi.1

Istirahat.6 Untuk mengurangi neuralgia dapat diberikan analgetik. 6

11

Usahakan dengan

supaya bedak

vesikel 2%.

tidak Bila
6

pecah terjadi

untuk infeksi

menghindari sekunder

infeksi dapat

sekunder,

yaitu

salisil

diberikan

antibiotik

lokal misalnya salep kloramfenikol 2%.

Bila erosi diberikan kompres terbuka, sedangkan jika ada ulserasi dapat diberikan salep antibiotik. 6 Untuk neuralgia pasca herpetik, obat yang direkomendasikan di antaranya gabapentin dosisnya 1.800 mg 2.400 mg per hari. Hari pertama dosisnya 300 mg sehari diberikan sebelum tidur, setiap 3 hari dosis dinaikkan 300 mg sehari sehingga mencapai 1.800 mg sehari. 6

Sindrom Ramsay Hunt diberikan prednison dengan dosis 3 x 20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat antiviral. Dikatakan kegunaannya untuk mencegah fibrosis ganglion. 6

Segera konsultasi dengan ahli yang tepat jika ditemukan gejala yang berkaitan dengan meningitis (herpes zoster oftalmikus), gigi (zoster cabang maksilaris), infeksi telinga atau ketulian (sindrom Ramsay Hunt), infeksi orofaring (zoster pharyngis/laryngis), meningoencephalitis, and encephalomyelitis; dan ketika terdapat komplikasi motorik ataupun kandung kemih, paru, serta traktus gastrointestinalis.8

Prognosis Umumnya baik.1 Pencegahan Telah dilaporkan suatu uji klinik besar mengenai vaksin herpes zoster untuk orang dewasa berusia di atas 60 tahun untuk meningkatkan imunitas yang sudah menurun. Dikatakan vaksin tersebut sangat efektif menurunkan jumlah kasus herpes zoster dan kejadian NPH. 2 Vaksin ini merupakan imunisasi aktif untuk meningkatkan resistensi infeksi. Vaksin mengandung mikroorganisme atau komponen sel yang dilemahkan, yang berfungsi sebagai antigen. Hal ini dapat merangsang produksi antibodi dengan protektif spesifik.8 Herpes zoster muncul ketika titer antibodi varicella dan imunitas selular spesifik varicella menurun sampai ke level dimana mereka tidak lagi efektif dalam mencegah invasi virus. Kaitannya dalam hal ini, pemberian vaksin varicella pada individu yang titer antibodi dan imunitas selularnya menurun dapat menurunkan risiko perkembangan herpes zoster. Pencegahan dengan vaksinasi ini dianjurkan untuk lanjut usia karena pada usia lanjut terdapat penurunan dari imunitas selular. Pada bulan oktober 2006, US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan vaksin zoster diberikan pada orang yang berusia 60 tahun ke atas, terutama mereka yang memiliki riwayat terinfeksi dengan virus

12

zoster. Akan tetapi, vaksin ini merupakan kontraindikasi untuk pasien yang mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, pasien yang mendapat kemoterapi, atau terapi radiasi untuk tumor atau keganasan hematopoetik.8

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelaamin. Fakultas Kedokteran Indonesia. 2009 Pusponegoro, Erdina HD. Herpes zoster (shingles, cacar ular). [Cited 3 Juni 2011. updated agustus 2009] 3. 4. 5. 6. 7. 8. Available from 2011]. Available from : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/29_171Herpeszoster.pdf/29_171Herpeszoster.html Ramona Dumasari L. Varicella dan Herpes Zoster. [ Cited 3 Juni http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3425/1/08E00895.pdf varicela & herpes zoster Arvin AM. Wolf MH. Varicella Zoster. [Cited 3 Juni 2011.Updated 31 Maret 2011] Available from http://id.wikipedia.org/wiki/Virus_varicella-zoster Anonim. Herpes Zoster. [Cited 3 Juni 2011. Updated 25 Maret 2011]. Available from http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/23/basics/pathophysiology.html) Tri Dinar. Herpes Zoster. [ Cited 3 Juni 2011. Updated 7 Agustus 2008]. Available from :http://dinarhealth.blogspot.com/2008/08/herpes-zoster.html Hemawati Isna. Herpes Zoster. [ Cited 3 Juni 2011]. Available from http://www.scribd.com/doc/41149418/Makalah-Herpes-Zoster Eastern JS, Elston DM. Herpes Zoster. [ Cited 3 Juni 2011. Updated 11 mei 2011]. Available from http://emedicine.medscape.com/article/1132465)

2.

14

You might also like