You are on page 1of 38

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Nenek moyang bangsa Indonesia sejak dahulu telah menekuni pengobatan dengan memanfaatkan aneka tanaman yang terdapat di alam. Warisan yang berharga ini secara turun temurun diajarkan oleh generasi yang terdahulu ke generasi selanjutnya di daerah pedesaaan, tradisi ini sebagian besar dipertahankan. namun, masyarakat perkotaan umumnya sudah melupakannya. Selain jenis tanaman tersebut tidak banyak ditanam diperkotaan, umumnya masyarakat kota lebih memilih cara praktis, yaitu pergi ke dokter jika sakit. kecenderungan untuk meninggalkan pengetahuan mengenai

tanaman obat tampaknya berlangsung terus. Padahal tanaman obat tersebut penting. selain itu tanaman tersebut dapat ditanam dipekarangan sehingga memudahkan bagi kita untuk mencari tanaman obat apabila memerlukannya. Obat tradisional yang berasal dari tanaman memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan kimia, selain murah dan mudah diperoleh. Hal ini disebabkan efek dari

tanaman obat bersifat alami , tidak sekeras efek dari obat-obatan kimia. tubuh manusia pun relatif lebih mudah menerima obat dari bahan tanaman dibandingkan dengan obat kimiawi (Muhliza, 2008 : 5-7). Penggunaan obat berbasis tumbuhan merupakan pendekatan populer untuk perawatan kesehatan di Amerika utara, Eropa, dan Australia dan juga suatu cara pengobatan yang penting diberbagai negara berkembang yang merupakan bagian dari berbagai sistem medis lokal (Heinrich, 2010: 5). Tren gaya hidup yang mengarah kembali ke alam (back to nature) membuktikan bahwa hal-hal yang alami bukanlah hal yang kampungan atau ketinggalan zaman. Dunia kedokteran modern pun banyak kembali mempelajari secara ilmiah. Hasilnya ternyata mendukung bahwa tanaman obat memang memiliki kandungan zat-zat atau senyawa yang secara klinis terbukti bermanfaat bagi kesehatan (Muhlizah , 2008 :7) Salah satu yang menarik adalah tanaman kumis kucing selain karena nama dan morfologinya yang unik juga karena khasiatnya . oleh karena itu penting kiranya bagi kita mengenal lebih jauh mengenai tanaman yang satu ini dan menjadikannya sebagai salah satu alternatif pengobatan yang mudah dan murah.

I.2 Identifikasi Masalah Tumbuhan merupakan makhluk hidup sama halnya dengan manusia mereka memiliki organ-organ yang kompleks untuk dipelajari begitupula dengan cara hidupnya. hal-hal yang dapat diidentifikasi pada tumbuhan khususnya tanaman kumis kucing antara lain : a. Struktur Morfologi tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus) b. Struktur anatomi tanaman kumis kucing c. Proses fisiologisnya d. Sejarah dan sistematika tanaman ini e. Kandungan yang dimilikinya f. Khasiat dan penggunaannya g. Budidaya dan cara pelestariannya.

I.3 Batasan Masalah oleh karena pembahasan masalah tumbuhan cukup kompleks dan sangat luas, maka berdasarkan identifikasi masalah dibatasi pada struktur morfologi, sejarah dan sistematika, kandungan serta khasiat dan penggunaannya sebagai tanaman obat.

I.4 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada makalah ini meliputi : a. Bagaimana sejarah dan sistematika tanaman kumis kucing (Orthosipon aristatus) 3

b. Bagaimana struktur atau bentuk morfologi tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus) ? c. Apa saja kandungan yang dimiliki tanaman ini ? d. Bagaimana khasiat dan penggunaannya sebagai tanaman obat ?

I.5 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni untuk mengetahui dan memahami lebih jauh tentang tanaman obat kumis kucing ( Orthosipon aristatus) bukan hanya bagi penulis tapi juga bagi yang membacanya.

I.6 Manfaat Penulisan 1. Manfaat Praktis Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian akhir semester mata kuliah Bahasa Indonesia. 2. Manfaat Institusi Sebagai bahan masukan/pertimbangan bagi rekan-rekan

mahasiswa farmasi yang ingin mengetahui tentang tanaman kumis kucing (Orthosipon aristatus).. 3. Manfaat Ilmiah Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan bagi yang membacanya serta bahan acuan bagu penulis selanjutnya. 4. Manfaat bagi Penulis 4

Proses penulisan makalah ini merupakan pengalaman yang berharga selain menambah wawasan pengetahuan tentang tanaman obat juga melatih dalam membuat suatu makalah atau karya ilmiah sesuai dengan kerangka yang menjadi acuan atau standar dalam penulisan karya ilmiah.

I.6 Metodologi Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yakni studi literatur atau studi kepustakaan. Dimana penulis mempelajari buku-buku, literatur-literatur informasi melalui internet yang berhubungan dengan tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristats).

BAB II STUDI LITERATUR MORFOLOGI, KANDUNGAN SERTA KHASIAT TANAMAN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus BI. Miq.) SEBAGAI TANAMAN OBAT

II.1 Mengenal Kumis Kucing Berbagai jenis tanaman sudah lama di manfaatkan untuk pengobatan atau menjaga kesehatan seperti halnya peradaban manusia di mulai, selama itu pula pemanfaatan tanaman untuk pengobatan dimulai. masyarakat Indonesia juga telah lama memanfaatkan tanaman obat. hal tersebut bisa dilihat dari kemampuan meracik, meramu tanaman obat, dan tradisi mengomsumsi jamu secara turun-temurun yang sudah mengakar kuat. Tradisi tersebut didukung oleh kekayaan flora Indonesia yang melimpah. Di hutan tropik Indonesia terdapat sekitar 30.000 spesies tumbuhan berbunga. Jumlah tersebut jauh melebihi tumbuhan di daerah tropik lainnya, seperti Amerika Selatan dan Afrika Barat. Hanya Brazil yang mampu menyamai kekayaan flora Indonesia. Dari jumlah tersebut, diperkirakan tidak kurang dari 9.606 spesies diketahui berkhasiat obat 1.

1 )

Obat adalah bahan atau paduan bahan yang berasal dari alam, sintetis atau mineral yang digunakan untuk diagnosis, memperbaiki menyembuhkan penyakit atau kelainan tubuh atau bagian tubuh manusia atau hewan, termasukpromosi kesehatan. (Attamimi, 2007:5).

Setelah sempat tersisihkan dan hampir terlupakan, tanaman obat mulai digunakan kembali. Penyebab utama adalah bahwa khasiat tanaman obat tidak kalah dibandingkan obat sintetis. Bahkan khasiatnya bisa disejajarkan dengan pengobatan konvensional atau modern. Sebenarnya, antara tanaman obat dan obat sintetis (kimia) bisa saling mengisi dan melengkapi. Penyebab lain adalah bahwa pengobatan modern belum mampu mengatasi beragam penyakit hipertensi, infeksi kronis, dan diabetes. Oleh karena penyakit-penyakit tersebut, banyak penderita mengalami ketergantungan terhadap obat kimia tertentu seumur hidup. Harga obat kimia pun relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh sebagian masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, tanaman obat bisa dipakai sebagai pilihan dalam terapi penyakit-penyakit tersebut. Kumis kucing merupakan salah satu jenis tanaman obat yang sering digunakan untuk pengobatan tradisional. Baik secara empiris maupun klinis, kumis kucing bisa digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit (Mahendra, 2005: 5-6)

II.2 Asal-usul dan Penyebaran Kumis Kucing Tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus BI. Miq.) diduga berasal dari daerah Afrika Tropik, kemudian menyebar ke wilayah

Georgia (Kaukasus), Kuba, Asia, dan Australia Tropik. Lebih lanjut

penyebaran kumis kucing di Asia meliputi Indonesia, India, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Berdasarkan catatan plant research of south-east Asia (PROSEA) Bogor, dalam buku Plant Resources of South-East Asia, kumis kucing di Pulau Jawa tumbuh sejak tahun 1928. Selanjutnya, tanaman tersebut mulai menuebar ke berbagai pulau lain, seperti Sumatera dan Sulawesi. Sentra produksi kumis kucing yaitu Jawa Tengah (Ambarawa, Kopeng, dan Blora), Jawa Barat (Sukabumi dan bogor), Jawa Timur, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, dan Sulawesi Utara (Mahendra, 2005:6)

Gambar 1.( http://kaahil.wordpress.com)

II.3 Taksonomi Kumis Kucing Berdasarkan ilmu taksonomi, tata nama kumis kucing sebagai berikut. Regnum Divisi Subdivisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Sympetalae : Tubiflorae (Personatae, Solanales)2 : Labitae (Laminaceae) : Orthosiphon : Orthosiphon aristatus B. Miq O. stamineus Benth O. grandiflorus Bold O. petiolaris O. spicatus Backer O. spiralis Merril O. tementosus var. glabratus O. thymiflorus 3 Nama dagang/ : Kumis Kucing
2 )

3 )

Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta, (Yogyakarta, 2000) hal. 352 B. Mahendra & Fauzi Rahmat Kusuma, Kumis Kucing, (Jakarta: 2005) hal. 8

Nama umum Nama simplisia : Orthosiphi herba (herba kumis kucing) Nama daerah : Sumatera Sunda Jawa Madura : Kumis Kucing (Melayu), giri-giri marah : Jokot singkir, kumis ucing : Remujung,4,5,6 Remuk jung : Sesalesayang7, songot koneng, songkot koceng, soengot koceng Nama asing : Inggris Perancis Belanda Cina Philipina Thailand Vietnam : Java tea, kidney tea plant : The de java : Katessnor : Mao xu cao8 : balbas-pusa, kabling gubat (Tagalog) : Yaa nuat maeo : R[aa]u m[ef]o

4 )

Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta, Yogyakarta : 2000) hal.377 5 ) Ir. Fauziah muhlizah, Tanaman Obat Keluarga, (Depok : 2008) hal.65 6 ) Drs. Sudjaswadi wiryowidagdo, M. Sitanggang, Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung,darah Tinggi, dan kolesterol, (Jakarta : 2002) hal. 7) Dr.C.G.G.J. Van Steenis, Flora, (Jakarta: 2000) hale358 8) Drs. Sudjaswadi wiryowidagdo, M. Sitanggang, Loc. Cit., hal.54.

10

Laos

: Hnwad meew

II.4 Morfologi Kumis Kucing Pengenalan morfologi tanama sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan dalam identifikasi atau kemungkinan tertukarnya dengan tanaman lain. demikian juga dengan tanaman kumis kucing. Pengenalan morfologi tanaman kumis kucing bisa dilihat berdasarkan bagian-bagian tanaman, yaitu akar, batang, daun, bunga, dan biji. 1. Akar Akar kumis kucing termasuk akar tunggang. bentuknya bulat, berkayu, dan bercabang-cabang. Pada ujung percabangan, ukurannya semakin mengecil. Akar berwarna putih kekuningan. a bisa mencapai 25 cm, tetapi proporsional dengan tinggi tanaman. 2. Batang Kumis kucing termasuk terna tahunan, naik perlahan-lahan9, terna tahunan, tumbuh tegak, dan tinggi mencapai 100-150 cm. Batang berbentuk persegi empat agak beralur, berambut pendek atau gundul, berwarna hijau keunguan, dan berdiameter sekitar1,5 cm. batang bercabang-cabang. pada ruas-ruas batang bagian bawah keluar akar.

9)

Dr.C.G.G.J. Van Steenis, Loc. Cit., hal. 358

11

3. Daun Tangkai daun 0,4-3 cm10, daun kumis kucing berbentuk bulat telur, lonjong, lanset, atau belah ketupat dengan permukaan berbintikbintik dan licin karena adanya kelenjer dalam jumlah banyak dan berwarna hijau keunguan. panjang daun sekitar 10 cm dan lebar 3-5 cm. Tangkai daun berbentuk bulat, berwarna ungu kehijauan, daan panjangnya 1-3 cm. Posisi daun pada batang berhadapan dan selangseling. tulang daun bercabang-cabag. 4. Bunga Bunga kumis kucing termasuk bunga majemuk yang keluar dari ujung percabangan. Warna bunga putih atau putih keunguan. Panjang bunga berkisar 7-29 cm. Bunga ditutupi oleh rambut dengan panjang 16 mm. Kelopak bunga berkelenjar dengan urat dan pangkalnya berambut pendek dan jarang, sedangkan di bagian teratas gundul. Bunga tunggalnya berbentuk bibir. Mahkota bunga berwarna putih atau putih keunguan dengan panjang 13-27 mm. bagian atas mahkota bunga ditutupi rambut pendek yang berwarna putih atau putih keunguan. Panjang tabung bunga sekitar 10-18 mm, sedangkan panjang bibir bunga tunggal 4,5-10 cm. Ujung helai bunga berbentuk tumpul dan bundar. Benang sari lebih panjang daripada tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas.
10 )

Ibid.

12

Bunganya menarik perhatian karena memiliki benang sari dan putik yang panjang serta mencuat ke luar menyerupai kumis kucing. Oleh karenanya, di Indonesia tanaman ini lebih dikenal dengan nama kumis kucing. Berdasarkan warna bunga dan tangkai daunnya, kumis kucing dibagi menjadi tiga varietas, yaitu varietas bunga berwarna ungu, varietas bunga berwarna putih dengan tangkai agak merah, dan

varietas bunga putih bertangkai hijau. Varietas bunga berwarna putih dengan batang, tangkai, dan urat daun berwarna merah lebih produktif dan berkualitas baik dibandingkan varietas lainnya (Mahendra B, 2005: 10). 5. Buah Bakal buah gundul, kelopak buah 1 cm panjangnya, buah keras memanjang, berkerut halus (Steenis, 2000: 358)

6. Biji Ketika masih muda, biji kumis kucing berwarna putih kehitaman. Sementara pada biji yang sudah tua berwarna cokelat kehitaman. Berbentuk biji bulat lonjong, berukuran sekitar 1-2 mm (Mahendra, 2005: 10).

13

Gambar 2. Daun, Batang dan Akar

14

Gambar 3. Bunga, Biji dan Kuncup Bunga 15

II.5 Kandungan Kumis Kucing Kumis kucing mengandung bahan kimia, diantaranya orthosiphonin glikosida11, zat samak, minyak atsiri, miyak lemak, saponin, sapofonin, garam kalium, mioinositol, dan sinensitin (Muhlizah, 2008: ) Hasil penelitian Yasmiwar S., dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Padjadjaran lewat B.Mahendra, menunjukkan bahwa daun kumis kucing mengandung senyawa flavanoid 12 aglikon jenis luteolin atau apigen. selain itu, daun kumis kucing juga mengandung senyawa golongan kromen. Lebih lanjut diketahui bahwa di dalam daun kumis kucing ditemukan isolat yang berbentuk kristal jarum (Mahendra, 2005 : 15).

II.6 Khasiat (Efek Farmakologis) Kumis Kucing Khasiat dan kehebatan tanaman obat tidak perlu diragukan lagi. penggunaannya telah teruji pada manusia selama puluhan ribu tahun yang lalu secara turun-temurun. bahkan, sekarang pengobatan dengan tanaman obat tidak semata mengandalkan data empiris saja, tetapi uji praklinis dan uji klinis pun telah banyak dilakukan.
11)

12)

Istilah glikosida adalah istilah generik untuk bahan alam yang secara kimia berikatan dengan gula karena itu glikosida terdiri atas dua bagian : gula dan aglikon. (Michael Heinrich et. al.,Farmakognosi dan Fitoterapi, (Jakarta , 2010) hal.100. Senyawa Flavonoid diturunkan dari unit C 6-C3 (fenilpropana) yang bersumber dari asam sikimat (via fenilalanin) dan unit C 6 yang diturunkan dari jalur poliketida. Fragmen poliketida ini disusun dari tiga molekul malinil-KoA, yang bergabung dengan unit C6-C3 (sebagai KoA tioster) untuk membentuk unti awal triketida. Oleh karena itu, flavanoid yang berasal dari biosintetis gabungan terdiri atas unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur poliketida. Lebih lanjt mengenai manfaatnya lihat (Ibid, Hal. 82-84.

16

Secara umum penelitian tanaman obat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu uji praklinis dan uji klinis. Uji praklinis dilakukan pada hewan percobaan secara in vitro13 di laboratorium. Sementara uji klinis dilakukan pada manusia secara langsung sebagai objek penelitian. Uji praklinis dan uji klinis dimaksudkan agar khasiat dan manfaat tanaman obat bisa diakui secara medis dan ilmiah. Dengan demikian, diharapkan bisa diterima langsung oleh masyarakat, sedangkan dilihat dari aspek ekonomi bisa dikembangkan. Berikut diuraikan beberapa hasil penilitian mengenai efek farmakologis tanaman kumis kucing. Berdasarkan uji praklinis, tanaman kumis kucing telah diketahui bersifat dan berkhasiat sebagai diuretikum, menurunkan kadar asam urat, antibakteri, dan pelarut batu kalsium. 1. Efek Diuretikum Khasiat kumis kucing sudah dikenal sejak lama untuk mengatasi gangguan saluran kencing dan batu ginjal14. Ginjal dan organ saluran lainnya merupakan salah satu alat ekskresi, yaitu pembuangan sisasisa metabolisme tubuh. Bila organ-organ tersebut terganggu maka proses pembuangan racun-racun dalam tubuh akan terganggu pula. salah satu cara untuk mengatasi gangguan organ-organ tersebut
13)

In vitro = di dalam wadah. Untuk menunjuk pada kondisi yang prosesnya (mis. reaksi) dilakukan dengan eksperimen laboratorium (mis. dalamwadah kaca, ttabung reaksi, atau piala) (M. Dahlan, dkk., Kamus Istilah Medis, Surabaya, 2000), hal.298. 14) Batu ginjal adalah batu yang terjadi karena pengendapan senyawa garam oksalat, urat, dan fosfat dalam pial ginjal.(Ibid. Hal.51)

17

dengan pemberian tanaman obat yang salah satunya bersifat sebagai peluruh kencing (diuretikum). Efek diuretikum tanaman obat juga penting untuk mengatasi keluhan penyakit batu saluran kencing. Volume urine yang banyak cukup membantu pembuangan timbunan batu di saluran kencing. Berikut diuraikan hasil penelitian kumis kucing sebagai diuretikum. a. Puspa W. S. (1985) Hasil penelitian Puspa W.S. (1985), peneliti dari fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dalam buku B. Mahendra menunjukkan bahwa efek maksimal terhadap sifat diuretikum dari rata-rata 1 ml infus dengan kandungan 5%, 10%, dan 20% daun kumis kucing berturut-turut yaitu 275,22%; 376,64%; dan 646,12%. Dalam penelitian tersebut, daun kumis kucing dibandingkan dengan tanaman meniran dan kombinasi keduanya. Sementara efek maksimal rata-rata campuran 0,5 ml infus dan kandungan meniran 10% dengan 0,5 ml infus dan

kandungan 10% daun kumis kucing sebesar 521,98%. hal tersebut menunjukkan bahwa kedua tanaman obat ini tidak menunjukkan adanya efek sinergis. lebih lanjut dilakukan pengamatan efek kedua tanaman tersebut terhadap kelinci. hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kumis kucing bersifat diuretikum. hal tersebut bisa 18

memperkuat

bukati

bahwa

kumis

kucing

dapat

mengatasi

gangguan saluran kencing. Kumis kucing juga mengandung unsur kalium (K) yang cukup signifikan. lebih lanjut diketahui bahwa kalium berfungsi sebagai pelarut batu ginjal dan batu saluran kemih. b. Ninuk K. dan Asiafri H. (1989) Penelitian yang dilakukan oleh Ninuk K. dan Asiafri H.

(1989), Jurusan Biologi, FMIPA UNAIR, Surabaya dikutip dari buku B. Mahendra ad alah membandingkan khasiat diuretikum infus daun muda dengan daun tua kumis kucing pada kelinci. hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daun muda kumis kucing lebih efektif sebagai diuretikum dibandingkan daun tua. Pola kerja infus daun kumis kucing adalah awal kerja yang cepat dengan masa kerja relatif singkat. c. Trivena F. G. (1992) Trivena F. G. (1992), Fakultas Farmasi, WIDMAN dalam buku B. Mahendra membandingkan efek diuretikum antara rebusan daun kumis kucing dengan daun landep pada ttikus putih. Hasil penelitian tersebut sebagai berikut. 1. Rebusan daun kumis kucing dan rebusan daun landep menaikkan pengeluaran urine secara signifikan.

19

2. Sekresi urine tikus putih yang diberi rebusan 20%, 40% daun landep dan rebusan 10%, 40% daun kumis kucing tidak terdapat perbedaan nyata. Kadar kalsium (Ca) batu ginjal yang terlarut dalam infus daun landep dan infus kumis kucing dipengaruhi oleh kadar kalium dalam infus. Selain itu, kemungkinan juga dipengaruhi oleh senyawa lain yang menambah kelarutan kalsium batu ginjal tersebut. d. Yudi G. (1998) Penelitian Yudi G. (1998) , mahasiswa Fakultas

Kedokteran, Universita Padjadjaran, Bandung dalam buku karya B. Mehendra membandingkan potensi diuretikum antara infus batang kumis kucing dengan daun kumis kucing. Penelitian tersebut dilakukan pada kelinci melalui mulut . Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume urine rata-rata kelinci yang diberi infus daun kumis kucing sebesar 27,0 ml. sementara volume urine rata-rata kelinci yang diberi infus batang sebesar 22,4 ml. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah potensi diuretikum daun kumis kucing lebih baik daripada infus batangnya. Lebih lanjut diketahui bahwa kalium dalam kumis kucing bisa memberikan efek diuretikum (Mahendra, 2005 : 15-17)

20

2. Menurunkan Asam Urat Asam urat (urid acid15) merupakan hasil akhir metabolisme purin. Purin16. Purin dalam darah berasal dari makanan dan sebagai hasil pemecahan asam nukleat tubuh. Asam urat termasuk sisa metabolisme tubuh yang hampir tidak berguna. Ginjal dan saluran kencing lainnya berfungsi membuang asam urat. Efek diuretikum dan pemecah kristal asam urat yang dimilki tanaman kumis kucing bisa mempercepat proses pembuangan asam urat dari dalam tubuh. Sudah sejak lama tanaman kumis kucing bisa digunakan untuk mengobati penyakit asam urat (gout). Winangku I. (1990) dalam buku B. Mahendra meneliti efek kumis kucing terhadap penurunan kadar asam urat tikus putih. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kadar asam urat kelompok tikus yang diberi infus daun kumis kucing berdosis 25,75 g/kg bobot badan pada hari ke-0 sebesar 1,96 mg/dl; hari ke-1 sebesar 1,40 mg/dl; hari ke-3 sebesar 1,16 mg/dl; hari ke-5 sebsar 0,96 mg/dl; dan hari ke-7 sebesar 0,68 mg/dl. Rata-rata kadar asam urat darah kelompok infus daun kumis kucing berdosis 12,85 g/kg bobot badan

15 )

16)

Uric acid atau asam urat, produk akhir dari pemecahan purin dalam kebanyakan primata, unggas, reptilia terestrial dan insekta. Pada manusia, asam urat merupakan bentuik utama produk metabolisme nitrogen yang diekskresikan. penimbunan asam urat dalam cairan sinovial pada persendian mengakibatkan penyakit encok (goul). Ibid. Hal.618. Purin atau purina adalah basa organik bernitrogen, sedikit larut dalam air, memberikan turunan (derivat) senyawa yang penting secara hayati terutama adenina dan guanina yang dijumpai dalam nukleotida dan asam, nukleat (DNA dan RNA). Ibid. Hal. 503-504.

21

pada hari ke-0 sebesar 1,40 mg/dl; hari ke-1 sebesar 1,10 mg/dl; hari sebesar 0,43 mg/dl. Berdasarkan uji statistik disimpulkan bahwa pemberian infus daun kumis kucing berdosis 12,85 g/kg bobot badan selama 7 hari bisa menurunkan asam urat darah tikus sebanding dengan pemberian obat kimia Alopurinol 42,85 mg/kg bobot badan. Penurunan asam urat tikus putih dengan infus kumis kucing berdosis 12,85 g/kg bobot badan lebih beasr dibandingkan dengan infus daun kumis kucing berdosis 25,75 g/kg bobot badan (Mahendra, 2005 : 17-18) 3. Antibakteri Di samping sebagai pelarut batu ginjal dan batu kandung kemih, kumis kucing juga berfungsi sebagai anti inflamasi17 serta menurunkan kadar gula darah, darah tinggi, demam, sifilis, dan antibakteri. Salah satu senyawa aktif dalam kumis kucing adalah sinensitin yang telah diuji efeknya terhadap bakteri. Yayu S. S. (2003), mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dikutip dari buku B. Mahendra, meneliti efek senyawa sinensitin terhadap bakteri. Metode penelitian untuk mendapatkan senyawa murni

17)

Inflamasi adalah reaksi jaringan terhadap injuri (luka) ditandao oleh warna kemerahan, rasa sakit, suhu yang meningkat dan pembengkakan, serta perubahan-perubahan histologi jaringan yang bersangkutan; peradangan; radang. Ibid. hal. 286.

22

sinensitin dilakukan dengan proses maserasi18 menggunakan metanol dan air dengan perbandingan 50 : 50. Ekstrak tersebut difraksinasi, kemudian dimaserasi dengan eluen kloroform , etil asetat, dan metanol dengan perbandingan 6 : 3 : 1. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak daun kumis kucing memberikan daya berbeda antara bakteri Staphylococcus epidermidis dan Eschericia coli. Demikian pula dengan senyawa sinensitin dalam daun kumis kucing memberikan daya hambat relatif besar, terutama terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis (Mahendra, 2005 : 18-19) 4. Pelarut Batu Ginjal Pengobatan batu ginjal secara konvensional memang dinilai sangat mutakhir. namun demikian, tanman obat saat ini juga mulai terbukti efektif dalam pengobatan penyakit batu ginjal. Pengobatan batu ginjal dengan tanaman obat sangat praktis, efisien, dan ekonomis. Hal tersebut dikarenakan bahan senyawa aktif pada tanaman obat mampu melarutkan batu ginjal. Penelitian yang dilakukan oleh Agus T.C. (1990), Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, di bawah bimbingan DR. Ediati Sasmito, Apt yang dikutip lewat B. Mahendra. Penelitian
18)

Maserasi merupaka pelunakan jaringan karen aterndam dalam cairan, terutama cairan asam, sehingga jaringan pengikat melarut dan bagian-bagian jaringan dapat dipisahkan (dalam histologi) Ibid. Hal. 366.

23

mengenai pengaruh infus daun kumis kucing dan daun tempuyung terhadap kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infus dengan kadar 0,5%; 1%; dan 2% kalsium batu ginjal yang terlarut dalam infus daun tempuyung lebih baik dibandingkan infus daun kumis kucing. sementara pada kadar 5%; 7,5%; dan 10% kalsium batu ginjal yang terlarut dalam infus daun kumis kucing lebih baik dibandingkan infus daun tempuyung (Mahendra, 2005: 19).

II.7 Penggunaan Tanaman Kumis Kucing Seluruh bagian kumis kucing dapat di manfaatkan untuk

mengobati beberapa penyakit19. Biasanya penggunaan daun kumis kucing sebagai obat diramu bersama tumbuhan obat lainnya, seperti tapak liman, keji beling, bangle, pegagan, tempuyung, dan lain-lain. Tujuan peramuan tersebut untuk membantu meningkatkan atau memperkuat daya kerja kumis kucing dalam mengatasi suatu penyakit. 1. Batu Ginjal dan Batu Kandung Kemih Pada prinsipnya, penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih hampir sama. perbedaannya hanya terletak pada posisi batu tersebut berada. pada batu ginjal, posisi batu berada di ginjal, sedangkan pada batu kandung kemih, posisi batu berada di kandung kemih.

19 )

Drs. H. Arief Hariana, Tumbuhan Obat & Khasiatnya., (Jakarta, 2008), hal. 65.

24

Tingkat keberhasilan pengobatan batu ginjal dan batu kandung kemih dengan tanaman obat bervariasi, tergantung ukuran batu yang terbentuk dan bahan dasar batu itu sendiri. Pada kasus-kasus tertentu, pengobatan batu ginjal dan batu kandung kemih hanya memerlukan 35 hari. Batu tersebut akan luruh dan keluar bersama dengan air seni. Namun, bila ukuran batu lebih besar, biasanya membutuhkan waktu relatif lebih lama untuk mengeluarkannya. Pada kondisi tertentu, penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih ditandai dengan gejala nyeri di seluruh punggung, sering kencing, kadang nyeri ketika buang air seni, demam, dan terkadang keluarnya air seni disertai darah atau nanah. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat ramuan tanaman obat untuk mengobati penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih sebagai berikut. Daun kumis kucing kering Keji beling kering Tempuyung kering Meniran kering Tapak liman kering : 7g : 15 g : 10 g : 7g : 10 g

Semua bahan direbus dengan 7 gelas air hingga tersisa 4 gelas. Hasil rebusan disaring dan hasil saringan kemudian diminum dalam keadaan hangat pada pagi, siang, dan sore hari. Sekali minum 25

sebanyak 1 gelas (200 cc). Sebaiknya, sisa 1 gelas sebelum diminum dihangatkan terlebih dahulu. Pantangan yang perlu dilakukan selama menjalani pengobatan batu ginjal dan batu kandung kemih yaitu mengomsumsi makanan seperti cokelat, lemak, alkohol, jeroan, dan kopi. Sementara anjuran yang perlu dilakukan adalah mengomsumsi air putih sebnayk 2,5 3 liter per hari dan olahraga secara teratur. ( Mahendra, 2005: 37-39). 2. Batu Kantung Empedu Giling segenggam daun kumis kucing, sejempol kunyit, 7 helai daun ungu, dan 2 siung bawang putih. Tambahkan sepotonng kayu manis, lalu rebus dengan 11/2 liter air samapai tersisa 750 ml. Minum air rebusan 2 kali sehari. 3. Bengkak kandung kemih Cuci bersih 30 g herba kumis kucing, 30 g daun sendok, dan 30 g rumput lidah ular. Rebus semua bahan dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Minum air rebusan dua kali sehari masing-masing gelas.(Hariana, 2008: 65). 4. Infeksi Kandung Kemih dan Saluran Kemih Infeksi kandung kemih dan saluran kemih adalah peradangan kandung kemih dan saluran kemih yang disebabkan oleh adanya infeksi kuman. Kuman tersebut masuk melalui alat kelamin kelenjar prostat, ginjal, atau air seni yang mengenang. 26

Gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit tersebut sebagai berikut. Rasa nyeri pada kandung kemih ketika buang air kecil. Rasa tidak nyaman pada kandung kemih. Sering buang air kecil. Terkadang disertai demam dan timbulnya pendarahan pada kandung kemih atau saluran kemih. Bahan-bahan yang digunakan sebagai ramuan tanaman obat untuk mengobati infeksi kandung kemih dan saluran kemih sebagai berikut.. Daun kumis kucing kering Pegagan kering Rumput mutiara kering Krokot kering Tapak liman kering : 15 g : 10 g : 7g : 7g : 10 g

Semua bahan direbus dengan 6 gelas air hingga tersisa 4 gelas. Saring hasil rebusan dengan kain saring, kemudian minum dalam keadaan hangat pada pagi dan sore hari. Sekali minum sekitar 200 cc (1 gelas). Sebaiknya, sisa 2 gelas sebelum diminum dihangatkan terlebih dahulu. Konsumsi ramuan tersebut bisa dihentikan bila keluhan pada kandung kemih sudah hilang.

27

Pantangan yang perlu dihindari selama pengobatan adalah mengonsumsi cabai, asam, lemak, jengkol, cokelat, soft drink, dan kopi. Sementara anjuran yang perlu dijalankan adalah banyak mengonsumsi air putih, sekitar 2,5 3 liter/hari (Mahendra, 2005: 39-40). 5. Encok Rebus 30 g daun kumis kucing dan 30 g herba meniran dalam 3 gelas air hingga tinggal 11/2 bagian. Setelah dingin, minum air rebusan 3 kali sehari masing-masing gelas (Hariana, 2008: 66). 6. Asam Urat Banyak orang beranggapan bahwa penyakit rematik dan asam urat adalah sama. Namun, anggapan orang tersebut ternyata keliru. Rematik dan asam urat memang memiliki kesamaan gejala, yaitu timbulnya rasa sakit pada persendian. Akan tetapi, kedua penyakit tersebut memiliki perbedaan yang sangat jauh. Perbedaan kedua jenis penyakit ttersebut terletak pada faktor penyebabnya. Rematik biasanya disebakan oleh peradangan atau infeksi pada persendian. Sementara asam urat disebabkan oleh tingginya kadar purin di dalam darah melebihi batas normal. Pada tingkat lanjut, asam urat dapat menyebabkan terjadinya endapan-endapan kristal pada jaringan-jaingan tubuh. Endapan tersebut dapat merusak dan menimbulkan rasa sakit pada organ tubuh.

28

Asam urat didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar purin di dalam darah yang melebihi batas normal. Keadaan seperti ini disebut hiperurisemia. Penyebab

hiperurisemia adalah produksi asam urat dalam tubuh yang berlebihan, sedangkan proses pembuangannya melalui air seni sangat berkurang. Akibatnya, kandungan asam urat dalam tubuh meningkat. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat ramuan tanaman obat untuk mengobati asam urat sebagai berikut. Daun kumis kucing kering Sidaguri kering Tapak liman kering : 7g : 15 g : 10 g

Semua bahan direbus dengan 7 gelas air hingga tersisa 4 gelas. Hasil rebusan disaring dengan kain saring, kemudian minum dalam keadaan hangat pada pagi, siang, dan sore hari. Sekali minum sebanyak 1 gelas (200 cc). Sebaiknya, sisa 1 gelas sebelum diminum dihangatkan terlebih dahulu. Pantangan yang harus dihindari selama pengobatan asam urat dengan ramuan tanaman obat yaitu mengonsumsi makanan yang banyak mengandung purin, seperti lemak, otak, jeroan, kerangkerangan, alkohol, durian, tape, alpukat, bayam, kacang-kacangan, emping, dan cokelat. Sementara anjurannya adalah mengonsumsi buah

29

dan meningkatkan konsumsi air putih, sekitar 2,5-3 liter/hari (Mahendra, 2005:41-42). 7. Keputihan Rebus 1 genggam daun kumis kucing, 1 genggam beluntas, 1 sendok teh jinten hitam, dan 10 biji kemukus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Minum air rebusan 2 kali sehari masing-masing gelas. 8. Menghilangkan Panas dan Lembap serta Masuk Angin Rebus 30-60 g tumbuhan kumis kucing kering atau 90-120 g tumbuhan kumis kucing basah. Minum air rebusan seperti minum teh. 9. Darah Tinggi Penyakit darah tinggi biasa dikenal dengan istilah hipertensi. Tubuh dikatakan mengalami penyakit darah tinggi bila tekanan darah pada kisaran sistolik20 di atas 140 mm HG. dan diastolik21 di atas 90 mm Hg. Sejauh ini penyebab utama penyakit hipertensi belum diketahui secara pasti. namun demikian, hipertensi gangguan besar kemungkinan tubuh.

disebabkan oleh kelainan atau

pada organ

Contohnya, kelainan pada kelenjar endokrin, kelainan pada jantung, kelainan pada organ ginjal, atau kelainan pada metabolisme tubuh.
20)

21)

Sistolik berhubungan dengan penguncupan jantung akibat kontraksi otot jantung. M. Dachlan. Y. Al-Barry, Op.Cit., hal.554. Diastolik berhubungan dengan pengendoran otot jantung pada waktu pengisian kembalijantung oleh darah. Ibid. hal. 147.

30

Pada orang dewasa, hipertensi biasanya disebabkan oleh terjadinya penurunan vitalitas organ tubuh seperti jantung, pembulu darah, ginjal, lever, paru-paru, dan organ lainnya. Bahan-bahan yang digunakan sebagai ramuan tanaman obat untuk mengobati hipertensi sebagai berikut. Daun kumis kucing kering Sambiloto kering Pegagan kering Daun murbei kering Seledri segar Belimbing segar : 10 g : 10 ng : 15 g : 7g : secukupnya : 5 buah

Semua bahan dicuci bersih dengan air mengalir. Semua bahan direbus, kecuali seledri dan belimbing, dengan 6 gelas air hingga tersisa 4 gelas. Hasil rebusan disaring dengan kain saring dan diminum dalam keadaan hangat pada pagi dan sore hari. Sekali minum sekitar 200 cc (1 gelas). Sebaiknya, sisa 2 gelas sebelum di minum dihangatkan terlebih dahulu. Konsumsi ramuan ini bisa dihentikan bila kondisi tekanan darah sudah stabil. Sayuran seledri dapat digunakan sebagai selingan setelah makan. Penyajiannnya bisa dalam bentuk jus atau air rebusan. Buah belimbing dikonsumsi dalam bentuk buah segar setelah makan siang dan makan malam.

31

Pantangan yang perlu dihindari selama menjalani pengobatan hipertensi dengan tanaman obat adalah mengonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak, daging, garam, ikan asin, rokok, dan alkohol. Pantangan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan fungsi tanaman obat. Sementara anjuran yang perlu dilakukan adalah olahraga secara rutin, misalnya renang dan jalan pagi (Mahendra, 2005: 43-44). 10. Pelangsing Tubuh Obesitas didefinisikan sebagai peningkatan berat badan yang melebihi kebutuhan fisik tubuh sebagai akibat dari akumulasi lemak berlebih dalam tubuh. Produktivitas orang yang terserang obesitas cenderung menurun. Bila terjadi obesitas yang berlebihan, penderita sulit melakukan aktivitas sehari-hari, seperti jogging, berenang, dan lain-lain. Selain itu, obesitas juga dapat berdampak pada serangan berbagai macam penyakit, seperti jantung, kolesterol, hipertensi, diabetes, rematik, asam urat, ginjal dan lain-lain. Pengobatan obesitas dengan tanaman obat bukan hanya ditujukan untuk menurunkan berat badan pasien saja. Lebih dari itu, juga ditujukan untuk mengobati penyakit-penyakit penyerta (sekunder) yang kemungkinan dialami penderita obesitas. Bahan yang digunakan untuk membuat ramuan tanaman obat untuk pelangsing tubuh sebagai berikut. 32

Daun kumis kucing kering Jati belanda kering Bangle kering Kunci pepet kering Kemuning kering

: 7g : 15 g : 10 g : 7g : 5g

Pantangan yang perlu dihindari selama menjalani program pelangsingan tubuh dengan ramuan tanaman obat adalah

mengonsumsi makanan seperti keju, cokelat, lemak, alkohol, jeroan, kopi, daging, dan gorengan. Sementara hal-hal yang dianjurkan adalah mengonsumsi buah-buahan dan sayuran serta olahraga secara teratur (Mahendra, 2005: 49-51). Meski dari bahan alami tetap saja harus tetap hati-hati dalam mengonsumsinya. Pemakaian yang berlebihan menyebabkan hati

keracunan, terutama menyebabkan kerusakan pada organ (Hariana, 2008:66).

33

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus (BL.) Miq. Di beberapa wilayah di Indonesia dikenal dengan nama yang berbeda seperti remujung (Jawa Tengah), kumis kucing (Melayu), kumis ucing (Sunda), Soengot koceng (Madura). Di inggris dikenal dengan nama Cats whiskers dan di Cina (Mao xu cao). Kumis kucing memiliki rasa sedkit pahit, agak asin, sepet, dan bersifat sejuk. beberapa bahan kimia yang terkandung dalam kumis kucing diantaranya zat samak, minyak atsiri, orthosiphon glikosida, minyak lemak, saponin, sapofonin, garam kalium (0,6-3,5%), dan myoinositol. Efek farmakologis yang dimiliki oleh kumis kucing di antaranya antiradang, peluruh air seni (diuretic), dan penghancur batu saluran kencing, mengatasi encok, keputihan, menghilangkan panas dan lembap serta masuk angin bahkan juga dipakai buat pelangsing. Meski demikian pemakaian yang berlebihan menyebabkan keracunan, terutama

menyebabkan kerusakan pada organ hati.

34

III.2 Saran Sebaiknya formatnya disesuaikan saja dengan format skripsi dengan demikian secara tidak langsung kita seolah-olah dituntut untuk membuat skripsi. Dengan demikian menjadi pelatihan sebelum sampai waktunya dalam pembuatan skripsi yang sebenarnya

35

DAFTAR PUSTAKA

Al-Barry, M. Dachlan, Y., Yustina Akmalia, S.Kp., A. Rahman Usman. 2001. Kamus Istilah Medis. Surabaya: Arkola. Attamini, Faisal., 2007. Farmaseutika (Sebagai Dasar Teknologi Farmasi). Makassar : Alauddin Press. Garnadi, Y., 1998. Perbandingan Potensi Diuretik Antara Infus Daun Dan Batang Tumbuhan Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BI. Mig.) Pada Kelinci Secara Oral, Skripsi Sarjana, Bandung : Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran. Hariana, H. Arief, Drs., 2008. Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya. Heinrich, et al. 2010. Farmakognosi dan Fitoterapi, terj. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. http://kaahil.wordpress.com/2009/11/07/khasiat-herbal-gambar-kumis-kucingsambiloto-bunga-pukul-delapan-dan-bunga-tahi-kotok/ Isparyanto, W., 1999. Pengaruh Infusa Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BI. Mig.) Terhadap Asam Urat darah Tikus Putih, Skripsi Sarjana, Yogyakarta : Fakultas kedokteran, Universitas Gadjah Mada. Mahendra, B & Fauzi Rahmat Kusuma, 2005. Kumis Kucing. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya. Muhliza, Fauziah, Ir., 2008. Tanaman Obat Keluarga. Depok : Penerbit Swadaya. Sari, P. W., 1985. Efek Penyuntikan Campuran Infus Daun Meniran (Phyllantus niruri Linn.) Dan Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BI. Mig.) Terhadap Jumlah Tetes Urine Kelinci Terbius. Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian, Fakultas Kedokteran Hewan, Yogyakarta : Gadjah Mada.

36

Sastroamidjojo, Seno, Dr., 2001. Obat Asli Indonesia. Jakarta : PT. Dian Rakyat. Sofiani, Y. S., 2003. Isolasi, Pemurnian, Dan Uji Aktivitas AntiBakteri Senyawa Sinensitin Dari Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BI. Mig.). Skripsi Sarjana (Bogor : Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor). Steenis, Van. Dr. C.G.G.J., 2000. Flora. Jakarta : PT. Pradnya Paramita Susilawati, Y., Telaah Senyawa Berbentuk Kristal Jarum Dalam Fraksi NonPolar Dekok Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BI. Mig), Skripsi Sarjana (Bandung : Fakultas Matemataika Dan Ilmu Penegtahuan Alam, Universitas Padjadjaran, tt. Tjitrosoepomo, Gembong., 2000. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Wiryowidagdo, Sudjaswadi, Drs. & Sitanggan M., 2002. Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, Dan Kolesterol. Jakarta Selatan : PT. Agromedia Pustaka.

37

38

You might also like