Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 6
KELOMPOK 6
Evan Sihol Maruli M Erna Yulida Desita Permatasari Aditya Azhari Muhammad Fariz Fairuz Athiyyah Nur Aida Fitria Ahmad Adityawarman Silvan Juwita Syamsu Akbar K M. Mahliyan Furqani I1A009011 I1A009008 I1A009023 I1A009022 I1A009019 I1A009053 I1A009026 I1A009077 I1A009018 I1A009088 I1A009099
Skenario 3
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun melempari seekor anjing di jalanan. Anak tersebut kemudian pulang ke rumah sambil berteriak-teriak pada ibunya bahwa kakinya digigit anjing. Luka-luka dibersihkan dengan antiseptik oleh tenaga kesehatan didekat rumah. Lalu diberikan antibiotika. Beberapa minggu kemudian,anak itu mual,hilang nafsu makan dan demam. Sesudah beberapa hari anak menjadi gelisah, sering mengigau, dan tidak bisa minum karena setiap mau minum langsung seperti orang tercekik. Beberapa hari kemudian anak tidak sadar.
PERJALANAN PENYAKIT
Beberapa hari kemudian Anak gelisah, sering mengigau, tidak bisa minum (seperti orang tercekik)
DIAGNOSIS
SUSPEK RABIES
Patogenesis
Virus masuk melalui gigitan replikasi virus di otot dan jaringan ikat virion masuk sistem saraf tepi naik secara pasif melalui saraf sensoris replikasi di ganglion dorsal
infeksi batang otak, medula spinalis, otak kecil dan bagian otak lain
infeksi menjalar turun dari otak ke mata, kelenjar liur, kulit, dan organ lain.
Perjalanan Penyakit
Sensoris
Eksitasi
Prodromal
Paralitik
Pengobatan
Rabies Treatment
Pre exposure
Post exposure
Re Exposure
Algoritma Tatalaksana
R R
R R
Antrain 1 g inj amp No.I S. i.m.m Diazepam supp 5 mg No.I S. uc Ringer Laktat 500 ml No. 1I S. i. m. m Surflo 20 No.1 Infusion Set No.1 Dispossable Syringe 5 ml No.II Foley Catheter 12 No.1 Urin bag No.1 Aquades fl 25 ml S. i. m. m
Cito
TERIMA KASIH
Penggunaan Antibiotik
Antibiotic solutions are useless and may increase tissue irritation. Systemic antibiotic therapy will not prevent infection after bite wounds. It is only recommended for high-risk wounds such as deep punctures, i.e. those repaired surgically, and bites in the hands. Patients with a medical history of chronic disease such as diabetes, vascular disorders, prosthetic heart valves or presenting high risk of infection can be treated with antibiotics. Prophylactic antibiotics should be administered for 3 to 5 days. For cellulites, the treatment must continue from 10 to 14 days (80, 86).
Rabies Review: Immunopathology, Clinical Aspects And Treatment , 2007
Antipiretik
Antrain -> metamizole 500 mg/ml. 1 ampul @ 2 ml Dosis: 500 mg jika sakit timbul, 500 mg tiap 6-8 jam, maks 3x/hari
Resusitasi Cairan
Fungsi :Maintenance Holiday Segar: 40 x 10 = 400 cc 20 x 10 = 200 cc 10x 10 = 100 cc Total : 700 cc/hari
Anti konvulsan
Diazepam Digunakan dalam fase eksitasi : jika anak gelisah
Child: In conjunction with rabies vaccine in previously unvaccinated individuals: HRIG 20 IU/kg, admin as soon as possible at the same time as vaccine, or up to 7 days after vaccine inj. Recommended dose to be infiltrated thoroughly in and around the cleansed wound; any remainder to be injected via IM inj in area distant to that of vaccine inoculation e.g. anterior thigh. If calculated dose is not enough to infiltrate all wounds, dilute 2-3 folds with sterile saline to allow thorough infiltration. Previously vaccinated individuals with adequate rabies antibody titer: rabies immunoglobulin should not be admin; only vaccine should be given.
Contraindication
Do not give repeated doses of rabies immunoglobulin once rabies vaccine is given as this may reduce the immunologic response to the vaccine.
Reference: http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/rabies%20im munoglobulin/
Cautions
Thrombocytopenia, bleeding disorders, or prior allergic reactions to immune globulins Avoid live vaccinations for 3 mth Do NOT give IV
Reference: http://reference.medscape.com/drug/hyperrab-s-d-rabiesimmune-globulin-human-righ-343142#5
Indikasi
1. Pencegahan rabies kepada mereka yang mempunyai resiko besar untuk mendapat infeksi. a. Group profesi : 1. Dokter Hewan 2. Teknisi yang bekerja pada hewan3. Karyawan laboratorium yang bekerja dengan virus rabies 4. Karyawan rumah potong hewan5. Petugas kesehatan ( dokter / perawat ) yang menangani kasus luka gigitan hewan penular rabies / penderita rabies. 6. Petugas peternakan yang menangani hewan perular rabies, dll.
Kontraindikasi
Mengingat pentingnya pencegahan rabies, semua kontra indikasi adalah sekunder bila terdapat kasus tersangka/kontaminasi dengan virus rabies
Indikasi
1. Untuk mencegah timbulnya rabies, pengobatan harus dimulai sedini-dininya setelah digigit oleh hewan yang mencurigakan. Bila seorang pasien yang telah divaksinasi dengan vaksin antirabies secara komplit dengan SMBV dan masih dalam jangka waktu 3 bulan setelah divaksinasi, digigit lagi oleh anjing, kucing dan kera ataupun hewan lain yang positif rabies,maka pasien tadi tak perlu di vaksinasi lagi, 3 6 bulan, cukup diberi 2 kali sun cutan (sc) disekitar pusar dengan interval 1minggu : sedangkan apabila digigit anjing tersangka rabies lagi antara 6 bulan atau lebih dianggap penderita baru. 2. Imunisasi sebelum digigit (Pre Exposure Immunization) sebagai pencegahan misalnya pada pemelihara hewan, petugas kesehatan yang menangani luka gigitan hewan penular rabiesdan penderita rabies, petugas peternakan yang menangani hewan penular rabies, pegawai
Kontraindikasi
Sebelum digigit : hipersensitif terhadap processed bovine gelatin, chicken protein, neomycin, chlortetracycline dan amphotericin B dalam jumlah sedikit. Setelah digigit : tidak ada kontra indikasi yang spesifik.(kontraindikasi dari medycatherapy.com)
Daftar Pustaka
Depkes RI 2000 Petunjuk Perencanaan dan penatalaksanaan kasus gigitan hewan tersangka/ rabies di Indonesia
VAR
Pemeriksaan Fisik : Identifikasi luka gigitan (status lokalis) Bila ada indikasi pemberian vaksin anti rabies, maka terhadap luka resiko rendah diberi VAR saja. Yang termasuk luka yang tidak berbahaya adalah jilatan pada kulit luka, garukan atau lecet, luka kecil disekitar tangan, badan dan kaki. Terhadap luka resiko tinggi, selain VAR juga diberi SAR. Yang termasuk luka berbahaya adalah jilatan/luka pada mukosa, luka diatas daerah bahu (muka,kepala,leher), luka pada jari tangan/kaki, genitalia, luka yang lebar/dalam dan luka yang banyak (multiple).
Sumber: 1. PETUNJUK PERENCANAAN DAN PENATALAKSANAAN KASUS GIGITAN HEWAN TERSANGKA / RABIES DI INDONESIA. DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PPM & PL TAHUN 2000
TERIMA KASIH