You are on page 1of 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada manusia, properti, lingkungan, kualitas produk barang, dan nama baik perusahaan (Budiono, 2003).

Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain faktor teknis, faktor lingkungan, dan faktor manusia (Budiono, 2003).

Laporan ILO(International Labour Organization) menyatakan setiap hari terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal kurang lebih 6000 kasus, sementara di Indonesia dari setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20 orang menderita kecelakaan kerja fatal. Tingkat keparahan kecelakaan kerja di seluruh dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya masih cukup tinggi. Kalkulasi ILO tentang kerugian akibat kecelakaan kerja di negara-negara berkembang mencapai 4 persen dari Gross National Product. Untuk itu, perlu dilakukan identifikasi bahaya potensial kerja untuk perencanaan upaya pencegahan. Penyebab tingginya angka penyakit atau kecelakaan akibat kerja, salah satunya adalah kurangnya pengawasan langsung terhadap kecelakaan dan keselamatan kerja di perusahaan (ILO, 2003).

PT. X merupakan pelopor usaha perkebunan dan pabrik gula di luar Jawa, khususnya Lampung. Luas areal yang dikelola kurang lebih 36.000 ha, dengan luas kebun produksi sekitar 25.000 ha. Tingkat produksi kini mencapai rata-rata 2 juta ton tebu dan sekitar 190.000 ton gula per tahun.

PT. X mampu menyerap tenaga kerja sejumlah 8.000 10.000 pekerja tetap selama musim tebang dan giling. Salah satu kegiatan pada unit factory di PT X adalah area boiling. Secara umum, pada masa tidak giling (off-season) 1 unit boiler tetap beroperasi dan memanfaatkan bahan bakar (ampas tebu) kelebihan dari masa giling untuk melayani kebutuhan uap penggerak turbine generator dalam memenuhi kebutuhan listrik

perumahan divisi I s/d divisi VI, perkantoran, maintenance peralatan di pabrik dan pompa irigasi pertanian. 1.2. Tujuan Mengidentifikasi bahaya potensial lingkungan kerja kaitannya terhadap Kecelakaan Akibat Kerja pada pekerjaan boiling pada Departement Factory Melakukan penegakan diagnosis okupasi Melakukan penatalaksanaan masalah kecelakaan akibat kerja yang dianggap berperan penting pada bidang boiling.

1.3.

Metodologi Anamnesis dan pemeriksaan fisik terhadap pasien. Observasi terhadap pasien dan tempat kejadian. Penelusuran kepustakaan.

1.4.

Tempat dan waktu survei Tempat survei adalah PT. X

Waktu survei adalah tanggal 11 April 2013

You might also like