You are on page 1of 2

F.

KENDALA DAN PERMASALAHAN DALAM TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS PAJAK NASIONAL (SPN). SPN dilakukan melalui kegiatan pendataan objek pajak dengan cara mendatangi lokasi

Subjek Pajak di seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan pendataan untuk mengumpulkan data ini menggunakan teknik wawancara langsung kepada responden (subjek pajak). Wawancara yang dilakukan oleh petugas sensus adalah berdasarkan pertanyaan yang terdapat pada Formulir Isian Sensus (FIS). Formulir FIS harus diisi oleh petugas sensus berdasarkan keterangan responden, kecuali apabila responden tidak dapat ditemui secara langsung. Apabila responden tidak dapat ditemui secara langsung, maka petugas sensus akan meninggalkan Formulir FIS di lokasi sensus untuk diisi oleh responden dan akan diambil kembali pada waktu yang telah ditentukan oleh petugas sensus. Berdasarkan pengalaman petugas sensus yang terjun langsung ke lapangan, banyak sekali hal-hal yang menjadi kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan SPN. Kompetensi sumber data atau responden yang diwawancarai, semakin bertambahnya beban kerja Account Representative, resistensi dari calon responden, dan lain sebagainya. 1. Kompetensi Data dan Sumber Data Isian FIS. Berdasarkan panduan pelaksanaan SPN, dalam kegiatan pencacahan, kondisi responden yang ditemui di lapangan dapat dibagi ke dalam empat kategori sebagai berikut: (a) Kode kategori 1, Responden dapat ditemui di lokasi sensus dan bersedia menjawab dan menandatangani FIS, (b) Kode kategori 2, Responden dapat ditemui di lokasi sensus, akan tetapi tidak bersedia menjawab dan menandatangani FIS, (c) Kode kategori 3, Responden tidak berada di tempat saat pencacahan, akan tetapi ada pihak yang memiliki hubungan dengan responden, dan (d) Kode kategori 4, Objek sensus tidak/belum berpenghuni. Kompetensi sumber data akan menjadi permasalahan yang muncul ketika responden tidak berada di tempat pada saat pencacahan, tetapi ada pihak yang memiliki hubungan dengan responden (kode kategori 3). Jika pihak yang memiliki hubungan dengan responden yang menjadi sumber data untuk pengisian FIS, maka tingkat akurasi data yang diperoleh untuk mengisi FIS akan berkurang. Hal ini disebabkan karena pihak yang memiliki hubungan dengan responden tersebut tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai data-data responden, terutama data-data perpajakannya, sehingga data yang diisikan ke dalam FIS menjadi asalasalan. Jika Formulir Isian Sensus (FIS) dititipkan kepada pihak yang memiliki hubungan dengan responden, ada dua kemungkinan permasalahan yang dapat terjadi. Kemungkinan pertama, FIS tersebut akan diisi oleh pihak yang memiliki hubungan dengan responden tersebut dengan risiko sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Kemungkinan kedua adalah responden sendiri yang akan mengisi FIS tersebut sehingga data-data yang diisikannya akan lebih akurat, tetapi ada

risiko bahwa data-data perpajakan yang diisikannya akan disesuaikan dengan data-data pada arsip SPT responden. Hal ini akan mengakibatkan data pada FIS tidak dapat digunakan untuk penggalian potensi perpajakan karena data-data yang diisikan oleh responden pada FIS akan sama dengan data-data perpajakan responden pada KPP. Kemungkinan responden mengisi FIS dengan data perpajakan yang disesuaikan dengan apa yang telah responden laporkan ke KPP melalui SPT, juga dapat terjadi dalam kondisi responden dapat ditemui di lokasi sensus dan bersedia menjawab dan menandatangani FIS (kode kategori 1).

You might also like