You are on page 1of 19

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gigi yang hilang dapat diganti dengan pembuatan gigi tiruan. Terdapat berbagai jenis gigi tiruan yang dapat digunakan. Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih tipe protesa yang tepat. Faktor yang penting adalah faktor biomekanis, keadaan periodontal,estetis, faktor finansial, serta keinginan dari pasien. Contohnya adalah gigi tiruan lepasan, gigi tiruan ccekat, dan dental implan. Gigi tiruan cekat adalah protesa yang secara permanen dilekatkan pada gigi asli yang dipersiapkan, yang berungsi untuk menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang. Pada saat melakukan perawatan gigi tiruan cekat, terdapat beberapa kegagalan yang mungkin terjadi. Seperti, gigi tiruan Cekat yang merupakan gigi tiruan cekat yang dilekatkan secara peermanen dengan semen ke gigi-gigi asli, akar-akar gigi, atau penyangga yang melengkapi pendukung utama dari gigi tiruan dapat terjadi kegagalan saat perawatan. Kegagalan yang mungkin terjadi pada saat perawatan gigi tiruan Cekat antara lain rasa tidak nyaman saat menggunakan GTC, karies pada gigi penyangga, konektor patah, dan lain-lain. Oleh sebab itu, dilakukan evaluasi serta perawatan apabila terjadi suatu kegagalan dalam perawatan gigi tiruan cekat.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja macam-macam kegagalan Gigi Tiruan Cekat? 2. Apa penyebab kegagalan Gigi Tiruan Cekat? 3. Apa saja perawatan pendahuluan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat? 4. Bagaimana pelatanaksanaan terhadap kegagalan Gigi Tiruan Cekat? 5. Bagaimana upaya pencegahan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat?

1.3 Tujuan 1. Mengetahui macam-macam kegagalan Gigi Tiruan Cekat 2. Mengetahui penyebab kegagalan Gigi Tiruan Cekat 3. Mengetahui perawatan pendahuluan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat 4. Mengetahui pelatanaksanaan terhadap kegagalan Gigi Tiruan Cekat 5. Bagaimana upaya pencegahan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat?

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi yang tidak dapat dilepas sendiri oleh pasien maupun dokter gigi karena dilekatkan secara permanen pada gigi asli atau akar gigi yang merupakan pendukung utama dari alat tersebut. Gigi tiruan cekat disebut juga fixed bridge prosthesis atau fixed partial denture (Ewing, 1959).

2.2 Tujuan Tujuan pembuatan gigi tiruan adalah: 1. Mengembalikan fungsi pengunyahan 2. Mengembalikan fungsi estetik 3. Mengembalikan fungsi fonetik (pengucapan) 4. Mencegah terjadinya pemindahan tempat dari gigi-gigi sekitar ruangan yang kosong (sudah hilang giginya). Pemindahan tempat tersebut dapat berupa migrasi, rotasi, miring, atau ekstrusi. 5. Untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan gingiva

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi 2.3.1 Indikasi gigi tiruan cekat: 1. Usia 20 50 tahun 2. Struktur gigi sehat 3. Kesehatan mulut (oral hygiene) baik 4. Penggantian gigi terbatas 5. Kondisi ridge dalam batas normal (tidak resorbsi berlebihan)

6. Jaringan pendukung alveolar baik (pembentukan akar baik, tebal, lebar, dan divergen) 7. Gigi abutment baik dan penempatannya seimbang dengan jumlah gigi yang akan diganti. Desain ideal adalah 2 gigi abutment untuk mendukung 1 gigi. Pada bagian posterior, dapat digunakan 2 gigi abutment untuk 2 gigi jika posisinya dalam satu garis lurus. Pemilihan gigi abutment hendaknya mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: a. Vitalitas gigi b. Status periodontal c. Ratio mahkota-akar d. Konfigurasi akar e. Luas area permukaan jaringan periodontal (Hukum Ante) f. Panjang mahkota klinis g. Hubungan antara aksis gigi dengan arah insersi 8. Oklusi dan jaringan periodonsium baik (membran periodontal sama rata tebalnya) 9. Untuk pasien yang menuntut penampilan 10. Kesehatan umum dan sosial indikasi baik 11. Tidak mempunyai bad habit.

2.3.2 Kontraindikasi gigi tiruan cekat: 1. Pasien terlalu muda atau tua 2. Struktur gigi lemah 3. Hygiene mulut jelek 4. Gigi yang harus diganti banyak 5. Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi berlebih 6. Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi (akar tipis dan berbentuk taper) 7. Gigi abutment abnormal (malformasi dan aksis gigi tidak paralel)

8. jaringan periodonsium tidak sehat 9. Oklusi abnormal 10. Kesehatan umum jelek 11. Tidak terjalin kooperatif dari pasien dan operator. 12. Mempunyai bad habit 13. Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestesi

2.4 Komponen Gigi Tiruan Cekat Gigitiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer, konektor, abutment, dan sadel, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pontik, adalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang hilang. Dapat dibuat dari porselen, akrilik atau logam, atau gabungan dari bahan-bahan ini. Beberapa macam bentuk pontik adalah : a. Hygiene / sanitary pontic Pontik ini sama sekali tidak menempel pada edentulous ridge (menggantung) sehingga self clensing sangat terjamin. Biasanya untuk gigi posterior bawah. b. Ridge lap pontic Pontik ini tidak menempel pada permukaan palatinal/lingual, sedangkan permukaan bukal/labialnya menempel. Keadaan ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi makanan, tetapi tidak mengabaikan factor estetis. Ridge lap pontic digunakan pada gigi molar atas dan bawah, tetapi lebih banyak digunakan untuk region anterior. c. Saddle pontic Pontik ini menutup seluruh edentulous ridge dan merupakan bentuk pontik yang konturnya paling mirip dengan gigi asli. Dasar dari pontic berbentuk konkaf sehingga akan sulit melakukan pembersihan.
5

2. Retainer, adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Klasifikasi retainer: a. Tipe dalam dentin (intra coronal retainer ) preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau di dalam mahkota gigi. Contoh : tumpatan MOD inlay b. Tipe luar dentin (ekstra coronal retainer ) Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar dentin atau di luar badan mahkota gigi. Contoh : preparasi full cast crown c. Tipe dalam akar (intra radikuler retainer) Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di dalam saluran akar. Contoh: mahkota pasak inti.

Beberapa bentuk retainer : a. full veneer crown/mahkota penuh : merupakan suatu restorasi yang menutupi seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi. Keuntungannya, preparasi mudah, memberikan area kontak yang luas, dan merupakan bentuk yang paling retentif. Indikasi mahkota penuh pada gigi anterior : mempunyai permukaan labial yang berkaries, yang mengalami erosi, perubahan warna, atau ada stain. Indikasi mahkota penuh pada gigi posterior : gigi dengan indeks karies tinggi, terdapat kerusakan akibat karies atau fraktur sehingga tidak dapat dibuatkan bentuk retainer lain b. partial veneer crown/mahkota sebagian : restorasi yang menutupi sebagian permukaan gigi. Bagian yang tidak tertutup mahkota adalah bagian labial atau bukal.

Indikasi: bagian labial atau bukal dalam keadaan baik, histologis anatomis, maupun estetis, cukup tebal untuk membuat pari-parit proksimal yang cukup dalam memberi retensi, mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang, besar, dan tidak ada karies proksimal, serta kedudukannya normal (tidak malposisi). Gigi yang cocok dibuatkan mahkota sebagian adalah gigi incisivus sentral, premolar maksila, kaninus dan premolar kedua mandibula. Mahkota sebagian pada gigi molar tidak dianjurkan oleh karena batas logam dengan gigi menjadi terlampau panjang sehingga mudah terjadi karies. c. Inlay Kita menggunakan inlay sebagai retainer untuk GTC yang pendek, mengganti tidak lebih dari satu gigi pada pasien yang indeks kariesnya rendah. Gigi abutment untuk inlay harus besar dan mempunyai mahkota cukup panjang, masih vital, dan tidak ada karies atau tambalan di bagian servikal.

3. Konektor, adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor dapat berupa sambungan yang disolder, struktur cor (alumina derajat tinggi, jika terbuat dari porselen seluruhnya). Terdapat 2 macam konektor, yakni: a. Rigid connector Konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada komponen GTJ. Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTJ. Konektor rigid dapat dibuat dengan cara: a) pengecoran (casting): penyatuan dua komponen GTJ dengan satu kali proses tuangan b) penyolderan (soldering): penyatuan dua komponen GTJ dengan penambahan logam campur (mettal alloy) yang dipanaskan

c) pengelasan (welding): penyatuan komponen GTJ dengan pemanasan dan/atau tekanan

b. Non Rigid Connnector Konektor yang memungkinkan terjadinya pergerkan terbatas pada komponen GTJ. Diindikasikan bila terdapat pir/intermediate abutmet untuk penggantian beberapa gigi hilang. Konektornon rigid bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan perbaikan (repair) Ada beberapa tipe GTC menurut konektornya, antara lain: a. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid. Dapat digunakan untuk gigi posterior dan anterior. b. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan konektor lain bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi posterior dan anterior. c. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal bar. Digunakan pada kasus diastema/space yang mengutamakan estetis. d. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada retainer sedang ujung lainnya bebas/menggantung. e. Compound bridge : adalah kombinasi dua atau lebih dari tipe bridge.

4. Abutment, adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk menahan gigitiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran periodontal, panjang serta jumlah akar. Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah: a. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga b. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga c. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga
8

d. Terminal abutment e. Intermediate/pier abutment f. Splinted abutment g. Double splinted

2.5 Kegagalan Adapun beberapa bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan jembatan yang dapat ditemukan antara lain : a. Intrusi gigi pendukung, perubahan yang terjadi dimana posisi gigi pendukung, menjauhi bidang oklusal. b. Karies gigi pendukung, umumnya disebabkan karena pinggiran restorasi rtetainer yang terlampau panjan,kurang panjang atau tidak lengkap serta terbuka. Sebab lain, yaitu terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara yang merusak atau ,mendorong gingival terlalu lama. c. Periodontitis jaringan pendukung d. Konektor patah. e. Penderita mengeluh akan adanya perasaan yang tidak enak. Hal yang dapat menyebabkan gangguan ini adalah kontak prematur atau oklusi yang tidak sesuai, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. Daerah servikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa. f. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jika tidak semua retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan kondisi memungkinkan

g. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan, luas permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan. h. Terjadi perubahan pada pulpa, dapat disebabkan oleh cara preparasi, preparasi yan g tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies yang tersembunyi, rangsangan dari semen serta terjadinya perforasi. i. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan. j. Kehilangan lapisan estetik k. Sebab-sebab lain yang menyebabkan jembatan tidak berfungsi

10

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Macam-macam kegagalan Gigi Tiruan Cekat 1. Biologikal a. Rasa tidak nyaman b. Karies c. Perforasi pulpa d. Kerusakan periodontal e. Masalah oklusal f. Fraktur gigi penyangga 2. Mekanikal a. Fraktur gigi tiruan b. Keausan oklusal gigi tiruan 3. Estetik a. Perubahan warna gigi tiruan b. Kontur yang tidak sesuai

3.2 Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat a. Pinggiran restorasi retainer yang terlampau panjang, kurang panjang atau tidak lengkap serta terbuka. b. Terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara yang merusajk atau ,mendorong gingival terlalu lama. c. Inadekuat gigi abutment d. OH buruk e. Bidang oklusi yang terlalu luas dan atau

11

f. penimbunan sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. Daerah servikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa. g. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jika tidak semua retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan kondisi memungkinkan h. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan, luas permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan. i. Kesalahan cara preparasi, preparasi yang tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies yang tersembunyi, rangsangan dari semen serta terjadinya perforasi. j. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan. k. Kehilangan lapisan estetik l. Trauma oklusal m. Beban kunyak yang berlebihan n. Tekanan yang berlebihan pada jaringan lunak

3.3 Perawatan Pendahuluan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan. Keberhasilan atau gagalnya gigitiruan sebagian lepasan tergantung pada beberapa faktor diantarnya meliputi: 1. Kondisi mulut pasien 2. Keadaan periodontal gigi yang dipilih 3. Prognosa gigi tersebut.
12

Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya. Usaha mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan ada 2 (dua) hal penting yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Pemeriksaan mulut, gigi geligi dan jaringan mulut lainnya. 2. Usaha mempersiapkan gigi dan mulut dalam menerima gigitiruan. Perawatan pendahuluan meliputi: 1. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah Umumnya pembedahan mencakup jaringan keras dan jaringan lunak yang memerlukan waktu penyembuhan yang cukup sebelum pembuatan gigi tiruan. Makin lama jarak waktu pembedahan dengan pencetakan makin sempurna penyembuhan sehingga gigi tiruan lebih stabil. a. Pencabutan. Gigi yang akan dicabut harus ditentukan dengan teliti. Setiap gigi diperiksa apakah cukup penting dan masih dapat dipertahankan untuk keberhasilan gigitiruan yang akan dibuat atau harus dicabut. Gigi yang cukup kuat yang akan dijadikan sandaran dapat dipertahankan sebaliknya gigi yang dapat menimbulkan kesulitan dalam pembuatan gigitiruan sebaiknya dicabut. b. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi Pengambilan sisa akar yang terpenting dapat dilakukan dari permukaan labial/bukal, atau palatal tanpa mengurangi tinggi alveolar ridge. Pengambilan gigi yang impaksi dilakukan sedini mungkin agar dapat mencegah infeksi akut dan kronis. c. Kista dan tumor odontogenik Semua gambaran radiolusen dan radiopak harus diselidiki. Penderita harus diyakinkan tentang keadaan mulutnya yang mempunyai kelainan berdasarkan laporan akhir patologis.
13

d. Penonjolan tulang Penonjolan tulang yang menghalangi pemasangan gigitiruan harus disingkirkan. Misalnya torus palatinus yang meluas sampai pada pertemuan palatum mole sehingga menghalangi adanya posteror palatal seal, torus palatinus yang sangat besar sehingga memenuhi palatum dan akan menyebabkan ketidakstabilan gigitiruan, torus palatinus yang menyebabkan penumpukan debris. e. Bedah periodontal Bedah periodontal dilakukan untuk mendapatkan keadaan jaringan yang sehat sebagai pendukung gigitiruan. Penyingkiran saku gusi dapat dilakukan dengan cara kuretase dan eksisi surgical. Misalnya

gingivectomy, reposisi flap. 2. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung. Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigitiruan, antara lain: a. Menghilangkan kalkulus b. Menghilangkan pocket periodontal c. Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti d. Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan menggantung. e. Menghilangkan gangguan oklusal f. Tindakan Konservasi

Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat terhadap gigi-gigi yang ada, antara lain : a. Penambalan b. Pembuatan inlay, dsb c. Kedudukan rest
14

3. Tindakan-tindakan ortodonti Tindakan ini misalnya ada kasus diastema sentralis, sebaiknya dilakukan perawatan ortodonti terlebih dahulu sebelum pembuatan gigitiruan.

3.4 Penatalaksanaan Kegagalan Gigi Tiruan Cekat Kasus pada skenario disebutkan bahwa, berdasarkan pemeriksaan klinis diketahui gigi 35 dan 37 menggunakan retainer dengtan desain extracoronal retainer berupa porcelain fused to metal. Pontic pada gigi 36 dengan tipe ridge lap pontic. Pada retainer gigi 37 menunjukkan lapisan porcelain bagian oklusalnya telah hilang. Pada gigi penyangga 35 terdapat fraktur gigi tiruan dan adanya karies pada bagian servical gigi tersebut. Pada gigi tersebut diindikasikan tidak dapat dilakukan perawatan restorasi. Penatalaksanaan pada gigi 35: 1. Menghilangkan karies 2. Perawatan saluran akar 3. Pembuatan dowel retainer Dowel retainer adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri sendiri. Indikasi: a. Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf b. Gigi tiruan pendek c. Tekanan kunyah ringan d. Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi Keuntungan: a. Estetis baik b. Posisi dapat disesuaikan Kerugian: Sering terjadi fraktur akar
15

Penatalaksanaan Pada gigi 37: Perawatan prostetik dengan pembuatan retainer yang baru 3.5 Pencegahan Kegagalan Gigi Tiruan Cekat Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah berbagai kegagalan tersebut dapat berupa pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung, aplikasi bahan pelapis lunak, pemakaian stres absorbing elemen dan pemakaian konektor non rigid.. Usaha yang paling penting untuk diperhatikan dalam mencegah berbagai bentuk kegagalan tersebut adalah dengan mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada pendukung gigi tiruan cekat yang timbul akibat perbedaan pergerakan tersebut.

16

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan 1. Macam-macam kegagalan Gigi Tiruan Cekat yaitu: a. Biological : karies, perawatan endodontik, perawatan ulang endodontik, periodontal, oklusi, alergi logam b. Mekanik : kegagalan penyemenan, kebocoran tepi, kegagalan inti dan pengisian crown, patahnya perlekatan (konektor), fraktur facing porselen c. Estetik : warna, kontur 2. Beberapa penyebab kegagalan Gigi Tiruan Cekat adalah pinggiran restorasi retainer yang terlampau panjang, kurang panjang atau tidak lengkap serta terbuka.Terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara yang merusajk atau ,mendorong gingival terlalu lama, Inadekuat gigi abutment, OH buruk, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. daerah servikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa, kesalahan cara preparasi, trauma oklusal 3. Perawatan pendahuluan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat meliputi: tidakan bedah, perawatan jaringan pendukung, perawatan konservatif dan perawatan prthodontic 4. Penatalaksanaan pada gigi penyangga yang terkena karies adalah a. Menghilangkan karies b. Perawatan saluran akar c. Pembuatan dowel retainer Sedangkan perawatan untuk lapisan facing yang hilang pada retainer adalah membuatkan retainer yang baru
17

5. Upaya pencegahan kegagalan Gigi Tiruan Cekat meliputi pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung, aplikasi bahan pelapis lunak, pemakaian stres absorbing elemen dan pemakaian konektor non rigid, mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada pendukung gigi tiruan cekat

18

DAFTAR PUSTAKA

Barclay,

C.W;

Walmsley,

A.D.

1998.

Fixed

and

Removable

Prosthodontics.Birmingham: Churcill Livingstone, hal 115. Smith,Bernard G N;Howe, Leslie C. 2007. Planning and Making Crown and Bridges, 4th ed. New York: Informa Healthcare. Ewing JE. Fixed Partial Prosthesis. 2nd ed. Philadelphia: Lea & Febinger, 1959: 16977. Martanto, P.1985.Teori dan praktek ilmu mahkota dan jembatan.Jilid 1 Edisi 2.Bandung:Penerbit Alumni. Martanto, P., 1985, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan, edisi 2, Penerbit Alumni, Bandung. Myers, G.E. 1969. Textbook of Crown and Bridge Prosthodontics. The C.V.Mosby Company, Saint Louis Tylman SD. Construction of Pontics For Fixed Partial Dentures: Indications, Types, and Materials. In Theory and Practice of Crown and Fixed Partial Prosthodontics. 6th ed. Saint Louis: CV Mosby 1970: 26, 165, 650-81. Prajitno, H.R. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan Dasar dan Rancangan Pembuatan. Jakarta : EGC. Shillingburg, H.T., 1981, Fundamental of Fixed Prosthodontics, 2nd ed, Quintessence Publishing Co., Inc. Chicago.

19

You might also like