You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari. Kepribadian merupakan kata yang menunjukan pola perilaku yang menetap pada diri seseorang dan juga cara orang tersebut dalam merasakan sesuatu. Karakter kepribadian secara mencolok membedakan diri seseorang dengan orang lain. Kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan. Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter seseorang yang tidak seperti umumnya yang ditemukan pada sebagian besar orang. Sifat kepribadian yang tidak fleksibel dan maladaptif dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan bagi seseorang.(7,8) Gangguan kepribadian yang merupakan pola kronis dari perasaan dan tingkah laku secara mencolok menyimpang dari kebiasaan dan harapan yang berlaku dalam kehidupan, baik norma secara kelompok atau pribadi. Mereka yang mengalami gangguan kepribadian cenderung akan berperilaku kaku, tidak fleksibel, dan maladaptif, sehingga menyebabkan penderita pada hilangnya fungsi mental seperti terjadinya perasaan sedih yang bersifat merusak dalam diri penderita.(7) Orang tersebut jauh lebih mungkin menolak bantuan psikiatrik dan menyangkal masalahnya dibandingkan dengan orang dengan gangguan kecemasan, gangguan depresif, atau gangguan obsesif, atau gangguan obsesif-kompulsif. Gejala gangguan kepribadian adalah aloastik yaitu dapat diterima oleh ego orang tersebut. Mereka dengan gangguan kepribadian tidak merasa cemas tentang perilaku maladaptifnya, karena orang tersebut tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang dirasakan oleh masyarakat sebagai gejalanya, mereka sering kali dianggap sebagai tidak bermotivasi untuk pengobatan dan tidak mempan terhadap pemulihan. Setiap orang mempunyai sifat curiga, sedikit atau banyak. Sifat ini masih normal jika masih dapat diterima oleh lingkungan sosial individu serta ia sendiri dan lingkungannya masih tidak merasa terganggu. Ada yang sifat curiganya di perbatasan, masih rasional. Akan tetapi asa individu yang sifat curiganya begitu besar, sudah diluar proporsi dari situasi dan
1

lingkungan ( bukan tidak realistik) sehingga merugikan individu itu sendiri dan masyarakat. Dalam hal ini dapat dikatakan ia sudah mempunyai gangguan kepribadian paranoid. Gangguan kepribadian paranoid adalah suatu ganggguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain dilihat sebagai seorang aggressor terhadapnya, dimana ia harus mempertahankan dirinya. Ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai akibat rasa proyeksi rasa bermusuhanya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan teman-teman dan mendapatkan banyak musuh.(1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gangguan kepribadian paranoid adalah suatu kondisi kesehatan mental di mana seseorang memiliki pola jangka panjang ketidakpercayaan dan kecurigaan terhadap orang lain, tetapi tidak memiliki latar belakang psikotik gangguan seperti skizofrenia. (3) Menurut W.F. Maramis dalam bukunya Catatan Kedokteran Jiwa Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol, orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain yang dilihatnya dianggap sebagai agresor terhadapnya. Ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai akibat dari proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan banyak teman dan mendapatkan banyak musuh.(1) Terdapat banyak jenis gangguan kepribadian yang dapat menyerang mental seseorang, salah satunya adalah gangguan kepribadian paranoid, yang mana berbentuk kesalahan dalam mengartikan perilaku orang lain sebagai suatu hal yang bertujuan menyerang atau merendahkan dirinya. Gangguan biasa muncul pada masa dewasa awal yang mana merupakan manifestasi dari rasa tidak percayadan kecurigaan yang tidak tepat terhadap orang lain sehingga menghasilkan kesalahpahaman atas tindakan orang lain sebagai sesuatu yang akan merugikan dirinya.(5) Para penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak memiliki kemampuan untuk menyatakan perasaan negatif yang mereka miliki terhadap orang lain, selain itu mereka pada umumnya juga tidak kehilangan hubungan dengan dunia nyata, dengan kata lain berada dalam kesadaran saat mengalami kecurigaan yang mereka alami walau secara berlebihan. Penderita akan merasa sangat tidak nyaman untuk berada bersama orang lain, walaupun di dalam lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang hangat dan ramah. Dimana dan bersama siapa saja mereka akan memiliki perasaan ketakutan akan dikhianati dan dimanfaatkan oleh orang lain.(5)

2.2 Epidemiologi
3

Prevelansi dari gangguan kepribadian paranoid telah dilaporkan 0.5% - 2.5% pada populasi umum, 10% - 30% pada mereka yang rawat inap pada bagian kejiwaan, dan 2% 10% pada mereka yang rawat jalan pada bagian kejiwaan.(3)

2.3 Etiologi Penyebab gangguan kepribadian paranoid tidak diketahui. Gangguan ini tampaknya lebih umum dalam keluarga dengan gangguan psikotik seperti skizofrenia dan gangguan delusi. Hal ini menunjukkan gen mungkin terlibat. Faktor-faktor lingkungan mungkin memainkan peran juga. Kondisi ini tampaknya lebih sering terjadi pada pria. (1) Beberapa perilaku yang terpengaruh dari kultursosial atau keadaan kehidupan tertentu mungkin dapat secara salah dikatakan paranoid dan mungkin dapat lebih ditegakkan dengan proses dari evaluasi klinis. Anggota dari grup minoritas, imigran, pengungsi potilikal dan ekonomi, atau pribadi dari latar belakang etnis yang berlainan mungkin dapat menunjukkan perilaku berjaga-jaga atau defensif oleh karena ketidakpahaman (seperti keterbatasan bahasa atau kurangnya pengetahuan akan peraturan dan regulasi setempat) atau respon dari perasaan ditelantarkan atau berbeda dengan mayoritas masyarakat. Perilaku ini dapat, pada saatnya, menghasilkan kemarahan dan frustrasi pada mereka yang berurusan dengan pribadi ini, yang akhirnya menciptakan lingkaran setan dari saling tidak percaya, yang seharusnya tidak disalahartikan dengan gangguan kepribadian paranoid. Beberapa grup etnis tertentu juga menunjukkan perilaku kultural yang dapat disalahartikan sebagai paranoid.(4) Gangguan kepribadian paranoid bisa muncul awalnya pada anak-anak dan remaja dengan sifat menyendiri, hubungan antar masyarakat yang kurang, kecemasan sosial, hasil yang kurang di sekolah, hipersensitivitas, pikiran dan bahasa yang aneh, dan merasa diri istimewa. Anak-anak ini bisa muncul sebagai orang yang "aneh" atau "eksentrik" dan mengundang gangguan dari yang lain. Pada contoh klinis, gangguan ini dapat muncul lebih sering pada laki-laki.(4) Faktor Genetika Bukti yang terbaik bahwa faktor genetika berperan terjadap timbulnya gangguan kepribadian berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka
4

kesesuaian

untuk

gangguan kembar

kepribadian Selain

adalah itu,

beberapa menurut satu

kali

lebih

tinggidibandingkan

dizigotik.

penelitian

tentang panilaian multiple kepribadian temperamen, minat okupasional dan waktu luang,dan sikap social, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kirakirasama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.(4) Gangguan kepribadian kelompok A (paranoid, schizoid, dan skizotipal)

adalah lebih sering ditemukan pada sanak saudara biologis dari pasien skizofrenik dibandingkan kelompok kontrol. Secara bermakna lebih banyak sanak saudara dengan gangguan kepribadian skizotipal ditemukan di dalam riwayat keluargaorang dengan skizofrenia dibandingkan kelompok kontrol. Korelasi yang lebih jarang ditemukan antara gangguan kepribadian paranoid atau schizoid dan skizofrenia.(4) Faktor Temperamental Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak

mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Sebagai contoh,anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami gangguan kepribadian menghindar. Gangguan kepribadian tertentu mungkin berasal dari kesesuaian parental yang buruk yaitu ketidaksesuaian antara temperamen dan cara membesarkan anak. Sebagai contoh, seorang anak yang pencemas dibesarkan oleh ibu yang pencemas.(4) Faktor Biologis Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsif sering kali juga menunjukkan peningkatan kadar testosteron, 17 estradiol, dan estrone. Neorotransmitter, endorfin memiliki efek yang serupa dengan morfin eksogen, termasuk analgesia dan supresi rangsangan.(4) Faktor Psikoanalitik Sigmund Freud pada awalnya menyatakan bahwa sifat kepribadian adalah berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Sebagai contoh, suatu karakter oral adalah pasif dan dependen karena terfiksasi pada stadium oral, dimana ketergantungan pada orang lain untuk asupan
5

makanan adalah menonjol. Karakter anal adalah keras keapala, kikir, dan sangat telitikarena perjuangan di sekitar latihan toilet selama periode anal.(4)

2.4 Gambaran klinis Gangguan ini mempunyai sifat curiga yang menonjol. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain dilihat sebagai seorang agresor terhadapnya, ia harus mempertahankan dirinya terhadap ancaman dari luar. Ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk menjaga harga diri. Ia cenderung merasa dirinya penting secara berlebihan dan sering merujuk kepada dirinya sendiri. Sebagai proyeksi rasa permusuhannya sendiri, sering ia mengancam orang lain. Dengan demikian ia kehilangan teman-teman dan mendapatkan banyak musuh. Ia menolak untuk memaafkan, biarpun kesalahan orang lain yang hanya mengenai masalah kecil. Pribadi dengan gangguan kepribadian paranoid biasanya sulit untuk bergaul dan sering mempunyai masalah dengan hubungan yang dekat. Mereka mempunyai kecurigaan yang besar dan sikap permusuhan di ekspresikan berlebihan dalam argumentasi, pada keluhan yang berulang, atau dengan diam, sikap acuh tak acuh yang bermusuhan. Karena mereka terlalu waspada pada bahaya yang potensial, mereka bisa menjadi hati-hati, rahasia, atau berkelakuan tidak terang-terangan dan terlihat dingin dan kurang mempunyai sifat yang lembut. Walaupun mereka terlihat objektif, rasional, dan tidak mempunyai emosi, mereka sering lebih sering menampilkan afek yang labil, dengan sikap bermusuhan, keras kepala, dan sikap sarkastik yang mendominasi. Sikap permusuhan dan curiga mereka bisa memancing permusuhan dari orang lain, pada akhirnya akan menjadi suatu kondisi pembenaran dari kecurigaan awal mereka. Karena pribadi dengan gangguan kepribadian paranoid kurang mempercayai orang lain, mereka mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam memenuhi sendiri kebutuhannya dan mempunyai rasa yang kuat dalam kemandirian. Mereka juga membutuhkan tingkat kontrol yang tinggi pada hal-hal disekitarnya. Mereka sering kaku, kritis pada orang lain, dan tidak dapat bekerjasama, biarpun mereka sangat kesulitan dalam menerima kritik. Mereka menyalahkan orang lain untuk kelalaiannya sendiri. Dalam kepribadian paranoid kita menemukan secara berlebihan kecenderungan yang secara umum, yaitu suka melemparkan kesalahan dan tanggung jawab kepada orang lain, menolak apriori sifat-sifat orang lain yang tidak memenui ukuran yang telah dibuatnya sendiri. Untuk mempertahankan rasa harga diri,
6

dibuatnya keterangan yang tidak masuk akal tentang kesalahan-kesalahannya tetapi yang hanya memuaskan emosinya sendiri. Sering diduganya bahwa orang lain yang tidak adil, bermusuhan dan agresif. Karena kecekatan mereka untuk menyerang balik sebagai respons pada ancaman yang mereka terima dari sekitar mereka, mereka dapat suka berperkara dan sering terlibat dalam sengketa hukum. Pribadi dengan gangguan ini mencari pembenaran dari kecurigaan mereka tidak perduli orang atau situasi yang mereka hadapi, mencap motivasi yang jahat dari orang lain sebagai reaksi atas ketakutan mereka. Mereka mungkin menunjukkan kecurigaan tersembunyi, fantasi yang berlebihan yang tidak realistis, yang sering berhubungan dengan isu-isu kekuasaan dan peringkat, dan mereka cenderung mengembangkan menyamakan semua orang itu negatif, terutama mereka yang dari grup populasi yang terpisah dari mereka. Terutama pada respon ke stress, pribadi dengan gangguan ini mungkin mengalami episode psikotik yang sangat singkat (menit sampai jam). Pada keadaan tertentu, gangguan kepribadian paranoid bisa menjadi faktor premorbid dari gangguan delusi atau schizophrenia. Pribadi dengan gangguan ini bisa mengembangkan depresi berat dan beresiko tinggi untuk agoraphobia (rasa takut terhadap ruang terbuka) dan gangguan obsesi kompulsif. Alkohol dan zat-zat adiktif lainnya yang disalahgunakan sering digunakan. Kondisi yang paling umum menyertai gangguan kepribadian adalah schizotypal, schizoid, narcissistic, tindakan menghindar, dan perbatasan. Seorang pasien dengan gangguan kepribadian paranoid menyatakan perasaan dan pikirannya kepada penulis dalam surat sebagai berikut ( dari beberapa cuplikan dibawah ini mungkin diperoleh kesan sudah ada tanda-tanda psikosis paranoid, tetapi pasien ini tidak psikotik setelah di observasi) : ....Dari semua orang-orang yang saya tangkap, saya ketahui berapa banyak orang yang telah saya katakan dan bagaimana kira-kira rekonstruksi kejadian itu. Saya kira mereka menantinanti seperti penonton sepak bola. Dokter saya sadari bahwa kehidupan ini sering banyak ironi ....Orang lalu lalang sepanjang waktu dan bila ada yang seperti saya ini, akan menjadi puncak pembicaraan diri dari waktu ke waktu. Dalam pondokan saya, semua orang diam dan berkata satu sama lain jangan diberitahu, tetapi saya tahu , sebab dibelakang saya mereka
7

menertawakan dan mendengar-dengar. Hal-hal seperti di atas ini, dokter, yang menyebabkan saya takut tidur walaupun sudah mengantuk.... Mungkin individu dengan gangguan kepribadian paranoid bekerja sangat efisien, tetapi ia kekurangan fleksibilitas yang perlu untuk berinovasi. Ia menerima saran ataupun umpan balik dengan merengut.(1) Gejala inti gangguan kepribadian paranoid adalah ketidakpercayaan umum orang lain. Komentar dan tindakan bahwa orang sehat tidak akan memperhatikan tampil sebagai penuh penghinaan dan ancaman terhadap seseorang dengan gangguan tersebut. Namun, secara umum, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid tetap berhubungan dengan realitas; mereka tidak memiliki salah satu dari halusinasi atau delusi terlihat pada pasien dengan psikosis. Namun demikian, kecurigaan mereka bahwa orang lain bermaksud menyakiti atau mengeksploitasi mereka begitu meresap dan intens bahwa orang-orang dengan gangguan kepribadian paranoid sering menjadi sangat terpencil. Mereka menghindari interaksi sosial yang normal. Dan karena mereka merasa tidak aman dalam apa yang merupakan dunia yang sangat mengancam bagi mereka, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid mampu menjadi kekerasan. Komentar berbahaya, lelucon tidak berbahaya dan komunikasi sehari-hari lain sering dianggap sebagai penghinaan. Karena mereka terus-menerus mempertanyakan motivasi dan kepercayaan orang lain, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid tidak cenderung untuk berbagi keintiman. Mereka takut informasi tersebut dapat digunakan untuk melawan mereka. Akibatnya, mereka menjadi bermusuhan dan tidak bersahabat, argumentatif atau menyendiri. Ketidaknyamanan mereka sering menarik tanggapan negatif dari orang di sekitar mereka. Menampik ini menjadi "bukti" didalam pikiran pasien bahwa orang lain, memang, bermusuhan dengan mereka.Mereka memiliki wawasan sedikit menjadi efek dari sikap dan perilaku interaksi mereka umumnya tidak berhasil dengan orang lain. Ketika ditanya apakah mereka bertanggung jawab untuk interaksi negatif yang mengisi hidup mereka, orang-orang dengan gangguan kepribadian paranoid cenderung untuk menempatkan semua menyalahkan orang lain.(6) Ciri-ciri lainnya seperti mempertanyakan motif tersembunyi di dalam orang lain, perasaan kepastian,tanpa pembenaran atau bukti, bahwa orang lain bermaksud menyakiti atau mengeksploitasi mereka isolasi social, agresivitas dan permusuhan, sedikit atautidak ada rasa humor.(6)

2.5 Diagnosis Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian paranoid sesuai DSM IV : a. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga motif mereka dianggap sebagai motif mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditujukkan oleh empat( atau lebih) berikut : Curiga tanpa dasar yang cukup bahwa orang lain memanfaatkan, membahayakan, atau menghianati dirinya Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau kejujuran teman atau rekan kerja Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut yang tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya Membaca arti merendahkan atau ada ancaman yang tersembunyi dari ucapan atau kejadian yang biasa Secara persisten menaruh dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera, atau kelalaian Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang Memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan pasangan atau mitra seksual b. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan ciri psikotik atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum. Catatan : jika kriteria terpenuhi sebelum onset skizofrenia, tambahkan " premorbid" misalnya, " gangguan kepribadian paranoid (pramorbid)". (3) Pedoman diagnostic menurut PPDGJ-III
9

Gangguan kepribadian paranoid merupakan gangguan kepribadian dengan ciri-ciri : a. Kepekaan berlebian untuk tetap menyimpang terhadap kegagalan dan penolakan b. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil c. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan

pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan d. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada (actual situation) e. Kecurigaan yang berulang, tanpa dsara ( justification) tentang kesetiaan seksual dari pasangannya f. Kecenderungan attitude) g. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substansif dari suatu peristiwa baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas.(2) untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang

bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri ( self referential

2.6. Diagnosis Banding

Gangguan kepribadian paranoid dapat juga dibedakan dengan gangguan delusi tipe penganiayaan, schizophrenia tipe paranoid, dan gangguan mood dengan psikotik, karena gangguan-gangguan ini berkarateristik oleh adanya periode psikotik yang berkelanjutan (seperti delusi dan halusinasi). Untuk memberi diagnosis tambahan gangguan kepribadian paranoid, gangguan kepribadiannya harus telah muncul sebelum onset gejala psikotik dan harus terus menerus ada selama gejala psikotik berkurang. Ketika suatu pribadi mempunyai axis I gangguan psikotik kronik (seperti schizophrenia) yang didahului oleh gangguan

10

kepribadian paranoid, gangguan kepribadian paranoid harus ditulis pada axis II, disusul oleh faktor "premorbid" didalam kurung.(3) Gangguan kepribadian paranoid harus dibedakan dengan perubahan kepribadian oleh karena kondisi medikal umum, dimana ciri-cirinya muncul karena efek langsung dari kondisi medis umum pada sistem saraf pusat. Juga harus dibedakan dengan gejala yang mungkin bisa muncul berhubungan dengan penggunaan suatu zat secara terus menerus (seperti gangguan karena penggunaan kokain). Terakhir, juga harus dibedakan dengan ciriciri paranoid yang berhubungan dengan keterbatasan fisik (seperti tunarungu).(3) Gangguan kepribadian lainnya mungkin bisa disalahartikan dengan gangguan kepribadian paranoid karena mereka mempunyai beberapa kesamaan gejala. Oleh karena itu penting adanya untuk membedakan diantara gangguan-gangguan ini berdasarkan terhadap gejala yang khas. Namun, jika seseorang mempunyai kepribadian yang memenuhi kriteria satu atau lebih gangguan kepribadian disamping gangguan kepribadian paranoid, semuanya dapat didiagnosa sekaligus. Gangguan kepribadian paranoid dan gangguan kepribadian schizotypal sama-sama mempunyai tanda seperti kecurigaan, sikap acuh tak acuh terhadap orang lain, dan ide paranoid, tetapi gangguan kepribadian schizotypal juga mempunyai gejala lain seperti pikiran ajaib, pengalaman persepsi yang luar biasa, dan pikiran dan omongan aneh. Orang dengan perilaku yang memenuhi gangguan kepribadian schizoid sering dilihat sebagai seseorang yang aneh, eksentrik, dingin, dan acuh - tak acuh, tetapi mereka biasanya tidak mempunyai ide paranoid yang menonjol. Kecenderungan seseorang dengan gangguan kepribadian paranoid untuk bereaksi pada sedikit rangsangan dengan kemarahan juga terlihat pada gangguan kepribadian histrionic dan borderline. Tetapi, gangguan ini tidak berhubungan dengan kecurigaan yang mendalam. Orang dengan gangguan kepribadian menghindar mungkin juga enggan bersama orang lain, tetapi lebih kepada ketakutan dipermalukan atau ditemukan ketidakmampuannya dari pada niat jahat oleh orang lain. Walaupun perilaku antisosial mungkin dapat terdapat pada beberapa orang dengan gangguan kepribadian paranoid, hal ini tidak biasanya dipengaruhi oleh kepuasan pribadi atau memanfaatkan orang lain seperti pada gangguan kepribadian antisosial, tetapi lebih kepada keinginan untuk membalas dendam. Orang dengan gangguan kepribadian narsistik mungkin dalam beberapa waktu menunjukkan kecurigaan, penarikan diri dari sosial, atau pengasingan, tetapi hal ini dipengaruhi terutama oleh ketakutan ketidaksempurnaan atau kecacatan mereka terbongkar.(3)

11

Ciri-ciri paranoid mungkin beradaptasi, terutama pada lingkungan yang mengancam. Gangguan kepribadian paranoid seharusnya didiagnosa hanya ketika ciri-ciri ini tidak fleksibel, salah beradaptasi, dan tetap ada dan menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan atau menyusahkan.(3 ) Gangguan kepribadian paranoid biasanya dapat dibedakan dari gangguan delusional karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid. Keadaan ini dapat dibedakan dari skizofrenia paranoid karena halusinasi dan pikiran formal tidak ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid. Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari gangguan kepribadian ambang karena pasien paranoid jarang mampu terlibat secara berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain seperti pasien ambang. Pasien paranoid tidak memiliki karakter antisosial sepanjang riwayat perilaku antisosial. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid adalah menarik diri dan menjauhkan diri tetapi tidak memiliki gagasan paranoid.(4)

2.7 Terapi Bila diminta bantuan untuk orang gangguan kepribadian paranoid,maka dalam bimbingan dititik beratkan pada pengalaman subjektifnya dalam interaksi dengan dokter dan jangan sering membantah kecurigaannya.(1) Psikoterapi Psikoterapi adalah pengobatan yang terpilih. Ahli terapi harus langsung dalam menghadapi pasien. Jika ahli terapi dituduh tidak konsisten atau gagal, seperti terlambat untuk suatu perjanjian, kejujuran dan permintaan maaf adalah lebih baik
12

daripada penjelasan yang membela diri. Ahli terapi harus mengingat bahwa kejujuran dan toleransi keintiman adalah bidang yang sulit bagi pasien dengan gangguan. Dengan demikian psikoterapi individual memerlukan gaya professional dan tidak terlalu hangat dari pihak ahli terapi. Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, mereka juga tidak mungkinmentoleransi intrusivitas terapi perilaku. Klinisi yang terlalu banyak menggunakan interpretasi khususnya interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang dalam, masalah seksual, dan keinginan untuk keintiman, secara jelas meningkatkan ketidakpercayaan pasien.(4) Pada suatu waktu, perilaku pasien dengan gangguan kepribadian paranoid menjadi sangat mengancam sehingga ahli terapi harus mengendalikannya atau menentukan batas dalam hal tersebut. Tuduhan delusional harus dihadapi dengancara yang realistik tetapi jelas tanpa menghina pasien. Pasien paranoid terlandaketakutan jika mereka merasa bahwa orang yang akan mencoba menolong merekaadalah lemah dan tidak berdaya; dengan demikian, ahli terapi tidak bolehmengancam mengambil kendali kecuali mereka berdua mau dan mampu melakukannya.1 Terapi perilaku telah digunakan untuk meningkatkan keterampilan sosialdan umtuk menghilangkan kecurigaan terhadap permainan pasien.(4)

Farmakoterapi Farmakoterapi adalah berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada sebagian besar kasus suatu obat antiansietas seperti diazepam (valium) adalah memadai. Tetapi mungkin perlu untuk menggunakan suatu antipsikotik, seperti thioridazine (Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat antipsikotik pimozide (Orap) telah digunakan secara berhasil menurunkan gagasan paranoid pada beberapa pasien.(4)

13

2.8 Prognosis Hasil biasanya tergantung pada apakah orang itu mau menerima bantuan. Terapi bicara dan obat kadang-kadang dapat mengurangi paranoid dan membatasi dampaknya pada fungsi sehari-hari seseorang. (1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, Willy . Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2. Surabaya. Airlangga University Press. 2009 2. Muslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa , Rujukan Ringkas dari PPDGJ-IIII. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2001 3. American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision. Washington, DC, American Psychiatric Association, 2000.

14

4. Kaplan,HI, Sadock,BJ, dan Greb,JA. Gangguan Kepribadian: Dalam dr. IMade Wiguna S (eds). Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid Dua. Edisi. Jakarta: Bina RupaAksara Publisher 2010; 258-265. 5. Amarildo, 2010. Mengenal Gangguan Kepribadian Paranoid:Definisi, Gejala, Penyebab dan Penanggulangan. Ruang psikologi.Available From : http://www.psychologytoday.com/conditions/paranoid-personality-disorder 6. Harri Croft, MD. 2010. Gangguan Kepribadian Paranoid.

HealthPlace.Available From : http://www.healthyplace.com 7. Evi, Kristiyarini. Kecendrungan gangguan kepribadian pada remaja dan dewasa awal di Desa Sedeng Pacitan. 2009. 8. Psikologi Kepribadian. www. Slideshare.com

15

You might also like