Professional Documents
Culture Documents
Pada
waktu
upacara
penyucian
raja
Yudhihira itu, semua twija yang paling terkemuka mengupacarakan dan menyucikan raja sesuai dengan tujuan penyelenggaraan upacara Kurban Kuda. Pada waktu raja dan juga binatang-binatang yang akan dikurbankan selesai disucikan, Yudhihira lalu duduk di tengah-tengah para twija, dan baginda itu nampak cemerlang gilang-gemilang! Kuda pilihan untuk upacara pokok itu dilepaskan dengan diiringi ucapan doa-doa dan mantramantra yang diuncarkan oleh i Wysa sendiri. Raja Yudhihira, setelah menyelesaikan upacara penyuciannya, nampak cemerlang bagaikan api menyala-nyala, mengenakan kalung bunga emas indah berkilauan. Baju bagian atas terbuat dari kulit rusa hitam, berkain sutra warna merah, memegang tongkat, kelihatannya raja putra
Dharma itu bagaikan Prajpati, duduk berila di atas balai pemujaan. Para twija mengenakan jubah seragam. Arjuna, pahlawan perkasa yang mendapat tugas paling berat, nampak gemerlapan bagaikan api berkobar-kobar! Ia sudah siap menaiki keretanya yang ditarik kudakuda putih untuk mengikuti serta menjaga kuda kurban yang berbulu hitam pekat. Sebelum naik ke dalam kereta, Arjuna mencoba menarik busur panah kedewataan yang disebut Gandhiwa itu. Tangannya sudah mengenakan sarung kulit iguana, la sudah siap dan perasaannya gemuruh gembira. Rakyat di Hastinpura berjejal-jejal di tempat itu ingin menyaksikan Dhanajaya, pahlawan besar bangsa Kuru yang segera akan berangkat mengembara ke sekeliling dunia. Manusia berjejal-jejal, semua ingin menyaksikan kuda yang dilepas dan pahlawan perkasa yang mengikutinya. Karena berdesak-desakan itu,
suasana jadi panas bagaikan bara. Lautan manusia terbentang sampai ke batas bumi dan getaran suaranya bergema memenuhi angkasa. Mereka yang mendapat tempat lebih baik dan melihat putra Kunt dan kuda hitam yang hebat itu mulai bersorak dan berteriak-teriak : O itu putra Kunt! Lihat! Itulah kuda itu! Sungguh luar biasa! Benar, itulah dia pendekar bangsa Kuru yang kekuatan tangannya tak terkalahkan! Dia memegang senjata panah yang dahsyat itu! Demikian itu terdengar teriakan yang sempat ditangkap oleh telinga Jiu. Beberapa dari antara mereka yang berdesak-desakan itu sempat meneriakkan doa-doa serta ucapan selamat, misalnya : Semoga paduka selamat dalam perjalanan, kembali tak kurang suatu apa. O Bharata! Yang lain, yang kurang beruntung berteriak-teriak pula : Mana! Manakah Arjuna itu? Aku tidak melihatnya! O aku hanya melihat
ujung panahnya! Ya! Itulah Gandhiwa yang berdesing nyaring itu! Wahai, selamatlah paduka! Semoga tidak ada bencana dalam perjalanan. Semoga paduka tidak mengenal takut! Kita pasti akan sempat melihatnya nanti setelah beliau kembali! Kita yakin, dia pasti kembali dengan selamat! Arjuna mendengar teriakan-teriakan pemujaan terhadap dirinya itu, diserukan baik oleh laki-laki maupun wanita. Seorang Brhmaa, murid pendeta Yajawalkya yang sudah memahami sedalam-dalamnya tentang Weda-weda, mendampingi Prtha, untuk melakukan upacara-upacara agar perjalanan itu selamat. Atas perintah Yudhihira, banyak juga para Brhmaa dan Katriya yang berangkat mengiringkan perjalanan Arjuna. Kuda yang dilepas itu sudah mulai bergerak sekehendak hatinya. Pertama-tama, di dalam wilayah kekuasaan Pawa yang sudah direbut kembali
dengan kekuatan senjata. Dalam pengembaraan itu memang akhirnya banyak sekali pertarungan senjata yang dilakukan oleh Arjuna melawan raja-raja asing yang menentang kekuasaan Pawa. Tentang pertempuran-pertempuran itu akan diceriterakan nanti. Kuda itu mengembara ke seluruh penjuru dunia, Pertama menjelajahi wilayah bagian utara, lalu membelok ke timur. Satu demi satu kerajaan asing dilewati dan ditaklukkan. Kuda itu berjalan perlahan, diikuti oleh Arjuna. Sebenarnya banyak sekali raja-raja asing yang masih menaruh dendam kepada Arjuna, karena sanak-saudaranya tewas bertempur dengan Arjuna di Kuruketra. Di antara mereka adalah raja-raja Kirta, Yawana, Mlecca, dan banyak lagi raja-raja bangsa rya yang memiliki
persenjataan dan pasukan sangat kuat mencoba kekuatan dan bertanding dengan Arjuna.