Professional Documents
Culture Documents
Beberapa
dari
antara
pertempuran-
pertempuran yang patut dicatat karena memang merupakan yang seru dan dahsyat, pertama-tama adalah ketika Arjuna berhadapan dengan anak cucu Trigatra yang sejak semula memang sudah saling bermusuhan. Para katriya Trigatra ini terkenal dengan kemahirannya menggunakan kereta. Setelah mengetahui bahwa kuda kurban yang dijaga oleh Arjuna memasuki wilayah kerajaannya, merekapun siaga, mengenakan pakaian perang, bersenjata lengkap dan mengepung Arjuna. Sebahagian pasukan
Trigatra itu dengan kereta-kereta yang posisinya disusun berlapis-lapis, bersenjata busur dan panah, mengepung kuda kurban dengan tujuan menangkapnya. Dengan tenang dan sabar Arjuna menghadapi busana mereka. Arjuna cemerlang mengenakan berkilauan, lengkap,
melambangkan missinya sehubungan dengan upacara yang dilakukan. Ia mengucapkan katakata manis dan diplomats untuk mencegah agar tidak terjadi permusuhan. Akan tetapi pahlawanpahlawan Trigatra tidak menghiraukan ucapanucapan Arjuna, bahkan langsung menyerang dengan senjata. Tentu saja Arjuna tidak mungkin lagi tinggal diam. Iapun bergerak mengelak dan menangkis serangan yang dilancarkan secara bertubi-tubi, dilakukan oleh orang-orang yang sedang dikuasai kegelapan dan nafsu! Arjuna bergerak lincah meliputkan diri sambil tersenyum-senyum dan berkata : Tahan dulu senjata, tuan-tuan! Cara tuan-tuan ini tidak benar! Kehidupan ini sangat berharga! Janganlah karunia yang baik itu disia-siakan percuma! Sebenarnyalah berangkat, memperingatkan pada agar waktu ia Arjuna dengan tidak akan tegas sampai Yudhihira
membunuh para Katriya yang sanak saudaranya sudah tewas pula dalam pertempuran besar di Kuruketra. Mengingat tugas yang dijalankan kali ini, dengan sangat Arjuna meminta kepada kaum Trigatra agar mereka bersabar dan menahan diri. Tetapi mereka itu tidak perduli. Pasukan itu menyerang terus dengan dahsyatnya dengan tujuan membunuh! Karena itu terpaksa Arjuna menghadapi Sryawarman, raja bangsa Trigatra, itu, dengan menghujankan ratusan anak panah guna menangkis senjata mereka. Pasukan musuh itu telah tersebar di segenap penjuru, memenuhi medan dengan kereta-keretanya yang kuat dan bersenjata lengkap. Sryawarman telah memperlihatkan Dengan kehebatan luar ilmu biasa panahnya. ia telah kecepatan
menghujankan ratusan anak panah lurus-lurus menuju Dhanajaya. Arjuna dikeroyok dari segala jurusan. Panah-panah tajam berhamburan
menuju dirinya dengan tujuan satu, membunuh! Tetapi senjata Gandhiwa bukanlah senjata biasa. Dengan ribuan anak panah yang meluncur dari senjata itu, ditangkisnya kabut panah yang meluncur dari berbagai jurusan itu. Ketuwarman, adik yang sangat perkasa dari Sryawarman, memekik menyeramkan sambil menyerbu kakaknya. dengan Melihat ganas untuk membela dan serangan tiba-tiba
dahsyat itu, putra Pu terpaksa mengarahkan senjatanya kearah penyerang itu dan melepaskan serentetan anak panah. Ketuwarman terjungkal dan tewas! Melihat Ketuwarman tewas, Dhatawarman, dengan mengendarai keretanya menyerbu maju. Senjata yang dipasang pada keretanya memuntahkan hujan panah yang sungguh tidak tercela. Benar-benarlah suatu hujan panah yang tidak ada saat putusnya! Melihat cara anak muda itu memainkan
senjatanya, Arjuna kagum. Gudkea putra Indra itu tidak melihat bagaimana Dhtawarman mengambil panah-panah itu, memasang pada busurnya dan menembakkannya! Ia hanya melihat hujan panah seolah-olah tercurah dari langit! Untuk beberapa saat Arjuna terpesona dan dalam hatinya memuji kepahlawanan serta keterampilan Dhtawarmn yang muda dan perkasa itu. Pahlawan bangsa Kuru itu masih tersenyum-senyum menghadapinya, sebaliknya anak muda itu menerjang meliuk-liuk dengan bengis bagaikan seekor ular yang sedang marah. Arjunapun sedikit gembira karena serangan lawannya yang dahsyat itu tidak sampai menyentuh dirinya. Sampai sedemikian jauh, Prtha memang tidak menghadapi lawannya dengan sungguh-sungguh. Dhanajaya tidak ingin membunuh lawannya yang hebat ini.
Namun
Dhtawarmn
terus-menerus meng-
hujankan panahnya kepada Dhanajaya. Sekejap lengah, tidak dapat dielakkan lagi, sebatang anak panah menancap dalam-dalam menembus tangan yang memegang Gandhiwa itu. Arjuna kaget, tangannya gemetar, genggamannya melemah dan panah Gandhiwa itu terlepas dari tangannya. Busur panah yang tergeletak di tanah itu jelas terlihat bagaikan bianglala, busur Indra yang melengkung di langit apabila hujan ringan turun dari langit. Ketika busur yang dipegang oleh Arjuna itu kata-kata terlepas, Dhtawarmn hati. tertawa Timbul terbahak-bahak dan mengejek Arjuna dengan yang menyakitkan kegusaran Arjuna. Diusap darah yang meleleh di tangannya, diangkat kembali busurnya dan meluncurlah ribuan anak panah menyambarnyambar dengan dahsyatnya. Terjadilah kegaduhan dan kepanikan di pihak lawan.
Mereka yang sempat melihat dengan jelas kehebatan panah Arjuna itu bersorak-sorai kagum. Arjuna benar-benar marah. Ia berdiri bengis bagaikan Yama sendiri. Melihat keadaan menjadi sangat berbahaya semua pasukan Trigatra menyerbu dari segala penjuru mencoba melindungi Dhtawarmn. Arjuna menjadi semakin marah karena serbuan ini. Segera diperintahkan delapan belas orang pengawal pilihan maju menyerbu. Panah-panah pasukan pengawal ini tidak kalah hebatnya. Ujungujungnya terbuat dari besi keras dan merupakan duplikat dari panah Indra itu. Pasukan Trigatra; kacau; melarikan diri. Dhanajaya menghujani mereka yang melarikan diri itu sambil tertawa, Prajurit-prajurit kereta Trigatra melarikan diri ke segala jurusan. Tidak berani menyerang kembali! Akhirnya terdengar mereka berseru, ditujukan kepada pahlawan penghancur pasukan
Samsaptaka di medan Kuruketra : Kami menyerah! perintahlah kami O Prtha! Kami akan jalankan semua perintah paduka O Pahlawan bangsa Kuru! Mendengar seruan penyerahan itu, Dhanajaya lalu menjawab : Selamatkanlah jiwamu O raja, dan tunduklah kepada kekuasaan kami!