Professional Documents
Culture Documents
Wajradatta itu memang hebat. Ia tangguh luar biasa. Pertandingan sudah berlangsung selama tiga hari. Seru sekali, hingga yang menyaksikan sungguh merasa ngeri! Memang pertarungan itu tak ubahnya seperti perkelahian antara Indra melawan Wtra. Pada hari yang keempat, Wajradatta kembali menghadapi Arjuna, sambil tertawa terbahakbahak dengan sombongnya ia berseru : Hai Arjuna, tunggulah saat ini! Hari ini engkau akan menemui ajal di tanganku! Hanya dengan membunuh engkau maka upacara penyucian ayahku dapat disempurnakan. Ayahku raja Bhagadatta sudah tua, dan adalah sahabat ayahmu Indra. Kamu membunuh ayahku itu di Medan pertempuran hanya karena ayah itu sudah tua! Tetapi hadapilah aku sekarang
Dibandingkan dengan usiamu, aku ini masih kanak-kanak, nah tahanlah seranganku! Raja Wajradatta menghentak gajahnya dan menyerbu mendesak putra Pu. Gajah itu bagaikan terbang di angkasa, melompat dan menyambar Arjuna, mengeluarkan pekikan nyaring dan menyemburkan air dari ujung belalainya. Gajah itu mengamuk liar, mengobrak-abrik dan menerjang Arjuna dengan ganasnya! Suaranya gemuruh dan pekikan-pekikannya memekakkan telinga. Dan untuk menghindarkan diri dari panah-panah Arjuna, gajah itu meliuk-liuk bagaikan menari. Menghadapi gajah yang luar biasa ini Arjuna kewalahan juga, dan akhirnya ia melompat mundur untuk mencari posisi yang lebih baik. Ia berdiri tegak, menunggu dengan tenang, tidak menunjukkan sedikitpun perasaan gentar. Inilah saatnya ia harus mempergunakan senjata Gandhiwanya, yaitu setelah mengingat
betapa putra raja yang angkuh ini menyita waktu dengan menghalangi perjalanannya, mengingat pula adanya permusuhan lama antara kerajaan Pragjyotia dengan pihak Pawa, maka putra Pu itu tidak kuasa membendung kemarahannya lagi. Dhanajaya membidikkan panahnya yang akti itu dan sesaat kemudian, ratusan anak panah melesat bagaikan bendungan yang merintangi air laut pasang dan bergelora ingin menerjang segala-galanya. Dan gajah yang seperti badai mengamuk itu tiba-tiba berhenti menyerang. Pada tubuhnya telah menancap ratusan anak panah, dilihat dari jauh tidak ubahnya seekor binatang landak besar bagaikan gunung. Wajradatta tersentak, kemarahannya memuncak. Ia lalu menembakkan panahnya membabi buta tanpa perhitungan lagi. Ratusan anak panahnya meluncur ke arah Arjuna, namun dengan tenang Arjuna menangkis seluruhnya
dengan
panah-panah
pula.
Terjadilah
pertarungan panah yang sangat menarik, suatu tontonan yang sangat mengesankan. Akhirnya raja negeri Pragjyotia itu mencoba memaksa gajah yang terluka itu menyerbu. Dan benar saja, gajah itu tiba-tiba melompat dan menerjang dengan cara yang sangat mengerikan. Arjuna terkejut, tetapi ia masih sempat membidik dan melepaskan sebuah panah besar yang sejak tadi tidak dilepaskan. Panah itu melesat dan menembus bagian penting gajah gila itu. Seketika gajah itu roboh bagaikan gunung runtuh terkena sambaran halilintar. Gajah itu terkulai menunggu saat kematiannya Barulah raja yang masih muda itu menyadari betapa hebat sebenarnya kemampuan lawannya itu. Ia gemetar, dan kini karena takut! Melihat itu, Putra Pu lalu berkata kepadanya, katanya: Hai anak muda, jangan takut! Raja Yudhihira
yang adil itu telah menugaskan aku untuk melakukan perjalanan. Sebelum berangkat. Raja yang berbudi luhur itu telah berpesan kepadaku. Dengarkan betapa pesannya itu! Dhanajaya, engkau tidak boleh mencabut nyawa Raja-raja yang merintangimu di dalam perjalanan ini! Tugasmu hanyalah menundukkan penghalangpenghalang itu tanpa membunuhnya! Dan jangan pula membunuh para Katriya yang membela rajanya! Undanglah mereka agar suka datang, bersama-sama dengan sanak keluarganya, untuk menghadiri upacara Kurban Kuda yang aku, Yudhihira, selenggarakan! Mengingat perintah yang kuterima dari raja, saudaraku itu, maka aku tidak akan membunuhmu! Sekarang berdirilah! Jangan ragu-ragu! Kembalilah ke istana dengan selamat O raja perkasa! Pada hari purnama bulan Chaitra, kami mengundang paduka sekalian
untuk
menghadiri
upacara
yang
kami
selenggarakan itu. Upacara Kurban Kuda raja Yudhihira yang adil dan berbudi luhur itu akan jatuh pada hari itu! Raja Wajradatta mencakupkan tangan dan menjawab halangan! : Baiklah, semoga tidak ada