You are on page 1of 47

1

PATOLOGI SOSIAL

Secara etimologis kata patologi berasal dari kata-kata:
Pathos, yang berarti disease/penyakit
Logos, yang mempunyai arti:
a. Berbicara tentang
b. Ilmu
Jadi, patologi berarti:
Membicarakan tentang penyakit atau ilmu tentang penyakit.
Maksudnya:
Ilmu yang membicarakan tentang asal usul dan sifat-sifatnya
penyakit.
Konsep ini bermula dari pengertian penyakit di bidang ilmu
kedokteran dan biologi yang kemudian diberlakukan pula untuk
masyarakat karena masyarakat itu tidak ubahnya dengan organisme
atau biologi, sehingga masyarakat pun dapat dikenai penyakit.

Kata Sosial:
Berarti tempat atau wadah pergaulan hidup antar manusia yang
perwujudannya berupa:
--Kelompok manusia atau organisme.
Yakni individu manusia yang saling berhubungan secara timbal balik
(berinteraksi), bukan manusia / individu dalam arti fisik.
Dalam arti yang lebih luas yaitu community atau masyarakat.

Patologi Sosial:
= Ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap sakit disebabkan
oleh faktor-faktor sosial.
= Ilmu tentang penyakit masyarakat.
= Ilmu tentang asal usul dan sifat-sifatnya penyakit yang
berhubungan dengan hakekat adanya manusia dalam hidup
bermasyarakat.
2


ARISTOTELES
Berpendapat bahwa manusia sebagai Zoon Politicon atau
sebagai makhluk sosial.
Manusia dalam kehidupannya selalu berusaha menyempurnakan
diri, menyesuaikan diri dengan masyarakat atau alam
lingkungannya.
Tetapi dalam usahanya untuk menyempurnakan diri itu, ia selalu
menghadapi tantangan dan hambatan.
Tantangan dan hambatan itulah yang menyebabkan kegagalan
manusia untuk mencapai tujuan.
Kegagalan itu pula yang merupakan sumber patologi sosial.
Jika usaha itu mengalami rintangan sebagai individu tidak dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat lingkungan-nya, maka
keadaan itu disebut maladjustment.
PENGERTIAN PATOLOGI SOSIAL
# Gillin dan Gilliin
Patologi sosial adalah studi tentang pola-pola sosial dan prosesnya
yang melibatkan didalamnya kegagalan manusia untuk
menyesuaikan dirinya maupun kelembagaan-kelembagaannya
dalam mencapai tujuan, yang memungkin-kan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

# James C. Coleman
Ketika kondisi-kondisi dalam suatu komunitas atau masyarakat
luas mempunyai dampak (berdampak) patogenik terhadap
perkembangan dan perilaku orang-orang, maka situasi merupakan
patologi sosial.
Kondisi-kondisi itu menurut Coleman:
1. Kemiskinan
2. Tindak kejahatan
3. Prasangka sosial (prejudice) dan diskriminasi
3

4. Disorganisasi sosial


SEJARAH SINGKAT PATOLOGI SOSIAL

Manusia dalam memenuhi kebutuhannya telah menghasilkan
teknologi yang berkembang dengan cepatnya, sehingga
menimbulkan hal-hal yang berakibat negatif kepada manusia dan
kemanusiaan itu sendiri.

Akibat Revolusi Industri
Menunjukkan betapa cepatnya perkembangan ilmu-ilmu alam dan
eksakta yang tidak seimbang dengan perkembangan ilmu-ilmu sosial,
telah menimbulkan berbagai kesulitan yang nyaris dapat
menghancurkan umat manusia.
Misalnya:
e Pemakaian mesin-mesin industri di pabrik-pabrik.
e Mengubah cara kerja manusia, yang dulu banyak memakai
tenaga manusia sekarang diperkecil.
e Terjadinya pemecatan buruh sehingga pengangguran meningkat
(terutama tenaga kerja yang tidak terampil).
e Dengan timbulnya kota-kota industri, terjadi urbanisasi besar-
besaran, penduduk desa yang tidak terampil di bidang industri
mengalir ke kota-kota industri.
e Jumlah pengangguran di kota semakin besar.
e Adanya kecenderungan pengusaha lebih menyukai tenaga kerja
wanita dan anak-anak (lebih murah & lebih rendah upahnya).

Keadaan ini semakin menambah banyaknya masalah kemasyarakatan
(social problem), terutama buruh rendah yang berkaitan dengan
kebutuhan:
- Perumahan
4

- Pendidikan
- Perlindungan hukum
- Kesejahteraan sosial, dsb.

Istilah atau konsep lain untuk patologi sosial :
1. Masalah Sosial (Social Problem)
2. Disorganisasi Sosial / Social Disorganization / Sosial Dis-
integration
3. Sosial Maladjustment
4. Sociopathic
5. Abnormal
6. Sociatri

Pendekatan (Approach) Dalam Penyelidikan
Tingkah Laku Sosiopatik

Approach Biologis
Pendekatan biologis tentang tingkah laku sosiopatik dalam
biologi biasanya termuat dalam bagian genetika.
Patologi itu menurun melalui gen/plasma pembawa sifat di
dalam keturunan, kombinasi dari gen-gen atau tidak adanya
gen-gen tertentu.
Ada pewarisan umum melalui keturunan yang menunjukkan
tendensi untuk berkembang kearah patologis (tipe
kecenderungan yang luar biasa normal).
Melalui pewarisan dalam bentuk konstitusi yang lemah, yang
akan berkembang ke arah tingkah laku sosiopatik.
Bentuk-bentuk tingkah laku yang menyimpang secara sosial
yang disebabkan oleh ketiga hal tersebut diatas dan ditolak oleh
umum seperti:
- Homoseksualitas
- Alkoholisme
5

- Gangguan-gangguan mental tertentu.

Approach Psychologist & Psychiatris
>> Pendekatan Psikologis
Menerangkan tingkah laku sosiopatik berdasarkan teori
inteligensi, sehingga orang melanggar norma-norma sosial yang
ada antara lain karena faktor-faktor:
- Inteligensi
- Sifat-sifat kepribadian
- Proses berpikir
- Motivasi
- Sikap hidup yang keliru
- Internalisasi yang salah
>> Pendekatan Psychiatris
Berdasarkan teori konflik emosional dan kecenderungan
psikopatologis yang ada dibalik tingkah laku menyimpang secara
sosial.

Approach Sosiologis
Penyebab dari tingkah laku sosiopatis itu adalah murni sosiologis
atau sosio-psikologis, yaitu tingkah laku yang berbeda dan
menyimpang dari kebiasaan serta norma umum, yang pada suatu
tempat dan waktu tertentu sangat ditentang atau menimbulkan
akibat reaksi sosial tidak setuju.
Reaksi dari masyarakat itu antara lain berupa :
- Hukuman
- Segregasi (pemisahan/pengasingan)
- Pengucilan

6

Konsep Masyarakat I deal
- Masyarakat ideal yaitu konsep tentang masyarakat yang terbaik
yang dicita-citakan.
- Suatu masyarakat dipandang baik atau jelek itu didasarkan pada
dapat atau tidaknya masyarakat itu memenuhi harapan-harapan
atau keinginan-keinginan anggotanya.
- Penilaian itu didasarkan atau dipengaruhi oleh kebudayaan dan
berkembang sejalan dengan itu.
- Masyarakat sosial timbul jika sejumlah anggota masyarakat yang
berbuat suatu yang tidaklah seperti yang diharapkan atau dicita-
citakan oleh masyarakat dan perbuatan-perbuatan tersebut dapat
menjalar atau berkembang di masyarakat.

Beberapa Teori Tentang Masalah Sosial
1. Teori Perubahan Sosial (Sosial Change)
Menurut teori ini, apabila sesuatu segi atau aspek kehidupan
sosial berubah (apalagi jika perubahannya itu berjalan cepat),
maka akan menimbulkan masalah sosial.
2. Teori Cultural Lag (W.F. Ogburn)
Cultural Lag atau kelambanan budaya atau kelambanan
kultural adalah keadaan tidak sinkronnya perkembangan suatu
budaya pada satu segi dengan segi lainnya, sehingga ada yang
terbelakang (terlambat).
Teori ini menyatakan :
Apabila bermacam-macam bagian dari kebudayaan berkembang
secara tidak seimbang, tidak sesuai dengan perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan, maka kebudayaan tadi akan
mengalami proses kelambatan kultural.
Karena kabudayaan itu dipandang sebagai kesatuan organik,
maka cultural lag menimbulkan masalah sosial.
3. Teori Konflik Sosial
7

Menyatakan bahwa konflik sosial akan menimbulkan masalah
sosial.
Konflik sosial adalah situasi yang menimbulkan pertentangan
sebagian besar penduduk atau anggota masyarakat seperti :
perang, kejahatan, dsb.
4. Teori Disorganisasi Sosial (M.A. Elliot & F.A. Merrill)
Menyatakan bahwa perubahan sosial menimbulkan keretakan
organisasi sosial yang lama. Keretakan ini merupakan masalah
sosial karena masyarakat itu sebagai kesatuan yang bersifat
organic.
5. Teori Pathologi
Teori ini mendasarkan diri pada analogi organisme biologi
dengan organisme sosial. Masalah sosial dianalogikan dengan
penyakit.
Yang disebut penyakit adalah penyimpangan dari keadaan
normal.




FASE STUDY PATOLOGI SOSIAL
Menurut St. Vembriarto (1981), perkembangan patologi sosial
melalui 3 fase yaitu:
1. Fase Masalah Sosial (Social Problem)
Pada fase ini yang menjadi objek penyelidikan patologi sosial
adalah masalah-masalah social, seperti masalah pengangguran,
pelacuran, kejahatan, kemelaratan, masalah penduduk, dsb.
2. Fase Disorganisasi Sosial (Social Disorganization)
Pada fase ini yang menjadi obyek penyelidikan patologi sosial
adalah disorganisasi sosial. Fase ini merupakan koreksi dan
perkembangan dari fase masalah sosial.
3. Fase Sistematik
8

Fase ini merupakan perkembangan dari dua fase sebelumnya.
Pada fase ini patologi sosial berkembang menjadi ilmu
pengetahuan yang mempunyai sistem yang bulat.
Sebabnya bisa dari luar, misalnya : kurangnya solidaritas dan
dari dalam, yaitu timbulnya perpecahan.

Tanda-tanda atau Ciri-ciri Disorganisasi Sosial
1. Adanya disorganisasi peranan, yakni fungsi anggota-anggota
suatu kelompok tidak dilaksanakan dengan sukses.
2. Adanya peranan-peranan yang tidak menentu atau tidak jelas
(gejala ambiguity). Misalnya seorang pejabat korupsi untuk
partainya.


Sosial Problem :
Adalah penilaian masyarakat terhadap keadaan tertentu yang tidak
diinginkan dan dianggap sebagai masalah, dan dapat diperbaiki
hanya dengan tindakan sosial (social action) yang tepat.

Yang Memakai Istilah Patologi Sosial (Social Pathology)
Misalnya : -Lawrence Guy Brown
- Queen & Gruener
- J.P Gillin & J.L Gillin
Berpendapat :
* Pada waktu orang menghadapi social problem (host of social
maladjustment) maka ia harus mempunyai motive untuk
mengadakan tindakan yang tepat agar terselenggara social
welfare.
* Orang mempunyai motive to reform (memperbaiki kembali
keadaan) dan memberikan landasan ilmiah terhadap apa yang
akan dilakukannya.
9

* Landasan ilmiah tersebut diintroducer untuk mempelajari
objeknya yaitu masyarakat.
* Social problem hanya dapat diketahui dengan menganalogikan di
dalamnya dengan memakai kata pathologi.
* Manusia mempunyai sifat-sifat atau unit-unit yang bersifat
organis psychologis dan sosial.
* Dengan menggunakan istilah patologi sosial jelas tercermin di
dalamnya pengertian biologis organis dari masyarakat.


Kedudukan Pathologi Sosial Dalam Kelompok
Ilmu Pengetahuan
>> Ilmu Pengetahuan Dilihat Dari Segi Objek Kajian :
Kelompok ilmu pengetahuan alam dan eksakta (natural and
exact sciences).
Kelompok ilmu pengetahuan sosial (social sciences) yakni yang
obyek kajiannya adalah human affairs atau human behaviors
atau segi-segi kehidupan manusia dan tingkah laku serta
masalahnya.
Kelompok ilmu pengetahuan budaya dan kerohanian
(humaniora/humanities).

>> Dikelompokkan Menurut Metode Kerjanya :
+ Ilmu pengetahuan yang bersifat formal normatif.
Obyek penyelidikannya dipandang dari sudut bagaimana
seharusnya dan bukan dari sudut bagaimana adanya.
+ Ilmu pengetahuan yang bersifat empirik deskriptif.
Empirik maksudnya berdasarkan pengalaman-pengalaman
atau empiris.
Deskriptif maksudnya bahwa ilmu pengetahuan itu bersifat
melukiskan sebagaimana adanya tidak menilai obyeknya.
10


Pro dan Kontra Penggunaan Istilah Patologi Sosial
>> Tidak setuju
Mencerminkan konsep biologi & organis.
Secara apriori masyarakat dipandang dalam keadaan sakit.
Masyarakat dipandang sebagai obyek dari orang-orang yang
menimbulkan penyakit masyarakat (manusia disamakan
dengan benda).

Mabel A. Elliot dan Francis A. Merrill
-- Lebih cenderung menggunakan istilah social disorganization.
Mereka berpendapat :
Didalam sosial disorganization sekaligus tergambar social
problem.
Bahwa yang menyebabkan social problem adalah social proces.
Sosial Problem Mempelajari :
~ Lahirnya sikap anti sosial dan individu di dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat.
~ Sikap anti sosial dari kelompok dengan kelompok lainnya.
Social Disorganization (Mabel A. Elliot & Francis A. Merril)
dalam bukunya Social Disorganization.
+ Masyarakat yang disorganized adalah masyarakat yang oleh
karena satu atau lain sebab banyak anggota-anggotanya gagal
(tidak berhasil) melaksanakan peranan yang diharapkan oleh
masyarakat.
Jelasnya tingkah laku dari banyak orang dalam masyarakat tidak lagi berbuat seperti yang
diharapkan atau dicita-citakan masyarakat.
+ Social Disorganization adalah proses pecah atau bubarnya
kelompok sosial.
+ Disorganisasi Fungsional
Terjadi apabila individu, kelompok, atau sistem-sistem dalam
masyarakat tidak berfungsi secara wajar.
11

Ini terjadi karena keretakan dalam hubungan fungsional antar
individu sampai pada taraf yang mengganggu pelaksanaan tugas-
tugas kelompok.

Patologi Sosial (Gillin)
Studi tentang pola-pola sosial dan prosesnya yang melibatkan di
dalamnya kegagalan manusia untuk menyesuaikan dirinya maupun
kelembagaan-kelembagaannya dalam mencapai tujuan yang
memungkinkan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Intinya: Kegagalan penyesuaian diri baik secara individu maupun
kelembagaannya.
Definisi Penyesuaian Diri
Istilah penyesuaian diri berasal dari kata adaptasi dalam biologi yang
berarti usaha individu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat
ia hidup.
Dalam psikologi ini dikenal dengan kata adjustment (penyesuaian
diri), selama hidupnya manusia selalu dituntut untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan (Schneider, 1964).

Penyesuaian Diri
e Merupakan suatu proses yang mencakup mental dan tingkah
laku, dimana individu berusaha keras untuk mengatasi atau
menguasai kebutuhan dalam diri, tension, frustasi dan konflik,
tujuannya adalah untuk mendapatkan keharmonisan dan
keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana ia tinggal dengan
tuntutan di dalam dirinya.
e Penyesuaian diri ini perlu untuk bisa survive / mempertahankan
kelangsungan hidup.
e Penyesuaian diri (adjustment) mengandung 2 proses yaitu:
1. Menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada.
2. Mengubah keadaan dengan kebutuhan individu.
12


e Setiap organisme secara alamiah telah dilengkapi dengan
perangkat untuk menyesuaikan diri.
- Pada tumbuh-tumbuhan.
- Pada hewan / animal
Contoh : Bunglon, bisa berubah warna kulitnya).
- Pada manusia.

Cara Penyesuaian Pada Animal : Instinktif
Apabila lingkungannya berupa sukar sekali menyesuaikan diri
dan bila tidak mampu bertahan maka cepat sekali spesies tersebut
akan punah.
Misal:
- Burung-burung berterbangan pada saat gempa.
- Burung-burung yang selalu berpindah tempat pada setiap
musim.

Cara Penyesuaian Pada Manusia
Sebagian besar melalui proses belajar, karena manusia hidup
bermasyarakat di dalam lingkungan budaya tertentu yang sangat
kompleks. Hal ini menuntut proses pembelajaran yang tinggi.
Proses belajar:
- Membutuhkan waktu yang lama.
- Memiliki fleksibilitas yang tinggi (sifatnya fleksibel).
Sifat fleksibility : memungkinkan orang/individu mampu
melakukan perubahan sosial budaya yang sangat kompleks.
Misalnya : toilet training, sosialisasi.
Secara umum individu yang penyesuaian dirinya baik ialah
individu yang mampu mengatasi konflik, frustasi-frustasi
dan menyelaraskan kesulitan dalam diri maupun kesulitan
yang berhubungan dengan lingkungan.

13

Penyesuaian Diri Yang Tidak Berhasil (Maladjustment)
Yaitu apabila individu tidak mampu mengatasi konflik yang
dihadapi sehingga dapat menimbulkan frustasi pada dirinya.
Frustasi ini dapat terjadi bila tuntutan hidup sangat membebani
individu, karena ia tidak mampu menemukan cara yang sesuai
untuk mengatasi masalah atau tuntutan dari lingkungan tersebut.
Akan tetapi tidak selamanya kondisi yang dirasakan berat atau
stres berat dapat menimbulkan tingkah laku maladjustment.
Kadang-kadang stres dapat membangkitkan kekuatan yang luar
biasa dan merupakan cara-cara yang efektif dalam penyesuaian
diri.

Kapan suatu perilaku dikatakan maladjustment atau tidak.?
Misal: Orang miskin tidak selalu maladjustment, karena sebagian ada
yang nyuri (maladjustment). Tapi ada juga yang kerja (adjustment).
Jadi tergantung pada usaha setiap orang untuk melakukan hal yang
positif.

Adaptasi dan adjustment merupakan suatu tuntutan untuk setiap
organisasi.
Adjustment
Organisme Lingkungan
Adaptasi
Setiap penyesuaian mempunyai sifat interaktif. Kita perlu
menyesuaikan diri untuk mempertahankan diri atau
kelangsungan hidup (survival).
Corak atau sifat lingkungan mempengaruhi corak dalam adaptasi.
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi corak
penyesuaian diri seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi:
1. Faktor Geografi, misal: iklim
14

2. Biologik : Struktur genetic (bentuk tubuh, darah, warna kulit,
mata, ras)
3. Demografi : Jumlah penduduk
4. Socio Cultural
Manusia kadang-kadang mengalami kegagalan dalam
penyesuaian dirinya.
Pada faktor-faktor non sosio kultural pada umumnya manusia
masih mampu untuk menyesuaikan diri. Lain halnya penyesuaian
terhadap faktor socio cultural, karena bervariasi dan kompleks
sifatnya.
Sifat penyesuaian diri yaitu adjusted dan maladjusted.
Terhadap lingkungan socio cultural inipun manusia pada
umumnya mampu mempertahankan integritasnya sepanjang
perubahan yang terjadi relatif kecil, tidak terlalu cepat atau
mendadak sifatnya.
Pada masyarakat statis (budaya homogen, aturan jelas, sistem
nilai jelas), misal: Suku Samoa, Baduy, Tengger.
Masyarakat dinamis (masyarakat yang hidup, cepat berubah).
Banyak manusia yang berhasil menyesuaikan diri dan juga tidak
berhasil menyesuaikan diri dan bahkan ada yang bersifat
patologis.


PENYESUAIAN

Adaptasi: bersifat patologis.
Secara garis besar, sifat penyesuaian diri dibagi menjadi 3 bagian
yaitu:
a) Reaktif
Ciri khas: pada makhluk vegetatif (tumbuh-tumbuhan),
berlaku secara otomatis/alamiah.
15

Makhluk vegetatif dalam keteraturan juga sangat
menakjubkan, misal tumbuh dan memperbanyak diri namun
tidak mengembangkan diri.
Penyesuaian reaktif ini sebenarnya dimiliki pula oleh
makhluk-makhluk animate (hewan dan manusia).
Penyesuaian reaktif ini perlu pada manusia, terutama untuk
mengatasi perubahanperubahan pada lingkungan fisik
seperti cuaca, suhu udara, dsb.
b) Aktif
Penyesuaian ini merupakan ciri khas pada animate.
Dikatakan aktif karena mereka mampu bergerak dan secara
aktif pula mampu mempertahankan diri terhadap lingkungan
luar.
Beberapa spesies binatang dan manusia mampu
berkelompok dan mengembangkan suatu masyarakat atau
komunitas.
Misal: semut, tawon, gajah singa.
Manusia : berorganisasi
Pada binatang, pada umumnya pola perilaku tidak berubah
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Polanya sama
dalam situasi apapun.
c) Kreatif
Dengan perangkat penyesuaian seperti ini manusia mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan fleksibel dan
canggih.
Dengan kata lain, manusia selain beradaptasi dan aktif
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, juga mampu
mengubah lingkungannya untuk mencapai optimasi
penyesuaian yang diinginkannya.
Manusia mampu menciptakan cara-cara lain untuk
melindungi diri dari ancaman lingkungannya.
16

Lebih jauh lagi cara penyesuaian diri ini tidak hanya riil, tapi
juga yang bersifat abstrak.
Demikian berkembangnya ide-ide/karsa, bahkan me-lebihi
kodrat alamiahnya.
Berupaya hidup di bawah air, di atmosfir dan di angkasa
luar, yang secara alamiah manusia adalah makhluk darat.
Dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat manusia tidak
bersifat statis, tetapi mampu membangun kesatuan individu
yang terjamin dan seringkali canggih.
Dalam dimensi kesatuan sosial ini perlu tercipta tata
kehidupan budaya sentral, dengan variabilitasnya yang
sangat luas dan rumit sifatnya.
Dan dalam rangka kehidupan berbudaya ini manusia
memperluas dimensi kehidupannya menjadi yang bersifat
abstrak.
Manusia dengan kreatifitasnya tidak saja berhasil dalam
penyesuaiannya, bahkan berkembang dan menguasai semua
spesies di muka bumi.
Dibalik keberhasilan ini manusia dituntut untuk
mengembangkan cara-cara penyesuaian yang lebih canggih
terhadap lingkungan sosial dan budayanya yang lebih
kompleks, dan sekaligus pula rentan terhadap perubahan.
Oleh karena itu dalam kehidupan manusia penyesuaian ini
tidak hanya sesuai atau punah tetapi juga dalam adjustment
dan maladjustment.
Daya penyesuaian manusia yang begitu tinggi ternyata tidak
menjamin keberhasilannya menghadapi perubahan-
perubahan cepat dalam tingkat kehidupan sosial dan
budayanya.
Sebagian diantara mereka mengalami kegagalan atau dapat
dikatakan sebagian anggota masyarakat gagal menghadapi
17

stress sosial, mengalami frustasi yang kemudian mengalami
pola perilaku menyimpang.
Kelompok orang inilah yang dikatakan mengalami
maladjustment (jika seseorang tidak dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan).
Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan
Kebingungan
Kecemasan
Konflik-konflik
Baik yang terbuka & eksternal sifatnya maupun yang internal
(dalam batin sendiri).
Sehingga berkembang :
Pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum
Berbuat semau sendiri
Demi kepentingan sendiri
Mengganggu/merugikan orang lain

4 FAKTOR DALAM PENYESUAIAN DIRI
(MENURUT ROBERT BIERSTEDT)

1. FAKTOR GEOGRAFIS
Letak geografis adalah letak suatu wilayah dan permukaan bumi
yang ditinjau berdasarkan daerah sekelilingnya.
Letak geografis akan mempengaruhi setiap kehidupan di planet
bumi.
a. Gerakan Bumi Mengelilingi Matahari (Revolusi) dan
Rotasi Bumi
Mengakibat terjadinya pergantian siang dan malam.
Daerah tropika (Indonesia) akan mengalami siang 12
jam dan malam 12 jam.
Subtropis (Eropa) pada musim panas siang lebih lama
sedangkan musim dingin siang lebih pendek.
18

Daerah kutub musim dingin lebih lama.
Terhadap faktor geografis ini manusia mampu menyesuaikan
diri; yaitu malam - tidur, siang - bekerja.

Perputaran bumi (revolusi) menyebabkan adanya perbedaan
musim, yaitu:
Daerah yang punya 2 musim (Indonesia) yaitu musim
kemarau dan musim hujan.
Daerah yang memiliki 4 musim yaitu musim panas,
musim gugur, musim semi dan musim dingin.

Keadaan ini mempengaruhi pada perilaku manusianya:
- Pada daerah / negara yang memiliki 2 musim,
masyarakatnya cenderung lebih santai.
- Pada daerah / negara yang memiliki 4 musim,
masyarakatnya memiliki perencanaan hidup karena
dengan 4 musim maka tantangan hidup lebih berat
sehingga lebih terencana.
b. Distribusi Tanah dan Persediaan Air
Terdapat variabilitas pada setiap negara/bangsa tentang
keadaan sumber daya dan persediaan air.
Masyarakat yang hidup di daerah yang dikelilingi laut.
Masyarakat yang hidup didaerah pegunungan.
Masyarakat yang hidup di daerah / negara yang tidak
memiliki laut.
Negara yang memiliki persediaan tanah yang sangat
sedikit.
Negara yang memiliki persediaan tanah yang melimpah.
Variabilitas ini menyebabkan perbedaan pada corak dan sifat
penyesuaian.
19

Akan tetapi persamaan dan perbedaan variabilitas tidak
berkorelasi dengan derajat stres dan kesejahteraan
masyarakatnya.

Contoh :
- Indonesia, secara geografis memiliki daratan yang luas
(1.904.000 km
2
) dan lautan yang luas. Selain itu juga
memiliki wilayah terluas pertama diantara negara
ASEAN. Singapura hanya memiliki wilayah 584 km
2
.
Tetapi Indonesia sering kekurangan dan juga sebagian
negara yang memiliki lautan yang luas tidak memiliki
Angkatan Laut yang ulung.
- Jepang, secara geografis memiliki sumber daya yang
kecil, tetapi lebih maju dan lebih hebat daripada
Indonesia.
Jadi ada faktor lain yang lebih menentukan daripada faktor
geografis.
c. Iklim
Perbedaan iklim dan suhu udara juga membawa perbedaan
pada sifat perilaku penyesuaian.
Contoh:
Musim panas di Amerika Serikat, udara lebih menyengat
daripada musim kemarau di Indonesia.
Dari hasil penelitian ada kaitan antara suhu/iklim dengan
tingkat kejahatan, kekacauan dan kematian.
Contoh:
Di Rusia banyak gelandangan yang mati karena kedinginan.
d. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam yang dimiliki setiap negara bervariasi.
Banyak negara yang memiliki sumber daya alam yang
berlimpah seperti Indonesia, negara-negara di Amerika
20

Serikat dan ada beberapa negara yang memiliki sumber daya
alam yang sedikit (Jepang, Singapura).
Contoh: Suku Indian tetap terbelakang
Jepang tidak kaya tetapi lebih maju dan
berkembang

Jadi tidak disangsikan sumber daya alam mem-pengaruhi
tingkah laku manusia, tetapi tidak menentu-kan
permasalahan yg terjadi pada manusia.

Kesimpulan:
Faktor geografis tidak dapat di kesampingkan, tetapi bukan
faktor penentu dan tidak cukup menjawab segala
persoalan/permasalahan sosial di masyarakat.


2. FAKTOR BIOLOGIS
Konstitusi genetik organisme manusia dan juga faktor genetik
dengan sendirinya mempengaruhi tingkah laku sosial manusia.
Bentuk-bentuk tingkah laku yang menyimpang secara sosial dan
sangat ditolak oleh umum, seperti homoseksualitas, alkoholisme
kronis dan gangguan-gangguan mental tertentu itu menurut teori
Biologi disebabkan oleh peristiwa-peristiwa sebagai berikut :
a. Melalui gen-gen atau plasma pembawa sifat di dalam
keturunan, atau melalui kombinasi dari gen-gen tertentu,
yang semuanya mengakibatkan timbulnya penyimpangan
tingkah laku .
b. Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar
biasa/abnormal, sehingga memprodusir tingkah laku
patologis.
c. Melalui pewarisan kelemahan konstitusional tertentu yang
mengakibatkan tingkah laku sosiopatik.
21


Contoh:
Gejala Brachydactylisme (jari-jari yang pendek) dan Diabetes
Insipidus (sejenis penyakit gula) banyak berkorelasi dengan
kejahatan dan penyakit mental.

Memang sebagian kecil tingkah laku sosiopatik disebabkan oleh
faktor fisiologis dan struktural jasmaniah yang mengalami
kerusakan atau disebabkan oleh cacat bawaan.

Deviasi / Penyimpangan & Differensiasi
>> Deviasi / penyimpangan
Yaitu tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral
atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat
kebanyakan/populasi.
>> Differensiasi
Yaitu tingkah laku yang berbeda dari tingkah laku umum
(misalnya: kejahatan adalah semua bentuk tingkah laku yang
berbeda dan menyimpang dari ciri-ciri karakteristik umum
serta bertentangan dengan hukum atau melawan peraturan
yang legal).
>> Differensiasi Biologis
Differensiasi biologis yang mengandung tanda menyimpang
ialah macam-macam stigma rasial (tanda, selar, ciri).
Misalnya : dalam bentuk ekstrimisme, tinggi dan berat
badan, raut wajah, tampang, bentuk dan
proporsi/perbandingan tubuh, pigmentasi (zat warna kulit),
parut dan barut bekas luka, mata sipit, tanda-tanda tertentu
yang sudah ada sejak lahir, handicap fisik/cacat jasmaniah
disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit, sehingga merusak
mekanisme tubuh dan tingkah laku.
22

Ciri itu mengakibatkan pola tingkah laku yang berbeda
sekali dengan perilaku umum.
Cacat jasmaniah ini mengakibatkan persepsi-persepsi
tertentu atau respon-respon tingkah lakunya menjadi
terhambat atai tidak berfungsi lagi.
Tingkah laku menjadi sangat berbeda dengan tingkah laku
orang kebanyakan, dan pribadi yang bersangkutan terhambat
dalam melaksanakan peranan sosialnya.
Seberapa jauh kerusakan fisik itu bias menghambat fungsi
jasmani manusia, tergantung pada tinggi rendahnay budaya
dan teknologi yang dikembangkan, sehingga cacat tersebut
dapat dibantu oleh alat-alat pembantu.
Misalnya : alat bantu untuk membaca, alat bantu
pendengaran, protetis, dll.

HERBERT SPENCER
Dalam Buku A Society in Organism.
- Menganalogikan masyarakat sebagai suatu organisme.
- Mentranformasikan teori biologis kedalam teori masyarakat.
Teori ini memang penting sebagai suatu cara untuk menerangkan
proses di dalam masyarakat yang dianalogikan sebagai organik.
Akan tetapi itu belum dianggap lengkap untuk menerangkan
masyarakat yang begitu kompleks dan juga kurang dukungan
yang bersifat empiris.
Teori Tentang Perbedaan Warna Kulit & Konstitusi Tubuh
Di beberapa masyarakat ditemukan permasalahan yang
berhubungan dengan maladjustment.
Contoh : Di Missisipi (Amerika Selatan) perbedaan warna
kulit menjadi dilema (antara kulit putih dengan kulit hitam,
berwarna) Prejudice.

23

Eksperimen eksperimen telah dilakukan di Amerika
Ekperimen : terhadap anak Negro (mereka diminta untuk
memilih boneka-boneka yang berwarna hitam dan putih hasil
anak negro memilih yang berwarna putih).
Prejudice ini dicoba untuk dihilangkan.
Misalnya: melalui film-film (usaha ini cukup berhasil).
LOMBROSO
Mengadakan penyelidikan secara antropologi mengenai
penjahat-penjahat yang terdapat dalam rumah penjara dan
terutama mengenai tengkoraknya.
Kesimpulannya:
Bahwa para penjahat dipandang dari sudut antropologi
mempunyai tanda-tanda tertentu.
Misalnya: tengkoraknya (pencuri) isinya kurang daripada
orang lain, terdapat kelainan pada tengkoraknya, roman
mukanya lain dari orang biasa, tulang dahi yang melengkung
ke belakang (front fuyan).
Kesimpulannya adalah :
Penjahat umumnya dipandang dari sudut antropologi
merupakan suatu jenis manusia tersendiri (genus homo
delinquent) seperti halnya dengan bangsa Negro.
Mereka dilahirkan demikian (il delinquente nato), mereka
tidak mempunyai pre-disposisi untuk kejahatan, tetapi suatu
predistinasi, dan tidak ada pengaruh lingkungan yang dapat
mengubahnya.
(Sifat batin sejak lahir ini juga dapat dikenal dari adanya
stigmata-stigmata lahir, jadi terdapat suatu tipe penjahat
yang dapat dikenal).
Hipotesis Lombroso ditolak dan banyak ditentang.
Jadi tidak ditemukan korelasi antara tipe fisik tertentu
dengan kejahatan.
24


PENELITIAN LAIN
Penelitian tentang keseimbangan antara manusia dengan
spesies lain (binatang, tumbuhan, mikroba), berkaitan
dengan Ekologi.
Mempersoalkan bagaimana makhluk hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan
hubungan antar makhluk hidup dengan makhluk tak hidup di
dalam tempat hidupnya/lingkungannya (Ernest Maeckel,
183-194).
Kesimpulan :
Faktor biologis merupakan kondisi kehidupan manusia tetapi
pendekatan ini kurang mencukupi untuk membahas
permasalahan yang terjadi dalam masyarakat.

3. FAKTOR DEMOGRAFIS
Demos = masyarakat/penduduk
Grafis = pencatatan
Demografis pencatatan penduduk (jumlah populasi) baik
pada manusia maupun pada binatang
Permasalahan yang timbul
Antara pertumbuhan populasi dengan sumber daya
(makanan) yang tersedia baik pada manusia atau binatang.
Penelitian pada binatang:
Secara alamiah terjadi keseimbangan.
Penelitian pada menjangan : muncul tingkah laku agresif.
Penelitian pada manusia belum bisa dibuktikan.
Permasalahan pada manusia maupun binatang yaitu:
- Keseimbangan ekologis terutama sumber daya makanan
yang tersedia.
- Berapa jumlah kelahiran dan kematian.
25

Faktor demografis sebetulnya hanya pencatatan berapa
jumlah manusia yang menghuni bumi ini sekarang dan yang
akan datang.
Pada manusia masalah demografis lebih merupakan
konsekuensi sosial dan erat terkait dengan pemanfaatan
sumber daya yang tersedia.
Manusia dan kekuatan dan akal budaya diperkirakan akan
mampu mengatasi masalah ini.

Misalnya:
- Jumlah penduduk besar, makanan yang tersedia kurang.
Bagaimana?
- Jumlah penduduk sedikit, makanan yang tersedia
berlimpah. Bagaimana?
Perkembangan manusia sangat pesat.
Permasalahannya, apakah bumi ini masih memungkin-kan
menyediakan sumber daya supaya manusia bisa survive?
Pada zaman dahulu jumlah penduduk manusia secara
alamiah berkembang dan bertambah, misalnya karena
bencana atau peperangan.
Pada zaman sekarang dengan perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan, sekarang jumlah yang hidup lebih
banyak.
Pada beberapa negara di Eropa (Jerman dan Perancis),
jumlah orang dewasa / tua lebih banyak daripada anak-anak.
Hal ini banyak menunjukan masalah. Bagaimana
mengatasainya?

FRANK NOTESTEIN (1945)
Melakukan penelitian dan mengeluarkan teori Demographic
Transition Theory.
Ada 3 tahap, yaitu:
26

1. Pre Modern Stage
Pada tahap ini perkembangan penduduk lambat sekali.
Ada keseimbangan antara jumlah kelahiran & kematian.
Ada perbedaan antara komunitas yang satu dan lainnya,
misalnya : Di Irian Jaya, masih ada kehidupan seperti
zaman batu.
2. Early Industrial Stage
Biasanya industrialisasi memacu pertumbuhan
penduduk. Kelahiran meningkat & Kematian menurun.
Misal : Indonesia, dan Negara Dunia ke 3 masuk tahap
ini.
Antara tahap 1 dan 2 merupakan sumber masalah.
3. Mature Industrial Stage
Tercapai keseimbangan penduduk, yaitu kelahiran
lambat dan kematian menurun.
Misal: Swedia, Skandinavia, Norwegia.

THOMAS MALTHUS (1766-1834)
+ Meramalkan :
Bahwa pertumbuhan penduduk pada masa yang akan
datang sangat cepat dan tidak terkendali dan akan
meningkatkan penderitaan dan kelaparan.
Bila tidak terjadi bencana, peperangan, epidemik atau
tidak adanya perencanaan kelahiran.
+ Apakah ramalan ini terbukti ?
Pada dunia ketiga ramalan ini berlaku.
Contoh: Indonesia penduduk berkembang dengan pesat
makanan menjadi kurang.
+ Menurut LESTES BROWN DAN JODI JACOBSON
dalam bukunya The World Without Border.
+ Permasalahan di dunia ke 3, mereka justru terperangkap
dalam Demographic Trap.
27


4. FAKTOR SOCIO CULTURAL (SOSIAL BUDAYA)
Terhadap ketiga faktor (geografis, biologis, demografis),
manusia mampu beradaptasi, akan tetapi tidak halnya dengan
faktor sosial budaya.
Mengapa?
Karena faktor dan variabel yang terkandung demikian
banyak dan bervariasi, sehingga seringkali orang mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan dirinya dan mengalami
kegagalan dalam penyesuaian dirinya (maladjusment).
Menurut Gillin:
Manusia dalam kehidupannya memang diikat oleh budaya
(budaya sebagai kontrol).
Culture/Budaya dalam arti sempit :
Orang berbudaya dan orang tidak berbudaya (tidak tahu
etika).
Diartikan dengan seni: Budaya Sunda, Bali, Batak, dll.
Sering diasosiasikan dengan bentuk rumah adat, bahasa,
dll.
Pengertian Culture / Budaya
>> E. B. Tylor (1871)
Keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung
ilmu pengetahuan, kepercayaan/keyakinan (belief),art (seni),
morales (moral), law (hukum), adat istiadat dan kemampuan
yang lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai
anggota masyarakat.
>> R. Linton (1947)
Konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah
laku, yang unsur pembentukannya didukung dan diteruskan
oleh anggota masyarakat tertentu.
>> W. H. Kelly & C. Kluckhon (1952)
28

Pola hidup yang tercipta dalam sejarah, yang eksplisit,
implicit, rasional, irrasional, dan nonrasional, yang terdapat
pada setiap waktu sebagai pedoman yang potensial dalam
tingkah laku manusia.
>> Ariyono Suyono (1985)
Keseluruhan hasil daya budi cipta, karsa, karya manusia
yang dipergunakan untuk memahami lingkungan serta
pengalamannya agar menjadi pedoman bagi tingkah lakunya,
sesuai dengan unsur-unsur universal di dalamnya.
>> R. Bierstedt
The complex whole that consist of all the ways thinks did do
and everything we have a member of society.
Secara Umum :
Kebudayaan adalahKeseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kahidupan masyarakat
yang dijadikan miliki diri manusia dengan belajar.
Inti Pengertian Kebudayaan
1. Bahwa kebudayaan yang terdapat antara manusia itu
sangat beraneka ragam.
2. Bahwa kebudayaan itu didapat dan diteruskan secara
sosial melalui proses pembelajaran.
3. Bahwa kebudayaan itu terjabarkan dari komponen
biologis, sosiologis, dan psikologis dari eksistensi
manusia.
4. Bahwa kebudayaan itu berstruktur.
5. Bahwa kebudayaan itu memuat beberapa aspek.
6. Bahwa kebudayaan itu bersifat dinamis.
7. Bahwa nilai dalam kebudayaan itu bersifat relatif.
Media yang paling penting untuk mentransformasikan
budaya adalah bahasa.
Kita akan mengerti suatu kelompok sosial bila merujuk pada
bahasa yang berlaku pada masyarakat itu.
29

Manusia diikat oleh culture (budaya), kalau tidak manusia
akan bertindak semaunya (liar), bahkan lebih liar dari
binatang (kata Sosiolog).
Culture dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Material Culture
2. Nonmaterial culture
Content (isi) dari culture ada 3 komponen (Robert
Bierstedt), yaitu:
1. Ideas (Thinking / Pemikiran)
Berhubungan dengan alam pemikiran yang berlaku
dalam masyarakat, termasuk didalamnya apa yang
disebut:
a. Scientific Truths
b. Religious Believe
c. Myths (Mitologi)
d. Legenda
e. Kesusastraan
f. Aphorism (Misal: Di Cina -- Tidak boleh tidur
siang)
g. Provers (Peribahasa)
h. Folkslore (cerita rakyat)
2. Norms (Doing / Apa Yang Dilakukan)
Pembatasan-pembatasan yang didalamnya
mengandung suatu sistem nilai, menyangkut
bagaimana perilaku disepakati bersama.
Ada norma yang sangat berat dan menentukan
keberadaan kelompok dan tatanan kehidupan ideal,
sehingga layak dikenakan sanksi yang berat
(Mores).
Ada tatanan yang tidak terlalu mendasar
sehingga sanksinya pun tidak terlalu berat.
Dengan demikian bila terjadi pelanggaran, tidak
30

berakibat terlalu fatal (Folksways). (W.G.
Summer)
Yang termasuk Norms antara lain: hukum, status,
rules, ritual, tabu, ceremonies, etiket.
3. Materials (Having / Segala Sesuatu Yang Dimiliki)
Berkaitan dengan kepemilikan benda-benda konkrit
termasuk didalamnya artifacts, machine, bangunan,
benda-benda seni, jembatan, kendaraan, bahan-bahan
makanan, obat-obatan, dll.
MASYARAKAT SISTEM NILAI
BUDAYA
Perubahan Berubah
Proses Perubahan:
+ Sangat Lambat
Harus melalui tahapan-tahapan panjang seirama dengan
perkembangan masyarakatnya.
+ Cepat
Langsung mengubah tatanan perilaku ajeg yang telah ada
sebelumnya.
+ Tidak Menerima Perubahan
Tidak menerima sama sekali perubahan ini:
- Mencoba menghindar
- Menentang timbulnya pembaharuan ini

Perubahan pada masa kini di dunia ketiga seperti:
Adanya krisis sosial dan politik, ekonomi dan budaya, menyebabkan
perubahan cepat sekali sehingga kecenderungan menimbulkan
maladjusted besar sekali




31



PROSES-PROSES PEMBELAJARAN

PROSES BELAJAR KEBUDAYAAN
1. PROSES INTERNALISASI
Proses Internalisasi berlangsung sepanjang hidup individu sejak
dilahirkan s/d hampir meninggal untuk mengolah segala
perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang kemudian membentuk
kepribadiannya.
Misal:
Bayi ketika lapar; Dia menangis,. Pada saat itu akan ada
seseorang yang memberinya makan / minum.
2. PROSES SOSIALISASI
Proses social dimana seorang individu menerima pengaruh,
peranan, tindakan orang-orang di sekitarnya (Millieu).
--- Akan mempengaruhi pola kepribadiannya.

Proses sosialisasi sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh:
+ Struktur masyarakat
+ Susunan kebudayaannya
+ Lingkungan sosial yang bersangkutan
Tiap perubahan akan dipengaruhi budaya.


TAHAPAN / PROSES YANG TERJADI
e PROSES ENKULTURASI / ENCULTURATION
Proses soSial dimana individu belajar menyesuaikan diri dan
alam pikiran serta sikapnya terhadap adat, sistem norma, serta
semua peraturan yang terdapat dalam lingkungan
masyarakatnya.
--- Ada 2 kemungkinan:
32

a. Individu bisa melewati tahapan proses tersebut.
b. Individu sukar untuk menerima & menyesuaikan diri.
--- Individu Deviants
Deviants yang Positif
Akan merupakan sumber dari berbagai kejadian dalam
masyarakat dan kebudayaan sehingga menimbulkan
perubahan budaya.
Deviants yang Negatif
Menimbulkan berbagai ketegangan sosial, kerusuhan,
kejahatan, bunuh diri masal, dll.
e PROSES AKULTURASI / ACCULTURATION
Suatu proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu sedemikian rupa dipengaruhi
oleh unsur-unsur suatu kebudayaan lain sehingga unsur-unsur
lain itu diterima dan disesuaikan dengan unsur-unsur
kebudayaan sendiri tanpa menyebab-kan hilangnya identitas
kebudayaan asli.
e PROSES ASIMILASI / ASSIMILATION
Adalah proses sosial yang timbul apabila terdapat:
Kelompok-kelompok manusia dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda-beda.
Kelompok manusia ini saling bergaul langsung secara
intensif serta dalam waktu yang lama.
Kelompok-kelompok itu masing-masing berubah watak
khasnya dan unsur-unsur kebudayaannya saling berubah
sehingga muncul suatu watak kebudayaan yang baru /
campuran.

Kecepatan proses ini sangat bervariasi tergantung pada
banyaknya faktor yang mempengaruhi terutama:
Mobilitas
Komunikasi
33

Jumlah kontak yang terjadi diantara anggota masyarakat.
BEBERAPA FAKTOR PENTING UNTUK TERJADINYA
PERUBAHAN SOSIAL/BUDAYA
1) Karena kontak dan berhubungan dengan budaya lain.
Contoh: migrasi, peperangan, penjajahan, perdagangan,
eksplorasi.
2) Karena innovation/penemuan-penemuan baru
Contoh: Ditemukannya roda, mesiu, listrik, mesin uap, telepon,
auto/mobil, pesawat terbang.
3) Karena cuaca dan sumber daya alam (dalam skala kecil) faktor
ekologi.

Pada umumnya manusia mampu beradaptasi sepanjang
perubahan sosial masih dalam taraf wajar dan seharusnya (tidak
mendadak).
Pada masa / era globalisasi
-- Berkembangnya teknologi yang begitu cepat banyak
menimbulkan permasalahan penyesuaian / adjustment.
Daya penyesuaian manusia umumnya lebih lambat dari
perubahan itu sendiri.
Jika keseimbangan sistem sosial terganggu, akan menimbulkan
kebingungan dan ketidakjelasan sehingga banyak menimbulkan
stress dan berbagai penyimpangan terjadi.
Contoh:
Di daerah marginal, missal: Tangerang.
Budaya kota masuk, sistem nilai lama belum ditinggalkan
perilaku aneh/kriminal.


STRESS SOSIAL

34

Di dalam hidup manusia tidak bisa terlepas dari stress.
Permasalahannya terletak pada seberapa besar stress yang
dialami dan bagaimana mengatasi stress ini.
Suatu stress akan dirasakan berat bila berlangsung terus menerus
dan kumulatif.
Keadaan ini berlaku baik untuk individu maupun kelompok.
Kaidah:
1. Makin stabil seseorang, makin tinggi toleransi terhadap
stress
2. Setiap individu memiliki batas toleransi terhadap stress
(ambang toleransi setiap individu akan berbeda).
3. Bila stress terlalu berat walaupun batas toleransi tinggi,
setiap orang akan mengalami kegoncangan.
Kapan stress melampaui batas toleransi?
Yaitu bila stress berkepanjangan dan bersifat kumulatif.
Yang mempengaruhi penghayatan stress seseorang antara lain
kepribadian, pengalaman dan budaya.
Pengelolaan benar

Individu/kelompok

Stres Tidak stres

Pengelolaan
Tidak benar

Stres baru pikiran kacau Stres Neurotik
Beberapa hal / spesifikasi yang biasanya ditemukan dalam
lingkungan sosial:
- Ancaman yang berhubungan dengan kelangsungan hidup.
- Gangguan yang berupa rasa sakit, panas, dingin, kelelahan
dan kekurangan makan.
35

- Kehilangan sumber hidup (berupa uang, pekerjaan, bisnis,
kekayaan).
- Pengurangan kepuasan seksual.
- Penekanan terhadap kebebasan mengemukakan ide, cita-cita
dan berpikir.
- Pembatasan kebebasan bergerak.
- Isolasi.
- Ditolak / tidak disenangi oleh orang-orang di sekitarnya.
- Dalam organisasi, perilaku otoritas yang sukar diduga.
Yang penting, ada 3 stres yang merupakan sumber reaksi yang
patologis, yaitu:
1. Hambatan yang berkepanjangan dalam pemenuhan
kebutuhan, harapan, pencapaian tujuan / cita-cita.
2. Konflik dilematis.
Mis: konflik antara cita-cita dan kemampuan (keinginan dan
kemampuan).
3. Keadaan yang menimbulkan kebingungan anggota
masyarakat dan ketidakpastian tentang apa yang terjadi pada
saat ini dan apa yang diharapkan pada masa yang akan
datang.
Stres yang kumulatif akan dirasakan oleh setiap masyarakat. Bila
terus berlangsung, maka kondisi patogenik tidak terelakkan.
Masyarakat sebagai sistem sosial dapat diibaratkan sebagai
mesin, yang dibentuk oleh ribuan / jutaan manusia yang
berinteraksi satu sama lain, sesuai dengan kebiasaan dan sistem
nilai yang berlaku dalam budayanya.
Sebagai suatu sistem, didalamnya tersusun berbagai sub sistem,
baik berupa kelompok maupun kelembagaan, formal maupun
informal. Semua ini membangun menjadi suatu struktur.
Struktur + elemen masyarakat/individu Menggunakan
sistem
36

Keseluruhan sistem dikendalikan dan diawasi oleh supra sistem
yang disebut pemerintahan yang tersusun dari strata bawah (RT,
RW) sampai strata atas (Presiden, MPR, dsb).
Dalam mencapai tujuan dan keberhasilannya, kapasitas mesin
masyarakat akan dipengaruhi oleh 2 macam stressor, yaitu:
1. Dapat berupa tekanan / stressor yang dating dari luar.
Misalnya: ancaman militer / politik negara lain (contoh:
invasi Amerika) , ancaman ekonomi.
2. Tekanan yang timbul dari dalam sistem itu sendiri (dari
masyarakat itu sendiri)
Seperti perubahan-perubahan social, dalam pergeseran
komponen-komponen yang membentuk mesin masyarakat
itu sendiri.
Misalnya: otonomi daerah.
Kedua stressor seringkali berlaku simultan (terjadinya
bersamaan)
Permasalahannya yaitu bagaimana upaya penyesuaian, reaksi-
reaksi dan cara bertindak masyarakat tersebut terhadap tekanan
beserta perubahan-perubahannya.
Ada beberapa masyarakat yang bereaksi terhadap perubahan
dan tekanan secara positif.
Artinya: masyarakat mengalami goncangan, tetapi dengan
secara cepat mampu mengatasinya dan melakukan
penyesuaian (perlu integritas yang tinggi).
Ada beberapa masyarakat yang mendapat tekanan atau
perubahan tetapi tidak mampu mengatasinya bahkan
permasalahannya menjadi berlarut-larut.
Reaksi yang muncul bias bermacam-macam, diantaranya:
1. Banyak melakukan aktifitas tetapi tidak produktif (banyak
pekerjaan, tapi tidak pernah selesai dengan tuntas).
2. Reaksi Agresifitas.
37

Misal: saling memaki/menyerang, baik secara verbal
maupun fisik tidak pada tempatnya.
3. Reaksi Apatisme.
Lari ke alam fantasisme, egistis, mementingkan partainya
atau kelompoknya tidak perduli dengan apapun; tidak
mau berhubungan dengan dunia luar karena dunia luar
dianggap sebagai sumber masalah.
Cat:
Stres ada yang positif. Misalnya: nilai UTS yang jelek membuat kita
stress, dan berusaha belajar sungguh-sungguh supaya nanti nilainya
bagus.

Indikator-Indikator Patologi Sosial
Ada berbagai cara dan ukuran yang dipakai untuk menentukan
kondisi-kondisi sosial patologis, antara lain:
1) Ukuran Sederhana
> Misal: Angka bunuh diri, angka kenakalan anak dan kejahatan,
statistik perceraian, distribusi kekayaan dan penghasilan, angka
pengangguran.
> Asumsi: Kenaikan angka dari gejala-gejala seperti tersebut
merupakan indicator dari adanya social maladjustment.
2) Ukuran Yang Kompleks
Disintegrasi social tidak/belum cukup hanya dengan ukuran
sederhana, tetapi masih perlu ukuran lain yang lebih kompleks
seperti: daerah pemukiman penduduk yang padat,
memperlihatkan keganjilan dalam piramida penduduknya, juga
ditandai oleh angka bunuh diri, kejahatan, kenakalan dan tingkah
laku gang yang tinggi.
Adanya konflik kebudayaan, konflik norma-norma sehingga
kehidupan pribadi terlepas dari kehidupan masyarakat.
38

3) Komposisi Penduduk
Piramida penduduk yang menyimpang dari pola segitiga dengan
dasar luas, yang menunjukkan proporsi anak-anak ke atas sampai
proporsi usia lanjut yang menunjukkan angka jumlah kecil.
Menunjukkan indikator maladjustment.
4) Jarak (distansi) Sosial
Apabila orang merasa berbeda satu sama lain dalam simpati
sosialnya, menunjukkan adanya social maladjustment.



5) Partisipasi Sosial
Teori partisipasi sosial berpendapat bahwa keanggotaan dan
peranan didalam kelompok sosial dan aktifitas-aktifitas yang
bersifat kultural dapat dijadikan indikator masalah sosial.
Apakah berbagai gangguan (fisik, mental, ekonomi, dsb.) itu
mempengaruhi partisipasi social seseorang?


DIFFERENSIASI

Ialah tingkah laku yang berbeda dari tingkah laku umum.
Misalnya:
Kejahatan, yaitu semua bentuk tingkah laku yang berbeda dan
menyimpang dari ciri-ciri karakteristik umum serta bertentangan
dengan hukum atau peraturan legal.

Kejahatan sendiri sangat bervariasi, sangat heterogen sifatnya: dapat
dilakukan oleh pria, wanita, tua, remaja atau anak-anak, dsb.

Differensiasi dibedakan menjadi 2, yaitu:
39

a. Differensiasi Biologis
Yang mempunyai tanda-tanda penyimpangan ialah macam-
macam stigma rasial (tanda, selar, ciri)
b. Differensiasi Demografis
Adalah perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan bangsa-
bangsa dan bangsa yang menyimpang dari kelompok bangsa
pada umumnya, yang tingkah lakunya aneh dan luar biasa.
Misalnya:
- Dalam hal komposisi seks.
- Perbedaan usia, seperti ada yang usianya sangat tua dan ada
juga yang mati dalam usia yang sangat muda.






DEVIASI

Yaitu tingkah laku yang menyimpang dari kecenderungan umum
atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari masyarakat kebanyakan.

Deviasi terbagi 2, yaitu:
1. Non Behavioral
a) Biologis
b) Demografis
2. Behavioral
>> Menurut tipenya dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Personal
b) Sosial
>> Menurut aspeknya dibedakan menjadi 2, yaitu:
40

a) Yang Tampak (Overt)
1) Dapat berbentuk verbal, misalnya: dialek, slang, bahasa
yang tidak menurut gramatika, juga pendapat-pendapat
yang radikal mengenai berbagai hal.
2) Berbentuk nonverbal, misalnya: alkoholisme, madat,
prostitusi, kejahatan dan sejenisnya.
b) Yang Tidak Tampak (Covert)
Yang simbolik, yaitu segi sikap dan emosi yang bersifat
deviasi yang dialami seseorang. Misalnya:
- Berupa mens area (pikiran yang paling dalam yang
tersembunyi), atau
- Berupa itikad kriminal dibalik semua aksi kejahatan dan
tingkah laku menyimpang.

Yang menjadi objek kajian di sini adalah deviasi behavioral, artinya :
penyimpangan tingkah laku yang seringkali disebut juga dengan
istilah abnormal atau maladjusted.






ORGANISASI DEVIANT

Organisasi atau kelompok deviant dapat terbentuk secara
spontan dan ada yang secara perlahan-lahan.
Bentuk organisasi kelompok deviant ini ada yang bersifat
formal, informal dan sangat kaku (rigid).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya deviant sangat
bervariasi, yaitu:
41

a. Faktor keadaan deviant itu sendiri
Misalnya: mereka yang gagap, bisu, tidak mungkin dapat
berorganisasi karena sulitnya berkomunikasi, tetapi
prostitusi justru memerlukan organisasi yang rapi; pemadat
memerlukan berorganisasi agar mendapatkan bahan yang
menjadi kecanduan madatnya.
c. Faktor-faktor seperti: komposisi usia, seks, status
ekonomi/jabatan/pendidikan dan ada tidaknya
komunikasi langsung, dll. Contoh: organisasi yang
dikenal dengan nama mafia, adalah organisasi deviant
yang bersifat rigid, juga penjahat.


INDIVIDU SOSIOPATHIK

Pribadi yang menyimpang (dengan tingkah laku menyimpang dari
norma-norma umum) merupakan hasil dari proses differensiasi dan
proses individual.
Proses Differensiasi
Orang yang secara individual berbeda dengan orang-orang
kebanyakan yang lain, sejak lahir.
Orang yang berkembang di lungkungan deviant.
Maksudnya individu berkembang secara normal, tetapi hidup di
lingkungan yang patologis. Misalnya: di lingkungan pencuri,
kebiasaan mengemis, melacur, dsb.
Proses sosialisasi pada diri (individuasi) anak dalam pengoperan
pola-pola tingkah laku yang menyimpang atau sosiopatik itu
berlangsung secara progresif, tidak sadar, berangsur-angsur dan
kontinyu.
42

Bentuk-bentuk penyimpangan norma sosial itu dirasionalisir
secara progresif dan diadakan pembenaran (justifikasi) lalu
dijadikan pola tingkah laku sehari-hari (dapat terjadi secara overt
maupun covert / tersamar).
Menjadi deviant setelah dewasa, bisa disebabkan oleh suatu
pengalaman traumatik.
Perubahan kepribadian yang mendadak jarang terjadi, tapi
perubahan yang cepat dapat terjadi karena intensitas stimulasi
sosial.
Tidak jarang perubahan secara drastis radikal itu disertai dengan
krisis-krisis jiwa yang gawat.
Pengalaman itu mempercepat proses transformasi tingkah laku
normal menjadi perilaku abnormal atau menyimpang.
Pengoperan pola-pola abnormal secara sadar mengakibatkan
proses persepsi diri dan pendefinisian diri.
Persepsi diri berarti menerima keadaan atau nasib sendiri sebagai
benar-benar menyimpang.
Study Disorganisasi Sosial menurut E. S Bogardus, dapat dibagi
menjadi 4 (empat) sebab pokok, yaitu:
1) Pengangguran (Unemployment)
Pengangguran merupakan sebab terjadinya disorganisasi sosial,
oleh karena keadaan pengangguran menyebabkan fungsi-fungsi
ekonomi menjadi kacau.
Secara umum disebabkan oleh pribadi (malas, kurang kompeten,
dsb.), musim, keadaan pekerjaan dan teknologi.
2) Kejahatan (Criminal)
Merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum dan di
lain pihak merupakan gangguan bagi kesejahteraan sosial.
43

Faktor penyebabnya: physical environment, social environment
dan individual reaction.
3) Alkoholik
Pecandu minuman keras, tidak hanya terbatas pada mereka yang
mempunyai waktu luang tetapi juga bagi mereka yang sibuk
dengan pekerjaan. Minuman keras ini akan menyebabkan
pelanggaran maupun kejahatan.


4) Perang
Adalah penyebab diaorganisasi sosial yang terbesar. Perang akan
mengakibatkan bangsa dan negara yang bersangkutan
mengalami akibat yang menyedihkan seperti: kehancuran,
kematian, yatim piatu, invalid, kejandaan, dll.


PENGANGGURAN

+ Pengangguran merupakan penyakit sosial yang sangat besar
dampaknya dan biasanya terjadi pada masyarakat industri.
+ Pengangguran sangat serius karena dampaknya sangat besar baik
dalam kehidupan perorangan, keluarga (maksudnya sebagai
seorang kepala keluarga harus menghidupi keluarganya),
kelembagaan maupun masyarakat itu sendiri.
+ Pengangguran merupakan kegagalan sistem ekonomi
masyarakat.
+ Masyarakat yang sehat berkewajiban menyediakan lapangan
pekerjaan.
+ Dalam arti luas, bekerja identik dengan productivity, cara kerja
yang efektif dan efisien.
44

+ Bentuk-bentuk pengangguran:
1. Tidak memiliki pekerjaan / upah / penghasilan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
2. Memiliki upah tetapi di bawah standar hidup normal.
3. Tidak efisien dalam pelaksanaan kerja sehingga tidak
produktif ------- tidak memenuhi tuntutan kualitas kerja
(telat masuk kerja, hanya absen saja, dsb.)
4. Pseudo Kerja / Kerja Semu.
Bekerja tapi tidak jelas arah tujuannya karena kurang
terorganisir, bahkan sering menjadi gangguan dalam tatanan
sosial.
Contoh: penjual rokok di jalanan (penjual asongan),
pedagang kaki lima, penjual di trotoar.
5. Parasit masyarakat dalam berbagai bentuk.
Adalah mereka yang hidup atau penghasilannya didapat dari
keringat orang lain.
Contoh: pengemis, pemeras.


KEBODOHAN

1. Mental Deficiency / Feeble Minded
Yang dimaksud bukan karena faktor bawaan / heredity, tetapi
berkaitan dengan waktu ibu mengandung kekurangan gizi.
2. Kurang Terdidik
Banyak yang bodoh akan menjadi beban masyarakat karena:
Tindakan-tindakannya banyak yang melanggar.
Tingkat intelektualitasnya terbatas.
Kurang memiliki keterampilan / pengetahuan, sehingga
sukar mendapat pekerjaan.

45





KEMISKINAN

Yaitu kondisi seseorang apakah karena:
1. Pendapatan yang rendah / tidak memadai.
2. Karena pemborosan.
Sehingga tidak mampu menjaga suatu skala kehidupan yang
lebih tinggi untuk mendukung efisiensi, baik fisik maupun
mental, serta untuk mendukung secara fungsional memiliki nilai
kegunaan sesuai standar masyarakatnya.
Siapa saja yang hidup dalam kondisi dikatakan berada dalam
garis kemiskinan (Gillin).
Kemiskinan didalam relasi social membawa ke arah
kebergantungan (defendency).
Orang miskin bergantung pada orang lain (orang yang
produktif). Misalnya: pengemis.



OVERCROWDING

Berkaitan dengan banyaknya penduduk
Daya tampung ruang sudah tidak memadai dengan jumlah
penduduk.
Tata ruang yang tidak benar / salah.
Pada dasarnya hal ini akan menimbulkan stress, karena
organisme membutuhkan space yang memadai.
Akibat overcrowding yaitu:
46

1. Menghancurkan struktur social sehingga orang tidak mampu
melakukan kehidupan secara wajar.
2. Distorsi antara jumlah penduduk dan basis ekonomi yang
tersedia (tidak memadai).
Overcrowding dibawah kondisi kemiskinan yang rendah akan
mengakibatkan agresifitas yang tinggi dan meningkatkan
kriminalitas.


PRASANGKA SOSIAL / PREJUDICE

Yaitu attitude/sikap yang negatif yang ditujukan terhadap
sekelompok orang tertentu yang sifatnya stereotype dan
digeneralisir.
Attitude yang negatif terhadap sekelompok orang, sangat
stereotype, bermuatan emosi tinggi dan sukar diubah oleh
informasi yang bertentangan (Kretch).
Prasangka social terjadi melalui proses belajar.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya prasangka,
yaitu:
1. Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam.
Misalnya: terjajah dengan penjajah.
2. Orang berprasangka karena memang ia sudah di-persiapkan
didalam lingkungannya atau kelompoknya untuk
berprasangka.
Misalnya: seorang anak Amerika (kulit putih) yang di dalam
keluarganya itu sudah dianut atau ditegakkan suatu norma
tertentu yaitu bahwa orang Negro itu pemalas, bodoh, kotor,
tidak tahu kesusilaan.
3. Prasangka timbul karena adanya perbedaan, dimana
perbedaan ini menimbulkan perasaan superior. Perbedaan
47

bisa meliputi: fisik / biologis / ras, geografis /lingkungan,
kekayaan, status social, kepercayaan / agama, norma sosial.
4. Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau
pengalaman yang tidak menyenangkan.
Misal: bangsa yang dijajah dengan bangsa penjajah (kejam).
5. Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah
menjadi pendapat umum atau kebiasaan didalam lingkungan
tertentu. Misal:berprasangka terhadap ibu tiri.

You might also like