Professional Documents
Culture Documents
Hewan
disembelih dan dagingnya diolah sesuai dengan peraturan yang digariskan Pustaka Suci. Setelah semua itu selesai dikerjakan, para pendeta lalu mengurbankan kuda hitam pilihan yang sudah melakukan pengembaraan ke seluruh dunia itu. Kuda itu disembelih dan dagingnya dipotongpotong menurut peraturan tertentu. Setelah daging mestinya, kuda itu disiapkan Draupad sebagaimana dipanggil dan Dewi
didudukkan di sebelah daging kuda itu, karena dia sendirilah yang menguasai mantra-mantra, sarana-sarana, serta ketaatan memuja yang diperlukan. Para Brhmaa sudah mengeluarkan sumsum tulang kuda itu dan dimasak sepatutnya. Setelah siap, raja Yudhihira, sesuai dengan aturan upacara, lalu mencium asap olahan sumsum itu. Asap itulah yang menurut Kitab
Suci, dapat membersihkan diri dari segala dosa. Saudara-saudaranya yang lebih muda juga mencium asap yang mengepul dari daging sumsum yang telah dimasak secara khusus itu. Bagian daging kuda selebihnya, dituangkan ke dalam api, yang dilakukan oleh enam belas orang pendeta yang paling utama. Setelah upacara itu selesai, pertapa utama Wysa, dengan diiringkan oleh semua murid-muridnya melakukan serta pemujaan memohonkan kejayaan
kebesaran Yudhihira. Upacara itu ditutup dengan membagi-bagikan emas dan permata sebanyak seribu crore nikhas emas, dan khusus untuk pertapa Wysa, raja Yudhihira menghadiahkan seluruh Dunia yang sudah tunduk kepada kekuasaannya. Pendeta mulia putra Satyawati itu, setelah menerima hadiah yang diumumkan bahwa beliau itulah yang memiliki serta menguasai seluruh dunia, beliau
memberikan sambutan sebagai berikut : O raja termulia, aku dengan disaksikan oleh semua Brhmaa dan raja-raja yang sekarang hadir di sini, menerima dengan senang hati hadiah yang sangat istimewa itu, yaitu dunia beserta segala isinya. Tetapi ijinkan aku hari ini mempersembahkan kembali hadiah utama itu kehadapan paduka O maha raja ! Selanjutnya beliau berkata : Tetapi kembalikan harga pembeliannya Brhmaa itu sepantasnya, sesungguhnya karena para memerlukan
kekayaan berupa uang, bukan dunia atau tanah kekuasaan yang sesungguhnya tidak bermanfaat baginya ! Mendengar ucapan pendeta Wysa itu, raja Yudhihira menjawab sebagai berikut : Dakia dalam upacara Kurban Kuda yang dipandang pantas dan sesuai dengan Kitab Suci, tidak lain adalah Bumi ini. Karena itulah, maka kepada pendeta pertama yang menangani
upacara ini, hamba persembahkan dunia yang sudah seluruhnya ditundukkan oleh Arjuna. Setelah dunia itu paduka terima O pendeta mulia, perkenankan hamba mengundurkan diri ke dalam hutan. Hamba persilakan paduka bersama-sama melakukan para Brhmaa terhadap yang dunia lain itu pembagian
sebagaimana mestinya. Memang sepatutnyalah bumi ini dibagi menjadi empat bagian, sesuai dengan pembagian yang sudah dilakukan dalam upacara Caturhotra. Wahai Brhmaa utama, sesungguhnyalah hamba tidak menghendaki lagi apa-apa yang sudah menjadi bagian paduka dan para Brhmaa. Inilah cita-cita hamba sejak semula, demikian juga cita-cita saudara-saudara hamba! Ketika Yudhihira mengucapkan katakata itu, saudara-saudaranya semua, demikian juga Draupad secara serempak mengucapkan : Demikianlah kehendak kami ! suasana di
dalam ruangan menjadi berisik. Inilah suatu pengumuman yang sangat mengejutkan. Dan dari angkasa terdengar seruan-seruan : Bagus, bagus! Suara berisik yang bergumam di dalam ruangan itu meningkat. Ka Dwaipyana Wysa sangat puas mendengar jawaban yang diberikan oleh Yudhihira yang didukung oleh saudara-saudaranya itu. Karena itu, selaku Wakil golongan Brhmaa, beliau menyatakan sebagai berikut: Baiklah! Dunia ini, oleh paduka sudah dihadiahkan kepadaku hari ini! Tetapi sebaliknya, sebagai pernyataan terima kasih kami, para Brhmaa, Dunia itu saya hadiahkan kembali kepada paduka raja! Sekarang, bagibagikanlah semua emas yang ada kepada para Brhmaa yang hadir di sini dan dunia itupun kembali menjadi hak paduka! Dan pada saat
itu,
Wsudewa
berkata,
ditujukan
kepada
Yudhihira, katanya : Adalah kewajiban paduka untuk mentaati segala perintah yang mulia i Wysa! Karena menerima nasihat itu, maka dengan gembira semua keluarga Pawa lalu membagi-bagikan berjuta-juta keping uang emas, yaitu tiga kali lipat lebih banyak dari jumlah yang diwajibkan dalam Dakia upacara Kurban Kuda biasa! Tidak akan ada lagi rajaraja lain di dunia ini yang mampu menyamai jumlah Dakia ini, selain tentu saja raja Mruta pada jaman dahulu itu. Setelah Brhmaa pertapa yang paling utama Wysa menerima emas itu, beliau lalu membaginya menjadi empat bagian sama banyak dan selanjutnya membagibagikannya untuk para pendeta yang telah bekerja menyelenggarakan upacara itu. Demikianlah Yudhihira melunaskan harga dunia yang diminta oleh Wysa, dan dengan
perbuatannya itu Yudhihira telah dibersihkan dari segala dosa, dan dapat dipastikan akan mencapai kerajaan Surga bersama-sama semua saudara-saudaranya. Para pendeta yang menyelenggarakan Brhmaa, dan upacara dibagikan itu selanjutnya dengan membagi-bagikan uang emas itu kepada para sesuai permintaan mereka, sehingga masing-masing mendapatkan seberapa banyak yang diminta. Setelah diperkenankan oleh. Yudhihira para Brhmaa itu juga membagi-bagikan perhiasan emas yang tadinya dipergunakan dalam upacara itu, termasuk pintu gerbang kemenangan, tiangtiang kurban, dulang-dulang dan tempayan tempat air yang ribuan jumlahnya. Setelah para Brhmaa mendapatkan bagian mereka masingmasing dan cukup, sebagaimana yang dikehendaki, barulah barang-barang yang tersisa dibagi-bagi oleh para Katriya, Waiya dan
dra. Selebihnya dijadikan rebutan oleh suku bangsa Mlecca. Setelah menerima bagiannya masing-masing, dengan puas mereka kembali kenegerinya yang tersebar di seluruh dunia. Dan bagian Wysa yang terdiri dari bertumpuktumpuk uang, perhiasan dan barang-barang yang indah-indah, diserahkan seluruhnya kepada Kunt. Ptha sangat gembira menerima tanda kasih sayang dari ayah mertuanya itu dan dengan hormatnya ia menyembah serta kemudian akan menggunakan semua harta itu untuk kepentingan gama dan kemanusiaan. Raja Yudhihira menutup upacara itu dengan upacara penyucian diri yang terakhir, dan terbebaslah ia dari segala bentuk dosa! Setelah mengenakan busana kebesarannya selaku raja yang berkuasa, baginda duduk di tengah-tengah saudara-saudaranya dan nampak cahaya wajahnya cemerlang kemilauan, disembah dan
dipuja oleh semua yang hadir, tidak ubahnya maharaja dari kerajaan Dewata! Putra Pu itu duduk di atas singgasana, dikelilingi oleh para raja dari seluruh dunia dan kelihatan bagaikan Srya yang dikelilingi oleh planet-planet dan bintang-bintang akhirnya Yudhihira membagibagikan hadiah-hadiah berupa emas dan permata kepada para raja itu, juga kuda, gajah, hamba sahaya, wanita-wanita sahaya yang cantik-cantik lengkap dengan perhiasannya yang indah. Raja yang membagi-bagikan sedemikian banyak harta kekayaan itu nampak cemerlang bagaikan Wairawana penguasa kekayaan itu sendiri. Semua raja sudah mendapatkan bagiannya masing-masing. Yudhihira lalu memanggil kedepan raja Maipra yang masih muda, putra Arjuna kepadanya Wabhruwahana, hadiah-hadiah dan yang diserahkan luar biasa
kembali ke kerajaannya. Putra Pu, untuk membahagiakan saudara putrinya, Putri Dussala, lalu menerima cucunya yang masih bayi untuk tinggal di kerajaan ayahnya. Terakhir, dengan kata-kata teratur dan membahagiakan, mengucapkan terima kasih dan selamat jalan kepada semua mereka yang telah menyempatkan diri datang menghadiri upacara Kurban Kuda yang luar biasa itu. Kini tinggal Gowinda beserta rombongannya dari bangsa Wi dan Andhakasa. Yudhihira menyembah dan memujanya, mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, khususnya kehadapan Gowinda dan Baladewa. Pahlawan besar ini dikawal oleh ribuan katriya bangsa Wi di bawah pimpinan Pradyumna. Setelah saling mengucapkan kata-kata perpisahan dan
saling hormat-menghormati, merekapun kembali ke Dwraka dengan perasaan puas dan gembira. Demikian itulah jalannya upacara Kurban Kuda yang diselenggarakan Upacara itu oleh raja oleh Yudhihira. ditandai
keagungan, kemewahan dan pembagian hadiahhadiah yang berlimpah-limpah, didasari oleh perasaan cinta kasih semesta yang tidak ada bandingannya lagi di dunia ini. Makanan dan minuman, harta-benda dan penyambutan serta penghormatan, tidak mungkin dapat ditandingi lagi. Telah dipekerjakan pula ribuan juru masak yang paling ahli dan jumlah hewan yang disembelih tidak mungkin dapat dihitung banyaknya. Anggur dan minuman bagaikan mengalir dari sebuah sungai yang tidak akan berhenti mengalir siang dan malam. Tamu-tamu dan rakyat bergembira ria bersama motto yang
mendasari upacara itu, yaitu Berikan barangbarang yang indah-indah dan sajikan makanan dan minuman yang paling lezat cita rasanya! Upacara itu luar biasa hebat dan meriahnya sehingga sampai sekarangpun upacara itu masih menjadi buah bibir di manapun di dunia ini. Di tempat itu telah terjadi hujan harta benda, emas dan permata, makanan dan minuman yang lezatlezat. Demikian, maka maharaja putra Bharata itu terbebas dari dosa-dosanya. Setelah semuanya selesai raja dan rombongan kembali ke istana!