You are on page 1of 60

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOPITUITARISME

Ns.Martha Sinaga,SKep

DEFINISI

HIPOPITUITARI

1.Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar sendiri atau pada hipotalamus. (Robbins Cotran Kumar) 2.Hipopitutarisme is pituitary insuffisienency from destruction of the anterior lobe of the pituitary gland. (Diane C. Baughman) 3.Hipopituitarisme mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang sangat rendah. (Elizabeth C Erorwin)

4.Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofise anterior. (Barbara C. Long) 5.Hipopituitarisme adalah disebabkan oleh macam macam kelainan antara lain nekrosis, hipofisis post partum(penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain lain (Kapita Selekta Edisi:2)

Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi hipofisis.

Definisi hormone hipofisis depan dapat terjadi dari 3 jalur :


1.

Kelainan di dalam kelenjar yang dapat merusak sel sel sekretorik. Kelainan di dalam atau yang berdekatan dengan tangkai hipofise dimana dapat menyebabkan penghentian penyebaran faktor faktor yang berasal dari hipotalamus.

2.

3. Kelainan di dalam hipotalamus sendiri dimana dapat merusak pelepasan bahan pengatur pada hipofise depan.

ETIOLOGI Hipopiutuitarisme

dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus.

Penyebabnya menyangkut : 1.Infeksi atau peradangan oleh : jamur,bakteri piogenik. 2.Penyakit autoimun (Hipofisis Limfoid Autoimun) 3.Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu pembentukan salah satu atau semau hormon lain. 4.Umpan balik dari organ sasaran yang mengalamai malfungsi. Misalnya, akan terjadi penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT dalam kadar yang berlebihan.

5.Nekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau oksigenasi dapat merusak sebagian atau semua sel penghasil hormon. Salah satunya sindrom sheecan, yang terjadi setelah perdarahan maternal.

MANIFESTASI KLINIS
1.Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda tanda tekanan intra kranial yang meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila tumor menyita ruangan yang cukup besar.

2.Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasu akromegali (tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan artralgia (nyeri sendi). 3.Hiper Prolaktinemia : Amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada wanita, impotensi pada pria.

4.Sindrom Chusing : Obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetesmilitus, osteoporosis. 5.Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan pada anak anak. 6.Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria, amenore pada wanita. 7.Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari hipertiroidism.

8.Defisiensi Kortikotropin : malaise,anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran laboratorium dari penurunan fungsi adrenal. 9.Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia, dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.

PEMERIKSAAN FISIK
1.Pemeriksaan Fisik a.Inspeksi :

Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis) Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.

b.Palpasi :

Tergantung pada penyebab hipopituitary, perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.

2.Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. 3.Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti : a.Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika. b.Pemeriksaan serum darah : LH dan FSH GH, prolaktin, alsdosteron, testosteron, kartisol, androgen, test stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormon

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan Laboratorik. Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun. 2.Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis Sella Tursika a.Foto polos kepala b.Poliomografi berbagai arah(multi direksional) c.Pneumoensefalografi d.CT Scan e.Angiografi serebral

3.Pemeriksaan Lapang Pandang

a.Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan b.Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik 4.Pemeriksaan Diagnostik a.Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron b.Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH c.Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum. d.Tes provokatif.

KOMPLIKASI

1.Kardiovaskuler. a.Hipertensi. b.Tromboflebitis. c.Tromboembolisme. d.Percepatan uterosklerosis. 2.Imunologi.

Peningkatan resiko infeksi dan penyamaran tanda tanda infeksi.

3.Perubahan mata. a.Glaukoma. b.Lesi kornea.

4.Muskuloskeletal. a.Pelisutan otot. b.Kesembuhan luka yang jelek. c.Osteoporis dengan fraktur kompresi vertebra, fraktur patologik tulang panjang, nekrosis aseptik kaput femoris.

5.Metabolik.

Perubahan pada metabolisme glukosa sindrome penghentian steroid.

6.Perubahan penampakan. a.Muka seperti bulan (moon face). b.Pertambahan berat badan. c.Jerawat.

DIAGNOSA BANDING 1.Gangguan hipotalamus. 2.Penyakit organ target seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal rimer. 3.Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik. 4.Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik. 5.Syndrom parkinson

PENATALAKSANAAN MEDIS

1.Kausal.

Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi. Bila gejala gejala tekanan oleh tumor progresif dilakukan operasi.

2.Terapi Substitusi a.Hidrokortison antara 20 30 mg sehari b.Puluis tiroid / tiroksin diberikan setelah terapi dengan hidrokortison. c.Testosteron pada penderita laki laki berikan suntikan testosteron enantot atau testosteron siprionat 200 mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan fluoxymestron 10 mg per-os tiap hari.

d.Esterogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus haid. Berikan juga androgen dosis setengah dosis pada laki laki hentikan bila ada gejala virilisasi growth hormone bila terdapat dwarfisme. 3.Tumor hipofisis, diobati dengan pembedahan radioterapi atau obat (misal : akromegali dan hiperprolaktinemia dengan hymocriptine). 4.Beberapa cara pengobatan sering dilakukan.

5.Defisiensi hormon hos diobati sebagai berikut : penggantian GH untuk defisiensi GH pada anak anak, tiroksin dan kortison untuk defisiensi TSH dan ACTH, penggantian androgen atau esterogen untuk defisiensi gonadotropin sendiri (isolated) dapat diobati dengan penyuntikan FSH atau HCG. 6.Desmopressin dengan insuflasi masal dalam dosis terukur.

TINJAUAN KEPERAWATAN
1 PENGKAJIAN Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup: 1.Riwayat penyakit masa lalu

Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala. Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masapraremaja. Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada klien kretinisme.

2.Sejak kapan keluhan diarasakan

3.Apakah keluhan terjadi sejak lahir.

4.Kaji TTV dasar untuk

perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang. 5.Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien. Bandingkan perumbuhan anak dengan standar. 6.Keluhan utama klien: a.Pertumbuhan lambat. b.Ukuran otot dan tulang kecil. c.Tanda tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut axila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain lain. d.Interfilitas. e.Impotensi. f.Libido menurun. g.Nyeri senggama pada wanita.

Pemeriksaan fisik a.Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis). b. Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada penyebab hipopituitary,perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.

8.Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. 9.Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti : a.Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika. b.Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin, testosteron, kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan. 2.Koping individu tak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit. 3.Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.

4.Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus. 5.Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan. 6.Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot. 7.Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya kadar hormonal.

3 INTERVENSI

Secara umum tujuan yang diharapakan dari perawatan klien dengan hipofungsi hipofisis adalah :

1.Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi. 2.Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan. 3.Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. 4.Klien bebas dari rasa cemas. 5.Klien terhindar dari komplikasi.

1.Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungan dengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi Gonadotropin dan Defisiensi Hormon Pertumbuhan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.

Kriteria Hasil :

1. Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya: kerapian, pakaian, postur tubuh, pola makan, kehadiran diri. 2. Penampilan dalam perawatan diri / tanggung jawab peran.

Intervensi :

1.Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan. R/ Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat penolakan terhadap kenyataan akan kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat teknik penyembuhan / penanganan. 2.Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, prognosa kesehatan. R/Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka klien secara bertahap akan mulai menerima kenyataan.

3.Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien. R/Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah pemahaman tidak terjadi. 4.Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang sama. R/Sebagai problem solving 5.Bantu staf mewaspadai dan menerima perasaan sendiri bila merawat pasien lain.

R/Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi perawatan / ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran.

IMPLEMENTASI

Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan. Mendorong klien untuk meningkatkan proses koping terhadap orang lain. Mendorong klien untuk berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang sama. Membantu klien dalam aktivitas perawatan diri melibatkan juga orang lain. Membantu klien untuk dapat terlibat dalam aktivitas perawatan diri.

EVALUASI

S: Keluarga mengatakan bahwa klien mulai melakukan kegiatan penerimaan diri misalnya : perawatan diri. O:Aktivitas peningkatan diri misalnya : penampilan, kerapian, pola makan, dan lain lain.

Kemampuan dalam penampilan perawatan diri / tanggung jawab peran membaik, misalnya : penampilan dalam aktifitas keterlibatan sosial.

A:Masalah gangguan citra tubuh berangsur angsur teratasi. P:Lanjutkan intervensi hingga keadaan membaik.

2. DX .Koping Individu Tak Efektif berhubungan dengan Kronisitas Kondisi Penyakit. Tujuan : Setelah dilakuan tindakan keperawatan tingkat koping individu meningkat. Kriteria Hasil : 1.Mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan emosional. 2.Mengidentifikasi pola koping personal dan konsekuensi perilaku yang diakibatkan. 3.Mengidentifikasi kekuatan personal dan menerima dukungan melalui hubungan keperawatan. 4.Membuat keputusan dan dilanjutkan dengan tindakan yang sesuai / mengubah situasi provokatif dalam lingkungan personal.

Intervensi : 1.Kaji status koping individu yang ada. R/Meningkatkan proses interaksi sosial karena klien mengalami peningkatan komunikatif. 2.Berikan dukungan jika individu berbicara. R/Klien meningkatkan rasa percaya diri kepada orang lain. 3.Bantu individu untuk memcahkan masalah (problem solving). R/Dengan berkurangnya ketegangan, ketakutan klien akan menurun dan tidak mengucil / mengisolasikan diri dari lingkungan.

4.Instruksikan individu untuk melakukan teknis relasi, dalam proses teknik pembelajaran penatalaksanaan stress. R/Ketepatan penanganan dan proses penyembuhan. 5.Kolaborasi dengan tenaga ahli psikologi untuk proses penyuluhan. R/Klien mengerti tentang penyakitnya.

IMPLEMENTASI

Mengkaji status koping individu yang ada. Memberikan dukungan jika individu berbicara. Melakukan tindakan komunikasi terapeutik dengan membina hubungan saling percaya kepada klien. Membantu individu dalam memecahkan masalah (problem solving). Mengajarkan teknik relaksasi.

EVALUASI S:Klien mengungkapkan keinginan untuk berpartisipasi dalam proses sosialisasi, interaksi sosial. O:Kondisi emosional terkontrol, pasien tidak mudah marah, tingkat stress menurun, klien mulai ikut serta dalam tindakan pengobatan, klien mulai berkomunikasi kepada perawat serta tenaga kesehatan lain. A:Masalah teratasi. P:Hentikan intervensi.

3. DX . Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Keperawatan harga diri meningkat. Kriteria hasil : 1.Mengungkapkan hasil perasaan dan pikiran mengenai diri. 2.Mengidentifikasikan dua atributif positif mengenai diri.

Intervensi : 1.Bina hubungan saling percaya perawat dan klien. R/Rasa percaya diri meningkat, pasien menerima kenyataan akan penampilan tubuh. 2.Tingkatkan interaksi sosial. R/Pasien akan merasa berarti, dihargai, dihormati, serta diterima oleh lingkungan. 3.Diskusikan harapan / keinginan / perasaan. R/Dengan cara pertukaran pengalaman perasaan akan lebih mampu dalam mencegah faktor penyebab terjadinya harga diri rendah. 4.Rujuk kepelayanan pendukung. R/Memberikan tempat untuk pertukaran masalah dan pengalaman yang sama.

IMPLEMENTASI :

Membina hubungan saling percaya antar perawat dengan klien. Meningkatkan interaksi sosial. Meningkatkan harga diri dengan cara mendukung segala tindakan, harapan atau keinginan pasien.

S:Klien mengatakan mulai menerima kenyataan dan tidak mengatakan hal yang muluk muluk atau hal yang negatif tentang dirinya. O:Expresi malu rasa bersalah berkurang.

Tanda tanda depresi menurun. Mulai mencoba untuk mencoba sesuatu / situasi baru. Berkurangnya perilaku penyalahgunaan diri (misalnya : pengrusakan, usaha bunuh diri dan lain - lain).

A:Masalah teratasi. P:Hentikan intervensi

4. DX. Gangguan Persepsi Sensori (Penglihatan) berhubungan dengan Kesalahan Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan penglihatan berangsur angsur membaik. Kriteria Hasil : 1.Menunjukkan tanda adanya penurunan gejala yang menimbulkan gangguan persepsi sensori 2.Mengidentifikasi dan menghilangkan faktor resiko jika mungkin. 3.Menggunakan rasionalisasi dalam tindakan penanganan.

Intervensi : 1.Kurangi penglihatan yang berlebih. R/Mengurangi tingkat ketegangan otot mata, meningkatkan relaksasi mata. 2.Orientasikan terhadap keseluruhan 3 bidang (orang, tempat, waktu). R/Untuk mengetahui faktor penyebab melalui tes sensori indera penglihatan. 3.Sediakan waktu untuk istirahat bagi klien tanpa gangguan. R/Meningkatkan kepekaan indera penglihatan melalui stimulus indera khususnya penglihatan. 4.Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera. R/Mempertahankan normalitas melalui waktu lebih muda bila tidak mampu menggunakan penglihatan.

IMPLEMENTASI

Mengurangi penglihatan yang berlebihan. Mengorientasikan klien terhadap orang, tempat dan waktu. Menyediakan waktu istirahat atau tidur bagi pasien tanpa gangguan. Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera.

S:Klien mengatakan adanya halusinasi penglihatan. O:Orientasi terhadap orang, tempat dan waktu membaik. Stimulas terhadap lingkungan membaik.

Resiko cidera mata yang mengganggu penglihatan, misalnya : ikterus, konjungtes stimulasi indera penglihatan membaik / mengalami peningkatan.

A:Masalah teratasi sebagian. P:Intervensi dilanjutkan.

5. DX.Ansietas berhubungan dengan Perubahan Status Kesehatan. Tujuan : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan berkurang. Kriteria hasil : 1.Peningkatan kenyaman psikologis dan fsikologis. 2.Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.

Intervensi : 1.Bina hubungan saling percaya. R/Komunikasi terapeutik dapat memudahkan tindakan. 2.Catat respon verbal non verbal pasien. R/Mengetahui perasaan yang sedang dialami klien. 3.Berikan aktivitas yang dapat menurunkan ketegangan. R/Kondisi rileks dapat menurunkan tingkat ancietas. 4.Jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentikan tidur. R/Mengatasi kelemahan, menghemat energi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.

IMPLEMENTASI

Mengkaji tingkat ansietas. Memberikan kenyamanan dan ketentraman hati. Memberikan aktivitas yang dapat menurunkan ketegangan. Mencegah adanya faktor penyebab ansietas. Mengajarkan teknik penghentian ansietas untuk mengatasi stres teknik relaksasi.

EVALUASI S:Klien merasa cemas, gelisah dan ketakutan. O:Wajah tegang, tampak pucat. Peningkatan frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan tekanan darah. A:Masalah belum teratasi P:Lanjutkan intervensi.

6. DX.Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Menurunnya Kekuatan Otot. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat aktif dalam aktifitas perawatan diri. Kriteria hasil : 1.Mengidentifikasi kemampuan aktifitas perawatan diri. 2.Melakukan kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan. 3.Berpartisipasi secara fisik / verbal dalam aktifitas, perawatan diri / pemenuhan kebutuhan dasar.

Intervensi : 1.Kaji faktor penyebab menurunnya defisit perawatan diri. R/Menghambat faktor penyebab dapat meningkatkan perawatan diri. 2.Tingkatkan partisipasi optimal. R/Partisipasi optimal dapat memaksimalkan perawatan diri. 3.Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas perawatan. R/Dapat menumbuhkan rasa percaya diri klien. 4.Beri dorongan untuk mengexpresikan perasaan tentang kurang perawatan diri. R/Dapat memberikan kesempatan pada klien untuk melakukan perawatan diri.

IMPLEMENTASI

Mengkaji faktor penyebab menurunnya defisit perawatan diri. Meningkatkan keterlibatan klien secara total dalam kegiatan perawatan diri. Mengevaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktifitas perawatan diri. Memberi dorongan untuk mengungkapkan perasaan tentang kurang perawatan diri.

S:Keluarga klien mengatakan bahwa klien mulai melakukan aktifitas perawatan diri atau personal hygene. O:Perubahan gaya hidup, misalnya : pola makan, istirahat teratur.

Perubahan penampilanbepakaian, kerapian. Perubahan peningkatan aktivitas personal hygene, misalnya : menggosok gigi dll

A:Masalah teratasi. P:Hentikan intervensi

7. DX. Resiko Gangguan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan dengan Menurunnya Kadar Hormonal. Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan integritas kulit dalam kondisi normal. Kriteria hasil : 1.Mengidentifikasi faktor penyebab. 2.Berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dilanjutkan untuk meningkatkan penyembuhan luka. 3.Menggambarkan etiologi dan tindakan pencegahan. 4.Memperlihatkan integritas kulit bebas dari luka tekan.

Intervensi : 1.Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat. 2.Berikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilisasi. R/Meningkatkan pemeliharaan fungsi otot / sendi. 3.Ubah posisi atau mobilisasi. R/Meningkatkan posisi fungsional pada ekstrimitas. 4.Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif. R/Kelemahan dan kehilangan pengaturan metabolisme terhadap makanan dapat mengakibatkan malnutrisi.

5.Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin. R/Posisi datar menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah retensi cairan pada daerah tertentu sehingga tidak terjadi edema lokal.

O:Mukosa kulit lembab. Tonus otot meningkat. Luka tekan atau ulkus berkurang, berangsur mengalami penyembuhan.

A:Masalah teratasi. P:Hentikan intervensi.

You might also like