You are on page 1of 3

Apa yang perlu diketahui dari Diare pada Anak?

Source: Kumpulan Tips Pediatri, Badan Penerbit IDAI 2011; hal 64-69 Diare masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang penting di Negara berkembang termasuk Indonesia. Secara umum, anak dibawah umur 2 tahun mengalami 23 episode diare tiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 8 per mil. Sebagian besar kematian disebabkan oleh dehidrasi. Diare pada anak, sebagian besar (85%) adalah diare akut, 10% diare berlanjut, dan 5% diare persisten. Diare akut umumnya merupakan penyakit self limited. Dehidrasi terjadi bila kehilangan cairan dan elektrolit tidak terganti secara adekuat. Dehidrasi dapat diterapi dan dicegah secara efektif dan aman dengan menggunakan cairan rehidrasi oral (oralit). Cairan oralit tidak untuk mengobati diare sedangkan antibiotik digunakan hanya untuk diare yang disebabkan oleh bakteri pathogen, oleh karena itu penemuan berbagai obat anti diare yang dapat mengurangi durasi diare, frekuensi buang air besar, dan volume tinja menjadi perhatian dari para ahli di seluruh dunia. ETIOLOGI Penyebab tersering diare pada anak adalah infeksi saluran cerna dan data epidemiologi memperlihatkan bahwa rotavirus dan bakteri merupakan penyebab tersering. Berdasarkan data yang dilaporkan di RSCM Jakarta pada tahun 2003, rotavirus ditemukan pada 60% anak dan bakteri (E.coli dan Salmonella) pada 20% anak berumur di bawah 3 tahun dengan diare akut tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan sedang. Diare yang disebabkan oleh rotavirus dan bakteri tidak memperlihatkan perbedaan durasi diare yang bermakna. Frekuensi diare cair ditemukan lebih banyak secara bermakna pada diare yang disebabkan oleh rotavirus dibanding diare yang disebabkan oleh bakteri. DERAJAT DEHIDRASI Tatalaksana awal pada diare adalah menentukan derajat dehidrasi. Dehidrasi dibagi menjadi 3 kategori, yaitu (1) tanpa dehidrasi, (2) dehidrasi ringan sedang, dan (3) dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, defisit cairan yang terjadi diprakirakan sama dengan penurunan berat badan sebesar 10%,sedangkan pada dehidrasi ringan sedang sebesar 5 10 %. Pada diare tanpa dehidrasi, anak tampak sadar, kelopak mata tidak cekung, air mata masih terlihat pada saat anak menangis, bibir dan lidah basah, anak minum secara normal bila diberikan air atau oralit (meskipun kadangkala anak menolak cairan oralit karena tidak menyukai rasanya), dan turgor kulit kembali dengan cepat. Pada dehidrasi ringan sedang,anak terlihat rewel dan gelisah, kelopak mata cekung, sedikitair mata pada saat menangis, bibir dan lidah kering, anak terlihat sangat haus, dan turgor kulit kembali dengan lambat. Pada dehidrasi berat, anak terlihat sangat lemas dan kadang kala datang dengan kesadaran menurun, kelopak mata sangat cekung dan tidak terlihat air mata pada saat menangis, bibir dan lidah sangat kering, anak malas minum atau tidak dapat minum, dan turgor kulit kembali sangat lambat. Tanda asteriks merupakan gejala klinis penting dalam menetukan derajat dehidrasi (tanda kunci) Apabila dua gejala klinis atau lebih ditemukan pada pada 1 kategori dehidrasi, termasuk minimal 1 tanda kunci, maka status hidrasi anak berada pada kategori tersebut. TERAPI

Pendekatan awal diare akut adalah menentukan derajat dehidrasi. Sedangkan tujuan utama terapi adalah mencegah dehidrasi (terapi rumatan), mengkoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi), dan mencegah gangguan nutrisi. TANPA DEHIDRASI Terapi dilaksanakan di rumah, sehingga orangtua herus diajarkan beberapa hal terlebih dahulu agar dapat mencegah dehidrasi pada anaknya, yaitu : - Berikan cairan lebih banyak dibanding biasanya untuk mencegah dehidrasi. Larutan oralit dapat diberikan sebanyak 5 10 ml/kgBB setiap buang air besar caira sampai diare berhenti. - Berikan makanan sesuai umurnya yang cukup untuk mencegah kurang gizi. - Anak harus dibawa ke petugas kesehatan secepatnya bila diare tidak membaik dalam 3 hari atau bila ditemukan beberapa keadaan di bawah ini : - Diare makin sering dan tinja makin cair - Muntah makin sering, sehingga masukan makanan menjadi terbatas. - Anak sangat haus sekali - Demam tinggi, tinja berdarah DEHIDRASI RINGAN - SEDANG Pada keadaan ini anak harus mendapat larutan oralit dan dipantau di pojok Upaya Rehidrasi Oral (pojok URO) atau ruang rawat sehari (one day care). Larutan oralit diberikan sebanyak 75 ml/kgBB yang diberikan selama 3 jam dengan memantau kemajuan hidrasi. Orangtua harus diajarkan tentang cara menyiapkan dan memberikan larutan oralit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian larutan oralit pada anak dengan dehidrasi ringan-sedang, yaitu : - Anak sebaiknya dipantau di Ruang Rawat Sehari yang seharusnya ada di setiap sarana kesehatan sampai tidak terdapat tanpa dehidrasi. - Larutan oralit diberikan secara sedikit demi sedikit. Bila anak muntah, tunggu beberapa menit, selanjutnya teruskan pemberian larutan oralit dengan cara lebih lambat. - Bila kelopak mata bengkak, hentikan pemberian larutan oralit dan berikan air matang atau ASI /susu formula. Setelah bengkak menghilang, berikan oralit sesuai derajat tanpa dehidrasi. - Bila secara klinis terlihat intoleransi laktosa, ASI tetap diteruskan. Sedangkan bayi yang mendapat susu formula dapat diberikan susu bebas laktosa. DEHIDRASI BERAT Pada keadaan ini, anak harus dirawat di rumah sakit dan mendapat cairan rehidrasi parentral yang diberikan sebanyak 100 cc/kg BB selama 6 jam pada bayi berumur di bawah 12 bulan dan 3 jam pada anak berumur diatas 12 bulan. Ringer laktat adalah cairan rehidrasi parentral yang telah dipakai secara luas. Larutan oralit dapat diberikan begitu anak dapat minum tanpa ada penyulit, yang biasanya tercapai setelah 23 jam pemberian rehidrasi parentral. Pada diare dehidrasi berat, bila tidak mendapat ASI, dapat diberikan susu formula

bebas laktosa. Susu formula bebas laktosa memperlihatkan kegagalan terapi lebih rendah secara bermakna dibanding susu formula normal dan rendah laktosa. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan tinja rutin mungkin tidak diperlukan pada tahap awal, tetapi pada keadaan yang berlanjut pemeriksaan mikroskopik tinja sangat diperlukan. Adanya darah pada tinja dapat merupakan petanda adanya penyakit inflamasi sehingga diperlukan intervensi dan pemeriksaan lebih lanjut. Shigella, Campylobacter dan EHEC merupakan bakteri yang sering menyebabkan diare berdarah. ANTIBIOTIK DAN ANTI DIARE Meskipun antibiotik dapat mempersingkat perjalanan beberapa penyakit diare (Shigella, Campylobacter, travelers diarrhea), tetapi sebagian besar diare yang disebabkan oleh bakteri merupakan penyakit self limited. Antibiotik tidak digunakan secara rutin karena selain tidak efektif juga tidak jarang diikuti reaksi simpang yang serius, antara lain durasi diare yang memanjang akibat disregulasi flora saluran cerna, colitis akibat antibiotik, dan karier salmonella. Pada daerah pedesaan yang sarana lanoratoriumnya sangat terbatas, terapi empiris sering digunakan sebaga bagian tatalaksana diare. Beberapa keadaan yang memerlukan antibiotik antara lain - Disentri (basiler atau amuba), kolera, Campylobacter, Clostridium,dan Giardiasis. Data epidemiologi tentang etiologi diare pada satu keadaan perlu diperhatikan pula, misalnya E.coli pada saat traveling, Campylobacter pada pemelihara burung,rotavirus pada tempat penitipan anak dan Clostridium pada pemakaian antibiotik secara irasional. Terapi rehidrasi oral dengan oralit telah terbukti tidak mengurangi volume tinja, frekuensi buang air besar,dan mempersingkat durasi diare. Keterbatasan ini tidak jarang menimbulkan masalah di lapanga. Di sisi lain, diare sebagai penyakit self limited memerlukan waktu. WHO telah mengeluarkan rekomendasi penggunaan oralit dengan osmolaritas yang lebih rendah (Na 75 meQ/l dengan 245 mmol/l). Penelitian pemakaian oralit osmolaritas rendah memperlihatkan hasil yang positif terutama dalam mengurangi volume tinja dan mempersingkat durasi diare. Di Indonesia, oralit rekomendasi WHO (osmolaritas lebih rendah) telah tersedia dan diharapkan dapat mengurangi masalah yang ada selama ini. Beberapa obat anti diare telah diproduksi untuk melengkapi keterbatasan oralit. Walaupun demikian, menentukan obat anti diare yang tepat tidaklah mudah. Obat tersebut harus aman, kompatibel dengan oralit, efektif terhadap diare dengan berbagai etiologi, dan tentunya harga terjangkau. WHO merekomendasikan suplementasi zinc pada diare akut selama 10 14 hari (10 mg perhari untuk usia dibawah 6 bulan dan 20 mg per hari untuk usia diatas 6 bulan). Zinc mempunyai peran terhadap integritas barrier epitel, perbaikan jaringan, dan fungsi sistem imun. Berbagai efikasi pemberian zinc telah terbukti dalam mencegah infeksi saluran cerna, menurunkan angka kejadian, durasi dan kekambuhan diare, serta mengurangi penggunaan antibiotik. Berdasarkan patofisiologinya, pada diare akut dapat terjadi kehilangan cairan dan elektrolit serta gangguan keseimbangan flora saluran cerna. Kehilangan cairan dan elektrolit dapat diatasi dengan pemberian oralit sedangkan gaungguan flora saluran cerna dapat diatasi dengan probiotik. Walaupun probiotik dilaporkan memberikan hasil positif, tetapi penggunaannya belum menjadi rekomendasi terapi standar diare akut dalam mengurangi frekuensi buang air besar dan durasi diare.

You might also like