You are on page 1of 17

ANALISIS ASAM SIANIDA (HCN) PADA KETELA POHON

Disusun Oleh Kelompok 10: Triwi ( 25072289 J ) Wakhid Ahmad N ( 25072290 Wijayanti ( 25072291 Winda Retno P ( 25072292 Yani Ayu ( 25072293 Yohanna Natalia A ( 25072294 J J J J J ) ) ) ) )

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu jenis tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh petani khususnya petani di daerah tropis yaitu tanaman ketela pohon. Ketela pohon dapat digunakan sebagai pengganti beras yang potensial. Ketela pohon tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Hal ini disebabkan kandungan air ketela pohon yang tinggi sehingga mudah busuk. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia dan HCN itu sendiri merupakan faktor anti nutrisi. Untuk itu karena ketela pohon ini merupakan bahan pangan yang berdaya guna untuk industri pangan maka diperlukan analisis asam sianida pada ketela pohon tersebut supaya terjaga keamanannya dalam mengkonsumsinya.

Perumusan Masalah

1. Apa bahaya asam sianida (HCN) bagi tubuh? 2. Bagaimana cara menentukan kadar asam sianida (HCN) dalam ketela pohon? Tujuan Makalah Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asam sianida (HCN) pada ketela pohon.
Manfaat Makalah

Makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai asam sianida (HCN) pada ketela pohon.

Ketela pohon

TINJAUAN PUSTAKA

1. 2. 3. 4.

Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu atau kasape. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis ketela pohon yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Kandungan karbohidrat umbi ketela pohon sangat tinggi, yaitu sekitar 34-38 persen, dan mengandung energi 146-157 kkal per 100 gram. Mengingat kadar airnya cukup tinggi dibandingkan dengan bahan pangan berpati lainnya, ketela pohon sangat mudah busuk. Karena itu, penanganannya harus dilakukan secara cepat agar menghasilkan produk bermutu tinggi dan aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan kadar HCN yang dikandung, ketela pohon dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu: golongan yang tidak beracun, mengandung HCN sekitar 50 miligram per kilogram umbi segar golongan beracun sedikit, mengandung HCN sekitar 50-80 miligram per kilogram umbi segar golongan beracun, mengandung HCN sekitar 80-100 miligram per kilogram umbi segar golongan sangat beracun, mengandung HCN lebih besar dari 100 miligram per kilogram umbi segar.

Proses Pembentukan Asam Sianida (HCN) pada Ketela Pohon


Sianida dalam jumlah sedikit sekali tersebar luas dalam tanaman terutama dalam bentuk sianogenik glukosida. Pelepasan HCN dari tanaman tergantung dari adanya enzim glukosidase yang spesifik serta adanya air. Asam sianida pada ketela pohon terbentuk secara enzimatis dari dua senyawa prekursor (bakal racun), yaitu linamarin dan mertil linamarin. Bila umbi mengalami kerusakan mekanis (terpotong atau tergores) atau kehilangan integritas fisiologis seperti kerusakan pascapanen, kedua senyawa prekursor itu akan kontak dengan enzim linamarase dan oksigen dari udara yang merombaknya menjadi glukosa, aseton, dan asam sianida . Jika kerusakan mekanis pada umbi tidak disertai perendaman dalam air, secara perlahan akan terbentuk HCN. Bila dibandingkan dengan kedua senyawa prekursornya, toksisitas HCN jauh lebih kuat. Selain itu, kedua senyawa prekursor tersebut bersifat

Efek Asam Sianida (HCN) terhadap Tubuh HCN dalam jumlah besar dapat mengakibatkan
kematian dalam waktu singkat karena kegagalan pernafasan. Gejala awalnya terasa panas pada perut, mual, sesak, lemah dan pusing. Pernafasan cepat dan tercium bau khas (bau biter almond) pada nafas dan muntahan. Kemudian disusul pingsan, kejang yang akhirnya menjadi lemas, berkeringat, mata menonjol, pupil melebar, busa keluar dari mulut bercampur warna darah dan kulit menjadi merah

Pencegahan Keracunan Asam Sianida (HCN)


Pencegahan keracunan oleh sianida dapat dilakukan dengan 2 macam cara yakni : 1.Penghilangan HCN yang terbentuk selama pengupasan atau penghancuran bahan ( pencucian, perebusan membuang air pencuci/perebusan ). 2.Menghindari sebanyak mungkin bahan pertanian yang mengandung bahan berbahaya tersebut.

BAB III METODE ANALISIS


Alat dan Bahan
Alat Alat destilasi uap (Kjeldahl) Erlenmeyer Buret Penangas Air Kertas Saring Timbangan Pipet Gelas Ukur

Bahan Ketela Pohon Pereaksi 1.Larutan asam trartrat 5% 2.Larutan natrium karbonat 8% 3.Larutan asam pikrat jenuh 4.Larutan NaOH 2,5% 5.Amoniak 6.Baku Ag-nitrat 0,02N 7.Baku KCN 0,02N 8.Aquadest

Cara Kerja
A. Penetapan Kualitatif
1. Maserisasi 50 gram bahan yang telah ditumbuk halus dengan 50ml air dalam Erlenmeyer 250ml, tambahkan 10ml larutan asam tartrat 5% 2. Siapkan kertas saring dengan ukuran 1 x 7 cm, celupkan kedalam larutan asam pikrat jenuh, kemudian dikeringkan di udara.Setelah kering dibasahi dengan larutan natrium karbonat 8% kemudian digantungkan pada leher labu Erlenmeyer diatas (yang berisi contoh), ditutup sedemikian sehingga kertas tidak kontak

3.Erlenmeyer dipanaskan diatas penangas


air pada 50 derajat celcius selama 15 menit. Apabila warna orange kertas pikrat berubah menjadi warna merah, berarti dalam bahan terdapat HCN

B. Penetapan Kuantitatif 1. Titrasi Langsung


Ditimbang 10-20 gram contoh bahan yang sudah ditumbuk halus, masukkan dalam labu Kjeldahl yang telah berisi aquadest 100ml, maserasi selama 2 jam. Tambahkan 100ml aquadest kemudian didestilasi uap. Destilat ditampung dalam labu Erlenmeyer yang telah diisi 20ml larutan NaOH 2,5%.

Setelah destilat mencapai 150ml destilasi dihentikan. Kedalam destilat ditambahkan 8ml amonium hidroksida dan 5ml KI 5%, dan dititrasi dengan baku Ag-nitrat 0,02N hingga trerjadi kekeruhan yang mantap. 1ml Ag-nitrat 0,02N setara dengan 1,08 mg HCN. Agar kekeruhan nampak jelas, sebaiknya labu Erlenmeyer ditempatkan di atas kertas hitam (karbon).

2. Titrasi Tak Langsung Ditimbang 10-20 gram contoh bahan yang telah ditumbuk halus, dimasukkan dalam labu Kjeldahl yang telah berisi 10ml aquadest, kemudian maserasi selama 2 jam. Ditambah 100ml air suliing, kemudian didestilasi uap. Destilat ditampung kedalam labu Erlenmeyer yang berisi 20ml 0,02 Ag-nitrat dan 1ml asam nitrat. Setelah destilat mencapai 150ml, destilasi dihentikan. Destilat disaring

Kelebihan Ag-nitrat dalam destilat (filtrat) dititrasi dengan baku Ktiosianat 0,02N menggunakan indikator asam garam feri, hingga terbentuk warna merah. 1ml KSCN 0,02N setara dengan 0,54 HCN. Perlu dilakukan titrasi blanko. Sebelum titrasi perlu diuji pH filtrat, apakah cukup asam (pH +_ 2) sebelum penambahan indikator garam ferri.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan


Dari makalah ini dapat kami simpulkan bahwa :
Ketela pohon mengandung asam sianida dalam bentuk Glikosida sianogenik yang merupakan faktor anti nutrisi dan dapat menyebabkan keracunan. Hidrogen sianida terbentuk bila komoditi tersebut dihancurkan, dikunyah, mengalami pengirisan atau rusak maupun direndam dengan air.

Saran Dari makalah ini kami memberikan saran : Penanganannya harus dilakukan secara cepat dan tepat agar menghasilkan produk bermutu tinggi dan aman untuk dikonsumsi Tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi produk pangan olahan ketela pohon, asal diolah secara baik dan higienis.

You might also like