You are on page 1of 26

Asuhan Keprawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan:ca. paru dan ca.

nashopharing
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh: Gerson Ratu Romon Indri Lestari Noval Alkamal Nur Rahayuningsih Waluyo Siti Nurhayati Tri Haryanto POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kanker paru (Karsinoma Bronkogenik) merupakan penyebab utama kematian diantara pria dan wanita di Amerika utara. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru ialah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi), dan adnokarsinoma.
Diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang bahan-bahan karsikogenik merupakan factor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan perana pedisposisi huungan keluarga, suku bangsa, ras, serta status imunilogi. Bahan inhalasi karsinigenik yang merupakan factor resiko besar untuk terjadinya kanker paru adalah rokok. Di Eropa dan AS, kanker paru merupakan keganasan yang paling sering di jumpai pada lakilaki,sedangkan pada wanita kanker paru menduduki urutan ketiga setelah kanker payudara dan kanker usus besar. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 1974-1978 kanker paru menduduki urutan kelima dari seluruh kasus kanker yang dirawat, bahkan pada penderita pria, kanker paru menduduki urutan kedua setelah kanker hati. Asuhan Keperawatan pada hakekatnya adalah suatu ilmu atau metode untuk menentukan suatu diagnosa, merencanakan keperawatan, menginterpretasi respon manusia terhadap masalah kesehatan baik actual maupun potensial untuk memenuhi kebutuhan dasar yang mencakup bio, psiko, social dan spiritual.

B. Tujuan Penulisan Tujuan Umum :

Agar mahasiswa/I dapat mengetahui asuhan keperawatan medical bedah tentang kanker paruparu dan mampu melaksanakan asuhan Keperwatan secara langsung meliputi aspek bio, psiko,social dan spiritual.
Tujuan Khusus : 1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit kanker paru paru 2. mampu merumuskan diaknosa Keperawatan pada pasien dengan kanker paru-paru. 3. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan kamker paru-paru. 4. mempu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan kanker paru-paru 5. Mampu mengevaluasi asuhan Keperawatan 6. mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah di berikan sesuii dengan tahapan proses Keperawatan

C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah Metode Deskriptif dan Studi Pustaka

D. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan Meliputi Latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan

Bab II

: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistim Perafasan Akibat Kanker Paru-Paru.
A. Pengertian B. Anatomi C. Etiologi D. Patofisiologi E. Manifestasi klinis F. Pemeriksaan penunjang

G. Penatalaksanaan medis H. Komplikasi I. J. Dampak terhadap tibuh dari kanker paru-paru Konsep teori asuhan keperawatan pada kanker paru-paru

K. Diaknosa keperawatan yang mungkintimbul L. Tindakan yang perlu dilaksanakan Bab III : Kesimpulan

Daftar Kepustakaan

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA KANKER PARU-PARU

A. Pengertian
Kanker paru adalah masa abnormal dari sel-sel epithelium saluran pernafasan yang mengalami proliferasi (Price Sylvia,Patofisiologi) Kanker paru (karsinoma bronkogenik) merupakan tumor ganas paru-paru primer dari saluran nafas (Hood Alsagaff,kanker paru dan terapi paliatif,hal 64)

B. Anatomi paru-paru (Pulmonum)

Peru-paru merupakn sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembunggelembung (gelembung hawa=alveoli). Paru-paru terletak pada rongga dda, datarannya menghadap ketengah rongga dada/cavum mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 :
1. Pleura visceral (selaput dada pembngkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus selaput paru-paru. 2. Pleura visceral yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (cavum) yang disebut cavum plura. Paru-paru dibagi menjadi dua buah yaitu kiri dan kanan. Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus : 1. Sebelah atas disebut lobus posterior, terdiri dari 3 segmen 2. Sebelah tengah disebut lobus medialis, terdiri dari 2 segmen 3. Sebelah bawah disebut lobus inferior, terdiri dari 5 segmen

Paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus :


1. Sebelah atas disebut lobus superior,terdiri dari 4 segmen 2. Sebelah bawah disebut lobus posterior,terdiri dari 4 segmen

Paru-paru dibagi menjadi 3 bagian yaitu :


a. Chylus, yaitu bagian untuk masuk dan keluarnya arteridan vena pulmonalis,tempat masuknya bronkus, tempat masukny kelenjar dan saluran limpa. b. Apex, yaitu bagian yang tertinggi dari paru-paru c. Basis yaitu bagian yang terbawah dari paru-paru

Paru-paru kanan kedudukannya lebih gemuk dan lebih pendek sehingga paru-paru kiri lebih kecil dan kurus karena sisi medianya terdesak oleh jantung.

C. Etiologi Etiologi dari kanker paru masih belum diketahui, tetapi ada tiga faktor yang tampaknya bertanggung jawab dalam terjadinya peningkatan insiden penyakit ini: merokok, bahan industri, dan polusi udara.
Klasifikasi : Klasifikasi kanker paru (WHO) : 1. Karsinoma Epidermoid (Skuamosa) 2. Adenokarsinoma 3. Smeel cell/ oat cell 4. Large cell Karsinoma

D. Patofisiologi (Terlampir)

E. Manifestasi Klinis

Secara umum dapat dibagi menjadi :


Gangguan pada saluran nafas menimbulkan gejala batuk, dipsnea ringan, dan stredor lokal. Nyeri Anoreksia, lelah dan berkurangnya berat badan Gejala penyebaran intratoraks atau ekstratoraks Penyebaran lokal tumor ke struktur mediastinim Disfagia

F. Pemeriksaan Penunjang
Sinar X : menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasinya. Pemeriksaan sitologi (Sputum, bilasan bronkus, dan cairan pleura) : mengkaji ada atau tidaknya. Bronkoskopi memungkinkan visualisasi (Besarnya karsinoma sel skuamosa) Biopsi ST Scan tulang,ST Scan otak, ST Scan hati, Limpa : untuk mendeteksi metastasis.

G. Penatalaksanaan Medis
Pembedahan : Pengangkatan seluruh atau sebagian (Pneumoktomi atau Lubektomi) Terapi paliatif (radiasi, kemoterapi, atau keduanya) pada penderita yang tidak dapat ditangani secara bedah, khususnya bila terdapat obstruksi jalan nafas, nyeri berat atau efusi pleura.

H. Komplikasi

Komplikasi pada penyakit kanker paru meliputi :


1. Hiperkalsemia : Peningkatan kadar kalsium dalam darah 2. Efusi Pleura : Adanya cairan dalam rongga dada 3. Pneumonia : Adanya udara / gas dalam rongga dada 4. Metastese Otak : Penyebaran kanker pada cel-cel otak 5. Kompresi Medula Spinalis : Penekanan pada medula spinalis

I. Dampak Terhadap Tubuh Dari Kanker Paru Dampak dari tubuh pada kanker paru akan mengakibatkan batuk-batuk. Batuk ini merupakan gejala umum yang seringkali diabaikan oleh pasien atau dianggap sebagai akibat dari merokok, dan selain itu akan mengakibatkan haemoptises, nyeri dada dan anoreksia yang menyebabkan berkurangnya berat badan.

Patofisiologi

Faktor predisposisi

Lesi central

Ca paru-paru

Lesi perifer

Obstruksi (sumbatan) ulcerasi (luka)

Kompresi dan infiltrasi

Terdiagnosa oleh medis

Menembus pleura

cavum

Compliance paru

Supresi bag distal

Terapi operasi Oesefagus Efusi pleura

Hipoksemia

Akumulasi sekret

Stres Akibat Penyakitnya Disfagia Ggn Rasa Nyaman Nyeri

Pengisian kapiler

Dispneu Anorexia

Hipoksia

Inefektif Pola Nafas

Clubing finger

Ggn Nutrisi

DispneuGgn Gas

Pertukaran

Intoleransi Aktifitas

Inefektif Bersihan Jalan Nafas

J. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Pada Kenker Paru


1. Gangguan Pertukaran Gas Pada pasien yang mengalami gangguan pertukaran gas sebaiknya kita lakukan observasi pernapasan dengan cara : Observasi siklus resoirasi lengkap (Inspirasi dan Ekspirasi) Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit (pernapasan normal pada orang dewasa 16 20 x/ menit) Saat menghitung catat kedalaman dan frekuensi pernafasan pada pasien, selanjutnya di dokumentasukan. Selain itu perawat melakukan observasi pernapasan, dapat juga menilai tingkat kesadaran pada pasien tersebut dengan kriteria sebagai berikut : a. Compos Mentis b. Apatis c. Somenolens d. Koma : Baik/ sempurna : Perhatian Berkurang : Mudah tertidur bila diajak bicara : Tidak menerima respon apapun

Untuk memperbaiki pola nafas pasien yang mengalami gangguan pertukaran gas, sebaiknya di berikan posisi yang nyaman serta diberikan ventilasi secukupnya agar udara masuk dan dihirup oleh pasien. Dan untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien yang mengalami gangguan pertukaran gas dapat dilakukan dengan cara : Tinggikan kepala dengan bantal di leher atau posisi semifowler (45o ) supaya pasien dapat melancarkan pola pernapasannya atau menghirup udara.

Lakukan pemberian O2 agar pasien dapatterpenuhi kebutuhan O2 nya dan memudahkan jalan pernapasannya. Untuk membantu membersihkan sputum (sekret), maka dilakukan penghisapan lendir (suction) dengan cara :

Menjelaskan prosedur paa klien atau keluarga Memberikan oksigen sebelum melakukan penghisapan Penghisapan sekret melalui mulut dilakukan dengan cara penghisapan, lama penghisapan 10 -15 detik. Dan berikan istirahat. Memberikan oksigen setelah melakukan penghisapan Menilai kembali kondisi klinis klien Mendokumentasikan prosedur dan respon klien dengan catatan klien (Prosedur KMB). Dan selain itu pada pasien yang mengalami gangguan pertukaran gas,bias dilakukan dengan latihan nafas bibir dengan cara: Menjelaskan prosedur pada klien Klien menarik nafas melalui hidung Mengeluarkan pernafasan merlahan lahan dengan bibir agar di rapatkan sambil meneggangkan otot-otot perut. Hitung sampi angka 7 sat mengeluarkan nafas panjang dengan bibir agak dirapatkan Prosedur ini dilakukan pada saat duduk dan berjalan Mendokumentasikan prosedur dan respon klien dalam catatan klien. Untuk mengatasi pesien agar tidak terjadi sianosis,maka perwat harus mengambil tindakan sebagai berikut: Periksa tekanan darah (TD normal 120/80 mmhg) Lakukan palpalsi pada daerah yang mengalami sianosis Mengkaji frekuensi pernafasan (normalnya 16-20x/menit) Hitung jumlah hemoglobin dalam jaringan kapiler (2,59 per 100 ml).

2. Inefektif pola nafas Perawat dalam mengatasi pasien yang mengalami pola nafasnya terganggu sebaiknya rawat harus malakukan tindakan seperti menkaji frekuensi pernafasn dengan cara sebagai berikut: Observasi siklus pernafasan baik respirasi maupun ekspirasi Hitung frekuensi pernafasan selama satu menit penuh (normal pernafasan pada orang dewasa 16-20x/ menit) Kemudian saat menghitung pernafasan catan kedalaman atau frekuensi pernafasan dan didokumentasikan . Selain perawat mengkaji frekuensi pernafasannya bisa juga kita berikan lingkungan yang

nyaman dan berikan pula ventilasi udara secukupnya agar pasien bias menghirup udara sebanyak-banyaknya. Serta berikan posisi semi fowler (450) supaya pasien bisa menghidup udara dan melancarkan pola nafasnya demgan sempurna. Kemudian perawat dapat melakukan observasi pola batu pada pasien yang mengalami terggangunya pola nafas dengan melakukan tindakan sebagai berikut : Berikan rangsangan pada leher dengan tangan dan pasien dianjurkan untuk nafas panjang Kemudian pasien diberikan minuman air hangat supaya sekrdt yang ada dijalan nafas dapat encer dna memudahkan untuk keluar Dianjurkan pasien menahan nafasnya 3 detik sammpai merangsang untuk batuk tatepi

dibantu dengan melakukan perkusi dan Variasi agar sekretnya dapat keluar serta lakukan selama 5 kali. (Buku keterampilan dari prosedur dasar)

3. Gangguan Nutrisi Pada pasien mengalami gangguan nutrisi sebaiknya perawat harus memperhatikan keadaan umum pasien terlebih dahulu dengan cara : Melakukan Observasi eanda-tanda vital seperti :ED, suhu,pernafasan. Kemudain pantau masuknya makanan dengasn cara mengamati pada waktu pasien pasien mengalami gangguan nutrisi sebaliknya Perawat melakukan Indentifikasi pola makan pada pasien dengan cara: Apakah pasieniti mengalami mual, disfragra dengan melakuan tindakan memberikan makanan. Jika terjadi mual atau muntah harus diberi makanan lunak dengan porsi kecil tetapi secara bertahap Jika diberikan makanan lunak itu masih terjadi mual , muntah maka perawat harus memberikan makanan melalui NGT(selang nasogastrik)dan berkaborasi dengan ahli gizi atau dokter.

4. Gangguan Rasa nyaman : nyeri Untuk mengetahi pada kanker paru yang mengalami gangguan rasaa nyaman : Nyeri dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan melakukan : Pemeriksaan tekanan darah (TD normal 120/80 mmhg) Menkaji frekuensi pernafasan (normalnya 16-20x/ menit) Menkaji suhu tubuh (normalnya 36-370C ) Kemudian tentukan derajat nyeri dengan menilai derajat nyerinya sebagai berikut: 0-10 numerik poin intensity scale

0 Tidak nyeri

2 ringan

5 sedang

6 berat

10

nyeri yang buruk

# Lokasi nyeri pada penyakit paru yaitu pada lapisan Parietalis pleura dan pada tempat paeradangan.

Dan selanjutnya berikan lingkungan yang tenang agar dapat mrnurunkan kelemahan serta meningkatkan kamampuan kopingnya. Serta berikan bantuan perawatan diri , serta melatih tangan atu pergerakan anggota tubuh lainnya agar pasien tidak mengalami kekakuan otot atau membantu fisiknya.sealin itu pasien dianjurkan untuk istirahat agar kaondiasi tubuhmya tidak terlalu lemah atau sakit.

5. Gangguan Psicososial: stres akibat penyakitnya Stres adalah realitas kehidupan yang tridak dapat dihindari. Stress disebabkan elah perubahan yang memerlukan penyaesuain sering dianggap kejadian atau perubahan negative yang dapat stres, misalnya: cedera,sakit (ca.Paru ) stress dapat diatasi gangan melakukan evaluasi tingkat pemahaman pada pasien : Membariakan pola hidup yang baik pada pasien yang mengalami stres. Mengontrol stres yang dialami pasien dangan memberikan lingkungan yang aman dan nyaman Stres dapat dihilangkan dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat seperti : rekreasi dan tuakr pikiran. Pada pasien ang mengalami gangguan psikososial ini harus dapat diatasi agar tidak dapat mengalami stress yang berkepanjangan dan harus bias menghilangkan rasa takut akibat penyaitnya (ca. paru) dan harus memberikan perawatan diri seperti melakukan tindakan : Memberikan personal hygien seperti : mandi, cuci rambut dll Melakukan aktivitas agar dapat menurunkan stress Memberikan doeongan pada pasien ca. paru dengan memberikan dukungan secara spiritual.

6. Intoleransi Aktivitas Untuk mengatasi intoleransi aktivitas hal yang harus diperhatikan yaitu : Berikan ruangan yang tenang dan nyaman agar pasien dalam melakukan aktivitas tidak merasa terganggu

Batasi pengunjung supaya pasien dalam melakukan aktivitasnya terpenuhi Membantu pasien dalam larihan rentang gerak aktifunuk membangun stamina dan mencegah terjadinya komplikasi. Anjurkan pasien untuk melakukan istirahat dengan tanpa diganggu. Membantu pasien dalam melakuakan personal hygien.

7. Inefektif bersihan jalan nafas Untuk mempertahankan jalan nafas, maka dilakukan pengkajian pada system pernapasan dengan cara : Dilakukan auskultasi denagn stetoskop untuk mengetahui adanya ronchi yang menunjukan akumulasi secret Jika ada secret maka perawat dapat melakukan tindakan agar secret tersebut dapat keluar dari saluran pernapasan dengan cara : Memberikan posisi semi fowler (45o) pada pasien Dilakukan penyedotan lender menggunakan suction dengan cara : Berikan O2 sebelum melakukan penghisapan Penghisapan secret melalui mulut dilakukan dengan cara menghisap,dilakukan selama 10-15 detik. Mengontrol kembali kondisi klines klien

Mengamati sputum yang dikeluarkan biasanya terdiri dari 3 warna yaitu: Jernih, putih keruh Kuning Hijau dan berbau

Kemudian di anjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif dengan cara : Rangsangan dengan tangan pada batang tenggorok dan pasien dianjurkan untuk nafas panjang. selain itu pasien diberikan minum air hangat supaya sekret yang ada diparu-paru dapat mengencerkan sekretnya.

Dan anjurkan pasien untuk menahan nafasnya 3 detik sampai merangsang untuk batuk, lakukan selama 5x.

K. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoxsia 2. Inefektif pola nafas berhubungan dengan dipsneu 3. Gangguan nutrisi berhubungan dengan anoreksia 4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan efusi pleura 5. Gangguan psykososial : stress akibat penyakitnya berhubungan dengan koping inefektif 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hypoksemia 7. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret

L. Tindakan yang perlu dilaksanakan


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hypoksemia Kriteria hasil : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat Bebas gejala distress pernapasan INTERVENSI Observasi penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/membran mukosa. Mis : pucat, sianosis. RASIONAL Pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru. Selidiki kegelisaan dan perubahan mental/tingkat kesadaran. Dapat menunjukan peningkatan hipoxsia atau komplikasi seperti penyimpangan mediastinal pada pneumoktomi. Obstruksi jalan napas

mempengaruhi ventilasi Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat. Berikan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan tepat. Meningkatkan ventilasi maksimal dan O2 dan menurunkan/mencegah atelektasis. Memaksimalkan sediaan O2, khususnya bila ventilasi Kolaborasi berikan O2 tambahan menurun depresi anastesi atau nyeri. mengganggu pertukaran gas

2. Inefektif pola napas berhubungan dengan dispneu Kriteria hasil : pola napas kembali normal INTERVENSI Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. RASIONAL Kecepatan biasanya meningkat dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas. Kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan. Pengubahan posisi Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin. meningkatkan pengisian udara Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/ iritasi. Sputum berdarah dapat

diakibatkan oleh kerusakan Observasi pola batuk dan karakter sekret jaringan. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja napas. Dan jangan membuat pasien lelah.

Kolaborasi : berikan O2 tambahan

3. Gangguan nutrisi berhubungan dengan anoreksia Kriteria hasil : Penambahan berat badan progresif ke arah tujuan Peningkatan napsu makan/masukan diit INTERVENSI Pantau masukan makanan setiap hari Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi RASIONAL Mengidentifikasi kekuatan/ defisiensi nutrisi Mual/muntah psikogenik sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespons terhadap obat anti emetik Kolaborasi : berikan obat-obatan sesuai indikasi. Fenotiazin, mis : Proklorperazin (compazine), tietilperazin (Torecan), anti dopaminergik mis ; metoklorpiamid (regian), dll. Kebanyakan anti emetik bekerja untuk mempengaruhi stimulasi pusat muntah sejati dan kemoreseptor mentriger agen zona juga bertindak secara perifer untuk menghambat peristaltik balik.

4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan efusi pleura Kriteria hasil : -Melaporkan nyeri hilang -Tampak rileks dan tidur/istirahat dengan baik INTERVENSI Tanyakan pasien tentang nyeri, tentukan karakteristik nyeri, mis : terus-menerus, sakit, menusuk, terbakar, buat rentang intensitas pada skala 0-10. RASIONAL membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker yang dapat melibatkan vicera, saraf atau jaringan tulang. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri. Mencegah kelemahan yang tak perlu dan regangan insisi. Bantu aktivitas perawatan diri, pernafasan atau latihan tangan dan ambulasi. Mendorong dan membantu fisik mungkin diperlukan untuk beberapa waktu sebelum pasien mampu atau cukup percaya untuk melakukan aktivitas ini karena nyeri atau takut nyeri.

Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari puncak periode nyeri, alat dalam penyembuhan otot, dan memperbaiki fungsi pernafasan dan kenyamanan/ koping emosi.

Kolaborasi : berikan analgetikrutin sesuai indikasi, khususnya 45-60 menit sebelum tindakan napas dalam/ latihan batuk. Bantu dengan PCA atau analgetik melalui kateter epidural.

5. Gangguan psycososial : stres akibat penyakitnya b/d koping inefektif Kriteria hasil : Mengakui dan mendiskusikan takut/masalah Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/istirahat INTERVENSI Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnosa. RASIONAL pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup Akui rasa takut/masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan. dukungan memempukan pasien mulai membuka/ menerima dan pengobatannya pasien mungkin perlu waktu mengidentifikasi perasaan dan meskipun lebih banyak waktu mulai mengekspresikannya. Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/salah interpretasi Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai terhadap informasi.

pemahaman yang sama 6. Intoleransi aktivitas b/d hypoksemia Kriteria hasil : -Tidak ada keluhan lelah dan lemas saat melakukan aktivitas -Tidak ada dispnea dan takipnea saat melakukan aktivitas INTERVENSI Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Berikan bantuan dalam pelaksanaan aktivitas sesuai kebutuhan. Ajarkan pasien bagaimana menghadapi aktivitas untuk menghindari kelelahan. Berikan periode istirahat tanpa gangguan diantara aktivitas. RASIONAL Melakukan aktivitas dapat membantu daya tahan . Belajar bagaimana meningkatkan rasa terkontrol dan mandiri dengan kondisi kronis dan ketidakmampuan membantu meningkatkan harga diri. Istirahat memungkinkan tubuh memperbaiki energi yang digunakan selama aktivitas. Berikan lingkungan yang hangat, tenang, bebas dari rasa nyeri selama periode istirahat Bantu posisi dalam mengidentifikasi aktivitas menyenangkan yang memerlukan penggunaan energi minimal yang dapat dimasukkan ke dalam pola hidup. 7. Inefektif bersihan jalan napas b/d akumulasi sekret Kriteria hasil : Menunjukkan potensi jalan napas, dengan cairan sekret mudah dikeluarkan bunyi napas jelas, dan pernafasan tak bising. Berlanjutnya menikmati hidup seluas-luasnya seperti yang diterima individu membantu memudahkan koping. Untuk meningkatkan istirahat

INTERVENSI Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas dan adanya sekret

RASIONAL Pernafasan bising, ronkhi dan mengi menunjukkan tertahannya sekret dan

Bantu pasien untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi.

obstruksi jalan napas. Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan menguatkan upaya untuk memobilisasi dan membuang sekret.

Observasi karakter sputum/ aspirasi sekret. Selidiki perubahan sesuai indikasi.

Peningkatan jumlah sekret tak berwarna/berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan. Adanya sputum yang tebal/kental, berdarah atau purulen diduga terjadi sebagai masalah sekunder.

Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/ peningkatan pengeluaran

Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung.

Menghilangkan spasme bronkhus untuk memperbaiki aliran udara. Ekspektoran meningkatkan produksi mukosa untuk mengencerkan dan

Kolaborasi : berikan bronkhodilator, ekspektoran, atau analgesik sesuai indikasi.

menurunkan viskositas sekret, memudahkan pembuangan.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan :
Kanker paru adalah masa abnormal dari sel-sel epitelium saluran pernafasan yang mengalami proliferasi. Kanker paru merupakan tumor ganas paru-paru primer dari saluran napas. Kanker paru diakibatkan oleh asap rokok, bahan industri dan polusi udara. Oleh karena itu pada pasien yang mengalami penyakit kanker paru-paru dapat menyebabkan gangguan saluran napas seperti batuk, hemoptisis dan dispnea ringan. Sehingga sebagai perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kanker paru-paru.

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia, A. Wilson dan Lorraine M, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi IV, Buku II, EGC, Jakarta, 1995.
Doenges, Marilynn E, dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, Jakarta, 2000. BAC, Syaifudin, H, Drs, Anatomi Fisiologi, Edisi II, EGC, Jakarta, 1997. Netina, Sandra M, Pedoman Praktek Keperawatan, EGC, Jakarta, 2002. Alsagaf Hood, Kanker Paru-paru dan Terapi Paliatif, Erlangga, Jakarta, 1995. DNSC, Nurachmah Elly, Dra, dkk, Buku Saku Prosedur KMB, EGC, Jakarta, 2000.

You might also like