You are on page 1of 9

Interaksi Antara Pirenzepine dan Ninjito, Obat Herbal Tradisional Jepang, Pada Plasma Usus Yang Meregulasi Kadar

Peptida Pada Manusia


(Yuhki Sato, Itoh hiroki, Yosuke Suzuki, Ryosuke Tatsuta dan Masaharu Takeyama)

A. Latar Belakang Penelitian


Obat Kampo, obat herbal tradisional sudah digunakan beberapa ribu tahun dan berkontribusi secara besar pada pengobatan dari beberapa gejala penyakit. Obat kampo biasanya diresepkan bersama dengan obat sintetik atau bioteknologi untuk pengobatan dari beberapa penyakit kronis. Ninjinto, suatu obat tradisional jepang dibuat dari 4 bahan mentah dari Cina. Obat ini banyak digunakan untuk pengobatan gastrointeristis, esogastritis, gastrectasis, mualmual dan anoreksia di Jepang. Berdasarkan penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa Ninjinto tidak hanya signifikan meningkatkan motilitas saluran cerna tapi juga menunjukkan efek yang lebih kuat dari beberapa obat pro-kinetik seperti Cisapride dan Metoclopramide. Dengan demikian, Ninjito dapatdikatakan merupakan sebuah obat herbal efektif untuk pasca operasi usus.
Pirenzepine merupakan sebuah antagonis dari reseptor muskarinik M1 dimana merupakan reseptor yang menekan pengeluaran asam dan dulunya digunakan untuk pengobatan gastritis dan ulkus peptik. Obat ini mbekerja dengan menekan peningkatan kadar serum lambung dengan beraksi secara langsung maupun tidak pada sel lambung (sel G). Pada terapi klinik, pirenzipin sering digunakan bersama ninjito

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek dari Pirenzepine pada kurva area dibawah konsentrasi plasma-waktu dari 0 sampai 240 menit oleh peningkatan induksi Ninjito pada plasma CGRP, substansi P, motilin, somatostatin, vasoactive intstinal polypeptides (VIP) dan immunoreactive substance (IS) pada manusia.

C. Metodologi dan Rancangan Penelitian


Ninjito atau plasebo (kristal selulosa dan laktosa) diberikan oral sendiri atau 60 menit setelah pemberian pirenzepine 75 mg sebagai dosis tunggal dari 6 g dengan air. Dosis dari obat uji yang digunakan dari penelitian ini adalah dosis maksimum yang digunakan dalam terapi klinik. Untuk sukarelawan yang sama, pirenzipine (75 mg) atau plasebo (kapsul laktosa) diberikan secara oral dengan 100 ml air. Masing masing penelitian dilakukan selama 4 minggu. Sampel darah vena (10 ml) dari vena lengan bawah diambil untuk untuk enzim immunoassay (eia) dari kadar peptida yang meregulasi usus.
Rencana Penelitian Preparasi Ekstrak Plasma

Sampel darah dikumpulkan dalam tabung dingin yang mengandung aprotinin (500kalikrein inhibitor units/mL) dan ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) 1,2 mg/mL. setelah disentrifugasi, sampel plasma dielusi dengan 4% asam asetat (pH 4), dimuat ke dalam wadah SepPak C18 dan dicuci dengan 4% asam asetat. Peptida dalam plasma dielusi dengan 70% asetonitril dalam 0,5%asam asetat (pH 4), diliofilisasi dan direkonstitusi hingga 100 L dengan buffer assay dan dicampur kan pada EIA. Untuk sistem EIA sampel plasma dipekatkan 5 kali dengan wadah Sep-Pak C18

Total pelepasan peptida dihitung pada area kurva dibawah konsentrasi plasma-waktu (AUC0-240 menit) menggunakan metode trapezoid. Semua nilai ditunjukkan dengan rata-rata s.d. (pg/mL). Perbandingan dari kadar peptida dilanjutkan dengan Mnn-Whitney U test. Nilai P <0,01 atau P < 0,05 dianggap mewakili perbedaan statistika yang signifikan

Analisis Data

D. Demografi Pasien
5 sukarelawan pria yang sehat Tidak merokok Usia 26-29 tahun (nilai tengah 27 tahun) Berat badan 55-68 kg (nilai tengah 62 kg) Tanpa riwayat penyakit pencernaan ataupun hati dan empedu Tidak dalam pengobatan apapun dalam 1 bulan sebelum penelitian dimulai Minimal 3 bulan tenggang waktu untuk terlibat dengan penelitian lainnya Para sukarelawan telah berpartisipasi dalam 3 penelitian serupa

Demografi Pasien

E. Hasil Penelitian
Total pelepasan substansi P (AUC0240 menit) setelah pemberian ninjito dengan pengobatan pirenzepine sebelumnya (4313.2 1226.4 pg mL/min) menurun secara signifikan jika dibandingkan dengan pemberian ninjito sendiri (9815.0 2182.7 pg mL/min) Total pelepasan motilin AUC setelah pemberian ninjito sendiri (28360.0 3017.4 pg mL/min) meningkat secara signifikan namun menurun pemberian ninjito dengan pengobatan pirenzepine sebelumnya (11997.4 2483.2 pg mL/min). kelompok pemberian ninjito sendiri dan placebo (20481.0 5693.6 pg mL/min)

Total pelepasan CGRP (AUC0-240 menit) meningkat signifikan pada pemberian ninjito (7937.7 2485.9 pg mL/min)plasebo (5187.0 964.9 pg mL/min) tetapi tidak berubah setelah pemberian ninjito dengan pengobatan pirenzepine sebelumnya (7949.7 2465.2 pg mL/min).

Perubahan pada Pelepasan Plasma CGRP, Substansi P, Motilin, Somatostatin dan VIP-IS (AUC0-240 menit) setelah pemberian Ninjito dengan atau tanpa Pengobatan Pirenzepine sebelumnya

Setelah pemberian ninjito dengan atau tanpa pengobatan pirenzepine sebelumnya, tidak ada perubahan signifikan yang teramati pada total pelepasan VIP (AUC0-240 menit)

Total pelepasan CGRP (AUC0-240 menit) meningkat setelah pemberian pirenzepine (8864.9 1581.8 pg mL/min) jika dibanding dengan placebo (6306.6 542.0 pg mL/min)

Tidak ada perubahan signifikan yang teramati pada totalpelepasan substansi P (AUC0-240 menit)

Perubahan pada Pelepasan Kadar Plasma CGRP, Substansi P, Motilin, Somatostatin dan VIP-IS (AUC0-240 menit) setelah pemberian Pirenzepine

Total pelepasan somatostatin (AUC0-240 menit) meningkat secara signifikan setelah pemberian pirenzepine (4779.3 858.5 pg mL/min) dibandingkan dengan kelompok placebo (3483.8 345.7 pg mL/min)

Tidak ada perubahan signifikan yang teramati pada total pelepasan VIP (AUC0-240 menit) setelah pemberian pirenzepine

F. Kesimpulan

Ninjinto dapat meningkatkan pelepasan substansi P plasma dan reseptor muskarinik motilin via M1. Pemberian ninjinto dengan pirenzepine menurunkan penginduksian ninjinto pada substansi P dan pelepasan motilin serta meningkatkan pelepasan somatostatin. Namun, CGRP dan VIP tidak ada perubahan. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan, penemuan dalam jurnal ini juga penting secara klinis.

You might also like