You are on page 1of 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ARTRITIS REUMATOID

1. Gangguan konsep diri struktur tubuh 1. Gangguan konsep diri ( citra diri ) berhubungan dengan perubahan struktur tubuh Intervensi : 1. Kaji perubahan presepsi dan hubungannya dengan ketidak mampuan. Rasional : menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi. 2. Anjurkan klien mengekspresikan perasaan termasuk sikap marah Rasional : menunjukkan penerimaan membantu klien untuk mengenal dan mulai menyesuaikan diri dengan perasaan tersebut. 3. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan perbaiki perasaan Rasional : membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan 4. Anjurkan orang terdekat mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal tentang dirinya Rasional : menghidupkan kembali perasaan mandiri dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi. 5. Kolaborasi Rujuk ke ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi Rasional : dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan EVALUASI 1. Penurunan dan peningkatan adaptasi nyeri terpenuhi 2. Fungsi sendi dan pencegahan deformitas terpenuhi 3. Peningkatan fungsi anggota gerak terpenuhi 4. Dukungan psikologis terpenuhi 5. Kebutuhan pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi terpenuhi ( citra diri ) berhubungan dengan gangguan perubahan

GOUT ARTRITHIS
Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan terbentuknya tofus. Tujuan : Citra diri klien meningkat.

Kriteria Hasil : Klien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa merasa harga dirinya negatife. Intervensi Rasional

1. Kaji perubahan persepsi dan hubungannya 1. Menentukan bantuan individual dalam dengan derajat ketidakmampuan. menyusun rencana perawatan atau

pemilihan intervensi. 2. Ingatkan kembali realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan 2. Membantu klien melihat bahwa perawat belajar mengontrol sisi yang sehat. menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai meneririma situasi baru.

3. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik 3. Membantu meningkatkan perasaan harga dan memperbaiki kebiasaan. diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan .

4. Anjurkan

orang

terdekat

untuk 4. Menghidupkan

kembali

perasaan

mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya sendiri.

mandiri dan membantu perkembangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi.

5. Bersama klien mencari alternative koping yang positif. 5. Dukungan perawat kepada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.

6. Dukung perilaku atau usaha peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas 6. Klien rehabilitasi. dapat dan beradaptasi memahami terhadap peran

perubahan

individu di masa mendatang. 7. Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi. 7. Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan

perasaan.

CA TULANG Dp III:Gangguan citra diri b/d Deformitas -Berikan kesempatan pada klien untuk mengumgkapkan perasaan R/Meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya diri dengan ungkapan perasaan dapat mambantu penerimaan diri -bersama dengan klien mencari alternatif koping yang positif R/Dukungan perawatan pada klien dapat menigkatkan rasa percaya diri klien -kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien dan keluarga dan perubahan citra diri R/Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif dan tidak merasa rendah diri. a. Pengumpulan Data 1) Anamnesa

a) Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis. b) Keluhan Utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan: (1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri. (2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk. (3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi. (4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya. (5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

d) Riwayat Penyakit Dahulu Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. e)Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan.

e) Riwayat Psikososial Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).

f) Pola-Pola Fungsi Kesehatan

(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995). (2) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. 3)Pola Eliminasi Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola Tidur dan Istirahat Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,

kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E, 2002). (3) Pola Aktivitas Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995). (4) Pola Hubungan dan Peran Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap (Ignatavicius, Donna D, 1995). (5) Pola Persepsi dan Konsep Diri Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995). (6) Pola Sensori dan Kognitif Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur (Ignatavicius, Donna D, 1995).

(7) Pola Reproduksi Seksual Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya (Ignatavicius, Donna D, 1995). 10) Pola Penanggulangan Stress Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif. 11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien

ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN a. Pengumpulan Data 1) Identitas klien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal/jam MRS dan diagnosa medis. 2) Riwayat penyakit sekarang. Keluhan utama pada klien Spodilitis tuberkulosa terdapat nyeri pada punggung bagian bawah, sehingga mendorong klien berobat kerumah sakit. Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut. Nyeri dirasakan meningkat pada malam hari dan bertambah berat terutama pada saat pergerakan tulang belakang. Selain adanya keluhan utama tersebut klien bisa mengeluh, nafsu makan menurun, badan terasa lemah, keringat dingin dan penurunan berat badan.

3) Riwayat penyakit dahulu Tentang terjadinya penyakit Spondilitis tuberkulosa biasany pada klien di dahului dengan adanya riwayat pernah menderita penyakit tuberkulosis paru. 4) Riwayat kesehatan keluarga. Pada klien dengan penyakit Spondilitis tuberkulosa salah satu penyebab timbulnya adalah klien pernah atau masih kontak dengan penderita lain yang menderita penyakit tuberkulosis atau pada lingkungan keluarga ada yang menderita penyakit menular tersebut. 5) Riwayat psikososial Klien akan merasa cemas terhadap penyakit yang di derita, sehingga kan kelihatan sedih, dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, pengobatan dan perawatan terhadapnya maka penderita akan merasa takut dan bertambah cemas sehingga emosinya akan tidak stabil dan mempengaruhi sosialisai penderita. 6) Pola - pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit akan mempengaruhi persepsi klien tentang kebiasaan merawat diri , yang dikarenakan tidak semua klien mengerti benar perjalanan penyakitnya.Sehingga menimbulkan salah persepsi dalam pemeliharaan kesehatan. Dan juga kemungkinan terdapatnya riwayat tentang keadaan perumahan, gizi dan tingkat ekonomi klien yang mempengaruhi keadaan kesehatan klien. b. Pola nutrisi dan metabolisme. Akibat dari proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi lemah dan amnesia. Sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat, sehingga klien akan mengalami gangguan pada status nutrisi. c. Pola eliminasi. Klien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula bisa ke kamar mandi, karena lemah dan nyeri pada punggung serta dengan adanya penata laksanaan perawatan imobilisasi, sehingga kalau mau BAB dan BAK harus ditempat tidur dengan suatu alat. Dengan adanya perubahan tersebut klien tidak terbiasa sehingga akan mengganggu proses aliminasi. d. Pola aktivitas. Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik dan nyeri pada punggung serta penatalaksanaan perawatan imobilisasi akan menyebabkan klien membatasi aktivitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam melaksanakan aktivitas fisik tersebut . e. Pola tidur dan istirahat.

Adanya nyeri pada punggung dan perubahan lingkungan atau dampak hospitalisasi akan menyebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
f. Pola hubungan dan peran. Sejak sakit dan masuk rumah sakit klien mengalami perubahan peran atau tidak mampu menjalani peran sebagai mana mestinya, baik itu peran dalam keluarga ataupun masyarakat. Hal tersebut berdampak terganggunya hubungan interpersonal. g. Pola persepsi dan konsep diri.

Klien dengan Spondilitis tuberkulosa seringkali merasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan kadang kadang mengisolasi diri. h. Pola sensori dan kognitif. Fungsi panca indera klien tidak mengalami gangguan terkecuali bila terjadi komplikasi paraplegi. i. Pola reproduksi seksual. Kebutuhan seksual klien dalam hal melakukan hubungan badan akan terganggu untuk sementara waktu, karena di rumah sakit. Tetapi dalam hal curahan kasih sayang dan perhatian dari pasangan hidupnya melalui cara merawat sehari - hari tidak terganggu atau dapat dilaksanakan. j. Pola penaggulangan stres. Dalam penanggulangan stres bagi klien yang belum mengerti penyakitnya , akan mengalami stres. Untuk mengatasi rasa cemas yang menimbulkan rasa stres, klien akan bertanya - tanya tentang penyakitnya untuk mengurangi stres. k. Pola tata nilai dan kepercayaan. Pada klien yang dalam kehidupan sehari - hari selalu taat menjalankan ibadah, maka semasa dia sakit ia akan menjalankan ibadah pula sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini ibadah bagi mereka di jalankan pula sebagai penaggulangan stres dengan percaya pada tuhannya.

B. PEMERIKSAAN FISIK a) Inspeksi : Pada klien dengan Spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis. b) Palpasi : Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang terdapat adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi. c) Perkusi : Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok. d) Auskultasi : Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak di temukan kelainan. C. PEMERIKSAAN DIGNOSTIK a.Pemeriksaan Radiologi a. Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberculosis paru. b. Pada foto polos vertebra,ditemulkan osteoporosis,osteomelitik,dan destruksi korpus vertebra,diserta penyempitan diskus invertebralis yang berada di antara korpus tersebut,dan mungkin dapat ditemukan adanya massa abses paravertebral. c. Pemeriksaan CT-scan dengan mielografi.Pemeriksaan mielografi di temulkan bila terdapat gejala sehingga timbul kifosis dan dilakukan bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum tulang d. Pemeriksaan MR : Mengevaluasi adanya diskus infertebra dan osteomelitis tulang belakang dan Menunjukkan apakah ada penekanan saraf atau tidak. b. Pemeriksaan Laboratorium a. b. c. d. e. Uji montoux/Tuberkulin skin test (+) LED meningkat disertai leukositosis Pada pemeriksaan histopatologis,dapat di temukan tuberkel Pada pemeriksaan biakan kuman ditemukan mikrobakterium Biopsi jaringan granulasi adalah kelenjar limfe regional

D.DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 2. 3. Kompresi saraf dan refleks spasme otot sekunder pada vertebra Hambatn mobilitas fisik b/d paraplegia,paralisis ekstremitas bawah Gangguan citra tubuh b/d gangguan struktur tubuh.

E. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Nyeri b/d kompresi saraf dan refleks spasme otot sekunder pada vertebra Intervensi : 1. Anjurkan relaksasi dengan teknik teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri. Rasional : Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri Ajarkan metode ditraksi Rasional : Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang laen. Lakukan masase ringan di sekitar nyeri Rasional : Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi dan merupakan salah satu teknik distraksi yang efektif pada saat nyeri ada.

2. 3.

2.Hambatan mobilitas fisik b/d paraplegia,paralisis ekstremitas bawah Intervensi : 1. 2. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan mobilisasi Rasional : membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan untuk kebutuhan individual Kaji kesejajaran dan tingkat kenyamanan selama klien berbaring sesuai dengan daerah spondilitis Rasional : memberikan data dasar tentang kesejajaran tubuh dan kenyamanan klien untuk perencanaan selanjutnya Atur posisi telentang dan letakkan gulungan handuk/bantal di area bawah bagian punggung yang sakit dengan menjaga kondisi kurvatura tulang belakang dalam kondisi optimal. Rasional : Mengurangi kemungkinan stimulus nyeri,kontraktur sendi dan memunkinkan untuk pergerakan optimal pada extremitas atas.

3.

3.Gangguan citra tubuh b/d gangguan struktur tubuh Intervensi : 1. Berikan kesempatan pada kien untuk mengungkapkan perasaan.Perawat harus mendengarkan dengan penuh perhatian Rasional : Meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan dengan ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri Bersama sama klien mencari alternatif koping yang positif Rasional : Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien,keluarga dan teman serta berikan aktifitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body image Rasional : Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif dan tidak merasa rendah diri.

2. 3.

F.EVALUASI Adapun kriteria hasil yang di harapkan pada klien Spondilitis tuberkulosa adalah: 1. Adanya peningkatan kegiatan sehari hari ( ADL) tanpa menimbulkan gangguan rasa nyaman . 2. Tidak terjadinya deformitas spinal lebih lanjut.

3. Nyeri dapat teratasi 4. Tidak terjadi komplikasi. 5. Memahami cara perawatan dirumah

You might also like