You are on page 1of 30

BAB I KONSEP DASAR MEDIK KARSINOMA NASOPHARING

A. PENGERTIAN Karsinoma Nasofaring adalah tumor yang ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fosa resenmuller dan atap nasofaring merupakan tumor daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia (Mansjoer,dkk,2000). Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia (S. A, Efiaty & Iskandar Nurbati, 2006) Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa (S. A, Efiaty & Iskandar Nurbati, 2007). Tumor ganas nasofaring (karsinoma nasofaring) adalah sejenis kanker yang dapat menyerang dan membahayakan jaringan yang sehat dan

bagian-bagian organ di tubuh kita. Nasofaring mengandung beberapa tipe jaringan, dan setiap jaringan mengandung beberapa tipe sel. Dan kanker ini dapat berkembang pada tipe sel yang berbeda. Dengan mengetahui tipe yang sel yang berbeda merupakan hal yang penting karena hal tersebut dapat menentukan tingkat seriusnya jenis kanker dan tipe terapi yang akan digunakan. (American Cancer Society dalam Cancer.Net, 2008). Nasopharyngeal carcinoma merupakan tumor ganas yang timbul pada epithelial pelapis ruangan dibelakang hidung (nasofaring) dan ditemukan dengan frekuensi tinggi di Cina bagian selatan. (DORLAND, 2002) B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Etiologi a. Faktor presipitasi Penyebab timbulnya karsinoma nasofaring masih belum jelas. b. Faktor predisposisi Faktor-faktor yang mendukung timbulnya karsinoma

nasofaring antara lain : 1) Faktor virus (virus Epstein - Barr) Salah satu penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring di

dapatkan titer anti-virus EB yang cukup tinggi. Titer ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang sehat, pasien tumor ganas leher dan kepala, bahkan pada kelainan nasofaring yang lain sekalipun. Banyak penelitian mengenai perangai dari virus ini dikemukakan, tetapi virus ini bukan satu-satunya faktor, karena banyak faktor ini yang sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini, seperti letak geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, jenis pekerjaan, lingkungan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit. 2) Factor geografis Faktor geografis yang dapat berpengaruh terhadap karsinoma nasoparing adalah letak dari tempat tinggal itu sendiri, dengan bagaimana keadaan dari rumah yang di tempati, misal letak rumah yang berdekatan dengan area industri atau pabrik yang menghasilkan zat-zat karsinogen. 3) Factor lingkungan Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah seringnya kontak langsung oleh bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu, kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu, dan kebiasaan makan makanan terlalu

panas. terdapat hubungan antara kadar nikel dalam air minum dan makanan dengan mortalitas karsinoma

nasofaring. 4) Factor kebiasaan Kebiasaan penduduk eskimo memakan makanan yang diawetkan (daging dan ikan) terutama pada musim dingin menyebabkan tingginya angka karsinoma ini. 5) Factor genetic Ras dan keturunan, tentang faktor genetik telah banyak ditemukan kasus herediter atau familier dari pasien karsinoma nasofaring dengan keganasan pada organ tubuh lain. (S. A, Efiaty & Iskandar Nurbati, 2006) 2. Patofisiologi Nasofaring terletak pada saluran nafas bagian atas dibelakang kavum nasi berbentuk kerucut terpotong. Daerah tetangga nasofaring adalah rongga hidung, tuba eustakius dan basis kranii. Pertumbuhan tumor pada daerah rongga hidung, tuba eustakius, basis kranii menimbulkan manisfestasi klinis tertentu. Dalam pertumbuhan karsinoma nasofaring dikenal 3 bentuk yaitu bentuk ulkus, nodul, dan eksofilik.

Sumber:www.selamateli.blogspot.com Bentuk ulkus,terbanyak di jumpai di dinding posterior nasofaring atau fosa rosenmuller yang lebih dalam dan sebagian kecil di dinding lateral, biasanya lesi kecil tumbuh progresif infiltratif, meluas pada jaringan sekitarnya antara lain ke bagian lateral atau keatap nasofaring dan tulang basis kranium, merusak foramen dan kemudian meluas pada fossa celebralis tengah, melibatkan beberapa syaraf kranium (III, II, IV, V, VI) yang menimbulkan gangguan neurologik. Bentuk nodul terbanyak muncul diarea tuba eustakius dan infiltrasi pada sekitar tube diikuti obliterasi yang menimbulkan gangguan pendengaran. Tumor meluas pada petrospenoidal dan tumbuh di sekitar beberapa syaraf kranial namun tidak

menimbulkan gangguan neurologik. Pada stadium lebih lanjut tumor meluas pada fossa cerebral tengah dan merusak tulang basis

kranii atau meluas kedaerah orbital melalui fisura orbital inferior dan mungkin infasi pada sinus maksilaris melalui os ethmoid. Bentuk eksofilik, biasanya polipoid non ulseratif, muncul dari bagian atap, mengisi kavum nasofaring dan mendorong palatum molle meluas ke kavum nasi yang menimbulkan penyumbatan pada hidung. Tumor ini mudah nekrosis dan perdarahan dengan manisfestasi klinis epitaksis. Tipe ini jarang melibatkan saraf kranial. Metastasis sebagian besar karsinoma nasofaring menyebar secara limfogen dimulai pada kelenjar getah bening regional basis kranii, kemudian kerantai jugular dan terutama pada kelenjar getah bening dibelakang sternokleidomastoideus sub mastoid. Pada pemeriksaan pertama pada penderita 60-90 % di jumpai limfadenopati leher unilateral ataupun bilateral.( Tambunan G. W, 2000 ) Karsinoma nasofaring menyebabkan obstruksi hidung dan dapat bermetastase ke leher. Karsinoma sinus maksilaris dan etmoidalis dapat meluas ke dinding hidung yang berdekatan dan mudah sekali berdarah. Karsinoma sinus maksilaris pada awalnya menyebabkan gangguan pada gigi; efek lain yang dapat timbul berupa obstrusi nasal, perdarahan hidung dan penggeseran mata. Karsinoma sinus etmoidalis dapat menyebabkan mata menonjol

keluar gangguan penciuman dan epistaksis. ( C Long Barbara, 2001 ) Untuk menentukan stadium dipakai sistem TMN karsinoma nasofaring menurut UICC (2002) T T0 T1 T2 : Tumor Primer : Tidak tampak tumor. : Tumor terbatas di nasoparing. : Tumor meluas ke jaringan lunak. T2a: perluasan tumor ke orofaring dan rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring T2b: di sertai perluasan ke parafaring T3 T4 : Tumor menginvasi struktur tulang dan atau sinus paranasal :Tumor dengan perluasan intrakranial dan terdapat

keterlibatan saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang mastikator N NX N0 : Pembesaran kelenjar getah bening regional : Pembesaran kelenjar getah bening tidak dapat di nilai : tidak ada pembesaran

N1

: Metastase kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula

N2

: Metastasis kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula

N3

: Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan ukuran lebih besar supraklavikula N3a: Ukuran lebih dari 6 cm N3b: di dalam fossa supraklavikula dari 6 cm, atau terletak di dalam fossa

M Mx M0 M1

: Metastasis jauh : Metastasis jauh tidak dapat di nilai : Tidak ada metastasis jauh : Ada metastasis jauh KLINIS KARSINOMA KARSINOMA

PEMBAGIAN

NASOFARING MENURUT KLASIFIKASI DARI UICC (2002) Stadium I Stadium II : Tumor dalam kondisi T1, N0, M0 : Tumor meluas T2,N0/N1/N2, dan M0

Stadium III Stadium IV

: Tumor meluas T3,N0/N1/N2, M0 : Tumor dalam kondisi T1/T2/T3/T4 dan N1,N2, M0, M1

3.

Manisfestasi klinis Menurut Wan Desen 2008. Simtomatologi karsinoma nasofaring adalah: Keluhan penderita tergantung pada invasi tumor pada jaringan sekitar nasofaring dan metastasis melalui sistem pembuluh getah bening di nasofaring dan leher.Oleh sebab itu simtom yang sering ditemukan adalah gangguan pada a. Gangguan pada kavum nasi Gejala berupa epistaksis, hidung tersumbat, pilek yang sudah lama lebih dari 1 bulan dengan ingus warna kuning seperti nanah dan kadang-kadang berbau. Apabila simtom ini ditemukan pada orang dengan umur lebih dari 40 tahun, dianjurkan pemeriksaan nasofaring lebih cermat. Gangguan hidung ini lebih banyak dijumpai pada karsinoma nasofaring eksofilik. b. Gangguan pendengaran Gangguan ini dapat berupa telinga terasa penuh atau

10

Tersumbat, mendenging (tinitus), tuli hantaran.simtom ini merupakan pertanda bahwa karsinoma nasofaring telah meluas ke tuba eustakius yang sering di abaikan oleh penderita dan bahkan dokter. c. Gangguan neurologis Gangguan ini dapat berupa kepala sakit dimulai dengan unilateral, kemudian menjadi bilateral, kurang rasa atau hipoastesi di kulit pipi, gangguan dimata berupa diplopia (kelumpuhan syaraf VI), Opthalmoplegia

(kelumpuhan syaraf III dan IV), Eksoptalmia dan gangguan penglihatan (kelumpuhan kiasma optikus), ptosis

(kelumpuhan syaraf abdusen). d. Pembengkakan kelenjar getah bening dileher Limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian atas terutama daerah mastoid, dibelakang atau di dalam M.Sternokledomastoideus dan dibelakang angulus mandibularis harus dicurigai sebagai metastasis dari karsinoma nasofaring. Apalagi pemeriksaan pada pemeriksaan mulut, lidah, tonsil, hidung dan hidung tidak di jumpai kelainan.

11

4.

Pemeriksaan penunjang Menurut S. A Efiaty & Iskandar Nurbaiti, diagnostik yang dapat dilakukan adalah: a. CT Scan CT Scan daerah kepala dan leher, sehingga pada tumor primer yang tersembunyipun tidak akan terlalu sulit ditemukan. b. Pemeriksaan serologi Pemeriksaan serologi IgA dan anti EA dan IgA anti VCA untuk infeksi virus E-B telah menunjukan kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring. Tjoko Setyo dari Fakultas Kedokteran Universitas indonesia Jakarta mendapatkan dari 41 pasien 2006. pemeriksaan

karsinoma nasofaring stadium lanjut (stadium III dan IV) sensitivitas IgA VCA adalah 97,5% dan spesifitas 91,8% dengan titer berkisar antara 10-1280 dengan terbanyak titer 160.IgA anti EA sensivitasnya 100% tetapi spesifitasnya 30,0%, sehingga pemeriksaan ini hanya digunakan untuk menentukan prognosis

pengobatan.

12

c.

Biopsy nasofaring Diagnosis pasti dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi), cunam biopsy dimasukan melalui rongga hidung menelusuri konka media ke nasofaring kemudian cunam diarahkan ke lateral dan dilakukan biopsi.

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan menurut, S. A Efiaty & Iskandar Nurbaiti, 2007 1. Nasofaringoskopi Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10 %. 2. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan. 3. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virusE-B. 4. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.

13

5.

Penatalaksanaan Menurut S .A Efiaty & Iskandar Nurbaiti, 2006 penatalaksanaan pada pasien karsinoma nasofaring meliputi : a. Radioterapi Radioterapi masih merupakan pengobatan utama dan ditekankan pada penggunaan megavoltage dan pengaturan dengan computer. Pengobatan yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer

interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus. b. Kemoterapi Semua pengobatan tambahan masih dalam

pengembangan, sedangkan kemoterapi masih tetap terbaik sebagai terapi adjuvant (tambahan). Berbagai macam kombinasi dikembangkan, yang terbaik sampai saat ini adalah kombinasi dengan cis-platinum sebagai inti. c. Pembedahan Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan terhadapbenjolan dileher yang tidak menghilang pada

penyinaran (residu) atau timbul kembali setelah penyinaran selesai,tetapi dengan syarat tumor induknya sudah hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi.

14

Operasi tumor induk sisa (residu ) atau kambuhan (residif) di indikasikan , tetapi sering timbul komplikasi yang berat akibat komplikasi. d. Perawatan paliatif Perhatian pertama harus diberikan kepada pasien dengan pengobatan radiasi. mulut rasa kering disebabkan oleh

kerusakan kelanjar liur mayor maupun minor sewaktu penyinaran. tidak banyak yang dapat dilakukan selain menasehatkan pasien untuk makan dengan banyak kuah, membawa minuman kemanapun pergi dan mencoba memakan dan mengunyah yang rasa asam sehingga merangsang keluarnya air liur. gangguan lain adalah mukositis rongga mulut karena jamur, rasa kaku didaerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran,sakit kepala,kehilangan nafsu makan dan kadang muntah dan rasa mual.kesulitan yang timbul pada pasien pasca pengobatan lengkap dimana tumor tetap ada (residu) atau kambuh kembali (residif). Dapat pula timbul metastasis jauh pada pengobatan seperti ke tulang, paru, hati, otak. pada kedua keadaan tersebut diatas tidak banyak pengobatan medis yang dapat diberikan selain pengobatan untuk meningkatkan kualitas hidup.

15

Menurut

S.

Efiaty

&

Iskandar

Nurbaiti,

2007

penatalaksanaan pada pasien karsinoma nasofaring meliputi : a) Stadium I : Radioterapi

b) Stadium II & III : Kemoradiasi c) Stadium IV dengan N<6cm: Kemoradiasi d) Kemoterapi IV dengan N>6cm: Kemoterapi dosis penuh di lanjutkan kemoradiasi 6. Pencegahan Menurut S. A Efianty & Iskandar Nurbaiti, 2006. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya karsinoma nasofaring antara lain: a. Memberikan vaksinasi kepada penduduk yang bertempat tinggal didaerah dengan resiko tinggi. Memindahkan (migrasi) penduduk dari daerah dengan resiko tinggi ketempat lainnya. b. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara memasak makanan untuk mencegah akibat yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya (berbahan pengawet). penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan keadaan sosial ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab.

16

c. Melakukan tes serologik IgA anti VCA dan IgA anti EA secara masal dimasa yang akan datang bermanfaat dalam menemukan karsinoma nasofaring secara lebih dini. 7. Persiapan & Syarat syarat kemoteraphi Menurut Robert. T. Door, 2000 : a. Persiapan Darah tepi ; Hb, Leukosit, hitung jenis, trombosit Fungsi hepar ; bilirubin, SGOT, SGPT, alkali phosphate Fungsi ginjal ; Ureum, creatinin clearance test bila serum creatinin meningkat Audogram ( terutama pada pemberian cis plastinum ) EKG ( terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin ) b. Syarat Keadaan umum penderita baik Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed concent Faal ginjal & hati baik Diagnosis patologik

17

Jenis

kanker

di

ketahui

cukup

sensitive

terhadap

kemoteraphi Riwayat sebelumnya Pemeriksaan laboratorium menunjukan Hb > 10 gram %, Leukosit > 5000/mm3, Trombosit > 150.000/mm3 8. Komplikasi Menurut Galle Danielle dan Charette Jane, 2000: a. Komplikasi pascaoperasi yang umumnya terjadi adalah hemoragis karena ruptur arteri karotis, hematoma, nyeri, obstruksi jalan nafas, infeksi, kegagalan dalam rekonstruksi penutup tumor, formasi fistula, dan gangguan citra tubuh. b. Komplikasi umum dari radioterapi adalah fibrosis kulit di atas daerah yang di tangani, mual, Muntah, diare, kerusakan ginjal, dan supresi sumsum tulang. Menurut Mansjoer Arif dkk, 2000: a. Metastasis jauh ke tulang dengan gejala yang khas nyeri pada tulang b. Metastasis ke hati dengan gejala gangguan fungsi hati pengobatan (radioteraphi/kemoteraphi)

18

c. Metastasis ke paru dengan gejala batuk-batuk C. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada penderita karsinoma nasopharing menurut Galle Danielle dan Charette Jane,2000 adalah: Diagnosa keperawatan esensial yang berhubungan dengan diagnosis kanker kepala dan leher. 1. Koping individu tidak efektif b/d diagnosis kanker dan prognosis yang tidak pasti. 2. Kurang pengetahuan b/d kurang pengetahuan tentang penyakit kanker kepala dan leher dan penanganannya, resiko tinggi terhadap terjadinya kekambuhan atau timbulnya masalah primer kedua. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan menelan, proses penyakit kanker kepala dan leher, dan intervensi pembedahan/atau efek samping dari kemoterapi atau radioterapi yang mengganggu kemampuan pasien untuk mencerna makanan. 4. Gangguan citra tubuh b/d perubahan bentuk tubuh karena prosedur pembedahan atau respons radiasi karena penanganan kanker kepala dan leher. 5. Resiko terhadap aspirasi b/d disfungsi menelan karena proses kanker kepala dan leher ,intervensi pembedahan, atau perubahan

19

karena radioterapi, terutama pasien-pasien yang telah dilakukan laringektomi supraglotis, reseksi struktur dalam orofaring atau defisit syaraf kranial. Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada penderita kanker menurut Doenges, E. Marilynn. 2000 adalah: 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis sekunder akibat pertumbuhan sel karsinoma. 2. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme sekunder akibat jalur infasif ( infuse) 4. Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa GI dari kemoterapi. 5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan prognosis yang tidak pasti. 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal sumber informasi.

D. FOKUS INTERVENSI Menurut (Doenges, E. Marilynn 2000)

20

1.

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis sekunder akibat pertumbuhan sel karsinoma. Tujuan : - Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/control

dengan pengaruh minimal pada AKS. Kriteria hasil : - Derajat nyeri berkurang - Wajah tampak rileks - Mampu untuk mengalihkan rasa nyeri Ungkapan pasien tentang rasa nyaman penggunaan ketrampilan relaksasi

- Mendemonstrasikan

dan aktivitas hiburan susuai indikasi untuk situasi individu.

Intervensi 1. Tentukan lokasi, intensitas. 2. Observasi tanda vital riwayat frekuensi, nyeri ;

Rasional 1. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan intervensi.

durasi,

2. Peningkatan nadi dan tekanan darah adanya Sehingga menginterpretasikan peningkatan dapat nyeri. menentukan

21

intervensi selanjutnya.

3. Evaluasi /sadari terapi.

3. Ketidaknyamanan

rentang

luas

adalah umum, tergantung pada prosedur/agen yang di gunakan. 4. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan. 4. Meningkatkan perhatian. relaksasi dan

membantu memfokuskan kembali

5. Dorong

penggunaan

5. Memungkinkan berpartisipasi

pasien secara aktif

untuk dan

ketrampilan manajemen nyeri, tertawa, music, dan sentuhan terapeutik. 6. Kolaborasi dalam pemberian Analgetik.

meningkatkan rasa control.

6. Mengurangi tanpa nyeri.

nyeri

dan

memungkinkan pasien mobilisasi

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, mis., anoreksia,iritasi lambung, penyimpangan rasa, mual.

Tujuan : - Mendemonstrasikan berat badan stabil, penambahan berat badan progresif kea rah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.

22

Kriteria hasil : - Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat. - Berpartisipasi dalam intrvensi spesifik untuk merangsang nafsu makan.

Intervensi 1. Pantau masukan makanan setiap hari.

Rasional 1. Mengidentifikas /defisiensi nutrisi. kekuatan

2. Identivikasi antisipasi.

pasien

yang

2. Mual/muntah

psikogenik

terjadi

mengalami mual/muntah yang di

sebelumkemoterapi mulai secara umum tidak berespon terhadap obat antiemetic. Perubahan lngkungan pengobatan atau utinitas pasien pada hari pengobatan mungkin efektif. 3. Membantu mengidentifikasi derajat ketidakseimbangan biokimia/malnutrisi diet. dan mempengaruhi pilihan intervensi

3. Tinjau

ulang

pemeriksaan

laboratorium sesuai indikasi mis., jumlah limfosit total, transferin serum, dan albumin.

Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme sekunder akibat jalur infasif ( infuse).

23

Tujuan :Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk mencgah/mengurangi risiko infeksi. Kriteria hasil : Tetap tidak demam dan mencapai pemulian tepat pada waktunya.

Intervensi 1. Tingkatkan prosedur cuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung. 2. Tekankan hygiene personal.

Rasional 1. Lindungi pasien dari sumber-

sumber infeksi, seperti staf dan pengunjung yang mengalami ISK. 2. Membantu potensial sumbr infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder.

3. Kaji

semua

system

terhadap

3. Pengenalan pada serius. 4. Terjadinya

dini

dan

intrvensi lebih

tanda/gejala infeksi secara kontinu.

segera dapat mencegah progesi situasi/sepsis yang

stomatitis resiko terhadap

4. Tekankan pentingnya hygiene oral yang baik.

meningkatkan

infeksi/pertumbuhan sekunder.

5. Hindari/batasi

posedur

5. Menurunkan resiko kontaminasi, membatasi entri portal terhadap agen ifeksius.

invasive.Taati teknik aseptic.

Diagnosa 4 : Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa GI dari kemoterapi

24

Tujuan : - Mempertahankan defekasi/pola defekasi umum Kriteria hasil : - Mengungkapkan pemahaman tentang factor dan

intervensi/solusi yang tepat yang berkenaan dengan situasi individu.

Intervensi 1. Pastikan umum. 2. Dorong masukan cairan adekuat (mis., 2000 ml/jam) peningkatan serat diet. kebiasaan eliminasi

Rasional 1. Dapat di perlukan sebagai dasar untuk evaluasi masa datang. 2. Dapat terhadap merangsang menurunkan potensial

konstipasidengan peristaltik; dapat

memperbaiki konsistensi feses dan mencegah dehidrasi (diare).

3. Berikan makan sedikit dan sering dengan makanan rendah sisa (bila tidak di kontraindikasikan), kebutuhan mempertahankan

3. Menurunkan

irigasi

gaster.

Penggunaan makanan rendah serat dapat menurunkan iritabilitas dan memberikan istirahat pada usus bila ada diare.

protein dan karbohidrat.

4. Pastikan diet yang tepat; hindari makanan yang tinggi lemak, 4. Stimulan defekasi. GI yang dapat makanan dengan kandungan serat tinggi; yang menyebabkan diare dan gas; makanan/cairan dengan kafein tinggi atau sangat panas dan dingin. 5. Ketidakseimbangan mungkin elektrolit akibat meningkatkan motilitas/frekuensi

25

5. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis., elektrolit.

dari/pemberatuntuk fungsi GI. 6. Mencegah

mengubah

dehidrasi, agen kemoterapi

6. Berikan cairan IV sesuai indikasi.

mengencerkan

untuk menurunkan efek samping.

Diagnosa 5 : Koping individu tidak efektif b/d diagnosis kanker dan prognosis yang tidak pasti. Tujuan : 1) mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan konsekwensi. 2) Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi atau kemampuan memecahkan masalah. 3) Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan

mengekspresikan perasaan yang sesuai,indentifikasi pilihan dan penggunaan sumber-sumber. 4) Membuat keputusan dan menunjukan kepuasan dengan pilihan yang diambil. Kriteria hasil : Pengungkapan ketidakmampuan untuk melakukan koping atau meminta bantuan.

26

INTERVENSI

RASIONAL

1. Tinjau perasaan

ulang

patofisiologi

yang 1. Indikator

dari

tingkat

mempengaruhi pasien dan luasnya tidak berdaya/tanpa kontrol atas harapan/kehilangan

disekuilibrium dan kebutuhan akan intervensi untuk mencegah atau mengatasi krisis.

kehidupan,tingkat ansietas. 2. Tetapkan hubungan teurapeutik 2. Pasien mungkin akan merasa lebih bebas dalam konteks hubungan ini untuk menunjukan perasaan tidak tertolong / tanpa tenaga dan untuk mendiskusikan perubahan 3. Catat lain dan ekspresi ketidakmampuan keraguuntuk yang diperlukan dalam kehidupan pasien. menunjukan bersandar untuk dapat kepada dan sementara awal membantu kembali

perawat pasien.

raguan,ketergantungan kepada orang 3. Mungkin kebutuhan orang lain mengatasi AKS pribadi.

waktu.pengenalan intervensi pasien ekuilibrium. 4. Kaji munculnya kemampuan koping 4. Jika positif,misalnya relaksasi penggunaan keinginan teknik untuk individu

memperoleh

mempunyai yang dapat untuk dan kontrol

kemampuan

koping

berhasil dilakukan pada waktu lampau,mungkin digunakan mengatasi memelihara sekarang tegangan rasa

mengekspresikan perasaan.

27

5. Dorong apa

pasien telah

untuk

berbicara untuk tidak

individu. 5. Menyediakan membantu koping dan petunjuk pasien untuk dalam

mengenai apa yang terjadi saat ini dan yang terjadi perasaan mengantisipasi

tertolong dan ansietas. 6. Perbaiki kesalahan konsep yang

mengembangkan ekuilibrium.

kemampuan memperbaiki

mungkin dimiliki pasien.menyediakan informasi faktual.

6. Membantu mengidentifikasi dan membenarkan persepsi realita dan memungkinkan dimulainya usaha pemecahan masalah. 7. Menurunkan menyediakan ansietas kontrol dan bagi

7. Sediakan lingkungan yang tenang dan tidak menstimulasi.tentukan apa yang menjadi kebutuhan pasien,dan jika namun faktual menyediakannya yang sederhana

memungkinkan.memberikan informasi mengenai apa yang dapat pasien harapkan dan ulangi sesuai kebutuhan. 8. Ijinkan pasien untuk mandiri pada awal dengan melakukan kembali AKS mandiri bertahap,perawatan diri dan aktivitas lainnya.buat kesempatan bagi pasien untuk membuat keputusan mengenai perawatan jika memungkinkan,menerima pilihan untuk tidak melakukannya.

pasien selama situasi krisis.

8. Meningkatkan perasaan aman (pasien akan mengetahui bahwa perawat akan mengusahakan jika kontrol untuk koping keamanan). kesempatan mengembangkan adaptif/kemampuan memecahkan masalah.

tercipta,pasien akan memiliki

9. Terima ekspresi verbal rasa marah,buat batasan maladaptif. terhadap tingkah laku

9. Menunjukan rasa marah adalah proses resolusi yang rasa penting duka untuk dan

28

kehilangan.meskipun demikian,pencegahan tindakan destruktif terhadap (seperti

memisahkan diri dari orang lain) akan mempertahankan harga diri pasien. 10. Diskusikan perasaan menyalahkan diri sendiri/proyeksi menyalahkan orang lain. 10. Ketika mekanisme ini dilindungi pada waktu krisis,terdapat perasaan kounter-produktif dan intensifikasi dari perasaan tidak tertolong dan tanpa harapan. 11. Catat ekspresi ketidakmampuan untuk menemukan untuk arti kehidupan/alasan sia-sia atau hidup,parasaan 11. Situasi krisis mungkin pertanyaan mempengaruhi

membangkitkan yang dapat

mengenai kepercayaan spiritual kemampuan untuk berhadapan dengan situasi sekarang dan rencana untuk masa depan.

pengasingan terhadap Tuhan.

12. Solusi

pemecahan

masalah

untuk

12. Membantu pasien/orang terdekat untuk mengilhami solusi yang mungkin bagi setiap (memberikan masalah) pertimbangan pro dan kontra meningkatkan perasaan kontrol diri/harga diri. 13. Selama mengembangkan dalam krisis,pasien cara baru menghadapi

situasi sekarang.berikan informasi atau dukungan dan memperkuat realita pada waktu pasien mulai bertanya,lihatlah apa yang terjadi.

13. Identifikasi penanggulangan

tingkah yang

laku baru,bahwa

pasien menunjukan dan memperkuat

masalah,yang dapat membantu

29

adaptasi positif.

resolusi situasi sekarang dan juga krisis dimasa depan.

Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. Tujuan : - Mengungkapkan informasi akurat tentang diagnose dan aturan

pengobatan pada tingkatan kesepian diri sendiri. Kriteria hasil : - Melakukan dengan benar prosedur yang di perlukan dan menjelaskan alasan tindakan. - Melakukan perubahan gaya hidup yang perlu dan berpartisipasi dalam aturan pengobatan. - Mengidentifikasi/menggunakan sumber yang tersedia dengan tepat.
Intervensi 1. Berikan materi tertulis tentang kanker, pengobatan, dan ketersediaan system pendukung. Rasional 1. Ansietas dan berpikir teru menerus dengan pikiran tentang kehidupan dan untuk kematian mengasimilasi sering informasi mempengaruhi kemampuan pasien adekeuat. Materi tertulis yang di bawa pulang member penguatan dan klarifikasi tentang informasisesuai kebutuhan pasien.

30

2. Beri tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah.

2. Memberikan informasi mengenai perubahan yang di perlakukan dalam rencana memenuhi kebutuhan terapeutik.

You might also like