You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Percerayan

B.Urgensi Percerayan Adanya ketentuan perceraian yang digariskan oleh Islam tidak dapat dilepaskan dari ketentuan Islam tentang perkawinan dan tujuannya yang harus dapat diwujudkan oleh pasangan suami isteri dalam kehidupan rumah tangganya. Biamana tujuan hakiki perkawinan ternyata tidak dapat diwujudkan oleh pasangan suami isteri, maka pada saat itu perkawinan dianggap sebagai suatu bencana yang membuat mereka hidup menderita. Pada prinsipnya setiap orang mempunyai fitrah untuk mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman bagi dirinya sendiri dan menghindarkan diri dari keadaan yang mengancam keselamatannya, maka pasangan suami isteri yang sudah tidak lagi dapat mewujudkan tuntutan dan harapan kebahagiaan dan ketentraman dalam rumah tangga mereka, oleh Islam diberi jalan yang terhormat dan tidak menghancurkan keselamatan yang lain. Dengan cara ini, suami maupun isteri yang merasa lebih baik untuk berpisah, sehingga mereka masing-masing dapat memperoleh suasana baru dalam meraih kehidupan yang bahagia dan tenteram, diberi jalan penyelesaian yang damai yang disebut dengan perceraian. Mengingat perceraian merupakan jalan paling damai untuk melepaskan pasangan suami isteri dari bencana kehidupan rumah tangga yang dipenuhi oleh suasana derita dan kesengsaraan, maka perceraian dengan sendirinya sangat penting bagi mereka. Pentingnya perceraian itu, antara lain:

Melepaskan suami isteri yang tidak dapat menciptakan hubungan yang memberikan rasa damai, bahagia dan tenteram, dari ancaman derita dan sengsara lahir batin di bawah atap rumah tangga yang telah mereka bangun selama ini. Menghindarkan salah satu pasangan tersebut dari tindakan-tindakan berbahaya pasangannya karena tidak lagi dapat mewujudkan kehidupan bersama yang dipenuhi rasa toleransi, saling memaafkan dan saling melengkapi. Memberikan peluang kepada pasangan y6ang tidak dapat hidup damai, serasi, dan tenteram untuk mendapatkan ganti orang lain yang lebih sesuai bagi masing-masing, sehingga harapan untuk mencapai kehidupan dunia yang bahagia lahir dan bathin dapat tercapai. Menghindarkan keengganan orang untuk melakukan perkawinan, karena dianggap ikatan perkawinan tidak memberi mereka kebahagiaan dan kesentosaan lahir bathin.

Perceraian yang diatur dalam Islam memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk rujuk, sehingga dengan demikian mereka yang menyesal karena tindakan perceraiannya mempunyai kesempatan untuk memperbaiki diri, kemudian kembali melakukan perkawinan sekali lagi dan mencoba menjauhi pengalaman buruk masa lalu.

Perceraian yang dilakukan secara Islam, bukanlah tindakan yang mendadak yang sebelumnya tanpa didahului upaya-upaya penanggulanngannya. Karena sebelum bercerai Islam telah mengatur adanya beberapa upaya untuk menyelamatkan perkawinan, yaitu:

Masing-masing pasangan harus saling mengoreksi diri, sehingga tahu apa yang menjadi kekurangan masing-masing, kemudian saling meminta maaf dan berusaha menghilangkan kekurangan tersebut. Masing-masing pasangan berusaha untuk mencari orang ketiga atau HAKAM untuk membantu mereka menyelesaikan perselisihan yang tidak bisa mereka pecahkan. Masing-masing pasangan berusaha untuk berpisah sementara, yaitu pergi kepada keluarga masing-masing untuk merenungkan keadaan mereka dengan baik, sehingga dengan demikian lebih banyak kesempatan bagi mereka untuk melihat persoalan secara jernih dalam menangani perselisihan mereka. Masing-masing pasangan harus dapat saling mengalah dari tuntutan yang menyebabkan timbulnya perceraian, terutama isteri dapat memberikan beberapa keringanan kepada suaminya sehingga suami mau menyadari bahwa isterinya sudah cukup beban untuk membahagiakan dirinya. Dengan cara ini diharapkan suami kembali kepada isterinya dengan suasana baru dan semangat hidup yang lebih baik.

Bilamana ternyata langkah-langkah di atas tidak membawa hasil sama sekali, bahkan keadaan hubunga suami isteri semakin meruncing dan menyengsarakan mereka, maka perceraian merupakan jalan satu-satunya bagi mereka untuk melepaskkan diri dari ksengsaraan dan derita hidup berumah tangga. C.Hikmah Perceraian Setiap ketentuan yang digariskan oleh Allah SWT, sudah pasti membawa kebaikan bagi manusia. Apapun ketentuan Allah SWT yang telah digariskan dan dalam urusan apa pun, semuanya dimaksudkan untuk kebaikan manusia secara individu maupun universal. Begitupula halnya dengan ketentuan perceraian yang digariskan oleh Allah SWT dalam Al Qur'an dan dilaksanakan oleh Rossululloh SWT dalam mengatur perkawinan para sahabat beliau yang diriwayatkan dalam hadist-hadist shahih. Ketentuan tersebut bersikan jaminan yang membawa kebhagiaan dan kebaikan bagi yang bersangkutan, masyarakat dan perdadaban umat mmanusia. Diantara Hikmah perceraian ialah:

Menyadarkan pasangan suami isteri bahwa mereka memiliki sifat-sifat dan pembawaan yang berbeda. Perbedaan ini perlu selalu mereka perhatikan sehingga yang satu tidak memaksakan yang lain untuk menghilangkan sifat dan pembawaannya demi kepentingan sepihak dari pasangannya. Akan tetapi, justru kedua-duanya harus berusaha mencari titik temu yang dapat mereka jadikan sebagai dasar membina kehidupan suami isteri yang dijiwai oleh keinginan mencari ketentraman, kasih sayang dan cinta. Suami isteri yang sudah bertekad untuk membina rumah tangga harus bersedia bersikap saling toleransi dan membangun kepribadian yang baik bagi kehidupan pasangan ereka guna mewjudkan suatu masyrakat yang diridhai oleh Allah SWT. Menghormati lembaga perkawinan sebagai suatu tatanan satu-satunya yang memberi jaminan hidup tenteram, damai, penuh kasih sayang dan cinta yang tulus. Sebab bilmana terjadi suatu hal yang mengancam kepentingan pribadi pasangan bersangkutan, tersedia jalan keluar yang baik sehingga mereka tidak terjerumus dalam kesengsaraan tanpa batas.

D.Dampak Percerayan Suami dan isteri yang bercerai boleh jadi belum mempunyai anak, tetapi boleh jadi telah mempunya anak. Apakah dampak perceraian terhadap mereka??? Kejadian yang kita saksikan di tengah masyarakat antara suami isteri yang telah bercerai adalah timbulnya permusuhan atau sikap saling membenci. Bahkan bila mereka telah mempunyai anak, anak-anak tersebut mengalami penderitaan moral atau material. Kenyataan semcam ini membuat banyak orang merasa sangat cemas dengan perceraian, bahkan mengecam perceraian sebagai suatu tindakan yang menghancurkan masa depan anak-anak. Benarkah perceraian yang digariskan oeh Islam berdampak begitu ngeri dan mencemaskan kehidupan kita??? Kita perlu memahami secara benar maksud perceraian yang digariskan oleh Islam agar kita tidak tersesat dalam memahaminya. Karena kenyataan yang terdapat dalam masyarakat memang menimbulkan kecemasan dan rasa ngeri kiita atas nasib anak-anak dan keluarga yang bercerai. Hal utama yang harus kita perhatikan dalam masalah perceraian ini adalah sebagai berikut :

Perceraian harus dilakukan dengan cara baik. Artinya suami dan isteri yang bercerai benar-benar melakukannya dengan penuh rasa kesadaran dan pengertian bahwa mereka bercerai untuk kebaikan dan kabahagian masing-masing, bukan karena dorongan permusuhan dan kebencian. Suami isteri yang bercerai tetap memiliki tanggungjawab terhadap anak-anaknya.

Suami isteri yang bercerai wajib tetap menjaga persaudaraan yang baik, tidak boleh saling mendengki, saling menjelek-jelekkan, apalagi saling meneror. Anak-anak dari orangtua yang telah bercerai diberi pengertian dengan sebaik-baiknya bahwa ayah dan ibu mereka berpisah semata-mata untuk mencari jalan terbaik bagi kepentingan anak-anak dan orangtuanya. Anak-anak akan mendapatkan suasana yang lebih damai dan tenang di bawah naungan ibu tanpa ayah, atau sebaliknya.

Kenyataan-kenyataan pahit yang muncul di tengah masyarakat kita disebabkan perceraian bukanlah karena ketentuan perceraian itu sendiri, tetapi karena orang-orang yang melakukannya berbuat keliru dan salah. Kekeliruan dan kesalahan mereka adalah akibat dari sikap acuh tak acuh terhadap ajaran Allah SWT dan Rosul-Nya, sehingga mereka mengabaikan apa pun ajaran Allah dan Rosul-Nya dalam kehidupan ini. Jadi pokok pangkal kerusakan akibat perceraian adalah perilaku mereka yang sudah jauh dari tuntunan Islam, bukan karena ketentuan-ketentuan itu sendiri. Sebab perceraian yang diatur dalam Islam juga terjadi pada masa sahabat-sahabat Rosulullah dan dihadapan Rosululloh SAW sendiri, namun tidak mengakibatkan dampak negatif pada anak dan isteri yang mengalami perceraian. Sebab mereka melakukan perceraian dalam batas dan garis yang diajarkan oleh Islam, sehingga dampak negatifnya dapat ditanggulangi sepenuhnya, tanpa menimbulkan kerugian bagi siapa pun. Dengan uraian serba singkat tentang urgensi, hikmah, dan dampak perceraian di atas, diharapkan kita dapat memahami seluk beluk perceraian dalam Islam sebagai "pintu darurat" yang menyelamatkan kehidupan pribadi dan keluarga dari kesengsaraan dan malapetaka yang mengancam diri pribadi dan keluarga yang bersangkutan, serta menyelamatkan masyarakat secara keseluruhan dari suasana tidak tenteram dan penuh permusuhan.

You might also like