You are on page 1of 18

KENAKALAN REMAJA ABSTRAKSI Masalah kenakalan remaja sudah terjadi semenjak berabad-abad yang lampau.

Namun sampai saat ini masalah tersebut sangat menarik untuk diperbincangkan karena penyebab kenakalan yang ditimbulkan banyak macamnya dan kenakalan yang timbul bukan hanya dari lingkungan luar bahkan dari diri sendiri. Perbedaan kenakalan remaja pada setiap masa berbeda dalam versinya karena pengaruh lingkungan kebudayaan dan sikap mental masyarakat pada masa itu (Willis, 1994). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kenakalan yang dilakukan remaja juga dapat mengetahui lebih dalam faktor penyebab kenakalan remaja. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dimana pendekatan ini dilakukan untuk mengembangkan pemahaman dalam mengerti dan menginterpretasi apa yang ada dibalik peristiwa, latar belakang pemikiran manusia yang terlibat di dalamnya serta bagaimana manusia meletakkan makna pada peristiwa yang terjadi tersebut (Sarantakos dalam Poerwandari, 2001). Subjek yang diteliti adalah remaja laki-laki berusia 15 tahun yang melakukan kenakalan. Metode yang digunakan yaitu metode observasi non partisipan dan metode wawancara dengan pedoman umum. Hasil penelitian menunjukkan kenakalan yang dilakukan subjek berupa: kebut-kebutan di jalanan, agresi terhadap orang lain, perkelahian antar teman, minum-minuman keras mencuri dan memalak, sering berbohong, melanggar aturan yang serius seperti keluar malam dan bolos sekolah. Faktor penyebab kenakalan remaja yaitu faktor keluarga, lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan faktor pribadi. Kata Kunci : Kenakalan Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Ujung Pandang, tidak sedikit remaja yang melakukan tindakan yang melanggar norma-norma sosial. Mereka tidak mau mengikuti aturan. Melanggar aturan justru merupakan kebanggaan tersendiri diantara kelompoknya (Dariyo, 2004). Berdasarkan data di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang tercatat sebagai wilayah hukum Kepolisian Daerah Metro Jaya, sejak Januari hingga 12 Juni 2006, terjadi kejahatan tiap 28,17 menit. Angka 28,17 menit itu merupakan hasil penghitungan crime clock dari 11 jenis kejahatan yang banyak menyita perhatian masyarakat (Kompas, 2006). Sedangkan data yang tercatat di Polsek Ciputat, sejak Januari hingga 28 Desember 2006, kejahatan serta kenakalan yang terjadi di Ciputat berkembang pesat hingga mencapai 80% (Polsek Ciputat, 2006). Data populasi kenakalan anak di Indonesia pada tahun 2004 berkisar 193.115 anak. Definisi

kenakalan adalah perilaku menyimpang dari aturan-aturan yang berlaku secara umum dimana kenakalan itu bisa berupa; bolos sekolah, berbohong, mencuri dan merampas barang milik orang lain, perilaku ugal-ugalan (kebut-kebutan di jalan raya, mabukmabukan, tawuran antar sekolah dan lain sebagainya). Penyebab dari kenakalan tersebut sangatlah bermacam-macam, salah satunya adalah faktor keluarga dan faktor lingkungan (Sarwono, 1989). Satu masalah yang paling serius dari remaja adalah remaja nakal dan kebanyakan lakilaki. Remaja nakal biasanya berprestasi rendah, mereka didukung oleh kelompok (Robin dalam Djiwandono, 2002).

B. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah gambaran kenakalan yang dilakukan remaja ? 2. Mengapa remaja melakukan kenakalan demikian ? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui gambaran kenakalan yang dilakukan remaja juga dapat mengetahui lebih dalam faktor penyebab kenakalan remaja. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sehingga akan menjadi bahan yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu psikologi khususnya pada bidang Psikologi Perkembangan, Psikologi Sosial dan Psikologi Pendidikan yang terkait dengan masalah penelitian. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat, khususnya remaja tentang masalah kenakalan remaja serta dapat mengambil pelajaran dari subjek penelitian, sehingga dalam bergaul remaja dapat memilih teman yang baik dan remaja juga mengerti batasan-batasan dalam pergaulan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan remaja (juvenile delinquent) merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Anak-anak remaja yang delinquent atau nakal itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial. Kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang dari atau melanggar hukum yang individu Menurut Cavan (dalam Willis, 1994) dalam bukunya yang berjudul Juvenile Delinguency, menggambarkan kenakalan remaja sebagai gangguan pada anak dan remaja untuk memenuhi beberapa kewajiban yang diharapkan dari mereka oleh lingkungan sosialnya dimana ia berada. 2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja Bentuk-bentuk kenakalan remaja (Adler dalam Kartono, 1991), adalah: a. Kebut-kebutan dijalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas b. Perilaku ugal-ugalan, berandalan, urakan, yang mengacaukan ketentraman sekitar. Tingkah ini bersumber pada kelebihan energi dan dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan menteror lingkungan. c. Perkelahian antar gang, antar kelompok, antar sekolah, antar suku (tawuran). d. Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi di tempat-tempat terpencil sambil melakukan eksperimen bermacam-macam kedurjanaan dan tindakan asusila. e. Kriminalitas anak remaja seperti perbuatan mengancam, memeras, mencuri dan pelanggaran lainnya. f. Berpesta-pora, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas. g. Perkosaan, agresivitas seksual, dan pembunuhan dengan motif seksual. h. Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius; drugs) yang erat bergandengan dengan tindak kejahatan. i. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan sehingga mengakibatkan ekses kriminalitas. j. Penyimpangan tingkah-tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi, disebabkan adanya organ-organ yang inferior. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kenakalan Remaja Kenakalan remaja merupakan produk konstitusi mental serta emosi yang sangat labil dan defektif, sebagai akibat dari proses pengkondisian lingkungan buruk terhadap pribadi anak (Kartono, 2003).

Timbulnya kenakalan remaja, bukan karena murni dari dalam diri remaja itu sendiri, tetapi mungkin kenakalan itu merupakan efek samping dari hal-hal yang tidak dapat ditanggulangi oleh remaja dalam keluarganya (Soekanto, 2004). Faktor-faktor terjadinya kenakalan remaja, menurut Turner dan Helms (1987), antara lain: a. Kondisi Keluarga yang Berantakan (Broken Home) b. Kurangnya Perhatian dan Kasih Sayang dari Orang Tua c. Status Sosial Ekonomi Orang Tua Rendah d.Penerapan Kondisi Keluarga yang Tidak Tepat B. Remaja 1. Pengertian Dalam perkembangan kepribadian, maka remaja mempunyai arti yang khusus, namun begitu masa remaja menjadi tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Remaja ada dalam tempat marginal (Lewin dalam Monks dkk, 1999). Berhubung ada macammacam persyaratan untuk dikatakan dewasa, maka lebih mudah untuk dimasukkan kategori anak daripada dewasa. Baru pada akhir abad ke 18 maka masa remaja dipandang sebagai periode tertentu lepas dari periode kanak-kanak (Djiwandono, 2002). 2. Usia Suatu analisis yang cermat mengenai semua aspek perkembangan dalam masa remaja, yang secara global berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun; masa remaja awal, 15-18 tahun; masa remaja pertengahan, 18-21 tahun; masa remaja akhir (dalam Haditono, 1998) 3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Tugas-tugas perkembangan (development tasks) yakni tugas-tugas/kewajiban yang harus dilalui oleh setiap individu sesuai dengan tahap perkembangan individu itu sendiri. Dari sejak dikandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai dewasa akhir, setiap individu harus melakukan tugas itu (Hurlock, 1998). a. Mampu menerima keadaan fisiknya b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlawanan jenis d. Mencapai kemandirian emosional e. Mencapai kemandirian ekonomi f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab keluarga. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini akan digunakan metode kualitatif dimana pendekatan ini dilakukan untuk mengembangkan pemahaman dalam mengerti dan menginterpretasi apa yang ada dibalik peristiwa, latar belakang pemikiran manusia yang terlibat didalamnya serta bagaimana manusia meletakkan makna pada peristiwa yang terjadi tersebut (Sarantakos dalam Poerwandari, 2001). 1. Pengertian Studi Kasus Studi kasus (case study) adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial dan dipergunakan secara luas dalam penelitian ilmu-ilmu sosial baik disiplin tradisional atau dilapangan-lapangan dengan fenomena yang spesifik dan ruang lingkup yang spesifik dari subjek yang spesifik (Liliweri dalam Yin, 2004).

Studi kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai kasus tertentu yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganim mengenai kasus itu (Narbuko, 1997). B. Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki berusia kira-kira 15-18 tahun yang melakukan kenakalan. 2. Jumlah Subjek Tidak ada aturan pasti dalam jumlah subjek yang harus diambil dalam penelitian kualitatif. Jumlah subjek sangat bergantung pada apa yang ingin diketahui oleh peneliti, tujuan penelitian, konteks saat itu, apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumberdaya yang tersedia (Patton dalam Poerwandari 2001). C. Tahap-tahap Penelitian Tahap persiapan dan pelaksanaan yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan Penelitian 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi. Menurut Denzin (dalam Moleong, 2000) wawancara adalah pertukaran percakapan dengan tatap muka dimana seseorang memperoleh informasi dari yang lain. Dalam penelitian ini akan digunakan tipe wawancara dengan menggunakan pedoman umum. 2. Observasi Dalam penelitian ini, metode observasi merupakan metode pendukung bagi metode wawancara yang digunakan untuk melihat perilaku dalam setting alamiah. Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan (Kartono, 1991). Menurut Kartono (1991) jenis-jenis observasi yang digunakan dalam penelitian adalah: a. Observasi Partisipan b.Observasi Nonpartisipan c. Observasi Sistematik d.Observasi Eksperimental E. Alat Bantu Penelitian Peneliti adalah instrument penelitian dan sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topic tersebut, mengumpulkan data, hingga menganalisis, menginterpretasikan, menyimpulkan hasil penelitian (Poerwandari, 2001). 1. Panduan Wawancara 2. Panduan Observasi 3. Alat Perekam 4. Alat Pencatatan F. Keabsahan dan Keajegan Penelitian Menurut Moleong (2000) terdapat berbagai macam teknik pemeriksaan keabsahan data kualitatif seperti misalnya perpanjangan keikutsertaan, ketekunan, pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat dan lain-lain. Dalam penelitian ini teknik yang akan digunakan adalah teknik pemeriksaan data triangulasi dengan kriteria kredibilitas. G. Analisis Data Analisis data menurut Bogdan dkk (2004) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sedangkan Suryabrata (2004) mendefinisikan analisis data sebagai proses untuk mengklasifikasikan data dan menyajikan data dan merupakan suatu langkah yang sangat kritis

dalam suatu penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisis mana yang akan digunakannya, tergantung pada jenis data yang dikumpulkan. Menurut Marshall dan Rossman (1995) dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tujuan hal perlu dilakukan antara lain: a. Mengorganisasikan Data

b. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema, dan Pola Jawaban


c. Menguji Asumsi atau Permasalahan Yang Ada Terhadap Data d. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data BAB IV HASIL DAN ANALISIS A. Hasil 1. Identitas a. Identitas Subjek Nama : OKS Usia : 15 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Suku : Padang Anak ke : 4 dari 6 bersaudara Alamat : Cilalung Pendidikan : SMU b. Identitas Significant Other Nama : AK Usia : 17 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Suku : Jawa Alamat : Cilalung Pendidikan : SMU Hubungan dengan Subjek : Teman 2. Hasil Observasi a. Pelaksanaan Observasi Observasi dilakukan sebanyak 4 kali, bertempat di rumah subjek, Restoran A&W di Bintaro dan sekolah subjek SMU Bipuri Serpong. Observasi dilaksanakan setelah wawancara. Observasi selama proses wawancara dilakukan dirumah subjek, pada hari sabtu, 09 Juni 2007 pada pukul 15.00-16.30 WIB. Observasi kedua masih dilakukan di lingkungan rumah subjek, pada hari minggu, 10 Juni 2007 pada pukul 18.30-20.00WIB, sedangkan observasi di luar proses wawancara, pertama dilakukan di Restoran A&W di Bintaro, pada hari selasa, 12 Juni 2007 pada pukul 11.00-13.00 WIB. Observasi kedua dilakukan di SMU Bipuri Serpong pada hari Jumat pada pukul 08.00-10.30 WIB. b. Setting Penelitian Observasi dilakukan di rumah subjek, restoran A&W Bintaro, dan kantin juga dalam kelas subjek SMU Bipuri Serpong. Rumah subjek terasa cukup nyaman karena banyak terdapat pohonpohon di sekeliling rumahnya, selain itu juga terdapat tempat santai atau gazebo kecil di belakang rumahnya. c. Gambaran Umum Subjek OKS adalah seorang laki-laki remaja yang berperawakan sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu gemuk. Subjek berkulit sawo matang. Penampilan sujek juga tidak terlalu rapi. Ketika wawancara pertama subjek mengenakan kaos abu-abu dan celana sekolah, dengan memakai topi subjek terlihat santai dan cuek.

Saat wawancara kedua subjek memakai kaos putih, celana jeans pendek biru. Sambil merokok sesekali subjek bergurau. subjek saat itu sedang malas keluar sehingga peneliti harus bertemu subjek di rumahnya untuk yang kedua kalinya. Subjek benar-benar terlihat cuek pada saat kedatangan peneliti. Meskipun begitu subjek terlihat welcome dan sopan pada peneliti. Dan wawancarapun berlangsung 15 menit setelah kedatangan peneliti. d. Observasi Terhadap Kenakalan Remaja Pada saat melakukan wawancara pertama subjek sudah terlihat sangat cuek, berbicara subjek sangat kasar pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti bahkan pada adik-adik subjek. Sesekali subjek memarahi adiknya yang selalu ikut-ikutan pada saat subjek berbicara pada peneliti. Pada saat itu subjek merokok. Subjek juga seorang peminum, subjek ditemani dua orang temannya sambil minum-minuman keras. Hasil Wawancara A.Subjek 1) Pelaksanaan Wawancara Wawancara dilakukan sebanyak 2 kali, bertempat di rumah subjek. Wawancara dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 9 Juni 2007 pada pukul 15.00 16.30 WIB dan hari minggu pada tanggal 10 Juni 2007 pada pukul 18.30 20.00 WIB. Wawancara kedua dilakukan untuk melengkapi data-data yang masih kurang. 2) Hasil Wawancara a) Latar Belakang Subjek Subjek adalah seorang remaja laki-laki, tinggi subjek 170 cm dan berat badan 55 kg, bersuku bangsa Padang dan berusia 15 tahun. Saat ini subjek kelas 2 (dua) SMU Bipuri Serpong. Subjek merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Subjek memiliki hobi menyanyi. Kegiatan subjek sehari-hari selain bersekolah adalah menonton televisi dan berkumpul bersama teman-teman baik di lingkungan sekolah maupun di rumah. Subjek lebih sering mengajak temen-temennya untuk berkumpul di halaman belakang rumahnya bermain gitar dan bernyanyi karena menurut subjek tempat itu cukup menyenangkan dan sangat sepi. Paling gue nonton tv trus kumpul ma temen-temen di belakang rumah gue (baris ke 8) ehmkeseringan sih nongkrong ma temen-temen deket rumah, maen gitar dan nyanyinyanyi..(baris ke 92) Dalam pergaulan kebanyakan subyek mempunyai teman yang usianya lebih dewasa di atas subjek. Sebenarnya keluarga subjek tidak menyukai teman- teman subjek, tapi subjek tidak memperdulikannya. Subjek merasa nyaman bergaul dengan mereka. Menurut subjek mereka sangat pengertian terhadap keadaan subjek. Subjek sering sekali diajak jalan, ditraktir, merokok bareng, minum-minum bahkan subjek pernah ditawari narkoba. gimana ya, temen gue ada yang asik ada yang engggak. Lagian kebanyakan temen-temen gue umurnya di atas gue tapi gue nyaman bergaul ama mereka meskipun keluarga gue ga suka ama mereka tapi gue engga perduli tuh!(baris ke 66)) b) Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja (1) Kebut-kebutan di Jalanan yang Mengganggu Keamanan Lalu Lintas Subjek menceritakan bahwa dirinya senang sekali dibelikan sepeda motor. Dengan susah payah subjek membujuk kakak keduanya untuk minta dibelikan motor oleh ayah subjek. Subjek mengaku kalau subjek selalu kebut-kebutan di jalan bersama teman-teman sekolahnya, tetapi subjek belum memiliki SIM. waaah..seneng banget, soalnya temen-temen disekolah juga pada bawa motor sih(baris ke 4) He..belum, tapi gue sih cuek aja. Laen kali aja but SIM nya.(baris ke 6) Apa ya?....banyak juga sih! Kaya nyalip-nyalip kalo lagi macet, kalo lagi iseng pernah nerobos lampu merah he..(baris ke 16)

(2) Agresi Terhadap Keluarga dan Orang Lain Subjek sering memberontak dikeluarganya, setiap ibu subjek menasehati subjek untuk tidak nakal, tetapi subjek bersikap acuh tak acuh terhadap nasehat ibunya. Jika subjek merasa kesal subjek selalu melampiaskan amarahnya kepada adik-adiknya. waduh sebenernya gue ga mau begitu yaatapi keluarga gue nyebelin, mereka kaya ngerjain gue tuk nyuruh-nyuruh gue, gue kan jadi sebel ma ade-ade gue abis mereka ngerepotin. Jadi keseringan bentak-bentak merekayaa kalo uda naek darah pernah gue timpuk ade gue pake sandal ehh jelas dia nangis he(baris ke 64) Di sekolah, subjek selalu membuat masalah baik dengan teman-temannya maupun guru. Pada saat belajar pelajaran tersebut, subjek tidak semangat untuk menerima pelajaran. Dan subjek hanya melamun atau mengajak temannya sebangkunya untuk ngobrol. he..he..gue pernah diskors satu minggu ma guru, gara-gara gue ngelawan tuh guru!! Gue lagi bengong ehh....ditimpuk pake kapur, terang aja gue marah-marah sambil gue gebrak meja(baris ke 74) (3) Perkelahian Antar Teman dan Sekolah Subjek sangat sensitif dan egois. Subjek merasa keinginannya harus terpenuhi. Subjek sering sekali berkelahi dan bahkan subjek sendiri yang sering memulai perkelahian. ya pernah masalah cewe, temen gue ga suka kalo gue deket-deket ma tuh cewe! Gue dibilang cuma bisa ngerebut cewe orangemmm enak aja gue dikatain kaya gitu! Alhasil berantem deh gue.so masalah juga deh ma guru bis berantem di sekolah sih!.....pernah juga di luar sekolah gara-gara gue ga dipinjemin duit(baris ke 10) Sering sekali terjadi tawuran antar sekolah dan subjek juga sering ikut-ikutan tawuran. Subjek merasa gengsi jika tidak ikut tawuran dan subjek juga senang sekali mencari-cari masalah. Subjek juga mengaku kalau sekolahnya diserang akibat perbuatan dia yang memalak anak sekolah lain. gengsi, trus pengen bantuin temen-temen jugalah.sudah tradisi dari dulu ada tawuran he(baris ke 20) tapi pernah juga..emm gue malak anak sekolah lain eh dia berani nolak gue, akhirnya gue rebut dh! Pas brapa hari gitu..eh sekolah gue diserang hehe, tapi untungnya ga nyampe bermasalah ma guru-guru sih!...(baris ke 22) (4) Memalak Di lingkungan sekolah, subjek kurang disukai oleh teman-temannya karena subjek sering sekali meminta uang kepada mereka. Terkadang subjek minta ditraktir makan sama temantemannya. Tidak hanya itu, subjek juga sering memalak anak sekolah lain yang lewat di lingkungan sekolahnya. Subjek memalak untuk membeli rokok. ohhitu mah sering mba! Tapi saya lebih sering malakin duit anak sekolah laen(baris ke 8) (5) Pencurian Meskipun kehidupan di keluarganya mencukupi, tetapi subjek merasa kekurangan. Subjek juga pernah kerja meskipun tidak lama, subjek sangat senang bisa dapat uang. Tapi itu tidak berlangsung lama, sehingga subjek nekad untuk mencuri, karena subjek memang membutuhkan uang lebih dalam pergaulannya. banyaklahemm, kayao ia pernah diajak kerja ma temen bikin-bikin meja belajar gitu deh!, tapi waktu itu cuma seminggu(baris ke 6) maklumlah, gue butuh duit, apalagi pergaulan zaman sekarang harus punya duit banyak. Sedangkan dari orangtua gue engga mencukupi. Cuma cukup untuk keperluan sekolah, gue juga kan butuh buat beli ini itu.(baris ke 12) kalo mencuri..emm_kebanyakan uang nyokap sih!, kalo barang sih jarang(baris ke 14) untuk jajan aja, beli rokok kek..(baris ke 16) Melakukan tindakan seperti mencuri dan memalak atau hal-hal lain demi mendapatkan uang, subjek tidak pernah merasa jera meskipun sering ketahuan mencuri. Subjek merasa bahwa orang tua subjek kurang memperhatikan kebutuhan subjek sehingga subjek mempunyai cara sendiri untuk mendapatkan uang.

pernah kepergok ibu sama kakaktapi gak perduli tuh gue!(baris ke 18) udah sering gue mencuri, ampe nyokap ngaduin gue ke bokaptrus bokap gue marah banget, wah gue juga ditampar, tapi kok gue ga kapok yabis tetep aja gue masih butuh uang he..he(baris ke 20) (6) Penggunaan Obat-obatan Terlarang Sejak SMP subjek sudah mulai merokok, awalnya subjek hanya melihat teman-temannya merokok, kemudian subjek ditawari oleh temannya. Subjek berpikir kalau hanya mencoba sekali saja tidak masalah. Ternyata dugaan subjek salah, subjek mulai merokok untuk yang kedua kalinya dan seterusnya. Bahkan sepulang sekolah subjek sering mampir kewarung rokok. Dan subjek pernah ketahuan merokok oleh gurunya. of course!..gue merokok dari SMPemm jadi kebiasaan deh ampe sekarang, awalnya sih Cuma ikut-ikutan temen eh ketagihan he..he..lagian Cuma ngerokok mah wajar-wajar aj.(baris ke 4) Subjek mengaku, subjek menggunakan narkoba karena keinginan diri sendiri. Subjek juga dipengaruhi oleh temannya kalau mencoba sekali saja tidak apa-apa dan menggunakan narkoba itu dapat menghilangkan stress. Akhirnya subjek mencoba ganja. Dengan dosis yang berlebih subjek pingsan karena tidak kuat. pernah tuhwaktu SMP disuruh teman cobain, katanya enak. Tanpa dipaksa sih gue mau ajaeh ternyata gue nyobanya kebanyakan terus baru sekali nyoba langsung jatuoh dan ga sadarin dirikata temen-temen gue, gue payah baru segitu aja dah teler. Kalo sekarang sih masih ikut-ikutan ngobat, tapi itu ga sering yaahh.. paling kalo lagi stress, ga punya duitlah, di omel-omelin nyokap.(baris ke 8) (7) Minum-minuman Keras Awalnya subjek mengenal minuman keras dari teman kenalannya. Subjek diajak clubbing, dan subjek disuguhi minuman beralkohol, pada saat itu subjek tidak mau dibilang pengecut dan subjek juga berpikiran kalau dia sudah pernah merasakan yang namanya narkoba kenapa tidak mencoba yang lainnya, seperti minum-minuman beralkohol. dari temenlah yang pasti ,yang suka beli, kalo minuman kita-kita pada patungan gitukalo ga punya duit ehm..kita palak orang-orang yang lewat hebandel ya gue?!.. (baris ke 18) (8) Pelanggaran Aturan yang Serius (bolos sekolah, keluar malam) Subjek sangat bosan jika harus berada di kelas ataupun di lingkungan sekolah. Subjek sering sekali bolos sekolah sehingga sering di tegur oleh pihak sekolah. Ehmya itu, kadang guru kelamaan ngajar, temen-temen pada rese, kalo di kelas pada rusuhberisik. Yaahkadang sih gue sering rusuh tapi kalo lagi bad moodmales!(baris ke 8) he..kadang gue bolos aja kalo bosen di sekolah, sampe gue ditegor melulu ama guru BP, gue dimarahin deh!(baris ke 10) Orang tua suibjek sering sekali memarahi subjek, tapi subjek bersikap sangat cuek dan tidak perduli bahkan subjek seringkali melawan kepada orang tuanya. Apalagi jika subjek di larang untuk tidak keluyuran pada malam hari. ga juga, meskipun ga diijinin yaa..tetep pergi daripada di rumah suntuk. Tar yang ada malah diomelin mulu!! Mendingan ngumpul ma temen-temen.(baris ke 22) (9) Sering Berbohong Subjek seringkali bersikap tidak jujur kepada orang-orang terdekatnya. Subjek sering berbohong untuk mendapatkan uang. Subjek menceritakan bahwa subjek pernah meminta uang kepada ibu subjek untuk alasan beli buku les tambahan bahkan study tour., padahal pada saat itu subjek hanya menginap dirumah temannya dan uang tersebut digunakan untuk membeli rokok dan minuman keras. Kayanya semua anak cowo banyak boongnya deh! Sory ya?...kalo ga pernah boong terlalu muna banget sih!! Kebutuhan gue kan ga selalu terpenuhi, paling cuma cukup untuk ke sekolah, makan, beli bukuudah. Gue kan seorang perokok, kadang jalan-jalan ma temen, cewelah. Yaademi dapatin uang gue harus boong. Alasan buat beli bukulah, les tambahan, macemmacem deh!! (baris ke 6)

c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja (1) Faktor Lingkungan a. Keluarga Hubungan subjek dengan kakak-kakak dan adiknya tidak cukup baik. Meskipun sering berantem subjek tidak pernah merasa dendam. Hanya saja subjek merasa iri dengan kakakkakanya yang tidak pernah direpotkan oleh urusan rumah. Masalah yang sering terjadi hanya salah paham dan masalah keuangan. baikemm..meskipun suka berantem ma kakak atau adik. Salah paham gitu aja(baris ke 10) Yaa..gitu deh! Sebenarnya keluarga gue baik kali , cuma terlihat ga harmonis aja, pilih kasih !! aku merasa orang asing dirumah. Kalo kumpul bareng jarang banget, yang ada berantem lagi!! Gue sedih banget, bokap gue jarang dirumah(baris ke 8) Subjek merasa kecewa dengan sikap ayahnya, menurut subjek keluarganya cukup mendukung pendidikan subjek. Tetapi tidak dengan ayahnya. Subjek jarang sekali bertemu ayahnya. Subjek merasa asing dengan ayahnya. Ayah subjek tidak memperdulikan keadaan anakanaknya, ayah subjek hanya terobsesi dengan pekerjaannya. Setiap ayah subjek bertemu dengan subjek, ayah subjek hanya memarahi subjek tanpa alasan, yang subjek tahu ibunya selalu mengadukan kenakalan yang dilakukan subjek. Tetapi ayah subjek tidak pernah tahu dan ingin tahu tentang pendidikan subjek. gue sekeluarga jarang ketemu bokap, palagi ngobrol-ngobrol, jadi merasa asing gitu deh!dia tuh lebih mentingin pekerjaannya. Kalo dirumah bisanya Cuma marah-marah doang. Tapi pernah kan nyokap ngadu tentang kelakuan gue, yah jelas aja bokap gue marah besartapi bokap gue juga terlalu cuek ama anak-anaknya juga pendidikangue disekolah.(baris ke 12) e. Lingkungan Sekolah Dalam pergaulan subjek disekolah tidaklah cukup baik karena teman-teman subjek sudah mengetahui kenakalan yang sering subjek lakukan. Subjek sering sekali memalak teman-teman di sekolahnya. Bahkan subjek terkenal sebagai anak pemalas yang tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah. Subjek juga tidak pernah langsung pulang kerumah sering menongkrong di pinggir jalan. Subjek hanya mempunyai beberapa teman yang memang kelakuan hampir sama seperti subjek. Dengan teman-teman yang lainya subjek hanya mengobrol seadanya. kadang gue suka usil ma temen temen gue apalagi cewe.. lumayan baiklah. Tapi juga gue sering bikin ulah ma temen temen , yang pasti diantara mereka ga ada yang suka ma kelakuan gue.(baris ke 118) Ada yang biasa-biasa aja, ada juga yang biking gue sebel yaapengen gue tonjok aja tuh anak. Kadang suka ngeremehin gue dikelas, mang sih tuh anak lumayan pinter!! Lagian garagara gue sering malakin temen-temen dia sih!(baris ke 20) 1.Faktor Pribadi Subjek sangat tidak perduli dengan pendidikan, subjek jarang sekali belajar kecuali di kelas. Subjek merasa itu terpaksa, karena kewajiban sebagai seorang siswa. Subjek mulai malas sekolah sejak kelas III SMP. Subjek merasa sia-sia jika ia harus rajin belajar, karena subjek merasa orang tuanya tidak akan memperdulikan prestasi yang subjek dapatkan. Banyak banget.gue tuh jadi orang males banget.palagi sekolah, belajar mulai 3 SMP gitu deh!. Tapi kalo maen atau keluyuran eh malah rajinlagian kalo gue belajar kayanya keluarga gue pada cuek-cuek banget, paling-paling mereka cuma bisa nyuruh-nyuruh belajar loe! Ato ga nyuruh ini itu, ga penting!.(baris ke 4) Subjek mengaku bahwa subjek mulai malas bersekolah sejak SMU, subjek merasa bosan dengan pelajaran yang subjek terima di sekolah. Subjek juga mengatakan kalau tidak ada dukungan untuk subjek rajin ke sekolah seperti mempunyai kendaraan bermotor. Subjek juga tidak pernah dapat konsentrasi jika harus belajar di rumah. Dan subjekpun lebih sering mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah dengan mencontek temannya. Awal masuk SMU sih lumayan rajin, tapi gue lama-lama males kesekolah karena cape juga sih! Da ngurusin ade-ade eh kesekolah naek umum, padahal temen-temen sekolah gue pada bawa

motor. Gue sempet protes ma nyokap kalo ma bokap ga mungkin dia kan jarang pulang hiks..hiks!(baris ke 6) f. Significant Others (1) Pelaksanaan wawancara Wawancara dilaksanakan pada hari kamis, 14 juni 2007 pada pukul 15.00-16.30 WIB. Significant others adalah teman subjek dari kecil. Untuk wawancara dengan significant others, peneliti diberi nomor telepon oleh subjek dan subjek bersedia di wawancara setelah pulang sekolah karena pada saat itu subjek ada ekstrakurikuler. Setelah bertemu subjek, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan segala sesuatunya, sehubungan dengan judul skripsi yang peneliti buat dan wawancara dilakukan di rumah subjek dengan izin subjek. (2) Hasil Wawancara a) Latar Belakang AK adalah teman subjek dari kecil, hanya umur AK 2 tahun lebih dewasa dari subjek dan AK adalah kakak kelas subjek. Meskipun usia AK lebih dewasa tapi AK tidak membeda-bedakan subjek. AK adalah anak tunggal dan AK senang bisa berteman dengan subjek. AK selalu memberikan nasehat jika subjek melakukan kesalahan, orang tua AK pernah melarang AK bergaul dengan subjek, tetapi AK mencoba untuk menjelaskan pada orang tua AK tentang subjek. AK sangat kecewa dengan sikap subjek yang berubah tetapi AK tidak akan menghindari subjek meskipun subjek nakal karena AK tahu subjek tidak akan berbuat kenakalan kalau tidak ada faktor penyebabnya. yaague temen dari kecil, gue seneng bisa kenal dia n keluarga gue ma dia juga akrab kok!...(baris ke 4) umur gue kan lebih tua dari dia dan gue juga kakak kelas dia. Biasalah kalo dia ada masalah atau dia berbuat nakal yaague Cuma bisa nasehatin doang, meskipun dia juga ga sepenuhnya mau nerima nasehat dari gue.(baris ke 6) Menurut AK, subjek termasuk orang yang pendiam, kadang juga tertutup. Tapi pada saat subjek ada masalah, subjek tidak bisa menyelesaikan dengan kepala dingin. Subjek sangat sensitif. Subjek sering bercerita tentang masalahnya kepada AK. Dia ada kecenderungan pendiam, tapi sikap amarahnya cukup tinggi! kalo ada masalahemmdia tuh sering menghindar, marah-marah ga jelas, kadang kalo curhat ma gue yaakebanyakan sambil marah-marah!(baris ke 8) b) Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja (1) Pencurian Menurut pengakuan AK, kelakuan OKS sudah terlewat batas. Dia tidak dapat menahan keinginannya untuk berbuat apa saja demi mendapatkan uang. OKS bercerita kepada AK kalau dia mencuri uang ibunya. Tadinya OKS tidak cerita, tapi kakak ke duanya pernah mengeluh kepada AK. Dan Akhirnya AK mencoba agar OKS lebih terbuka kepada AK. AK hanya bisa menasehati OKS, tanpa bisa berbuat apa-apa. duuhMaaf yaa??ehm..dia pernah cerita dia butuh uang dan waktu itu juga gue ga ada duit, akhirnya dia nekad mencuri deh! Gue sih sempet nasehatin dia tapi anaknya susah dibilangin, ma ortunya aja sering melawan(baris ke 48) (2) Perkelahian AK menceritakan bahwa OKS sangat egois dan sensitif. OKS tidak pernah menyesal dengan apa yang diperbuatnya. AK hampir merasa bosan dengan kelakuannya. OKS selalu menimbulkan masalah hingga dia berkelahi dengan teman-temannya. Waahjangankan dengan temannya, saya aja sahabatnya pernah ribut..emmwaktu itu dia keruamah saya uda malam, tapi dia dalam keadaan mabok! Yaaaterang aja saya ga kasih masuk, dia bilang kalo dia males pulang kerumah.trus dia gue usir aja, gue suruh ketempat laen aja. Eh..dia malah dorong gue sambil marah-marah. Alhasil gue tonjok aja tuh anak!! (baris ke 52)

Oh iya..gue pernah liat dia berantem ma temen sekolahnya gara-gara cewe, yaitu tuhketauan guru di hukum deh tuh anak,ga penting banget sh!he, dia juga pernah cerita kalo ribut ma anak sekolah laen, OKS malak tuh anak ampe maksa! Akhirnya sekolahan kita diserang..pasti gara-gara tuh anak deh!! (baris ke 53) (3) Keluar Malam AK dan OKS sering nongkrong bareng di depan rumah AK, AK senang kalau OKS tidak jalan atau nongkrong dengan teman-temannya yang tidak bersekolah dan lulus sekolah. AK sering melihat OKS keluar malam dengan teman-temannya. Keseringan OKS keluar pada sabtu malam dan pulang pagi. Sangat sering.kadang nongkrong dekat rumah gue, maen gitar dan nyokapnya juga lebih seneng OKS bergaul ma gue ma temen-temen gue yang laen. Dia juga sering keluar malam meskipun dilarang ibunya tapi dia ngelawan. Biasa deh kadang dia nongkrong di jalanan, clubbing giut!...(baris ke 135) (4) Bolos Pada jam pelajaran setelah istirahat, AK jarang sekali melihat OKS. AK bertanya pada temannya dan temannya mengatakan bahwa OKS bolos jam pelajaran terakhir. AK juga pernah melihat OKS nongkrong di jalanan, padahal saat itu seharusnya OKS pergi ke sekolah. Di sekolah ternyata OKS absen. tidak jugadia kurang banyak teman di sekolahnya, mangkanya dia selalu bolos biar bisa ketemu ma temen-temen lainya di tempat tongkrongannya..(baris ke 69) dia cepet bosenan.dia sering bolos!..(baris ke 99) (5) Narkoba AK tidak menyangka teman kecilnya yang ia kenal sebagai anak pendiam, riang, akhirnya telah menjadi budak narkoba. Awalnya sih kelas 3 SMP dia diperalat oleh teman-temannya, subjek dipaksa untuk menghisap ganja. Dan akhirnya subjek pulang dalam keadaan teler. Iya pernahdia pernah menghisap ganja..dia juga sering nyoba-nyoba narkoba!..(Baris ke 129) Kayanya enggak deh..yaa taunya sedikit kali! tapi dulu dia pernah pulang dalam keadaan teler hehe (Baris ke 137) B. Analisis Data 2. Gambaran Umum Subjek Tabel 1 Identitas Subjek Identitas Significant Other Nama : Ak Nama : Oks Usia : 17 Tahun Usia : 15 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki Jenis kelamin : Laki-laki Suku : Jawa Suku : Padang Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU Agama : Islam Agama : Islam Hubungan dgn subjek : Teman Anak ke : 4 dari 6 bersaudara Alamat : Cilalung Alamat : Cilalung (Tangerang) (Tangerang) Tabel 2 Rangkuman Biografi No Waktu Peristiwa Penghayatan 1. 1996 Memasuki sekolah dasar Subjek merasa sangat senang orang tua subjek sangat karena mempunyai orang tua yang perhatian terhadap subjek sangat menyayangi subjek. dan mendukung pendidikan subjek.

2.

2000

3.

2002

4.

2003

5.

2005

6.

2006

Pada usia 10 tahun subjek mempunyai seorang adik perempuan dan pada saat itu perhatian orang tua subjek mulai berkurang. Awal subjek memasuki SMP, subjek masih mendapat sedikit perhatian dari keluarganya. Subjek mengaku ibunya sering memarahi subjek meskipun subjek tidak bersalah. Ayah subjek mulai jarang di rumah karena pekerjaannya sebagai kontraktor. Subjek juga sudah mulai mencoba halhal yang baru seperti merokok. Subjek juga pernah mencoba narkoba sampai akhirnya subjek pingsan karena dosis terlalu banyak. Kelas tiga SMP subjek harus lebih giat belajar karena akan menghadapi ujian kelulusan. Subjek masih bersemangat untuk belajar, dan kakak kedua subjek cukup memberikan motivasi terhadap subjek sehingga ada sedikit dukungan untuk subjek rajin belajar. Sejak masuk SMU subjek mulai merasa dewasa dan merasa lebih bebas. Subjek banyak bergaul dengan siapa saja dengan teman yang usianya lebih dewasa. Seperti teman kenal di jalan Bahkan subjek menjadi nakal dan malas belajar. Subjek merasa kebutuhannya tidak tercukupi. Subjek sering memalak teman-

Subjek merasa senang mempunyai adik, tetapi subjek juga sedih karena orang tua subjek mulai mengalihkan perhatianya kepada adiknya. Ibu subjek sangat menyayangi anak perempuannya sehingga jika subjek berbuat salah sedikit, ibunya langsung memarahi subjek.

Subjek mulai kesepian tanpa perhatian dari orang tuanya. Subjek mulai berani merokok karena subjek merasa sudah tidak ada yang memperdulikannya lagi. Meskipun subjek mempunyai 3 orang kakak tetapi kakak-kakak subjek lebih memikirkan kepentingan masingmasing.

Meskipun orang tua subjek sudah tidak perhatian lagi terhadap subjek, tetapi subjek masih sedikit senang mempunyai kakak yang mau memperhatikannya.

Subjek kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik. Tetapi subjek senang bergaul dengan siapa saja, hanya saja subjek tidak menyukai teman yang terlalu membatasi dirinya dalam bergaul serperti harus pulang kerumah jika selesai pelajaran sekolah. Hanya dengan memalak atau mencuri subjek bisa memenuhi kebutuhannya.

temannya untuk membeli rokok atau mentraktirnya makan di kantin. 3. Gambaran Kenakalan Yang Dilakukan Remaja Tabel 3 No Tema Subjek Significant Other Kebut-kebutan di Subjek mengaku kalau Subjek selalu 1. kebut-kebutan di jalanan yang subjek selalu kebutjalanan, bahkan kebutan di jalan mengganggu sampai kemanan lalu bersama teman-teman sekolahnya dan subjek mengganggu lintas keamanan lalu sering sekali lintas. melanggar peraturan lalu lintas.

2.

Agresi terhadap Subjek lebih kasar dalam berbicara orang lain maupun tindakannya. Subjek sering melawan terhadap keluarganya. Dan subjek selalu berkelahi dengan teman-temannya.

Sikap subjek terhadap keluarganya sangat kasar, subjek juga selalu menimbulkan masalah sehingga subjek berkelahi dengan temantemannya. Subjek akan melakukan apa saja demi uang. Subjek bercerita kepada SO kalau subjek pernah mencuri uang ibu subjek.

Kesimpulan Dari hasil waancara subjek dan SO, maka dapat disimpulkan bahwa memang subjek sering melakukan kebut-kebutan di jalanan. Melalui hasil wawancara subjek dan SO,subjek memang melakukan tindakan agresi.

3.

Pencurian

Subjek akan melakukan apa saja demi uang. Kebutuhan subjek diluar sekolah sangat banyak sehinggga subjek harus mencuri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek dan SO, dapat ditarik ksimpulan bahwa subjek memang melakukan pencurian. Melalui hasil wawancara subjek dan SO terdapat kesamaan bahwa subjek memang suka menggunakan

4.

Penggunaan obat- Subjek menggunakan karena obatan terlarang. narkoba pengaruh temantemannya. Awalnya subjek hanya mencoba-coba tapi sampai saat ini subjek

Subjek pertama kali mengkonsumsi narkoba karena pengaruh temantemannya. Tapi sampai sekarang subjek juga masih

masih mengkonsumsi mengkonsumsi narkoba. narkoba.

obat-obatan terlarang bahkan sampai saat ini.

5.

Keluar Malam

Subjek memang sering sekali keluar malam, bahkan subjek pernah pulang pada pagi hari. Subjek pergi bersama teman-teman kenalannya.

SO sering melihat subjek keluar malam bersama teman-teman kenalannya. Bahkan subjek pernah pulang pagi.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari subjek dan SO, dapat disimpulkan bahwwa subjek memang sering sekali keluar malam. Dari hasil wawancara subjek dan SO, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek memang sering sekali bolos sekolah.

6.

Bolos

Subjek sangat bosan jika harus berada di kelas ataupun di lingkungan sekolah. Apalagi pada jam pelajaran yang subjek tidak suka, sehingga subjek sering sekali bolos.

SO pernah melihat dan sering memergoki subjek tidak sekolah, SO melihat subjek nongkrong dijalan dan tidak mengikuti jam pelajaran di kelas

4. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja No Tema 1. Faktor Lingkungan a. Keluarga Subjek Tabel 4 Significant Other Kesimpulan Dari hasil wawancara antara subjek dan SO terlihat ada kesesuaian antara jawaban subjek dan SO Melalui hasil wawancara subjek dan SO bahwa memang di sekolah subjek empunyai sedikit teman.

Orang tua subjek selalu memarahi subjek, ayah subjek selalu berskap kasar terhadap subjek. Teman subjek di sekolah sangat sedikit karena perilaku subjek tidak disukai temantemannya.

SO mengatakan bahwa subjek memang selalu dimarahi oleh keluarganya.

b. Sekolah

SO mengakui kalau subjek mempunyai sedikit teman di sekolahnya.

c. Rumah

Teman di lingkungan rumah subjek sering mengajak subjek untuk keluar malam. Subjek mengaku kalau dia sangatlah malas dalam belajar, bahkan subjek lebih sering mengerjakan Pekerjaan rumah di sekolah dan subjek lebih senang bermain dan nongkrong jika bolos sekolah.

Sebagai teman dekat Ada kesesuaian subjek, SO sering antara jawaban ngobrol dengan subjek subjek dan SO. tetapi tidak sampai keluar malam. SO mengatakan bahwa subjek memang anak yang malas dalam belajar dan sekolah serta subjek memang lebih senang bermain. Dari hasil wawancara antara subjek dan SO terdapat kesesuaian bahwa subjek memang anak yang pemalas.

.2.

Faktor Pribadi

C. Pembahasan 1. Gambaran Kenakalan Remaja a. Kebut-kebutan di Jalanan yang Mengganggu Keamanan Lalu Lintas Subjek mengendarai motornya dengan tidak memperdulikan tata tertib lalu lintas dan subjek belum mempunyai SIM, subjek juga sering sekali balapan motor dengan teman-temannya di jalanan. Hampir setiap malam minggu subjek dan teman-temanya adu balap motor dengan taruhan uang. Subjek pernah ditilang dan hampir tertangkap karena menerobos lampu merah. Menurut Adler (dalam Kartono, 1991) kebut-kebutan di jalanan merupakan tindakan kenakalan. b. Agresi terhadap Keluarga dan orang lain Subjek sering melakukan tindakan agresi terhadap orang-orang disekitarnya, subjek sering memalak, memulai perkelahian bahkan subjek sering berbuat kasar terhadap ibu dan adikadiknya. Perilaku anak-anak remaja ini menunjukan tanda-tanda kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial (Kartono, 1991). c. Perkelahian Antar Teman dan Sekolah Subjek merupakan remaja yang tingkat emosinya tinggi, subjek sangat sensitif. Subjek tidak suka jika ada temannya yang mengejek subjek. Tetapi subjek yang sering memulai perkelahian dengan temannya. Subjek akan marah jika keinginannya tidak terpenuhi. Bahkan subjek pernah bermasalah dengan guru sehingga subjek harus diskors satu minggu. Adler (dalam Kartono) juga mengelompokan perkelahian antar teman dan sekolah merupakan bentuk kenakalan remaja. d. Memalak dan Mencuri Subjek tidak pernah merasa cukup dengan uang yang diberikan oleh ibunya, sehingga subjek sering memalak teman-teman sekolahnya untuk mendapatkan uang serta meminta temannya untuk mentraktirnya makan. Bahkan subjek sering mencuri uang ibunya, terkadang subjek menjual barang yang berharga seperti radio tape milik kakaknya. Menurut sadock (1997) memalak dan mencuri barang orang lain merupakan penyimpangan perilaku atau yang disebut conduct disorder. e. Penggunaan Obat-obatan Terlarang Subjek merokok sejak SMP sampai sekarang, bisa dikatakan bahwa subjek seorang perokok berat. Subjek juga pengguna narkoba, sejak pertama mengunakan narkoba, teman SMP subjek menawarkan ganja kepada subjek. Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya subjek terpengaruh oleh bujukan temannya. Reksodiputro (dalam Soekanto, 2004) menyatakan bahwa menggunakan narkoba, merokok merupakan tindakan nakal.

f. Minum-minuman Keras Subjek bersama teman-teman tongkrongannya selalu minum-minuman beralkohol untuk melupakan masalah yang ada pada diri mereka terutama masalah yang ada pada subjek. Subjek selalu merasa bosan jika berada di rumah, subjek lebih memilih berkumpul dengan temantemannya bermain gitar dan bernyanyi-nyanyi. Berdasarkan teori Adler (dalam Kartono, 1991) penyimpangan tingkah-tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi, disebabkan adanya organ-organ inferior seperti mabok-mabokan. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kenakalan remaja a. Faktor Lingkungan (1) Keluarga Subjek merasakan bahwa orang tuanya bersikap tidak adil kepada subjek, orang tua subjek selalu memarahi subjek dan menyuruh-nyuruh subjek untuk lebih fokus terhadap keluarganya. Ayah subjek selalu besikap keras terhadap subjek, padahal ayah subjek jarang ada dan jarang bertemu dengan subjek. Kakak pertama subjek juga pernah menampar subjek. Berdasarkan teori Soekanto (2004) sebagian orang tua beranggapan bahwa penerapan disiplin terhadap anak-anak berarti harus dilakukan secara tegas, keras, tidak mengenal kompromi serta tidak mengenal belas kasihan kepada anak. Ketika anak sering memperoleh perlakuan kasar dan keras dari orang tua, anak akan taat dan patuh terhadap orang tua. Akan tetapi mereka cenderung melakukan tindakantindakan yang negatif, sebagian pelarian maupun terhadap orang tuanya. Dan penerapan disiplin seperti itu dapat menyebabkan anak menjadi nakal. (2) Lingkungan Sekolah Di sekolah, subjek tidak mempunyai banyak teman, teman yang akrab dengan subjek hampir sama perilakunya dengan subjek, sehingga subjek merasa nyaman berteman dengan mereka. Teman subjek yang lain tidak menyukai perilaku subjek, karena subjek selalu mencontek pekerjaan rumah mereka dan terkadang subjek juga pernah memalak mereka. Subjek mengaku dia bersikap seperti itu karena subjek merasa kesal dengan mereka yang tidak mau bergaul dengan subjek. Mereka menilai subjek malas dan nakal. Sebagian guru-guru subjek juga tidak perhatian terhadap subjek, mereka seperti tidak suka dengan subjek. Subjek juga mengaku kalau penampilan subjek di sekolah tidak rapih seperti teman-teman subjek yang lain. Menurut Graham (dalam Sarwono, 1997) lingkungan sekolah dan pendidikan yang salah merupak faktor penyebab kanakalan. Perhatian dari teman dan guru-guru sangat penting untuk mendukung belajar subjek di sekolah. (3) Lingkungan Rumah Pergaulan subjek di luar rumah sangatlah bebas, subjek mempunyai teman kenalan yang usianya lebih dewasa di atas subjek. Subjek selalu diajak keluar malam, subjek sering diajak clubbing dan subjek diajak minum-minuman keras. Setiap subjek merasa bosan berada di rumah, subjek segera menghubungi teman-teman kenalannya tersebut dan subjek diajak bermain bilyard. Terkadang subjek merasa gengsi dengan mereka, subjek selalu memaksakan dirinya untuk selalu mempunyai uang, meskipun harus mencuri atau memaksa minta uang kepada kakaknya. b. Faktor Pribadi Subjek merasa sia-sia jika mendapatkan prestasi tanpa ada dukungan dari orang-orang terdekat, sehingga subjek merasa tidak perlu untuk belajar dan bersekolah. Subjek lebih nyaman berkumpul bersama teman-temannya. Kenakalan remaja merupakan produk konstitusi mental serta emosi yang sangat labil dan defektif, sebagai akibat dari proses pengkondisian lingkungan buruk terhadap pribadi anak (Kartono, 2003). Subjek mengaku mulai malas sekolah sejak SMU, karena subjek kurang dapat menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Subjek juga kurang dapat berkomunikasi dengan baik terhadap guru-guru di sekolah bahkan subjek selalu telah saat masuk sekolah karena subjek selalu bangun kesiangan.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil analisis data yang telah diperoleh, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan yang berhubungan dengan kenakalan remaja: 1. Subjek melakukan kenakalan kebut-kebutan di jalanan seperti subjek melanggar aturan tata tertib lalu lintas, nyalip-nyalip di jalan. Agresi terhadap orang lain seperti subjek melawan terhadap kedua orang tua nya, memukul adiknya, sering memalak dan sering memulai perkelahian antar teman. Perkelahian antar teman dan sekolah seperti, subjek tidak suka jika ada yang mengejek subjek sehinga subjek menjadi emosi dan berkelahi dengan temannya. Penggunaan obat-obatan terlarang seperti, subjek mencoba narkoba jenis ganja waktu SMP dan sampai subjek SMA, subjek tetap mengkonsumsi narkoba yang subjek dapat dari temannya. Minum-minuman keras seperti, setiap subjek ada masalah subjek minum-minum bersama teman-teman di rumahnya dan subjek sering clubbing untuk minum-minum. 2. Semenjak subjek tidak mendapatkan perhatian lagi dari orang tuanya, subjek mulai merokok. Subjek sudak tidak betah lagi berada di rumah. Subjek merasa sudah harus mandiri karena setiap kali subjek bersikap manja, bukan sambutan hangat yang subjek terima tetapi omelan dan cubitan yang subjek peroleh. Subjek merasa sedih dan kesal sehinga subjek melampiaskan kemarahan subjek kepada adik-adik subjek. Ayah subjek mendidik subjek terlalu keras, setiap kali ayah subjek berada di rumah, subjek harus siap menerima cacian dan tamparan dari ayahnya, karena subjek tidak dapat membela diri dan tidak ada satupun kakaknya yang membela subjek. Akhirnya subjek menenangkan dirinya dengan minum-minuman keras. Di lingkungan sekolah, pergaulan subjek dengan teman-teman sekolah subjek tidak cukup baik. Banyak yang tidak menyukai perilaku subjek yang selalu berbuat onar dan selalu memalak sehingga subjek di jauhi oleh teman-temannya. Pergaulan subjek yang salah memilih teman, subjek lebih banyak memiliki teman yang usianya lebih dewasa dari subjek dan teman-teman kenalan subjek tersebut ada yang putus sekolah juga ada yang tamatan SMU. Subjek selalu diajak keluar malam untuk nongkrong dan minum-minum. A. Saran 1. Kepada subjek disarankan agar lebih bisa mengendalikan emosinya disaat subjek sedang marah dan subjek juga mampu menyatakan apa pendapatnya terutama dalam keluarganya. Subjek juga harus lebih bisa membedakan mana pergaulan yang baik dan pergaulan yang tidak baik. Selain itu juga disarankan kepada subjek untuk lebih bisa memikirkan maa depannya dengan subjek berusaha untuk belajar lebih giat dan mencari teman yang bisa diajak untuk belajar bersama. 2. Kepada orang tua diharapkan dalam mendidik anak tidak harus bersikap keras dan tidak kenal kompromi karena penerapan disiplin seperti itu justru dapat membuat anak memberontak dan sebagai pelarian mereka akan cenderung melakukan tindakan-tindakan negatif. 3. Bagi penelitian selanjutnya yang masih berada dalam lingkup kenakalan remaja, disarankan untuk lebih memperluas variable seperti adanya seks bebas dalam kenakalan remaja dan bisa mendapatkan data remaja-remaja nakal di lembaga permasyarakatan. Agar data yang diperoleh lebih akurat mengenai faktor penyebab dan bentuk-bentuk kenakalan remaja.

DAFTAR PUSTAKA Ali, M dan Asrori, M. (2004). Psikologi remaja. Jakarta : Bumi Aksara. Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth : Psikological development and changing World: Harper Collins Publiser. Newyork. Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Bogor : Ghalia Indonesia. Djiwandono & Mulyani, S.E. (2002). Psikologi pendidikan. Grasindo. Gunarsa, S.D. & Gunarsa, S. D. (1991). Psikologi remaja. Jakarta : Bpk. Gunung Muha. Haditono, S. R. (1998). Penelitian sebab-sebab kenakalan remaja. Jakarta: Jurnal Psikologi. Hurlock, E.B. (1998). Adolescence development. Tokyo : Mc Graw Hill. Kartono, K. (2003). Kenakalan remaja. Jakarta : PT Radja Grafindo Persada. Kartono, K. (1991). Bimbingan bagi anak dan remaja yang bermasalah. Jakarta : Raja Wali Pers. Kusumah, W.M. (2006). Kejahatan terjadi tiap 28,17 menit. Http://www.kompas.com/kompascetak/0306/25/metro/391901.htm Marshall, C. & Rossman. (1995). Designing qualitative research. London : Sage Publications. Moleong, J.L. (2000). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Monks, F.J. Knoers, A. M. P. dan Haditono, S, R. (1999). Psikologi perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada; University Pers. Poerwandari, E.K. (2001). Pendekatan kualitatif dalam penelitian perilaku manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP 3) UI. Sadock, K. (1997). Ilmu pengetahuan perilaku : Psikiatri Klinis : Binarupa Aksara Sarwono, S.W. (1997). Psikologi remaja. Jakarta : Radja Grafindo Persada. Schult. (1991). Psikologi pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat : Yogyakarta. Soekanto, S. (2004). Sosiologi. Jakarta : PT Radja Grafindo Persada. Soekanto, S. (2004). www.geogle.com Sutoyo, J. (1993). Anak dan kejahatan. Jakarta : Jurusan Kriminologi Fisip Universitas Indonesia. Tambunan, S.A. (2004). Cermin buram anak Indonesia. www.republika.com Turner, J.S dan Helms, D. B. (1987). Life span development. USA : Holt. Reinchart and Winston, Internal Edition. Willis, S. (1994). Problema remaja dan pemecahannya. Bandung : Angkasa. Willey, J. Dkk. (2004). Abnormal psychology : 9 tahun edition. Newyork. Yin, R. K. (2004). Studi kasus desain dan metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

You might also like