You are on page 1of 19

ANALGETIK, ANTIPIRETIK & NSAIDs

I.

Pendahuluan Nyeri adalah perasaan sensoris dan lemah emosional yang tidak enak dan berkaitan dengan ancaman (kerusakan) jaringan. Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni 44-450C.

Mediator nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa, dan jarigan lainnya. Nociceptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di system saraf pusat. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan yang hebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sinaps yang amat banyak melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum tulang lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri. Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Anti-inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau pembengkakan. Dalam pembahasan ini saya akan menjelaskan tentang obat analgetik, antipiretik & anti-inflamasi. Semoga dapat berguna dan mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan atau kekurangan dalam pembahasan ini.

II.

Pembahasan 1. ANALGETIK Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa meghalangi kesadaran. Atas kerja farmakologisnya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu: a. Analgetik Perifer (non narkotik) Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga

memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat. Penggolongan analgetika perifer secara kimiawi adalah sebagai berikut: 1. salisilat-salisilat, Na-salisilat, asetosal, salisilamida, dan benirilat 2. Derivat-derivat p-aminofenol:fenasetin dan parasetamol 3. Derivat-derivat turunannya 4. Derivat-derivat antranilat: glafenin, asam mefenamat, dan asam nifluminat. Efek-efek samping yang biasanya muncul adalah gangguan-gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati, dan ginjal dan juga reaksi-reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau pada dosis besar, maka sebaiknya janganlah menggunakan analgetika ini secara terus-menerus. b. Analgetik Narkotik Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Karena bahaya adiksi ini, maka kebanyakan analgetika sentral seperti narkotika dimasukkan dalam Undang-Undang Narkotika dan penggunaannya diawasi dengan ketat oleh Dirjen POM. Secara kimiawi, obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai berikut : 1. Alkaloid candu alamiah dan sintesis morfin dan kodein, heroin, hidromorfon, hidrokodon, dan dionin. pirozolon:antipirin,aminofenazon, dipiron, fenilbutazon danturunan-

2. Pengganti-pengganti morfin yang terdiri dari : a. Petidin dan turunannya, fentanil dan sufentanil b. Metadon dan turunannya:dekstromoramida, bezitramida, piritramida, dan d-ptopoksifen c. Fenantren dan turunannya levorfenol termasuk pula pentazosin. Antagonis-antagonis morfin adalah zat-zat yang dapat melawan efek-efek samping dari analgetik narkotik tanpa mengurangi kerja analgesiknya dan terutama digunakan pada overdosis atau intoksiaksi dengan obat-obat ini. Zat-zat ini sendiri juga berkhasiat sebagai analgetik, tetapi tidak dapat digunakan dalam terapi, karena dia sendiri menimbulkan efek-

efek samping yang mirip dengan mrfin, antara lain depresi pernafasan dan reaksi-reaksi psikotis. Yang sering digunakan adalah nalorfin dan nalokson. Efek-efek samping dari morfin dan analgetika sentral lainnya pada dosis biasa adalah gangguan-gangguan lambung, usus (mual, muntah, obstipasi), juga efek-efek pusat lainnya seperti kegelisahan, sedasi, rasa kantuk, dan perubahan suasana jiwa dengan euforia. Pada dosis yang lebih tinggi terjadi efek-efek yang lebih berbahaya yaitu depresi pernafasan, tekanan darah turun, dan sirkulasi darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi koma dan pernafasan terhenti. Efek morfin terhadap Sistem Saraf Pusat berupa analgesia dan narkosis. Analgesia oleh morfin dan opioid lain sudah timbul sebelum penderita tidur dan seringkali analgesia terjadi tanpa disertai tidur. Morfin dosis kecil (15-20 mg) menimbulkan euforia pada penderita yang sedang menderita nyeri, sedih dan gelisah. Sebaliknya, dosis yang sama pada orang normal seringkali menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir atau takut disertai dengan mual, dan muntah. Morfin juga menimbulkan rasa kantuk, tidak dapat berkonsentrasi, sukar berfikir, apatis, aktivitas motorik berkurang, ketajaman penglihatan berkurang, ektremitas tersa berat, badan terasa panas, muka gatal dan mulut terasa kering, depresi nafas dan miosis. Rasa lapar hilang dan dapat muntah yang tidak selalu disertai rasa mual. Dalam lingkungan yang tenang orang yang diberikan dosis terapi (15-20 mg) morfin akan tertidur cepat dan nyenyak disertai mimpi, nafas lambat dan miosis. Antara nyeri dan efek analgetik (juga efek depresi nafas) morfin dan opioid lain terdapat antagonisme, artinya nyeri merupakan antagonis faalan bagi efek analgetik dan efek depresi nafas morfin. Bila nyeri sudah dialami beberapa waktu sebelum pemberian morfin, efek analgetik obat ini tidak begitu besar. Sebaliknya bila stimulus nyeri ditimbulkan setelah efek analgetik mencapai maksimum, dosis morfin yang diperlukan untuk meniadakan nyeri itu jauh lebih kecil. Penderita yang sedang mengalami nyeri hebat dan memerlukan mofin dengan dosis besar untuk menghilangkan rasa nyerinya, dapat tahan terhadap depresi nafas morfin. Tetapi bila nyeri itu tiba-tiba hilang, maka kemungkinan besar timbul gejala depresi nafas oleh morfin. Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu: Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal. Obat perifer bersama kodein atau tramadol. Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal. Obat Opioid parenteral

Obat analgetik narkotik : Morfin dan derivatnya : a. Morfin b. Heroin c. Hidromorfon d. Oksimorfon e. Levorfanol f. Levalorfan g. Kodein h. Hidrokodon i. Oksikodon j. Nalorfin k. Nalokson l. Nalbufin

m. Tebain

Meperidin dan derifat fenilpiperidin : a. Meperidin

b. Alfaprodin c. Difenoksilat d. Fentanil e. Loperami

Metadon Dan Opioid lainx a.Metadon b.Propoksifen c.Dekstromoramida d.Bezitramida

Obat Antagonis Opioid a.Naltrekson b.Nalorfin c.Levalorfan d.Siklazosin e.Pentazosin f.Butorfanol

Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan co-analgetikum, seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau prednisone). Obat-obat golongan analgetik dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: parasetamol, salisilat, (asetasol, salisilamida, dan benorilat), penghambat Prostaglandin (NSAID); ibuprofen, derivate-derivat antranilat ( mefenamilat, (aminofenazon, asam niflumat glafenin, floktafenin, derivate-derivat lainnya pirazolinon

isoprofilpenazon,

isoprofilaminofenazon),

benzidamin.Obat

golongan analgesic narkotik berupa, asetaminofen dan fenasetin.Obat golongan anti-inflamasi nonsteroid berupa aspirin dan salisilat lain, derivate asam propionate, asam indolasetat, derivate oksikam, fenamat, fenilbutazon. Nyeri merupakan gejala yang berfungsi melindungi atau merupakan tanda bahwa adanya gangguan-gangguan ditubuh seperti peradangan (rheumatic/encok), infeksi, maupun kejang otot. Mekanisme rasa nyeri yaitu perangsangan nyeri baik mekanik, kimiawi, panas maupun listrik akan menimbulkan kerusakan pada jaringan sel sehingga sel-sel tersebut melepaskan suatu zat yang disebut mediator nyeri yang akan merangsang reseptor nyeri. Mediator nyeri ini juga disebut zat autanoid yaitu, histamine, serotonin, plasmakinin, bradikinin (asam lemak) prostaglandin dan ion kalium.

Mekanisme kerja penghambatan rasa nyeri ada tiga yaitu: a. Merintangi pembentukkan rangsangan dalam reseptor rasa nyeri, seperti pada anastesi local. b. Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf sensoris, seperti pada anastesi local.

c.

Blokade rasa nyeri pada system saraf pusat seperti pada analgetik sentral (narkotika) dan anastesi umum.

Adapun jenis nyeri beserta terapinya, yaitu: 1. Nyeri ringan Contohnya: sakit gigi, sakit kepala, sakit otot karena infeksi virus, nyeri haid, keseleo.Pada nyeri dapat digunakan analgetik perifer seperti parasetamol, asetosal dan glafenin. 2. Rasa nyeri menahun Contohnya: rheumatic dan arthritis. Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik anti-inflamasi, seperti: asetosal, ibuprofen dan indometasin. 3. Nyeri hebat Contoh: nyeri organ dalam, lambung, usus, batu ginjal, batu empedu. Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik sentral berupa atropine, butilskopolamin (bustopan), camylofen ( ascavan). 4. Nyeri hebat menahun Contoh: kanker, rheumatic, neuralgia berat. Pada nyeri ini digunakan analgetik narkotik, seperti fentanil, dekstromoramida, bezitramida.

Obat-obat yang dapat mengurangi nyeri antara lain:

ngan Para amino fenol a asetaminopen (parasetamol), fenasetin

ngan pirazolon a dipiron (antalgin)

rat Asam Salisilat a Aspirin, Benorilat, Diflusinal, Salsalat 1. Devirat As Fenamat a As Mefenamat, Meklofenamat 2. Devirat Asam Propionat a As Tioprofenat, Fenbufen, Flurbiprofen, Ibuprofen, Ketoprofen, Naproksen 3. Devirat As Fenilasetat a Diklofenak, Fenklofenak

2.

ANTIPIRETIK Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. 1. ANADEX

Untuk meringankan gejala-gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin yang disertai batuk.(PT. Interba) 3. Anakonidin OBH Untuk meredakan batuk dan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat serta bersin-bersin.( PT. Konimex ) 4. Antalgin Karena resiko efek sampingnya, penggunaannya sebagai analgesic-antipiretik sangat dibatasi yaitu :

Nyeri akut hebat sesudah luka atau pembedahan

Nyeri karena tumor atau kolik

Nyeri hebat akut atau kronik bila analgasik lain tidak menolong

Demam tinggi yang tidak bias diatasi antipiretik lain ( PT. Kimia Farma ) 5. Aspirin Untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi dan nyeri otot serta menurunkan demam. ( PT. Bayer Indonesia ) 6. Biogesic Syrup 60 ml Menurunkan demam, meredakan rasa sakit seperti sakit kepala, sakit gigi, dan nyeri pada otot. ( PT. Medifarma Lab ) 7. Bodrex Flu dan Batuk Meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin yag disertai batuk. ( PT. Bode ) 8. Bodrex Tablet Meringankan sakit kepala, sakit gigi, dan menurunkan demam. ( PT. Tempo Scan Pasific ) 9. Calapol Forte Calapol diindikasikan untuk pengobatan terhadap rasa sakit yang ringan sampai sedang dan sebagai antipiretika, untuk menghilangkan gejala-gejala seperti: sakit kepala, sakit gigi, dan sakit pada tumbuh gigi, sakit tenggorokan, dan demam. Calapol juga untuk menghilangkan rasa sakit pada menstruasi / haid ( PT. Buroughs Wellcome Indonesia ) 10. Calapol Suspensi Calapol diindikasikan untuk pengobatan terhadap rasa sakit yang ringan sampai sedang dan sebagai antipiretika, untuk menghilangkan gejala-gejala seperti: sakit kepala, sakit gigi, dan

sakit pada tumbuh gigi, sakit tenggorokan, dan demam. Calapol juga untuk menghilangkan rasa sakit pada menstruasi / haid ( PT. Buroughs Wellcome Indonesia ) 11. Calapol Tablet Calapol diindikasikan untuk pengobatan terhadap rasa sakit yang ringan sampai sedang dan sebagai Antipiretika, untuk menghilangkan gejala-gejala seperti: sakit kepala, sakit gigi dan sakit pada saat tumbuh gigi, sakit tenggorokan, dan demam.Calapol juga untuk menghilangkan rasa sakit pada saat menstruasi/haid. (PT Burroughs Wellcome Indonesia)

3. ANALGETIK-ANTIPIRETIK Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang tingi. Jadi, analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.

Sebagai mediator nyeri, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Histamin 2. Serotonin 3. Plasmokinin (antara lain Bradikinin) 4. Prostaglandin 5. Ion Kalium Analgetik diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimia, dan fisis yang melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Rasa nyeri tersebut terjadi akibat terlepasnya mediatormediator nyeri (misalnya bradikinin, prostaglandin) dari jaringan yang rusak yang kemudian merangsang reseptor nyeri di ujung saraf perifer ataupun ditempat lain. Dari tempat-tempat ini selanjutnya rangsang nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh saraf sensoris melalui sumsum tulang belakang dan thalamus.

4.

NSAID (Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs) / OAINS (Obat Antiinflamasi Nonsteroid) Pengobatan pasien dengan inflamasi mempunyai dua tujuan utama, pertama meringankan rasa nyeri yang sering kali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus menerus dari pasien, kedua memperlambat atau membatasi proses

kerusakan jaringan. Pengurangan inflamasi dengan obat-obat anti inflamasi non steroid (AINS, nonsteroidal anti-inflammatory drugs = NSAIDs ) seringkali berakibat meredanya rasa nyeri selama periode yang bermakna. Lebih jauh lagi, sebagian besar dari nonopioid analgesic (aspirin, dll) juga mempunyai efek anti inflamasi, jadi mereka tepat digunakan untuk pengobatan inflamasi akut maupun kronis.

1.

NON STEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID) Berbagai salicylate dan agen-agen lain yang mirip yang dipakai untuk mengobati penyakit reumatik sama-sama memiliki kemampuan untuk menekan tanda-tanda dan gejalagejala inflamasi. Obat-obat ini mempunyai efek antipiretik dan analgesik, tetapi sifat-sifat anti inflamasi merekalah yang membuat mereka paling baik dalam menangani gangguangangguan dengan rasa sakit yang dihubungkan dengan intensitas proses inflamasi. Meskipun semua NSAID tidak disetujui oleh FDA untuk semua rentang penyakit reumatik, semuanya mungkin efektif pada atritis rheumatoid, berbagai spondiloartropati seronegatif (misalnya atritis psoriatis dan atritis yang dikaitkan dengan penyakit usus meradang), osteroartritis, muskuloskeletal terlokalisir (misalnya terkilir dan sakit punggung bawah) dan pirai (kecuali tolmetin yang nampaknya tidak efektif pada pirai). Karena aspirin, permulaan NSAID, mempunyai beberapa efek yang merugikan, banyak NSAID lainnya telah dikembangkan dalam usaha untuk memperbaiki efektifitas dan toksisitasnya.

KIMIA DAN FARMAKOKINETIK NSAID dikelompokkan dalam berbagai kelompok kimiawi, beberapa di antaranya (propionic acid deretivative, inodole derivative, oxicam, fenamate,dll.) keanekaragaman kimiawi ini memberi sebuah rentang karakteristik farmakokinetik yang luas. Sekalipun ada banyak perbedaan dalam kinetika NSAID , mereka mempunyai beberapa karakteristik yang sama. Sebagian besar dari obat ini diserap dengan baik, dan makanan tidak mempengruhi biovailabilitas mereka secara substansial. Sebagian besar dari NSAID sangat di metabolism, beberapa oleh mekanisme fase I dan fase II dan lainnya hanya oleh glukuronidasi langsung (fase II). Metabolisme dari seberapa besar NSAID berlangsung sebagian melalui enzim P450 kelompok CYP3A dan CYP2P dalam hati. Sekalipun ekskresi ginjal adalah rute yang paling penting untuk eliminasi terakhir, hampir semuanya melalui berbagai tingkat ekskresi empedu dan penyerapan kembali (sirkulasi enterohepatis). Kenyataanya tingkat iritasi seluruh cerna bagian bawah berkolerasi dengan jumlah sirkulasi enterohepatis. Sebagian besar dari NSAID berikatan protein tinggi , biasanya dengan albumin.

FARMAKODINAMIKA Aktivitas anti inflamasi dari NSAID terutama diperantari melalui hambatan biosintesis prostaglandin. Berbagai NSAID mungkin memiliki mekanisme kerja tambahan, termasuk hambatan komitaksis, regulasi rendah, produksi interleukin-1, penurunan produksi redaikal bebas dan superoksida, dan campur tangan dengan kejadian-kejadian intraseluler yang diperantari kalsium. Aspirin secara ireversibel mengasetilasi dan menyekat platelet cyloxigenase., tetapi NSAID yang lain adalah penghambat- penghambat yang reversible. Selektivitas COX-1 versus COX-2 dapat bervariasi dan tidak lengkap bagi bahan-bahan yang lebih lama, tetapi penghambat-penghambat COX-2 yang sangat selektif sekarang bisa di dapat. Dalam pengujian dengan memakai darah utuh manusia, entah mengapa, aspirin, indomethacine, pirixicam, dan sulindac lebih efektif dalam menghambat COX-1, ibuprofen dan mectofenamate menghambat kedua isozim yang kurang lebih sama. Hambatan sintesis lipoxigenase oleh NSAID yang lebih baru, suatu efek yang di inginkan untuk obat anti inflamasi , adalah terbatas tetapi mungkin lebih besar daripada dengan aspirin. Benoxaprofen, NSAID lain yang lebih baru, diperlihatkan menghambat sintesisi leuxotriene dengan baik tetapi di tarik kembali karena sifat toksiknya. Dari NSAID yang sekarang ini bisa didapat , indomethacine dan diclofanac telah dilaporkan mengurangi sintesis prostaglandin dan leukotriene. Kepentingan klinis dari selektivitas COX-2 sekarang ini sedang diselidiki. Keefektifan mungkin tidak terpengruh tetapi keamanan gastrointestinal mungkin dapat di tingkatkan. Gunakan NSAID secara hati-hati pada pasien pasien dengan riwayat gangguan perdarahan / perdarahan gastrointestinal, penyakit hati, ginjal , dan cardiofaskuler berat. Sedangkan keamanan NSAID pada kehamilan belum di tetapkan.

A.

ASPIRIN Pemakaian aspirin yang lama dan kemudahan memprolehnya tanpa resep telah menghapus daya tariknya di bandingkan dengan NSAID yang lebih baru. Akan tetapi, aspirin adalah standart ukuran bagi semua agen-agen antiinflamasi, hingga mulai adanya ibuprofen bebas yang seefektif aspirin tetepi lebih aman. Aspirin sekarang kurang dipakai sebagai pengobatan antiinflamasi daripada sebelumnya. Ibuprofen dan naproxen mengikuti aspirin sebagai NSAID bebas di Amerika Serikat. Keduanya memiliki catatan keamanan yang baik hingga baik sekali., dan khusus ibuprofen sekarang merupakan setandart umum terhadap NSAID lain yang dibandingkan.

Farmakokinetika Asam salisilat adalah asam organic sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin mempunyai pKa 3,5. Sodium salisilat dan aspirin adalah obat antiinflamasi yang sama efektifnya , walaupun aspirin mungkin lebih efektif sebagai analgesik. Salicylate dengan cepat diserap oleh lambung dan usus kecil bagian atas, menghasilkan kadar puncak plasma salysilate dalam 1-2 j1m. Aspirin diserap dalam cara yang sama dan dihidrolisis cepat menjadi acetic acid dan salicylate oleh esterase-esterase dalam jaringan dan darah.

Farmakodinamika 1) Efek-efek anti inflamasi. Aspirin adalah penghambat non-selektif kedua isoform COX , tetapi salicylate jauh lebih kurang efektif dalam menghambat kedua isoform. Salicylate yang tidak di asetilasi mungkin bekerja sebagai pemangsa (scavenger) radikal oksigen. Dari catatan diketahui bahwa berbeda dari kebanyakan AINS lainnya, aspirin menghambat COX secara irreversible, dan bahkan dosis rendah bisa efektif dalam keadaan tertentu, misalnya penghambatan agregasi platelet. Selain mengurangi sintesis mediator-mediator eicosanoid, aspirin juga mempengaruhi mediator-mediator kimia dari sistem kallikrein. Sebagai akibatnya, aspirin menghambat melekatnya granulosit pada vasculature yang rusak, menstabilkan lysosome, dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear danb makrofag ke dalam daerah inflamasi. 2) Efek-efek analgesik. Aspirin paling efektif untuk mengurangi nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap inflamasi, tetapi mungkin juga menghambat rangsangan nyeri pada daerah subkortikal. 3) Efek-efek antipiretik. Aspirin menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan suhu badan normal hanya terpengaruh sedidkit. Efek antipiretik aspirin mungkin diperantarai oleh hambatan kedua COX dalam sistem saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama episode inflamasi). Turunnya suhu, dikaitkan dengan meningkatnya panas yang hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah permukaan (superfisial) dan disertai keluarnya keringat yang banyak. 4) Efek-efek platelet. Aspirin mempengaruhi hemostasis. Dosis rendah tunggal aspirin (kirakira 80 mg sehari) menyebabkan sedikitnya perpanjangan waktu pendarahan, yang menjadi dua kali lipat bila pemberiannya dilanjutkan selama seminggu. Perubahan disebabkan oleh hambatan platelet COX yang irreversible, sehingga efek antiplatelet dari aspirin berlangsung 8-10 hari (umur platelet). Secara umum, aspirin harus dihentikan satu minggu sebelum pembedahan untuk menghindari komplikasi perdarahan.

Pemakaian Klinis Aspirin adalah salah satu dari obat-obat yang paling sering dipakai untuk meredakan nyeri ringan sampai nyeri sedang yang sebabnya beragam,tetapi tidak efektif untuk nyeri organ dalam, seperti infraktus miokardium atau kolik ginjal atau empedu. Aspirin sering dikombinasikan dengan analgesik ringan lain dal lebih dari 200 produk semacam itu bisa dibeli tanpa resep. Kombinasi yang lebih mahal ini tidak pernah menunjukkan lebih efektif atau kurang toksik daripada aspirin saja. Aspirin dan NSAID lainnya telah dikombinasikan dengan analgesik opoid untuk meredakan nyeri pada kanker, yang efek antiinflamasi mereka bekerja secara sinergis dengan opoid untuk menungkatkan analgesia.

Dosis Dosisi analgesik atau antipiretik yang optimal dari aspirin yang secara umum dipergunakan adalah kurang dari 0,6 gram dosisi oral. Dosis yang lebih besar mungkin memprpanjang efek. Dosisi biasa tersebut bisa di ulang setiap 4 jam dan dosisi yang lebih kecil (0,3 g) setiap 3 jam sekali. Dosisi untuk anak-anak adalah 50-75 mg/kg/hari dalam dosisi yang terbagi. Dosis antiinflamasi rata-rata dapat sampai 4 gram per hari. Untuk anak-anak 50-75 mg/kg/hari. Kadar dalam darah 15-30 mg/dl. Waktu paro 12 jam. Biasanya dosi terbagi 3 kali/hari, sesudah makan.

Pemilihan Obat Aspirin dapat diperoleh dari berbagai macam pabrik, dan meskipun bisa bervariasi dalam tekstur dan penampilan, kandungn aspirin tetap. Tes disintegrasi adalah bagian dari standart resmi, dan sedikit bukti yang menunjukkan bahwa perbedaan antara tablet tersebut memiliki keamanan klinis. Buffered Aspirin yang paling popular tidak mengandung cukup alkali untuk mengurangi iritasi lambung dan tidak ada bukti bahwa preparat yang lebih mahal ini dikaitkan kadar darah yang lebih tinggi atau evektivitas klinis yang lebih besar.

Efek Samping Obat Pada dosis yang biasa, efek aspirin yang paling berbahaya adalah gangguan lambung. Efek ini bisa dikurangi denggan penyanggaan yang sesuai (menelan aspirin bersamaan dengan makanan diikuti dengan segelas air atau antacid).

Dengan dosisi lebih tinggi , pasien-pasien mungkin mengalami salicylism, muntah muntah, tinnitus, pendengaran yang berkurang, dan vertigo yang reversible dengan mengurangi dosis. Dosis salicylate yeng lebih tinggi menyebabkan hiperpne melalui efek langsung pada medulla batang otak, sedangkan dosis salicylate yang lebih rendah alkalosisi respiratorik mungkin terjadi. Terkadang juga dapat menyebabkan hepatitis ringan dan penurunan filtrasi glomeruli. Pada dosisi harian 2 gr atau kurang, akan menaikan kadar asam urat dalam serum.

Obat Obat Antiinflamasi Yang Lebih baru Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan dalam 7 kelompok besar : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Derivat asam propionate Derivat inidol Fenamat Asam pirolalkanoat Derivate Pirazolon Aksikam Asam salisilat

Aktifitas anti inflamasi dari obat NSAID tersebut mempunyai mekanisme yang sama dengan aspirin, terutama karena kemampuannya menghambat biosintesis prostaglandin. Proses inflamasinya dikurangi dengan penurunan pelepasan mediator dari granulosit, basofil, dan sel must. Obat-obat NSAID juga menurunkan sensitivitas pebuluh darah terhadap bradikinin dan histamine, mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T dan meniadakan vasodilatasi. Semuanya ialah penghambat sintesis protrombin, walau derajatnya berbedabeda. Mereka semua juga : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Analgesik Antiinflamasi Antipiretik Menghambat agregasi platelet Menyebabkan iritasi lambung Bersifat nofrotoksik

1.

Ibuprofen

Ibuprofen merupakan derivate dari asam fenilpropionat. Pada dosis 2400 mg, efekantiinflamasinya setara dengan 4gr aspirin. Pada dosis lebih rendah, hanya efek analgesiknya yang jelas, sedangkan efek antiinflamasinya sedikit. Waktu paro 2 jam , metabolism di hati, 10% diekskresi tanpa di ubah.

2.

Fenoprofen Merupakan derivate asam propionate. Waktu paronya 2 jam . Dosis anti atritis (inflamasi) ialah 600-800 mg, 4 kali sehari. Efek smpingnya menyerupai ibuprofen yaitu nefrotoksis, interik, nausea, dispepsi, udema perifer, rash pruritas, efek sistem saraf pusatdan kardiovaskuler.

3.

Indomethacin Indometasin merupakan derifat indol. Walaupun lebih toksik dari aspirin, tetapi efektivitasnya juga lebih tinggi. Ia juga penghambat sintesis prostaglandin. Metabolisme di hati. Waktu paro serum 2 jam.

4.

Sulindac Suatu obat sulfosid, yang baru aktif setelah di ubah oleh enzim hati menjadi sulfide, duraksi aksi 16 jam. Indikasi dan reaksi buruknya menyerupai obat NSAID yang lain. Dapat juga terjadi sindrom Stevens-Jhonson, trombositipenia, agranulositosi dan sindrom nefrotik. Dosis rata-rata untuk arthritis inflamasi ialah 200mg, 2 kali sehari.

5.

Maclofenamate Derifat fenamat, mencapai kadar puncak dalam plasma darah 30-60 menit, waktu paro 2 jam. Ekskresi lewat urin sebagai besar dalam bentuk konjungasi glukuronid. Efek sampingnya menyerupai obat NSAID lain, nampaknya tidak mempunyai keistimewaan disbanding yang lain. Kontraindikasi : hamil, belum terbukti keamanan dan efekasinya pada anak. Dosis untuk atritis inflamasi ialah 200-400 mg/hari, terbagi dalam 4 dosis.

6.

Asam Mefenamat Juga drifat fenamat, mempunyai efek analgesik, tapi sebagai antiinflamasi kurang kuat disbanding aspirin serta lebih toksik. Obat ini tidak boleh di berikan berturut-turut lebih dari

1 minggu dan tidak diindikasikan untuk anak-anak. Dosis awal 500mg 9dewasa), selanjutnya 250 mg.

7.

Tolmetin Suatau derivate dari asam pirololkanoat, menyerupai aspirin dalam efektivitasnya terhadap arthritis rematoid dan osteortritis pada penderita dewasa dan remaja. Waktu paronya pendek 1 jam. Rata-rata dosis dewasanya ialah 400mg, 4 kali sehari

8.

Fenilbutazon Merupakan derifat pirazolon, mempunyai efek antiinflamasi yang kuat. Akan tetapi di temukan berbagai pengaruh buruknya seperti : agranulositosis, anemia aplastika, anemia hemolitik, sindrom nefrotik, neuritis optic, tuli, reaksi alergi serius, dermatitis eksfoliotif serta nekrosis hepar dan tubuler ren.

9.

Piroxicam Waktu paronya 45 jam, oleh karena itu pemakaiannya cukup sekali sehari. Obat ini cepat diabsorbsidari lambung, dan dalam 1 jam konsentrasi dalam plasma mencapai 80% dari kadar puncaknya. Keluhan gastrointestinal di alami oleh sekitar 20 % penderita, efek buruk lainnya ialah dizziness, tinnitus, nyeri kepala dan ruam kulit.

10. Diflunisal Diflunsial ialah derivate difluorofenil asam salisilat. Waktu paronya dalam plasma ialah 8-12 jam dan mencapai steady state setelah beberapa hari. Seperti halnya aspirin, ia mempnyai efek analgesik dan antiinflamasi akan tetapi efek antipiretiknnya kecil. Indikasinya ialah nyeri dan osteoarthritis. Efek buruknya menyerupai NSAID yang lain

11. Meloxicam Merupakan generasi baru NSAID. Suatu penghambat sikloogsigenase-2 selektif (COX2). Banyak study menunjukkan bahwa meloxicam mempunyai efek samping pada saluran gastrointestinal lebih renfdah di banding dengan NSAID yang lain, dengan kekuatan antiinflamasi, analgetik dan antipiretik. Pemakaian meloxicam 15 mg tidak memperlihatkan perbedaan dalam hal efek sampingnya terhadap saluran gastrointestinal yang dinilai sebelum dan sesudah pengobatan.

2.

ANALGESIK LAIN

Acethaminophen adalah salah satu obat yang paling penting untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang bilaman efek antiinflamasi tidak diperlukan. Phenacetin, sebuah produk yang dimetabolisme menjadi acetaminophen, lebih toksik daripada metebolit aktifnya dan tidak mempunyai indikasi rasional.

A.

ACETAMINOPHEN Acetaminophen adalah metabolit aktif dari phenacetin yang bertanggung jawab akan efek analgesiknya. Ia adalah penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan perifer dan tidak memiliki efek inflamasi yang signifikan.

Farmakokinetik Acetaminophen di berikan secara oral. Penyerapan dihubungkan dengan tingkat pengosongan perut, dan konsentrasi daerah puncak biasanya tercapai dalam 30 60 menit. Acetaminophen sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian di metabolism oleh enzim mikrosomal hati dan di ubah menjadi sulfat dan glukoronida acetaminophen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang Dari 5 % di ekskresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor tetapi sangat aktif adalah penting dalam dosis besar karena efek toksiknya terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh acetaminophen adalah 2 3 jam dan relative tidak terpengaruh oleh fungsi ginjal.

Indikasi Sekalipun ekuifalen dengan aspirin sebagai agen analgesik dan antipiretik yang efektif, acetaminophen berbeda karena sifat antiinflamasinya lemah. Ia tidak mempengaruhi kadar asam urat dan sifat penghambatan platelatnya lemah. Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, mialgia, nyeri pada pascapersalinan dan keadaan lain dimana aspirin efektif sebagai analgesik. Aceteminophen saja adalah terapi yang tidak adekuat untuk inflamasi seperti atritis rheumatoid, sekalipun ia dapat di pakai sebagai tambahan analgesik terhadap terapi anti inflamasi. Untuk analgesik ringan acetaminophen adalah obat yang lebih disukai pada pasien yang alergi terhadap aspirin atau bilaman salicylate tidak bisa di toleransi.

Efek Efek Yang Tidak Diinginkan Dalam dosisi terapeutik, sedikit peningkatan enzim enzim hati kadang kadang bisa terjadi tanpa adanya ada ikterus : obat ini reversible bila obat dihentikan. Denga dosis yang lebih besar, pusing pusing, ketegangan, dan disorentasi bisa terlihat. Menelan 15 g acethaminophen bisa fatal, kematian disebabkan oleh hepatotoksisitas yang hebat dengan nekrosis lobules sentral, kadang kadang dikaitkan dengan nikrosis tubulus ginjal akut.

Dosis Nyeri akut dan demam bisa di atasi dengan 325 500 mg empat kali sehari dan secara proporsional di kurangi untuk anak-anak. Keadaan tunak (steady state) dicapai dalam sehari.

B.

PHENACETIN Phenacetin tidak lagi dipakai di Amerika Serikat dan telah di tarik dari berbagai kombinasi analgesik bebas (OTC) seperti Anacin dan Empirin Compound. Akan tetapi phenacetin masih ada dalam sejumlah analgesik di Amerika Serikat dan masih banyak di pakai di Negara lain. Kaitan antara pemakaian berlebih dari kombinasi analgesik terutama yang mengandung phenacetin dan perkembangan kegagalan ginjal telah di ketahui selama hampir 30 tahun. Perkiraan presentase pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir yang merupakan akibat dari pemakaian analgesik yang salah adalah 5 % hingga 15%. Setelah larangan pemakaian phenacetin dalam analgesik di Finlandia, Skotlandia, dan Canada, Jumlah kasus baru dari nefropati analgesik di Negara-negara tersebut berkurang secara signifikan.

Penggunaan
NSAID biasanya diindikasikan untuk pengobatan kondisi akut atau kronik di mana nyeri dan peradangan hadir. Penelitian dilanjutkan ke potensi mereka untuk pencegahan kanker kolorektal , dan perawatan kondisi lain, seperti kanker dan penyakit jantung . NSAID umumnya diindikasikan untuk mengurangi gejala-gejala kondisi berikut:

Rheumatoid arthritis Osteoartritis Arthropathies inflamasi (misalnya ankylosing spondylitis , arthritis psoriatis , 's sindrom Reiter )

Akut gout Dismenorea ( haid nyeri) Metastasis tulang nyeri Sakit kepala dan migrain Nyeri pasca operasi karena cedera peradangan dan jaringan ringan-sampai sedang sakit Pireksia ( demam ) Renal kolik Mereka juga diberikan kepada neonatus bayi yang ductus arteriosus tidak ditutup dalam waktu 24 jam setelah kelahiran

Aspirin , NSAID hanya mampu ireversibel menghambat COX-1, juga diindikasikan untuk penghambatan platelet agregasi. Hal ini berguna dalam pengelolaan arteri trombosis dan pencegahan kejadian kardiovaskular yang merugikan. Aspirin menghambat agregasi platelet dengan menghambat aksi tromboksan-A.

III. Penutup Kesimpulan: Analgetik diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimia, dan fisis yang melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Rasa nyeri tersebut terjadi akibat terlepasnya mediatormediator nyeri (misalnya bradikinin, prostaglandin) dari jaringan yang rusak yang kemudian merangsang reseptor nyeri di ujung saraf perifer ataupun ditempat lain. Dari tempat-tempat ini selanjutnya rangsang nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh saraf sensoris melalui sumsum tulang belakang dan thalamus. Antipiretik digunakan untuk menurunkan suhu tubuh. Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Anti-inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau pembengkakan. Obat analgesik, antipiretik serta Obat Anti Inflamasi non Steroid (OAINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia.Walaupun demikian, obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.

Referensi:

1. Katzung,B.G.1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, ed IV.Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2. M. Rose, Kathleen etc.1989.Pharmacology.williams & wilkins.USA. 3. Neal M.J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Penerbit : Erlangga . Jakarta. 4. Sutistia G.Ganiswara .1995. Farmakologi Dan Terapi edisi IV. Jakarta 5. Tjay, Tan Hoan,Drs.,Rahardja,Kirana,Drs.2002. Obat-obat Penting. Penerbit : Gramedia .Jakarta. 6. Wibowo, Sumekto& Abdul Gofir.2001. Farmakoterapi dan Neurologi. Penerbit : Salemba Medika.Jakarta. 7. Widodo, Samekto dan Abdul Gofir . 2001. Farmakoterapi dalam Neurologi . Jakarta : Salemba Medika 8. Deglin, Judith Hopfer . 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta : EGC

You might also like