You are on page 1of 30

CATATAN ASUHAN GIZI INSTALASI GIZI RSUP SANGLAH DENPASAR

No. RM Nama Pasien Umur Jenis Kelamin Alamat : 01.62.76.69 : Mrs. Asp : 53 tahun : Perempuan : Jalan Surya Buana 1/50 BTN Buana Dirgantara Diet dan bentuk makanan Padang Sambian, Denpasar Barat Tanggal MRS : 29 Maret 2013 Tanggal Pengamatan Tempat Dirawat Ruang/ Kelas Diagnose : MS. IRD : 208 / I : Meningoensefalitis ec suspect bakteri dd TB dd Vascular Event : Diet Stroke II B Rendah Garam II : 3 7 April 2013

Assesment/ Pengkajian Data Dasar 1. Antropometri LILA : 28,50 Estimasi Berat Badan : LILA x (TB 100) 26,3 = 28,50 x (160 100) = 65,0 kg 26,3 Identifikasi Masalah IMT lebih (25,39) NC-3.3 Berat

Diagnosa Gizi PES

Badan

Lebih

disebabkan

karena kelebihan intake energi dan aktivitas fisik kurang yang ditandai dengan IMT diatas batas normal yaitu 25,39 (Obesitas ringan)
.

*IOTF, WHO 2000, Penduduk Asia Berat Badan (BB) : 65,0 kg BB estimasi (menggunakan LILA) Dewasa

Panjang Badan (PB) : 160 cm BBI IMT : 54 kg : BB (TB2)m = 65 = 65 = 25,39 (1,62) (2,56)

Assement/ Pengkajian Data Dasar Identifikasi Masalah

Diagnose Gizi PES

1. Biokimia Tabel 1 Hasil Laboratorium Tanggal Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan Perubahan nilai laboratorium Negatif - WBC tinggi - PCO2 rendah Negatif 05 - PO2 tinggi - Cell dalam LCS tinggi /mm3 - M-TP tinggi NC.2.2 Terjadi perubahan nilai laboratorium yang berkaitan dengan kondisi fisiologis dan patologis paisen yang ditandai dengan ketidak normalan kadar - WBC 11,95 x 10^3/L - PCO2 31,00 mmHg - PO2 151,00 mmHg - Cell 980/mm3 CSF 30 Maret 2013 Darah Heparin, Serum 30 Maret 2013 PO2 151,00 mmHg 80,00 100,00 PCO2 31,00 mmHg 35,00 45,00 M-TP 214,80 mg/dl 15,00 45,00 - M-TP 214,80 mg/dl

LCS (Liquor Ceresbrospinalis) 30 Maret 2013 b. Pandy a. Noune Positif (+++) Positif (+++) c. Cell - mono 90% - poly 10% 980 -

Darah EDTA
.

3 April 2013

WBC - NE% - LY% - MO% - ED% - BA% - LUC% - NE# - LY# - MO% - EO% - BA% - LUC%

11,95 91,20 5,80 2,00 0,10 0,00 0,90 10,90 0,69 0,24 0,01 0,00 0,10

x 10^3/L % % % % % % x 10^3/L x 10^3/L x 10^3/L x 10^3/L x 10^3/L x 10^3/L

4,10 11,00 47,00 80,00 13,00 40,00 2,00 11,00 0,00 5,00 0,00 2,00 0,00 4,00 2,50 7,50 1,00 4,00 0,10 1,20 0,00 0,50 0,00 0,10 0,00 0,40 -

Assement/ Pengkajian Data Dasar 2. Fisik / Klinik Fisik : Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Fisik Hari 1 3 MRS Pemeriksaan Fisik 29 Maret 2013 Compos Mentis Kejang Tubuh Bagian Kiri lemas Kondisi Umum Lemah Sariawan + + + + + + 30 Maret 2013 31 Maret 2013 + Sebelum Terapi 3 April 2013 Identifikasi Masalah

Diagnose Gizi PES

Klinis Tabel 3 Hasil Pemeriksan Klinis Pemeriksaan Klinis Tekanan Darah (Normal 110/70 120/80 mmHg) Nadi (Normal 70-80 kali/menit) Hari 1 3 MRS Respirasi (Normal 12-20 kali/menit) 38,30C 37,50C 37,30C 370C Suhu (Normal 36-370C)

Tanggal

29 Maret 2013 30 Maret 2013 31 Maret 2013

260/140 mmHg 180/140 mmHg 180/100 mmHg

80 kali/menit 84 kali/menit 84 kali/menit Sebelum terapi

28 kali/menit 36 kali/menit 24 kali/menit

3 April 2013

160/100 mmHg

84 kali/menit

24 kali/menit

Pemeriksaan penunjang:

Tabel 4 Hasil Pemeriksaan Klinis Neurologi Pemeriksaan Klinis Neurologi 29 Maret 2013 GCS E1V1M1 Severe Kaku kuduk Brudzinski legign + + 30 Maret 2013 E2V2M5 Moderate + + 31 Maret 2013 E2V2M5 Moderate + + 1 3 hari MRS Sebelum Terapi 3 April 2013 E4V5M6 Mild -

Tabel 5 Hasil Pemeriksaan CT-Scan Tanggal 30 Maret 2013 Jenis CT Scan kepala + kontras Hasil /Kesan Dengan bahan LCS, hasil negative. Kesan : tidak ada pita yang sejajar dengan kontrol positif 3 April 2013 CT Scan kepala + Saat ini CT-Scan kepala tak tampak
.

kepala polos

kelainan

Assement/ Pengkajian Data Dasar 4. Diet / Anamnesa Gizi a. Riwayat Gizi Terdahulu Pasien memiliki kebiasaan makan yang kurang teratur selama di rumah. Pasien makan tiga kali dalam sehari. Susunan hidangan terdiri dari nasi dengan porsi 1 sendok nasi pagi hari dan 2 sampai 3 sendok nasi pada siang dan malam hari. Lauk hewani yang biasa dikonsumsi seperti ikan, telur, daging sapi, daging kambing dan ayam masing masing sekitar 1 sampai 2 potong setiap kali makan, lauk nabati seperti tempe dan tahu dikonsumsi 1 sampai 2 potong setiap kali makan, sayur sayuran seperti bayam, wortel, kangkung, sawi dan buncis dikonsumsi setengah sampai 1 mangkok untuk setiap kali makan. Pasien makan dengan jumlah yang lumayan besar dan frekuensi yang hampir sama dalam setiap kali makan. Snack yang sering dikonsumsi pasien pada pagi setelah makan pagi dan sore sebelum makan siang berupa buah buahan seperti pisang, apel, papaya masing masing dikonsumsi 1 sampai 2 buah setiap kali makan. Pasien menyukai martabak telur dan sate ayam maupun kambing yang dikonsumsi 3 sampai 4 kali dalam sebulan dengan porsi sekitar 2 sampai 3 potong. Selain itu pasien juga menyukai gorengan yang
.

Diagnose Gizi Identifikasi Masalah PES

Pola makan yang salah

NB 1-5 Pola makan yang salah

berhubungan

dengan

kurangnya

pengetahuan mengenai gizi yang ditandai dengan perilaku makan dengan jumlah yang lumayan besar, kebiasaan pasien memakan

makanan tinggi lemak dan natrium seperti sate ayam maupun kambing , gorengan, dan ikan sarden.

dikonsumsi 3 sampai 4 kali dalam sebulan dengan porsi sekitar 2 sampai 3 buah setiap kali makan dan pasien juga sering mengonsumsi ikan sarden 3 sampai 4 kali dalam sebulan. Dalam seminggu pasien mengonsumsi susu sekitar 1 sampai 2 kali dan jus buah segar 4 sampai 5 kali dengan porsi satu gelas untuk setiap kali minum. Pasien tidak memiliki pantangan terhadap suatu jenis makanan tertentu dan tidak mengonsumsi jenis suplement atau vitamin tertentu. NI 2.2 Tabel 6 Tingkat Konsumsi Makanan di Rumah Perbandingan Konsumsi Kebutuhan Tingkat Konsumsi (%) Kategori Energi (kkal) 2086 1853,28 112,55% Lebih Protein (gr) 85,2 69,49 122,31% Lebih Lemak (gr) 55 41,18 133,55% Lebih Karbohidrat (gr) 317 301,15 105,26% Lebih Intake makanan dan minuman dalam porsi besar, makan makanan dengan jumlah diatas kebutuhan Kelebihan intake makanan dan

minuman oral berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap kecukupan kebutuhan makanan dan minuman oral ditandai dengan

intake makanan diatas 100% dari kebutuhan dengan persentase yaitu : E : 112,55% P : 122,31% L : 133,55%

Berdasarkan tabel tingkat konsumsi makanan pasien dirumah, dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi pasien termasuk dalam kategori tingkat konsumsi baik, yang ditandai dengan seluruh presentase tingkat konsumsi berada di atas 100% .
.

KH : 105,26%

b.Riwayat Gizi Sekarang Tabel 7 Tingkat Penerimaan Makanan di Rumah Sakit Perbandingan Konsumsi Standar Makanan Pasien Tingkat Penerimaan (%) Kategori Energi (kkal) 1113 1892,2 58,82% Kurang Protein (gr) 42,6 67,6 63,01% Kurang Lemak (gr) 36 46 78,26% Kurang Karbohidrat (gr) 159 466,3 34,09% Kurang

Berdasarkan hasil anamnesa gizi di rumah sakit pada tanggal 3 April 2013, diperoleh asupan kalori pasien sebanyak 1113 kkal, protein sebanyak 42,6 gr, lemak sebanyak 36,0 gr, dan karbohidrat sebanyak 159 gr. Sedangkan standart di rumah sakit untuk diet Stroke II B yang sedang dijalankan pasien mengandung energi 1892,2 kkal, protein sebanyak 67,6 gr, lemak sebanyak 46 gr dan karbohidrat sebanyak 466,3 gr. Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa tingkat penerimaan pasien berdasarkan standar rumah sakit tergolong kurang dengan persentase energi 58,82%, protein 63,01%, lemak 78,26% dan karbohidrat 34,09%.

Assement/ Pengkajian Data Dasar 5.Riwayat Personal a. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 29 Maret 2013 dalam keadaan tidak sadarkan diri, kejang kejang, tekanan darah tinggi yaitu 280/140 mmHg, demam pada suhu 38,3
0

Diagnose Gizi Identifikasi Masalah PES

C, penafasan 84 kali/menit. Setelah sebelumnya dirumah tidak mau

berbicara dengan keluarga selama kurang lebih 9 jam, sempat batuk batuk sebentar dan tidak dapat berjalan secara mendadak. Diagnosa awal pasien dinyatakan suspect SNH atau Stroke Non Haemoragic. Dan pada pemeriksaan fisik meningeal sign pasien sudah terlihat seperti kaku kuduk dan brudzinski leg sign yang positif. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut (CT-Scan Kepala) pada tanggal 3 April 2013 pasien didiagnosa menderita Meningoensefalitis ec suspect Bakteri dd TB dd Vascular Event. b. Riwayat Penyakit Terdahulu Berdasarkan hasil wawancara, pasien menderita hipertensi sejak dua tahun yang lalu. c. Riwayat Penyakit Keluarga Dari hasil wawancara dengan keluarga pasien, tidak ada anggota kelurga yang pernah mengalami penyakit yang sama dengan apa yang dialami oleh pasien sekarang. d. Sosial Ekonomi
.

Pasien adalah seorang tamatan IKIP dan sekarang bekerja sebagai seorang guru di salah satu SMP Negeri di kota Denpasar. Suaminya adalah seorang pensiunan. Pasien memiliki dua orang anak yang sedang kuliah, salah satunya di universitas negeri di Jakarta dan yang satunya kuliah di Australia. Secara ekonomi pasien bisa dikatakan mampu. Perawatan pasien dibiayai oleh Askes. 6. Obat yang Diberikan Tabel 8 Obat Yang Diberikan di Rumah Sakit No. 1 2 3 4 5 Nama Obat Paracetamol Perdipit Captopril Dexametason Diazepam Dosis 1000 mg 10 mg 25 mg 10 mg 10 g Fungsi Antipiretik (menurunkan demam) Antihipertensi Antihipertensi Antiinflamasi Sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamasi atau trauma; (kelainan

nipertdnisitairotot

motorik serebral, paraplegia). 6 7 Penitonin Omeperazol 900 mg dalam 1000cc 40 mg Antikejang Antisekresi
.

8 9 10

Amlodipme Citicholine Betadine gangling

10 mg 100 mg 3 x 15 ml

Mengatasi tekanan darah tinggi Memperbaiki sirkulasi darah otak Oral antiseptic

INTERVENSI GIZI

1. Jenis Diet Diet yang diberikan pertama kali setelah pasien sadar pada tanggal 3 April 2013 adalah Diet Stroke II B Rendah Garam, berdasarkan diagnosis dokter dan melihat tanda tanda pasien yaitu hemiparesis sinistra dan gangguan neurologis sebelum hasil CT Scan yang dilakukan pada tanggal 3 April 2013 pukul 20:11 malam dengan hasil tidak terdapat kelainan apapun di otak. Dan pada terapi hari pertama tanggal 4 April 2013 diet yang diberikan tetap sama yaitu Diet Stroke II B Rendah Garam II karena menu sudah direncanakan sejak pagi. Pada hari kedua dan ketiga terjadi perubahan menu menjadi Diet Lunak Rendah Garam II.

2. Tujuan Diet Memberikan makanan dalam bentuk lunak yang mudah ditelan dan dicerna Membantu menurunkan tekanan darah pasien Mencegah defisiensi zat gizi agar pasien dapat melakukan aktivitas normal Membantu pasien mencapai status gizi optimal

3. Prinsip Diet Energi cukup, sesuai kebutuhan


.

Protein cukup, sesuai kebutuhan Lemak cukup, sesuai kebutuhan utamakan lemak tak jenuh Karbohidrat cukup, sesuai kebutuhan Natrium sesuai dengan tingkat hipertensi pasien

4. Syarat Diet Makanan diberikan dalam bentuk lunak mudah cerna sesuai dengan kemampuan makan pasien Energi cukup sesuai kebutuhan dan keadaan pasien Protein,15% dari kebutuhan energi total Lemak normal, 20% dari kebutuhan energi total Karbohidrat cukup, sisa dari kebutuhan energi total Natrium diberikan 800 mg

5. Kebutuhan Zat Gizi : Kebutuhan zat gizi pasien sebagai berikut : Diketahui : JK U BB TB : Perempuan : 53 tahun : 65 kg : 160 cm

BBI IMT

: 54 kg : 25,39 (obesitas ringan)

Kebutuhan Zat Gizi Selama Diet Stroke II B Rendah Garam II Energi : 35 kkal x BBI = 35 kkal x 54 kg = 1890 kkal Protein : 1 gr/kg BB = 1 gr x 54 = 54 gr Lemak : 20% x Energi total = 20% x 1890/9 = 42 gr Karbohidrat : 1890 (54 x 4) (42 x 9)/4 = 1890 216 378/4 = 324 gr

Kebutuhan Zat Gizi Selama Diet Lunak Rendah Garam II = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) (4,7 x U) = 655 + (9,6 x 54) + (1,8 x 160) (4,7 x 53) = 655 + 518,4 + 288 + 249,1 = 1213,3 kkal TEE = Energi x FA x FS = 1213,3 x 1,2 x 1,3 = 1892,75 kkal Protein Lemak Karbohidrat : 15% x 1892,75/4 = 70,9 gr : 20% x 1892,75/9 = 42,06 gr : 65% x 1892,75/4 = 307,57 gr

Kebutuhan Natrium (600 800 mg dalam sehari) : Hari I : Na dalam bahan makanan : 357,3 mg Kebutuhan Na = 800 mg 357,3 mg = 442,7 mg 442,7 mg Na = 442,7 x 2,5 = 1106,75 mg garam dapur Hari II : Na dalam bahan makanan : 258,9 mg

Kebutuhan Na = 800 mg 258,9 mg = 541,1 mg 541,1 mg Na = 541,1 x 2,5 = 1352,75 mg garam dapur Hari III : Na dalam bahan makanan : 270,4 mg Kebutuhan Na = 800 mg 270,4 mg = 529,6 mg 529,6 mg Na = 529,6 x 2,5 = 1324 mg garam dapur

6. Implementasi : Selama terapi yang dilakukan selama 3 hari, diet yang diberikan pada hari pertama adalah Diet Stroke II B Rendah Garam II. Dan hari kedua dan ketiga diberikan Diet Lunak Rendah Garam II. Makanan yang diberikan dalam bentuk makanan lunak dan rendah garam sesuai dengan kebutuhan yang telah diperhitungkan. Dengan frekuensi diberikan tiga kali makan utama dan dua hingga tiga kali snack.

MONITORING DAN EVALUASI GIZI 1. Monitoring a. Asupan Zat Gizi Adapun rata rata konsumsi zat gizi pasien selama 3 hari terapi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9 Asupan Zat Gizi Selama Terapi Tanggal Energi (kkal) 4 April 2013 Kebutuhan Tk. Konsumsi I (%) 5 April 2013 6 April 2013 Rata-rata/hari Kebutuhan 1273 1890 67,35% 1459 1596 1527,5 1892,75 Protein (gr) 44,6 54 82,59% 53,8 59,5 56,65 70,9 Lemak (gr) 27 42 64,28% 34 37 35,5 42,06 Karbohidrat (gr) 221 324 68,20% 241 263 252 307,57 Natrium (mg) 357,3 442,7 80,70% 258,9 270,4 264,65 I : 541,1 II: 529,6 Tk. Konsumsi II (%) 80,70% 79,90% 84,40% 81,93% I : 47,84% II: 51,05% Rata-rata asupan 1442,66 52,63 32,66 241,6 295,53 b. -

KONSULTASI GIZI Penyuluhan dan konsultasi merupakan rangkaian kegiatan penyampaian pesan gizi yang telah direncanakan dan dilakukan untuk menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif baik dari penderita maupun keluarganya sehingga dapat memahami dan

menjalankan dietnya dengan benar. a. Tujuan :

Menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet yang diberikan Pasien dan keluarga diharapkan

mampu memahami dan menjalankan dietnya dengan benar dan bisa

menerapkan materi yang disampaikan baik di rumah sakit maupun di kehidupan sehari - hari Sasaran :

Pasien dan keluarganya

selama 3 hari Rata-rata Tingkat Konsumsi (%) Kategori Kurang Baik Kurang Kurang Kurang 74,02% 81,24% 74,34% 75,06% 59,86%

c.

Waktu

Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 5 April 2013 selama kurang lebih 15 menit d. Tempat :

Berdasarkan pemantauan asupan makanan pasien dirumah sakit yang diamati selama tiga hari berturut turut diperoleh hasil tingkat konsumsi pasien yang meliputi konsumsi energi, protein, lemak, karbohidrat dan natrium tergolong kurang, namun persentasenya cenderung meningkat meskipun tetap tergolong kurang. Hanya pada persentase konsumsi protein yang masuk ke dalam kategori baik. b. Hasil Antropometri Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pasien setelah menjalankan terapi, dapat dilihat bahwa keadaan pasien secara umum semakin membaik, walapun nafsu makan pasien menurun namun hal ini belum mempengaruhi hasil antropometri selama terapi. Hal ini dapat dilihat dari hasil antropometri setelah terapi tidak terjadi perubahan ukuran LILA. Tabel 10 Antropometri Pasien Selama Terapi Parameter LILA 4 April 2013 28,5 cm 5 April 2013 28,5 6 April 2013 28,5
.

Kamar 209 Ruangan Medical Surgical (MS) IRD RSUP Sanglah e. Metode :

Diskusi dan Tanya jawab f. g. Alat bantu Materi : Leaflet :

Pengertian Meningoensefalitis dan Hipertensi

Terapi diet Meningoensefalitis dan Hipertensis Konsumsi makanan yang

diperbolehkan dan yang dibatasi 7 April 2013 28,5 cm Pemberian materi mengenai makanan dari rumah sakit agar pasien mau untuk mengonsumsi makanan yang diberikan semaksimal mungkin tanpa

c. Kondisi Fisik/Klinis Hasil pemeriksaan fisik pasien selama terapi menunjukkan perubahan diantaranya tubuh bagian kiri pasien yang lemah sekarang sudah berangsur membaik, begitu juga dengan kondisi umum yang membaik, pasien sempat sariawan pada hari kedua terapi dan sudah sembuh pada saat setelah terapi. Pada pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang lumayan membaik pada pasien diantaranya tekanan darah yang menurun dari sebelum intervensi, begitu juga dengan nadi dan pernafasan, sedangkan pada suhu tubuh tidak terdapat perubahan apapun, suhu tubuh pasien stabil normal. h.

mengonsumsi makanan yang dibawa dari luar rumah sakit. Evaluasi :

Evaluasi yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kembali

apakah pasien dan keluarga apakah sudah paham atau belum. Dan melihat antusias pasien dan keluarga dalam bertanya mengenai materi yang

Tabel 11 Pemeriksaan Fisik Selama Terapi Selama Terapi Pemeriksaan Fisik 4 April 2013 Compos Mentis Kejang Tubuh Bagian Kiri lemas Kondisi Umum Lemah Sariawan + +
.

diberikan

Setelah Terapi 6 April 2013 7 April 2013 + -

5 April 2013 + -

+ -

+ -

Tabel 12 Pemeriksaan Klinis Selama Terapi Pemeriksaan Klinis Tekanan Darah (Normal 110/70 120/80 mmHg) Nadi (Normal 70-80 kali/menit) Selama terapi 4 April 2013 5 April 2013 6 April 2013 160/90 mmHg 160/100 mmHg 140/90 mmHg 84 kali/menit 80 kali/menit 80 kali/menit Setelah terapi 7 April 2013 150/100 mmHg 84 kali/menit 20 kali/menit 370C 22 kali/menit 20 kali/menit 20 kali/menit 370C 370C 370C Respirasi (Normal 12-20 kali/menit) Suhu (Normal 36-370C)

Tanggal

Tabel 13 Pemeriksaan Klinis Neurologi Selama Terapi Pemeriksaan Klinis Neurologi 4 April 2013 5 April 2013 6 April 2013
.

Selama Terapi

Setelah Terapi 7 April 2013

GCS

E4V5M6 Mild

E4V5M6 Mild Meningeal Sign

E4V5M6 Mild

E4V5M6 Mild

Kaku kuduk Brudzinski legign

d. Nilai Laboratorium Sedangkan untuk monitoring nilai lab selama terapi dilihat setiap hari di dalam buku rekam medic. Berikut nilai laboratorium yang telah dimonitoring selama pengamatan : Tabel 14 Pemeriksaan Nilai Laboratorium Selama Terapi Tanggal Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Remarks

Darah Heparin, Serum 5 April 2013 PCO2 PO2 TCO2 33,00 155,00 23,40 mmHg mmHg mmol/L 35,00 - 45,00 80,00 - 100,00 24,00 - 30,00

LCS (Liquor Ceresbrospinalis)

7 April 2013

Cell - mono 85% - poly 15%

12

/mm3

05

CSF 7 April 2013 M-TP 66,48 mg/dl 15,00 45,00 4,10 11,00

Darah EDTA 7 April 2013 WBC 18,28 x 10^3/L

2.

Evaluasi a. Keberhasilan Terapi

Asupan zat gizi pasien sudah terjadi peningkatan apabila dibandingkan dengan penerimaan makanan rumah sakit. Tingkat konsumsi pasien yang meliputi konsumsi energi, protein, lemak dan karbohidrat tergolong kurang pada tingkat penerimaan makanan rumah sakit dan pada asupan gizi pasien selama mendapatkan terapi persentasenya cenderung meningkat meskipun tetap tergolong kurang. Dan dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pasien pada fisik dan klinis pasien dapat dilihat bahwa keadaan umum pasien yang meliputi fisik sudah mulai membaik tubuh bagian kiri sudah tidak terlalu lemas, kondisi umum sudah tidak lemah pasien sudah mulai bisa duduk di tempat tidur dan sariawan berangsur hilang. Hasil pengamatan klinis menunjukkan bahwa tekanan darah pasien mulai menurun walaupun tidak terlalu signifikan, dan pernafasan mulai normal.
.

b. Membandingkan Hasil Pengukuran Data Awal dengan Data Akhir Tabel 15 Tingkat Konsumsi Sebelum dan Sesudah Terapi Tingkat Konsumsi Sebelum terapi (3 April 2013) Kategori Setelah terapi (6 April 2013) Kategori Energi Protein Lemak Karbohidrat

58,82% Kurang 74,02% Kurang

63,01% Kurang 81,24% Baik

78,26% Kurang 74,34% Kurang

34,09% Kurang 75,06% Kurang

Tabel 16 Hasil Pengamatan Fisik Sebelum Terapi dengan Setelah Terapi Pemeriksaan Fisik Compos Mentis Kejang Tubuh Bagian Kiri lemas Kondisi Umum Lemah Sebelum Terapi (3 April 2013) + + +
.

Setelah Terapi (7 April 2013) + -

Sariawan

Tabel 17 Hasil Pengamatan Klinis Sebelum Terapi dengan Setelah Terapi Pemeriksaan Klinis Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu Sebelum Terapi (3 April 2013) 160/100 mmHg 84 kali/menit 24 kali/menit 370C Setelah Terapi (7 April 2013) 150/100 mmHg 84 kali/menit 20 kali/menit 370C

Nilai Normal 110/70 120/80 mmHg 70 80 kali/menit 12 20 kali/menit 36 - 370C

Tabel 18 Hasil Pengamatan Klinis Neurologi Sebelum Terapi dengan Setelah Terapi Pemeriksaan Klinis Neurologi GCS Sebelum Terapi (3 April 2013) E4V5M6 Meningeal Sign Kaku kuduk Brudzinski leg sign Setelah Terapi (7 April 2013) E4V5M6

Tabel 19 Hasil Pengamatan Laboratorium Sebelum dengan Sesudah Terapi Pemeriksaan Laboratorium WBC Nilai Normal 4,10 11,00 x 10^3/L Sebelum Terapi (3 April 2013) 11,95 x 10^3/L Setelah Terapi (7 April 2013) 18,28 x 10^3/L

Pembahasan : Pasien pada awalnya datang dengan keluhan tidak dapat berkomunikasi dengan keluarganya kurang lebih 9 jam sejak bangun tidur. Pasien tidak dapat berjalan dan kejang kejang kemudian segera dirujuk ke RSUP Sanglah. Pasien datang dengan pemeriksaan klinis yaitu tekanan darah yang tinggi yaitu 240/160 mmHg, pernafasan cepat yaitu 28 kali per menit, dan suhu badan yang tinggi yaitu 38,3 0C. Diagnosis yang ditegakkan pada pasien berdasarkan hasil foto rontgen thorax AP yang dilakukan dengan hasil klinis suspect SNH (Stroke Non Haemoragic). Pasien sempat tak sadarkan diri selama 3 hari dan diharuskan menggunakan NGT. Sejak MRS tanggal 29 Maret 2013 pasien diberikan zonde selama 5 hari dan pada hari ke enam atau tanggal dengan melihat kondisi pasien yang mulai membaik dengan kesadaran compos mentis dan status neurologi yang memungkinkan pasien makan secara oral diet berubah menjadi diet Stroke B II Rendah Garam. Diet ini diberikan dengan alasan diagnosis awal pasien dan melihat tanda tanda fisik pasien yang mengarah pada SNH yaitu hemiparale sinistra yaitu melemahnya separuh badan pasien sebelah kiri. Untuk membuktikan adanya kelainan pada otak pasien maka dilakukan CT-Scan pada tanggal 3 Apri 2013 dengan hasil yang baru diketahui pada malam hari sekitar pukul 21:11 Wita dengan hasil sementara tidak terdapat kelainan pada otak pasien. Berdasarkan hasil skrining gizi yang telah dilakukan pada tanggal 3 April 2013 atau hari pertama pengamatan diketahui bahwa pasien mengalami kelebihan berat badan. Karena kondisi pasien yang masih lemah maka pengukuran berat badan pasien tidak dapat dilakukan, estimasi berat badan diperoleh dengan menggunakan ukuran LILA pasien. Pengukuran tinggi badan pasien menggunakan panjang badan diukur pada saat pasien berbaring lurus ditempat tidur. Hasil skrining pun menunjukkan pasien tidak mengalami gangguan pencernaan ( mual dan muntah, anoreksia) dan tidak terjadi penurunan berat badan yang drastis. Perhitungan kebutuhan pasien dengan perencanaan diet stroke B II dihitung berdasarkan pedoman diet stroke yaitu 35 kkal/kg BB, protein 1 gr/kg BB, lemak 20% dan persentase sisanya untuk karbohidrat dengan mempertimbangkan keadaan pasien dengan status gizi lebih. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil kebutuhan energi 1890 kkal, protein 54 gram, lemak 42 gram dan karbohidrat 324 gram. Dengan pemberian terapi diet berdasarkan penyakit dan kebutuhan pasien diharapkan agar pasien dapat mempercepat hari perawatan di rumah sakit dan mencapai status gizi optimal. Dari kebiasaan konsumsi makan pasien di rumah diketahui bahwa pasien mempunyai pola makan yang teratur, tetapi melebihi kebutuhan yang seharusnya karena dikonsumsi dengan porsi yang besar dan dengan frekuensi yang sering. Pasien sering mengonsumsi makanan yang mengandung
.

banyak lemak seperti sate kambing, sate ayam martabak telur dan goreng gorengan. Selain mengonsumsi makanan tinggi lemak, konsumsi makanan yang mengandung tinggi natrium seperti kecap, IMT yang berlebih serta kurangnya aktivitas fisik pasien juga dapat memicu timbulnya hipertensi. Tingkat konsumsi zat gizi pasien di rumah tergolong tinggi yaitu konsumsi energi 112,55%, konsumsi protein 122,31%, konsumsi lemak 133,55% dan konsumsi karbohidrat 105,26%. Hasil analisa terhadap konsumsi pasien di rumah sakit yang dinilai dengan metode comstoks diketahui bahwa tingkat penerimaan pasien berdasarkan standar rumah sakit tergolong kurang yaitu Energi 58,82%, Protein 63,01%, Lemak 78,26% dan KH 34,09%. Hasil ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsi pasien selama di rumah, hal ini disebabkan karena berkurangnya nafsu makan pasien selama di rumah sakit dan karena kondisi psikologi pasien yang masih kaget dan selalu berpikiran tentang kondisi penyakitnya saat ini. Setelah dilakukan terapi gizi selama 3 hari dimana didalam proses terapi terjadi perubahan diet dari diet awal yaitu Diet Stroke II B Rendah Garam II, berubah menjadi Diet Lunak Rendah Garam II dengan alasan hasil pemeriksaan penunjang yaitu CT-Scan baru diketahui hasilnya pada malam hari dengan hasil tidak terdapat kelainan apapun di otak, sementara perencaan menu untuk hari pertama terapi yaitu pada tanggal 4 April 2013 sudah dibuat sehingga pada hari pertama terapi diet yang digunakan adalah Diet Stroke II B Rendah Garam II dan pada terapi hari kedua dan ketiga menggunakan Diet Lunak Rendah Garam II yang sebelumnya sudah dirundingkan dengan dokter di ruangan, perhitungan kebutuhan menggunakan rumus Haris Benedict sesuai dengan keadaan pasien. Hasil yang diperoleh selama terapi adalah rata rata tingkat konsumsi pasien kurang dan hanya cukup (baik) pada konsumsi protein saja. Berdasarkan pengamatan pasien memang hanya menghabiskan 50 75% bubur yang diberikan. Pasien sempat mengalami sariawan pada saat terapi sehingga ini pun menjadi salah satu penyebab kurangnya tingkat konsumsi pasien. Pemberian makanan dan minuman tinggi serat dipilih untuk mengurangi dan menyembuhkan sariawan pada pasien seperti pemberian jus buah tinggi vitamin C. Selama terapi tingkat konsumsi pasien dibandingkan dengan kebutuhannya tergolong kurang namun apabila diperhatikan dari masing masing hari terapi terjadi peningkatan yang tidak terlalu signifikan dari hari pertama hingga ketiga ini membuktikan bahwa nafsu makan pasien berangsur angsur meningkat berbanding lurus dengan kondisi fisik dan klinis yang mulai membaik walapun pada tingkat konsumsi pasien masih tergolong

kedalam kurang. Adapun persentase tingkat konsumsi pasien adalah energi74,02%, Protein 81,24%, Lemak 74,34%, KH 75,06%. Dari terapi yang telah diberikan dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap asupan zat gizi pasien dengan kriteria perubahan berat badan, perkembangan status gizi, keadaan umum pasien, dan keadaan fisik/klinis pasien. Untuk asupan zat gizi pasien selama terapi mengalami peningkatan dibandingkan dengan asupan pasien di rumah sakit sebelum terapi meskipun masih termasuk kedalam kriteria kurang. Perubahan ukuran LILA untuk menentukan status gizi pasien tidak berubah mengingat pendeknya waktu terapi. Keadaan umum pasien sudah membaik pasien mulai dapat duduk di tempat tidur pada hari terkahir terapi . Keadaan fisik dan klinis dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pasien pada fisik dan klinis, serta klinis neurologi pasien dapat dilihat bahwa keadaan umum pasien yang meliputi fisik sudah mulai membaik tubuh bagian kiri sudah tidak terlalu lemas dan sariawan berangsur sembuh. Hasil pengamatan klinis menunjukkan bahwa tekanan darah pasien mulai menurun walaupun tidak terlalu signifikan, dan pernafasan mulai normal. Dan pada hasil pengamatan klinis neurologi tidak ditemukan perubahan baik sebelum maupun sesudah terapi. Hasil pemeriksaan laboratorium yang dijadikan evaluasi yaitu jumlah WBC mengalami peningkatan yang pada tanggal 3 April 2013 berjumlah 11,95 x 10^3/L meningkat menjadi 18,28 x 10^3/L hal ini berarti infeksi pada pasien semakin bertambah namun tidak menunjukkan perubahan apapun terhadap kondisi keseluruhan pasien. Pasien dalam proses terapi tidak hanya mendapatkan perencanaan diet khusus namun juga diberikan penyuluhan dan konsultasi yang berkaitan dengan pengaturan makan pasien sesuai dengan keadaan dan jenis penyakit pasien. Materi yang diberikan antara lain pengertian Meningoensefalitis dan Hipertensi, terapi diet Meningoensefalitis dan Hipertensi, Konsumsi makanan yang diperbolehkan dan yang dibatasi serta pemberian materi mengenai makanan dari rumah sakit agar pasien mau untuk mengonsumsi makanan yang diberikan semaksimal mungkin tanpa mengonsumsi

makanan yang dibawa dari luar rumah sakit. Selama proses penyuluhan gizi pasien dan keluarga mendengarkan dengan antusius dan bertanya apabila ada hal yang kurang dimengerti.

Pembimbing Kasus Lanjut

Ice Arisani NIP. 19741017 200501 2 003

You might also like