You are on page 1of 13

KEPERAWATAN MATERNITAS I

LEARNING TEST POST PARTUM

OLEH:
NI MADE CITRA DWI UTAMI KADEK ENITA NOPITA PUTRI DIANTARI NI KETUT PUSPAWATI PUTU DEWI PRADNYANI (P07120011007) (P07120011011) (P07120011012) (P07120011015) (P07120011016)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN KELAS II.1 REGULER TAHUN 2013

LEARNING TEST POST PARTUM 1. Sebutkan dan jelaskan pengertian dari masa post partum/ nifas ! Jawab : Masa postpartum adalah waktu penyembuan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru.

2. Jelaskan batasan yang disebut dengan masa post partum! Jawab: Batasan yang disebut dengan masa post partum adalah masa setelah melahirkan sampai pulihnya organ reproduksi selama 42 hari.

3. Dilihat dari waktu, maka masa post partum dibagi menjadi berapa? Sebutkan dan jelaskan! Jawab : Menurut referensi dari Prawirohardjo (2009:238), pembagian nifas di bagi 3 bagian, yaitu: a. Puerperium Dini Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan. b. Puerperium Intermedial Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. c. Remote Puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulan atau tahunan.

4. Jelaskan trias nifas! Jawab : a. INVOLUSI Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan. (Hincliff, 1999). Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali kebentuk asal. (Ramali, 2003). Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60

gram. Proses ini dimulai segera seletah plasenta lahir akibat kontraksi otot polos uterus. b. LOCHEA Lochea adalah nama yang diberikan pada pengeluaran cairan dari uterus yang terlepas melalui vagina selama masa nifas (Varney, 2004:253).

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. (Mochtar, 1998). Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.. c. LAKTASI Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya. Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.

5. Jelaskan perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada alat kandungan bagian dalam ibu nifas atau yang sering disebut dengan involusi! Jawab : Involusi uterus adalah suatu keadaan dimana ukuran dan konsistensi uterus kira-kira seperti buah melon kecil dan fundusnya terletak tepat di bawah umbilikus yang terjadi segera setelah ibu melahirkan. . Setelah itu, tinggi fundus berkurang 1 sampai 2 cm setiap

hari sampai akhir minggu pertama, saat tinggi fundus sejajar dengan tulang pubis. Sampai minggu keenam normalnya uterus kembali ke bentuknya ketika tidak hamil, yaitu organ kecil berbentuk buah pear yang terdapat dalam pelvic. Tonus otot uterus dipelihara oleh kontrol persarafan dan dapat dirangsang dengan masase atau rangsangan puting. Servik mencapai ukuran semula dalam seminggu setelah melahirkan dan sampai minggu keenam setelah sembuh dan terlihat seperti crosswise slit pada multipara. Involusi uterus terjadi lambat bila uterus terinfeksi.

6. Jelaskan perubahan yang terjadi pada payudara(laktasi) pada masa post partum! Jawab : Perubahan yang terdapat pada kedua payudara antara lain : a. Prolifirasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus payudara dan lemak. b. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan, berwarna kuning (kolostrum). Hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum, cairan kuning yang lebih kental daripada air susu, mengandung banyak protein albumin dan globulin. Karena banyak mengandung protein dan mudah dicerna, maka sebaiknya kolostrum jangan dibuang. c. Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama.

7. Jelaskan perubahan yang terjadi pada vulva (lochea)! Jawab : a. Vulva Selama proses persalinan vulva mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. b. Lochea Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : lochea rubra, lochea serosa dan lochea alba. Pada awal pemulihan post persalinan adalah merah terang, berubah menjadi merah tua atau coklat kemerah-merahan, itu mungkin berisi sedikit gumpalan-gumpalan atau bekuan bekuan. Jumlah lochia digambarkan seperti sangat sedikit, sedikit, moderat dan berat (Jacobson, 1985) : Sangat sedikit - darah hanya ada pada tisu ketika dihapus atau kurang dari 2,5 cm ( 1 in) pada pembalut. Sedikit kurang dari 10 cm (4 in) noda pada pembalut. Moderat kurang dari 15 cm (6 in) noda pada pembalut. Berat memenuhi pembalut dalam 1 jam Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu: Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dari sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pascapersalinan. Inilah lokia yang akan keluar selama 2 sampai 3 hari postpartum. Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Di mulai dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit sehingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu

berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentu krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desi dua. Tabel Tahapan Lokia Lokia Rubra Waktu 1-3 hari Warna Merah kehitaman Ciri-ciri Terdiri caseosa, dari sel desidua, verniks lanugo, sisa

rambut

mekoneum dan sisa darah Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur merah Serosa 7-14 hari Kekuningan/ kecoklatan Lebih banyak sedikit darah dan serum, juga lebih terdiri robekan Sisa darah bercampur lendir

darileukosit dan laserasiplasenta Alba >14 hari Putih

Mengandung leukosit, selaputlendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml. Lokia mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan semakin lebih keras jika bercampur dengan keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi. Lokia dimulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada jam-jam pertama setelah melahirkan. Kemudian lokia ini akan berkurang jumlahnya sebagai lokia rubra, lalu berkurang sedikit menjadi sanguenta, serosa, dan akhirnya lokia alba.

8. Jelaskan proses terjadinya laktasi! Jawab :

Laktasi adalah proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Pada saat hamil payudara membesar karena pengaruh berbagai hormon, antara lain estrogen, progesteron, HPL, dan prolaktin. Hormon lain yang berfungsi memperlancar pembentukkan ASI (sintesa protein) adalah insulin, kortikosteroid, tiroksin, dan lain-lain. Di dalam bagan payudara terdapat bangun yang disebut alveolus, yang merupakan tempat dimana air susu diproduksi. Dari alveolus ini ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), dimana beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus). Di bawah areola, saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus. Akhirnya semua saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus. Akhirnya semua saluran yang besar ini memusat ke dalam putting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran, terdapat otot yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

a. Hormon Prolaktin Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi susu. Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai di payudara dan merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap bayi saat ini, sudah tersedia dalam payudara, pada muara saluran ASI. Sederhananya, mekanisme produksi susu dalam payudara prinsipnya mirip dengan tanaman teh atau tanaman kembang kertas. Jika kita memetik pucuk teh atau kembang kertas, maka akan tumbuh dari bawah ketiak daun, dua buah cabang baru. Jadi semakin sering dipetik, semakin banyak pucuk mudanya. Jika tidak dipetik, tidak akan ada cabang baru. Begitu pula dengan ASI, semakin sering disedot bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi. Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi. Jika bayi berhenti menyusu, maka payudara juga akan berhenti memproduksi ASI. b. Hormon Oksitosin Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon Oksitosin selain hormon Prolaktin. Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada

Prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara. Di payudara, hormon Oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir melalui pembuluh menuju muara saluran ASI. Kadang-kadang, bahkan ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi sedang tidak menyusu. Mengalirnya ASI ini disebut refleks pelepasan ASI. Produksi Hormon Oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari payudara. Hormon oksitosin juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi ketika ibu mendengar suara bayi, meskipun mungkin bukan bayinya, ASI dapat menetes keluar. Suara tangis bayi, sentuhan bayi, atau ketika ibu berpikir akan menyusui bayinya, atau bahkan ketika ibu memikirkan betapa sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluar. Jika refleks pelepasan ASI ibu tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami kesulitan memperoleh ASI karena harus mengandalkan hanya pada kekuatan sedotan menyusunya. Akibatnya, bayi akan kelelahan dan memperoleh sedikit ASI. Kadang-kadang hal ini membuatnya frustasi, dan kemudian menangis. Peristiwa ini kelihatannya seperti seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal tidak. Payudara tetap memproduksi ASI, tetapi ASI tidak mengalir keluar. Jadi perkara refleks pelepasan ASI ini sangat penting bagi bayi. Selama kehamilan, ASI tidak keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen turun dengan drastis, dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini, diharapkan sekresi juga makin cepat Pengaruh hormonal Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara: Progesteron: memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran\ Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI. Follicle stimulating hormone (FSH)

Luteinizing hormone (LH) Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan. Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

Proses pembentukan laktogen a. Laktogenesis I Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti. b. Laktogenesis II Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi

biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan. Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya c. Laktogeneses III Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.

9. Sebutkan dan jelaskan mekanisme kerja reflex dalam menyusui! Jawab : a. Reflek Prolaktin Begitu bayi menyusu maka akan dikirimkan sinyal-sinyal ke kelenjar hipotalamus di otak (hipofise anterior) untuk menghasilkan hormon prolaktin, prolaktin akan beredar dalam darah dan masuk ke payudara, memerintahkan alveolus untuk memproduksi ASI. b. Reflek Let Down (Oksitosin) Bersamaan dengan dihasilkannya prolaktin dari hipofise anterior, rangsangan isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofise posterior sehingga dikeluarkanlah oksitosin. Oksitosin masuk ke peredaran darah masuk ke rahim untuk menstimulus kontraksi otot rahim, dan masuk ke payudara untuk merangsang otot-otot payudara agar membantu pengeluaran air susu yang sudah dibuat di alveolus untuk keluar mengalir melalui saluran ASI, ditampung di areola dan nantinya akan bermuara ke puting. Reflek let down kadang sampai membuat ASI menyemprot keluar.

10. Jelaskan tentang penatalaksanaan ibu post partum! Jawab : Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum. Pada masa 6 jam postpartum ibu sudah mulai dianjurkan untuk melakukan hal meliputi ambulasi berupa miring ke kiri dan ke kanan, eliminasi yaitu miksi dan buang air besar, melakukan kebersihan diri seperti menjaga kebersihan daerah organ vital, pakaian, rambut serta melakukan istirahat secukupnya. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari kebutuhan dasar ibu pada masa postpartum yang sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan atau komplikasi pada masa nifas. Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah bayi disusui. a. Penatalaksanaan perawatan luka perineum Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan

penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan adalah sebagai berikut : Mencuci tangannya Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.

Berkemih dan BAB ke toilet Semprotkan ke seluruh perineum dengan air Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang. Pasang pembalut dari depan ke belakang. Cuci kembali tangan Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah: Perineum tidak lembab Posisi pembalut tepat Ibu merasa nyaman b. Penanganan Perdarahan Post Partum Penanganan perdarahan post partum berupa mencegah perdarahan post partum, mengobati perdarahan kala uri dan mengobati perdarahan post partum pada atoni uteri. Cara mencegah perdarahan post partum yaitu memeriksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar hemoglobin, golongan darah dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan obatobatan penguat rahim (uterotonika). Setelah ketuban pecah, kepala janin mulai membuka vulva, infus dipasang dan sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul methergin atau kombinasi dengan 5 satuan sintosinon (sintometrin intravena). Hasilnya biasanya memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC http://id.wikipedia.org/wiki/Menyusui (diakses 18 Maret 2013) http://theurbanmama.com/articles/mekanisme-terbentuknya-asi.html (diakses 18 Maret 2013) http://obgyn-rscmfkui.com/berita.php?id=330 (diakses 18 Maret 2013)

You might also like