Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dengan luas seluruh wilayahnya dengan jalur 12 mil adalah 5 juta km 2, dan 62 persen dari luas wilayahnya adalah lautan. Di balik itu semua, Indonesia menyimpan berbagai potensi sumber daya alam yang berlimpah ruah, terutama bahan tambang. Indonesia diduga menyimpan milyaran barrel minyak yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Para ahli memperkirakan terdapat 50 cekungan potensial yang dapat menghasilkan minyak bumi. Untuk mengeksploitasi sumber devisa tersebut, diperlukan teknologi yang memadai, mengingat pengeboran minyak bumi merupakan pekerjaan dengan tingkat resiko yang sangat tinggi. Selain itu, tentu saja dibutuhkan sumber daya manusia yang tangguh, sehingga dapat mendesain bangunan lepas pantai yang memenuhi kaidah-kaidah keamanan struktur dengan melihat nilai ekonomisnya. Sampai saat ini terdapat bermacam-macam jenis konstruksi bangunan lepas pantai sesuai dengan kebutuhan., yaitu : 1. Anjungan terapung (Mobile Offshore Drilling Units/MODU atau Floating Production Platform/FLS) seperti semi submersible, drilling ships, tension legs platform, jack up dsb. 2. Anjungan terpancang (Fixed Offshore Platform /FOP) seperti jacket, concrete/steel gravity, tripod, dll. 3. Anjungan struktur lentur (Compliant Platform) seperti Articulated Tower, Guyed Tower, dll. Di antara jenis struktur-struktur di atas, jenis anjungan terpancang ( Fixed Offshore Platform) dengan tipe jacket yang saat ini paling banyak digunakan di dunia, walaupun jenis ini hanya ekonomis beroperasi di perairan terbatas, yakni dengan kedalaman sekitar 400-500 meter saja. Sesuai dengan perairan Indonesia, yang rata-rata kedalamannya kurang dari 100 meter, maka jenis anjungan yang paling cocok digunakan adalah bangunan lepas pantai terpancang, atau Fixed Offshore Platform tipe jacket. Jackson agung p D 321 07 008 -1-
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan dan manfaat pembuatan laporan ini antara lain : Tujuan : Mendesain struktur Fixed Offshore Platform yang memiliki produktivitas dengan nilai ekonomis yang tinggi. Mendesain struktur Fixed Offshore Platform yang memiliki nilai Manfaat : Memberikan wawasan dan pengalaman tentang bagaimana mendesain sebuah struktur tipe Fixed Offshore Platform yang memenuhi kaidah-kaidah struktur yang berlaku. keamanan yang cukup untuk mencapai tujuan sebelumnya.
1.3 SISTEMATIKA PERANCANGAN Agar penulisan ini menjadi lebih terarah dan sistematis, secara umum pokok-pokok pembahasan setiap bab diuraikan sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Sistematika Perancangan dan Kerangka Perencanaan. BAB II : Landasan Teori Bab ini berisi : A. Landasan Teori Prarancangan berisi teori Penentuan Lokasi Geografis dan Karaterisrik Lingkungan serta Pemilihan Konfigurasi Struktur (Pemilihan Konstruksi, Penetuan Berat Dan Luasan Geladak, Pemilihan Bahan Struktur, Tiang Pancang, Perangkaan, Rangka Tubular Dan Perencanaan Geladak). B. Landasan Teori Analisa Beban Lingkungan berisi teori Beban Gelombang ( Penentuan Karateristik Gelombang, Penenuan Teori Gelombang yang Sesuai, Teori yang Dipergunakan, Teori Gaya Gelombang ), Beban Arus ( Kecepatan Arus, Gaya Arus ), Beban Angin, Kedalaman Perairan, dan Pasang Surut. BAB III : Prarancangan dan Analisa Beban Lingkungan Bab ini berisi tentang deskripsi perencanaan, penentuan elevasi muka air rencana, penentuan teori gelombang yang sesuai, tinjauan kondisi lingkungan, penentuan luas dan berat geladak, desain struktur dan material element jacket, perhitungan berat jacket, estimasi beban gelombang dan arus, stabilitas struktur, serta perencanaan pondasi tiang ancang. BAB IV : Kesimpulan Bab ini berisi kesimpulan tentang kemampuan struktur untuk menahan beban lingkungan yang bekerja terhadapnya.
START Pengumpulan informasi lokasi Sumber minyak Jumlah kandungan minyak Data lingkungan Gelombang, Pasut, Arus, Angin PRARANCANGAN KONFIGURASI PERANGKAAN Pemilihan konstruksi Penentuan berat dan luas geladak Pemilhan bahan sruktur Tiang pancang Pola perangkaan Rangka tubular Perencanaan geladak PENENTUAN UKURAN AWAL kLr, d/t, d/D, t/T ANALISA BEBAN Analisa beban operasional Analisa beban lingkungan Penentuan karateristik gelombang Penentuan teori gelombang yang sesuai Beban gelombang Beban arus Beban angin INPUT DATA PROGRAM OUTPUT DATA PROGRAM ANALISA IR < 1 YA KONFIGURASI OPTIMAL Type perangkaan Gemetri struktur Berat material STOP Jackson agung p D 321 07 008 -4TIDAK
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PRARANCANGAN 2.1.1 Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi pembangunan struktur BLP didasarkan pada sedikit banyaknya persediaan minyak bumi yang ada pada lokasi tersebut. Pemilihan lokasi ini dapat ditentukan dengan mengadakan survey dan pengecekan pada lokasi. Hasil survey ini selain menentukan ada tidaknya minyak bumi juga berperan dalam penentuan letak dan jenis konstruksi yang akan dibangun, pemilihan pondasi yang sesuai dan juga penentuan metode pengangkutan konstruksi dan atau minyak bumi itu sendiri menuju tempat pemasaran (distribusi). 2.1.2 Karakteristik Lingkungan Penentuan kondisi lingkungan untuk perancangan anjungan harus dikonsultasikan dengan baik antara pihak perancang dengan pihak dinas meteorologi dan geofisika. Hal ini disebabkan terdapat dua jenis kondisi lingkungan untuk perancangan bangunan lepas pantai, yaitu : 1. Kondisi (Lingkungan) Normal, adalah kondisi yang diperkirakan akan sering terjadi di lokasi lepas pantai setempat. Kondisi ini penting baik selama anjungan masih dalam tahap pemasangan, maupun selama umur kerja anjungan di lokasi yang dimaksud. 2. Kondisi (Lingkungan) Ekstrim adalah kondisi yang jarang terulang di lokasi lepas pantai setempat selama umur kerja anjungan di lokasi tersebut. Kondisi ini penting untuk penentuan beban rancang. Semua data yang didapat mengenai karakteristik lingkungan untuk kondisi normal dan ekstrim harus didokumentasikan dengan baik, dan sumber data harus dicatat.
Adapun karakteristik lingkungan yang dimaksud adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Angin. Gelombang. Pasang Surut. Arus. Proses geologi aktif berupa gempa bumi, patahan, ketidakstabilan dasar laut, penggerusan, gas dangkal. Tumbuhan Laut. Data lingkungan lainnya seperti; sedimentasi, kabut, udara dan suhu air laut. 2.1.3 Pemilihan Konfigurasi Struktur 2.1.3.1 Pemilihan Konstruksi Ada beberapa jenis fungsi anjungan lepas pantai, antara lain anjungan pengeboran, anjungan produksi, anjungan akomodasi, anjungan instalasi, dan lain-lain. Struktur rancangan anjungan lepas pantai ini direncanakan berfungsi sebagai gabungan dari anjungan produksi dan anjungan pengeboran yang dikenal dengan nama self-contained drilling and production platform . Struktur ini terdiri dari sumur-sumur beserta persediaan dan peralatan pengeboran, dan ditambahkan dengan fasilitas-fasilitas produksi. Self contained platform standar memiliki dua buah geladak, empat tiang pancang, menggunakan jenis struktur template, dan melayani sekitar 12 24 buah sumur. Peralatan pengeboran umumnya dipasang pada geladak atas (upper deck), dan peralatan produksi ditempatkan pada geladak bawah (lower deck). Ada dua jenis struktur yang biasa menopang self-contained platform, yaitu anjungan template/jacket dan anjungan menara (tower platform), keduanya merupakan struktur terpancang. Dalam rancangan ini akan digunakan struktur terpancang tipe jacket steel platform. Struktur ini, yang sekarang paling banyak digunakan, terdiri dari struktur jacket dan struktur geladak yang diletakkan diatasnya. Geladak ditumpu oleh tiang pancang yang dipancangkan ke dasar laut melalui kaki jacket. Tiang pancang bukan hanya sebagai penumpu geladak saja
. . . .
(2.4) Dengan : P W n = beban oleh tiang pancang = berat total = jumlah tiang pancang
1. Penentuan Ukuran Tiang Pancang a) Diameter Tiang Pancang Tabel 2.1 Penentuan Diameter Tiang Pancang Berdasarkan Kapasitas Axial D tiang pancang (inchi) 30 36 39 42 48 54 60 72 84 Kapasitas lateral (ton) 50-75T 70-90 80-110 110-125 120-150 150-200 200-250 250-275 275-350 Kapasitas axial (ton) 250-750 500-1000 1000-1750 1500-2250 2000-2500 2500-2750 2750-3000 3000-4000 4000-5000
b ) Tebal Dinding Tiang Pancang Tabel 2.2 Tebal Minimum Dinding Tiang Pancang Diameter Tiang Inch Mm 24 610 30 762 36 914 42 1067 48 1219 60 1529 72 1829 84 2134 96 2438 108 2743 120 3048 Tebal Minimal Inch Mm 0.5 13 3/16 14 16 11/16 17 3/4 19 3/8 22 1 23 11/8 28 11/4 31 13/8 34 11/2 37
Kakikaki jacket dimiringkan agar memiliki ruangan yang lebih besar pada dasar laut yang kemudian membantu dalam menahan momen guling yang timbul. Kemiringan kaki jacket berkisar 1/8-1/10. 2.1.3.5 Perangkaan Banyak pola yang biasanya dipakai pada perangkaan jacket bangunan lepas pantai, antara lain pola K, T, N, X, Y, dan kombinasi dari pola-pola tersebut. Pemilihan pola perangkaan yang digunakan ditentukan berdasarkan kedalaman perairan dan lokasi bangunan lepas pantai yang direncanakan. Tetapi pola perangkaan X seringkali dijumpai saat ini, karena pola perangkaan tersebut dapat memperpendek panjang efektif tanpa mengurangi kekakuan struktur rangka penyangga. Bila satu kaki rangka X dalam keadaan tertekan dan maka bagian yang lain tertarik dari lendutan ke luar bidang pada pertemuan kedua rangka tersebut. Keuntungan lainnya adalah diameter kedua rangka tersebut dapat dikurangi sehingga mengurangi beban gelombang pada anjungan, dan pola perangkaan ini cocok pada daerah rawan gempa seperti di Perairan Laut Jawa. 2.1.3.6 Rangka Tubular Parameter utama dari suatu sambungan tubular antara lain : D = diameter luar chord (m)
Selain rasio kerampingan, karakteristik penting lainnya dari rangka tubular adalah kestabilan penampang yang dinyatakan dalam radio diameter berbanding tebal dinding yang juga menentukan kestabilan terhadap buckling lokal. Untuk memperoleh tebal minimum ini digunakan tabel berikut : Tabel 2.4. Rasio D/t Komponen Struktur Rangka Kaki Struktur Sambungan Kaki Brace Sambungan Brace Kaki Geladak Brace Truss Geladak D/t 45 30 35 40 60 35 40 35 40 35 45
Sedang nilai K dapat ditentukan dari tabel : Tabel 2.5 Nilai Faktor Panjang K Part of Stuctur Top Deck Leg : o With Bracing o Portal (without bracing) Jacket Leg and Piling : o Grouted Composite section o Ungrouted Jacket Leg o Ungrouted Piling between Shim Points Deck Truss Web Members : o In Action Plane o Out of Plane Action Jacket Braces : o Face to face Length of Main Diagonals o Face of Leg to Centerline of Joint Length of K Brace o Longer Segment Length of X Brace o Secondary Horizontals o Deck Truss Chord Members value of k 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 0,8 1,0 0,8 0,8 0,9 0,7 1,0
Di samping parameter sambungan di atas, juga sering dikenal beberapa parameter sambungan yang tidak berdimensi. 1. Aspek Parameter (d/D) Nilai antara 0,4 < , 0,7. Bila , 0,3 memberikan gambaran kemungkinan kegagalan sambungan terutama dalam bentuk kerusakan sambungan las akibat tarikan atau desakan brace pada sisi chord, atau kegagalan desakan geser (punching shear failures). Bila > 0,8 kemungkinan kegagalan terjadi dalam bentuk keruntuhan ( collaps) pada chord. Bila 0,3 < < 0,8 kemungkinan kegagalan dalam bentuk interaksi antara punching shear dan collaps. 2. Aspek Parameter (R/T) Nilai memberikan gambaran ketipisan dari struktur turbular. Kegagalan yang sering terjadi adalah bentuk tekukan (buckling), akibat dari hoop
Geladak ini terletak paling bawah dari susunan geladak, karena alat-alat yang digunakan untuk kegiatan produksi tidak membutuhkan ruang yang luas. Geladak ini dimaksudkan sebagai tempat pengolahan dan pemisahan antara minyak dan gas sebelum didistribusikan ke darat. Geladak Pengeboran (Drilling Deck)
Geladak ini terletak di atas geladak produksi. Pada geladak ini ditempatkan fasilitas-fasilitas pengeboran seperti drilling derrick yang membutuhkan ruangan terbuka dan bebas. Geladak Instalasi (Instalation Deck)
Geladak ini digunakan sebagai tempat instalasi-instalasi pembantu proses ekspoitasi, seperti bengkel dan fasilitas derek. Geladak Tempat Tinggal (Quarter Deck) itu disiapkan tempat tinggal yang direncanakan dengan
Pada anjungan lepas pantai perlu pengawasan yang harus selalu dikontrol, untuk memperhatikan keselamatan dan kenyamanan untuk para pekerja. Geladak Helikopter (Helideck) Helikopter digunakan untuk mempermudah pengangkutan pekerja dari darat ke anjungan dan sebaliknya yang terletak di tengah laut. Bentuknya dapat berupa lingkaran ataupun persegi. 2. Kaki Geladak Seperti halnya perencanaan pile, perencanaan kaki geladak juga mempertimbangkan beban aksial yang akan ditumpu selain pertimbangan beban Jackson agung p D 321 07 008 - 15 -
Gambar 2.4 Prosedur Instalasi Struktur Jacket Jackson agung p D 321 07 008 - 17 -
ditimbulkan oleh lingkungan (alam) dimana struktur bangunan lepas pantai tersebut dioperasikan. Beban Fabrikasi (Fabrication Load); merupakan beban-beban yang diakibatkan oleh pembuatan/fabrikasi, pengangkutan, peluncuran dan pemasangan/instalasi di lokasi operasi. Beban Dinamis (Dynamic Load): merupakan beban yang ditimbulkan oleh reaksi terhadap gelombang, arus, angin, gempa bumi, permesinan dan lainlain yang bersifat siklis. Khusus untuk kondisi pembebanan lingkungan, dikategorikan dalam dua kondisi khusus yakni : 1. Kondisi pembebanan lingkungan normal; merupakan kondisi yang sering terjadi di lokasi operasi struktur bangunan lepas pantai. 2. Kondisi pembebanan lingkungan ekstrim; merupakan kondisi yang jarang terjadi di lokasi operasi struktur bangunan lepas pantai. Jackson agung p D 321 07 008 - 18 -
Gambar 2.5 2. Penentuan Teori Gelombang yang Sesuai Pada umumnya gelombang di alam adalah sangat kompleks dan sangat sulit dinyatakan dalam persamaan matematis. Untuk itu digunakanlah berbagai teori gelombang yang merupakan pendekatan-pendekatan permasalahan tersebut. Teori gelombang tersebut antara lain; Teori Gelombang Airy, Teori Stokes, Teori Cnoidal, Teori Gelombang Cappelear, dan Teori Gelombang Solitary. Penentuan teori gelombang yang digunakan dalam analisa struktur bangunan lepas pantai didasari berbagai parameter yang telah diketahui. Parameter tersebut antara lain grafik hubungan h/ dengan H/ (Gambar 3.2). Dengan h menyatakan kedalaman perairan, H menyatakan tinggi gelombang, menyatakan panjang gelombang dan T menyatakan periode gelombang. Jackson agung p D 321 07 008 - 21 -
Gambar 2.6 Grafik Hubungan Panjang Gelombang, Tinggi Gelombang, dan Kedalaman Selain grafik hubungan tersebut, terdapat kondisi yang disyaratkan dalam penggunaan teori gelombang. Kondisi tersebut dinyatakan dalam tabel 3.1. Tabel 2.6 Kondisi yang Disyaratkan dalam Penentuan Teori Gelombang Teori Gelombang Conidal Solitary Stokes Airy
Sumber : Teknik pantai
Kondisi Yang disyaratkan h/ < 0,1 h/ <0,02 h/ > 0,1 h/ <0,05 (air dangkal) h/ >0,5 (air dalam) H2/h3 > 15 H2/h3 > 15
H2/h3<15
3. Teori Gelombang Laut Pada umumnya bentuk gelombang di alam sangat kompleks dan sulit digambarkan secara matematis ; karena ketidak-linieran, efek tiga dimensi dan bentuk yang random (suatu deret gelombang mempunyai tinggi dan periode yang berbeda). Terdapat beberapa teori dengan berbagai derajat kompleksitas dan ketelitian untuk menggambarkan gelombang di alam, antara lain Airy, Stokes, Cnoidal dan Soliton.
Teori Gelombang Airy Teori Gelombang Airy merupakan teori gelombang paling sederhana dari
semua teori gelombang yang ada. Teori ini berdasar atas batasan bahwa amplitudo gelombang yang terjadi, sangatlah kecil dibanding kedalaman laut dan panjang gelombangnya. Teori ini diturunkan dari persamaan Laplace untuk Irrotasional Flow dengan kondisi batas dasar laut dan permukaan air. Teori Gelombang Airy selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran. 2. Teori Gelombang Stokes Dalam proses linearisasi di teori Airy, persamaan gelombang diturunkan dengan mengabaikan suku (u2 + v2) dari persamaan Bernouli. Jika tinggi gelombang relatif besar, maka suku tidak linear tersebut, tidak boleh diabaikan. Olehnya diterapkan teori Stokes, dengan memperhitungkan besara-besaran yang berorde lebih tinggi; sehingga didapatkan nilai tambahan dari kompenen persamaan yang berorde lebih tinggi tersebut, seperti orde dua ,orde tiga dan seterusnya. Teori Gelombang Stokes selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran. 3. Teori Gelombang Cnoidal Untuk memformulasi gelombang panjang dengan amplitudo berhingga di laut dangkal, akan lebih sesuai jika digunakan teori gelombang Cnoidal. Gelombang Cnoidal adalah gelombang periodik yang lazimnya mempunyai
D 2
4
ax
. . . . (2.10)
dimana :
= Kerapatan Fluida
CD = Koefisien Gesek (menurut API, 1980 = 0,6 ~ 1,0) CI = Koefisien Inersia (menurut API, 1980 = 1,5 ~ 2,0) u = Kecepatan Air Horizontal ax = Percepatan Air Horizontal. Beban gelombang pada tiang vertikal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : F = FD + FI selinder yang masing-masing mempunyai persamaan : . . . . (2.11) Nilai FD dan FI menyatakan gaya gesek dan gaya inersia yang bekerja pada
sinh 2 ky 2ky cos t cos t + 2 H 2 sinh kh sinh 2 kh ( )
CD D
FD = dan 32k
. . . . (2.12)
2 H
. . . . (2.13)
b) Gaya Gelombang Pada Tiang Silinder Arah Sembarang Penggunaan persamaan Morison pada silinder dengan kedudukan sembarang utamanya digunakan pada penentuan gaya gelombang pada bracebrace melintang dari struktur serta tiang-tiang pancang yang kedudukannya miring. Beberapa metode pendekatan untuk penggunaan persamaan Morison pada kasus seperti ini telah dikembangkan oleh Wade dan Dwyer (1976), namun yang paling konsisten adalah hasil pengembangan yang dilakukan oleh Chakrabarti dkk. (1975) yang membagi kecepatan dan percepatan air ke komponen normal dan komponen tangensial terhadap sumbu silinder dan hanya memakai komponen-komponen normal dalam persamaan Morison untuk menghitung gaya gelombang per unit panjang silinder. Arah gaya gelombang pada silinder miring adalah normal terhadap sumbu silinder, tapi dapat dibagi ke komponen-komponen horizontal dan vertikal. y
x z Gambar 2.7 Gaya Gelombang pada Tiang Silinder Jika gelombang dalam arah +x, resultan gerak air akan mempunyai kecepatan horizontal u dan kecepatan vertikal v, serta percepatan horizontal a x dan percepatan vertikal ay.dengan koordinat polar () yang menggambarkan posisi sumbu silinder, kecepatan normal partikel air untuk sumbu silinder dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : Jackson agung p D 321 07 008 - 25 -
12
. . . . (2.14)
Komponen percepatan air dalam arah x, y, dan z adalah : anx = ax - cx (cx ax + cy ay) any = ay - cy (cy ax + cy ay) anz = - cz (cx ax + cy ay) . . . . (2.18) . . . . (2.19) . . . . (2.20)
Dengan hubungan-hubungan ini, komponen gaya per unit panjang silinder yang bekerja dalam arah x, y, dan z dari pengembangan persamaan Morison adalah : fx = 1 / 2 CD vun + CI D anx
2
. . . . (2.21)
fy = 1 / 2 CD vun + CI
D 2
4
2
any
. . . . (2.22) . . . . (2.23)
fz = 1 / 2 CD vun + CI D anz
4
Jika L menunjukkan panjang silinder, maka gaya yang bekerja adalah : Fx = fxL ; Fy = fyL ; Fz = fzL Nilai CD dan CI merupakan koefisien gaya gesek dan koefisien gaya inersia, yang nilainya bervariasi sesuai dengan besarnya angka Reynold (R E), namun untuk perhitungan ini kita menggunakan nilai CD = 1,0 dan CI = 2,0.
2. Gaya Arus Gaya arus pada struktur merupakan kombinasi dari gaya angkat (lift) dan gaya drag. Gaya lift baru diperhitungkan bila pembebanan terjadi pada slinder panjang dengan perbandingan panjang diameter yang besar. Besar gaya arus pada struktur adalah : fL fD = 0,5 . . CL . D . UT2 = 0,5 . . CD . D . UT2 . . . . (2.25) . . . . (2.26)
dengan: fL = gaya angkat persatuan panjang (N/m) Jackson agung p D 321 07 008 - 27 -
2. Bidang Tangkap Angin Dari gambaran sketsa perencanaan bangunan lepas pantai (terlampir) bidang tangkap angin dibagi atas tiga bidang proyeksi, yaitu: a. b. c. Production deck. Drilling deck. Perlengkapan lainnya. 3. Gaya Angin Gaya angin yang bekerja pada sebuah struktur bangunan lepas pantai merupakan penjumlahan gaya-gaya yang diterima oleh masing-masing komponen struktur. Gaya angin tersebut timbul akibat adanya hambatan kekentalan udara dan adanya perbedaan distribusi tekanan di sisi komponen yang menghadap kearah angin dan sisi-sisi komponen lainnya. Besarnya gaya angin tergantung pada kecepatan hembusan angin dan ukuran serta bentuk dan struktur. Jackson agung p D 321 07 008 - 28 -
= masaa jenis udara = 1,29 kg/m3 = koefisien gaya angin = luas bidang angin (m2) = kecepatan angin (m/det)
Tabel 2.7 Nilai-Nilai untuk Koefisien Gaya Angin Obyek Balok Silinder Sisi sisi bangunan Proyeksi area platform
Sumber : data API 1980
Untuk obyek yang kedudukannya miring maka persamaan gaya angin yang lebih konservatif adalah : F = 0,5 . . C . A . V2 . cos . . . . (2.29)
Metode Pemancangan
Elevasi Muka Air Rencana Parameter lingkungan Ekstrim Elevasi muka air Kedalaman air tenang Mean water level (MWL) Pasang astronomi tertinggi ( HAT ) Pasang badai m 35,57 0 3,16 0,15 Kondisi Operasional m 35,57 0 1,40 0,15
Elevasi muka air rencana (SWL) = kedalaman air tenang + HAT + pasang badai = 35,57 + 3,16 + 0,15 = 38,88 m = 39 m Selanjutnya untuk perhitungan yang menggunakan nilai kedalaman air dipergunakan nilai elevasi muka air rencana ( SWL ) = 39 m dari mudline atau 3,43 m dari MSL. Jackson agung p D 321 07 008 - 31 -
Dari nilai tersebut maka teori gelombang yang cocok adalah Teori Gelombang Stokes yang diperoleh dari grafik hubungan h/T 2 dan H/T2 .
Maka menurut grafik diatas teori gelombang yang digunakan adalah Teori Gelombang Stokes. Fluktuasi muka air Persamaan permukaan gelombang stokes dapat dituliskan : Jackson agung p D 321 07 008 - 32 -
Untuk d/L = 0,25, maka dengan interpolasi parameter profil gelombang, parameter kecepatan serta parameter frekuensi dan tekanan dapat diperoleh sebagai berikut : F22 = 0,596 F24 = 0,888 F33 = 0,482 F35 = 1,641 F44 = 0,475 F55 = 0,508 G11 = 1,000 G13 = -0,959 G15 = -1,505 G22 = 0,181 G24 = 0,789 G33 = -0,023 G35 = 0,218 G44 = -0,001 G55 = 0,000 C1 = 1,108 C2 = 1,794 C3 = -0,021 C4 = 0,008
kH 3 5 a = aF aF + F 33 35 55 2
dimana : k = 2/ = 0,045 m-1 k.H/2 = 0, 207 Nilai a = 0,0451 diambil sebagai nilai awal proses iterasi untuk memperoleh nilai a, sehingga dari persamaan di atas diperoleh a = 0,2032 Untuk memperoleh nilai F1, F2, F3, F4 dan F5 adalah dengan rumus di bawah ini F1 = a F2 = a2F22 + a4F24 F3 = a3F33 + a5F35 F4 = a4F44 F5 = a5F55 Dari persamaan di atas maka dapat diperoleh nilai sebagai berikut ; F1 = 0,203 Jackson agung p D 321 07 008 - 33 -
maka : = 1/kFn cos n (kx t) = 0,22 cos + 0,58 cos 2 + 0,1 cos3 + 0,0455 cos 4 + 0,0037 cos 5 Dimana : = kx t Frekuensi gelombang ditentukan dengan persamaan dibawah ini = gk (1 + a2C1 + a4C2) tanh kh = 0,46 det-1
O 0 10 20 30 40 50 60 70
Kecepatan Angin Kecepatan angin dalam laporan cuaca adalah hasil pengukuran pada ketinggian 10 meter di atas permukaan laut atau tanah. Kemudian jika pengukuran dilakukan di pantai maka kecepatan angin akan ditambahkan sebesar 10 %. Kecepatan angin rata-rata ( V ) pada elevasi z dengan durasi waktu satu jam dapat didekati dengan persamaan berikut : Jackson agung p D 321 07 008 - 36 -
13 for gusts
Dari data awal diperoleh kecepatan angin ( V ) = 90 mph 40,23 m/s yang diasumsikan kecepatan angin rata-rata pada elevasi acuan. Maka dengan persamaan di atas diperoleh kecepatan rata-rata angin pada elevasi z = 50 m adalah :
V50
= V33
z 33
50 = 40,23 33
1 8
V50
= 42,37 m/s
Dengan persamaan yang sama, maka akan diperoleh kecepatan angin rata-rata pada berbagai tingkat elevasi yang disajikan dalam tabel berikut : y m 0 5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 V Gusts m/s 0 0 115,49236 136,603399 230,98473 273,26798 461,96946 546,53596 692,95419 819,80394 923,93891 1093,0719 1154,9236 1366,3399 1385,9084 1639,6079 1616,8931 1912,8759 1847,8778 2186,1438 2078,8626 2459,4118 2309,8473 2732,6798 Sustained
Tabel Kondisi lingkungan Hasil dari perhitungan dan analisa data lingkungan disajikan secara lengkap dalam tabel kondisi lingkungan sebagai berikut : Tabel 3.1 kondisi lingkungan perencanaan Parameter Elevasi Muka Air Kedalaman Air Tenang Mean Water Level (MWL) Pasang Astronomi Tertinggi (HAT) Pasang Badai Muka Air Rencana Gelombang Tinggi Periode Panjang Kecepatan Angin Ketinggian 0 5 10 20 30 40 50 60 Jackson agung p D 321 07 008 - 38 kondisi Ekstrim m 35,57 0 3,16 0.15 39 9,2 9,7 detik 139,05 Sustained m/s 0 115,49236 230,98473 461,96946 692,95419 923,93891 1154,9236 1385,9084 operasional m 35,57 0 3,16 0.15 39 9,2 9,7 detik 139,05 Gusts m/s 0 136,63399 273,26798 546,53596 819,80394 1093,0719 1366,3399 1639,6079
Estimasi Luas dan Berat Geladak Estimasi Luas Geladak Dengan menggunakan metode ringkas ( rapid/thumb method ) dapat ditentukan luas geladak dari grafik pada buku Planning and Design of Fixed Offshore Platforms halaman 39. Untuk kapasitas produksi sebesar 150.000 BOPD, dari kurva tengah ( Estimated median) diperoleh luas geladak sebesar 26.050 ft2 atau sekitar 2420m2. Syarat dari metode ini adalah dengan mengasumsikan bahwa kantilever section termasuk dalam area deck dan mengaplikasikan beban merata (uniform load) sebesar 500 psf pada type anjungan di teluk Meksiko, 750 1000 psf untuk tipe anjungan di lingkungan laut utara. Dalam hal ini, kondisi perairan selat makassar dianggap tipikal dengan Perairan Teluk Meksiko.
Dari grafik diperoleh luas geladak = 26.050 ft Jackson agung p D 321 07 008 - 39 -
Dari perhitungan beban terdistribusi terhadap luas diperoleh berat deck operasional = 6534 tons. Estimasi dengan Grafik Dengan menggunakan estimated median curve pada warm climate anjungan diasumsikan sebagai anjungan bertekanan rendah. a) Berat kering (WD) Berat kering yaitu berat yang dihitung berdasarkan berat pabrik peralatan saat kosong yang dibagi ke dalam tiga komponen yaitu : 1. Peralatan utama ; 2. Bulks ; 3. Struktur baja geladak. Berat kering secara keseluruhan ditentukan berdasarkan grafik hubungan jumlah produksi minyak perhari (BOPD) dengan berat kering. Kurva yang digunakan adalah kurva terbawah ( Estimated Lower Limit) pada daerah Warm Climate. Sehingga dari grafik diperoleh berat kering untuk 150.000 BOPD adalah sebesar 5000 ton. Berat kering akan digunakan sebagai beban pada analisa struktur anjungan pada kondisi badai di mana pada saat itu anjungan tidak beroperasi. b) Berat Operasional (WO) Berat operasional adalah berat yang terdiri dari bahan habis pakai dan kandungan bahan cair pada bejana dan pipa, yang ditambahkan. Jackson agung p D 321 07 008 - 40 -
Rangka deck berfungsi mentrasfer beban dari area deck ke kaki-kaki deck, dari kaki akan diteruskan ke jacket dan berakhirpada system pondasi yang ditopang oleh daya dukung tanah. Berdasarkan mekanisme transfer beban maka perencanaan akan dilakukan berdasarkan urutan tersebut.
Rencana Perangkaan Geladak Rencana perangkaan deck dapat dilihat pada gambar berikut Jackson agung p D 321 07 008 - 44 -
Top View
Deck Structur Arrangement Plat Geladak Pemilihan Ukuran Plat Geladak Jackson agung p D 321 07 008 - 45 -
Coba/pilih plat baja = A 36 tebal = inch Tegangan izin Fb = 0,67 x 36 = 24,0 ksi Modulus penampang
S= t 2 0,5 2 = = 0,042 inch3 6 6
OK
OK
Maka plat baja A36 ; dengan ketebalan t = inch, dapat digunakan sebagai plat geladak. Balok Geladak Daerah Pembebanan pada Balok Geladak Gambar berikut menunjukkan rencana pembalokan deck dan area pembebanan yang ditopang oleh tiap balok deck dengan jarak = 1.5 m tiap balok deck akan menerima beban area setengah dari kiri dan setengah dari kanan dari jarak antar balok deck/bentangan plat. Beban ini merupakan beban area yang diteruskan dari plat deck.
Rencana Pembalokan Geladak dan Area Pembebanan Pemilihan Ukuran Balok Geladak Untuk perencanaan praktis, dalam perencanaan balok geladak, akan diambil bentangan terpanjang sebagai acuan penentuan ukuran balok geladak, seperti yang digambarkan pada diagram benda bebas (freebody diagram) di atas di mana w bekerja sepanjang bentangan terpanjang. Selanjutnya akan dihitung momen dan modulus penampang dari balok. Dari gambar di atas : w L = 5q = 1,5 m x 23,98 kn/m2 = 35,975 kn/m = 13 m Momen maksimum
M maks = wL2 13 2 = 35,975 = 608 kN m = 5381 kip - in 10 10
Sebagai dasar digunakan baja A36 dengan Fb = 24 ksi, kemudian hitung modulus penampang
S perlu = M maks 5381 = = 224,21 inch3 Fb 24
Coba W33x152;
Sx d bf tw tf
= 487 inch3 = 53,82 inch = 19,98 inch = 0,98 inch = 1,5 inch
OK OK
OK
OK
Maka profil W33x152 dengan S = 460,1 inch baja A36 Dapat digunakan sebagai balok geladak. Pemilihan Ukuran Kaki Geladak Telah direncanakan bahwa elevasi Cellar Deck adalah 13 m di atas MSL, sehingga dengan dasar tersebut dapat dihitung tinggi kaki geladak. Dalam perencanaan ini tinggi kaki geladak sama dengan elevasi Cellar Deck yaitu 13 m. Untuk menentukan ukuran dari kaki geladak terlebih dahulu perlu diketahui beban yang bekerja padanya, antara lain : 1. Gaya angin pada geladak. 2. Gaya gelombang pada kaki geladak. Beban Operasional Pada geladak telah diaplikasikan beban merata sebesar 500 psf, di mana beban ini telah mencakupi berat struktur, berat peralatan dan berat suplay. Kemudian dari perhitungan luasan geladak diperoleh berat operasional geladak adalah 6750 tons Beban Lingkungan Gaya Angin Pada Geladak Arah Terpa Angin Untuk memperoleh gaya maksimum pada geladak maka arah terpa angin diterapkan tegak lurus dengan diagonal bidang horizontal geladak pada gambar berikut :
Titik Tangkap Gaya Angin Asumsi elevasi peralatan pada main deck = 6 m Dari analisis di atas maka struktur geladak yang dikenai beban angin dapat dilihat pada table berikut :
Struktur Cellar Deck Elevasi (m ) (+) 13 s/d (+) 22,5 Panjang bidang tangkap angin ( 55 + 22 ) = 59,2 m
Maka gaya angin pada geladak adalah : Main Deck Luas bidang tangkap angin pada geladak produksi adalah : AMain Deck =
(55 2 + 22 2 ) 9,5 = 562,4m 2
Titik tangkap angin dan kecepatan pada geladak adalah : YMain Deck = 13 +
22,5 13 = 17,75m 2
Kecepatan angin pada ketinggian 17,75 m adalah : V33= 90 mph = 46,305 m/s
y V17 , 75 =V33 33 V17 , 75 V17 , 75
1 13
1 13
Dengan menggunakan formula API RP2A, maka gaya angin pada geladak produksi adalah :
F = 0,00256v 2 C s A
F = gaya total Dengan Cs ( koefisien bentuk ) = 1,0 untuk overall projected area of platform, maka : FMain Deck FMain Deck FMain Deck Cellar Deck Luas bidang tangkap angin pada geladak pengeboran adalah : ACellar Deck =
(59 2 + 22 2 ) 9,5 = 562,4m 2
Titik tangkap angin dan kecepatan pada geladak adalah : YCellar Deck = 22,5 +
28,5 22,5 = 67,5m 2
1 13
Dengan menggunakan formula API RP2A, maka gaya angin pada geladak pengeboran adalah :
F = 0,00256v 2 C s A
Dengan Cs ( koefisien bentuk ) = 1,0 untuk overall projected area of platform, maka : FGeladak Pengeboran = 0,00256 x ( 48,92 )2 x 1,0 x 562,4 FCellar Deck = 3445,5 N FCellar Deck = 3,4455 kN Sehingga total gaya angin pada geladak adalah : Ftotal = FMain Deck + FCellar Deck = 2806 N + 3445,5 N = 6251,5 N Elevasi titik tangkap gaya angin total Elevasi titik tangkap gaya angin total = ( 17,572 + 26,7 + 31,5) / 3 = 25,26 m dari MSL = 27,25 13 = 14,25 m dari geladak produksi Gaya Gelombang pada Kaki Geladak Diketahui tinggi elevasi gelombang maksimum pada saat pasang adalah : Elevasi gelombang maksimum = 0,5Hmax + HAT + Storm Tide = 0,5 ( 9,2 ) + 1,4 + 0,15 = 6,15 m geladak tidak akan menerima beban gelombang. Perhitungan Rangka Turbular Kaki Geladak Penentuan ukuran kaki geladak dapat dihitung dari beban aksial yang bekerja. Ukuran kaki geladak dihitung dengan cara sebagai berikut : Jackson agung p D 321 07 008 - 51 di atas MSL Sedangkan elevasi kaki jacket dimulai pada elevasi 3,6 m di atas MSL. Sehingga
dari rasio D/t = 45 untuk kaki jacket maka : Dout = Dinner + 2t Dinner = Dout - 2Dout /45 Dinner = 1 Dout - 2Dout /45 41 Dout = 43/45 Dout = 39,5
t = Dout/45
Do chord
= 35 tchord
Do chord
= 41 + 3 = 44
Pengikat Kaki Jaket ( Brace ) Untuk menentukan ukuran awal brace, digunakan rumus pendekatan dengan rasio kL/r ( Planning and design of Fixed Offshore Platform; 564 ). a. Brace Horisontal Diambil nilai perbandingan kL/r = 70, k = 0,7. L = panjang brace ( bagian terpanjang pada kaki struktur ) = 21 m = 830,71 kL/r = 70 70 d r = 0,7 x 830,71 / 0,35d = 23,73 = 8,31
Ketebalan brace dapat ditentukan menurut tabel 4, dipilih rasio D/t = 40, sehingga : D/t = 40 t t = 23,73 / 40 = 0,59 = 0,75
Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut tabel 4, dipilih rasio D/t = 30, sehingga : D/t = 30 t t = 23,73 / 30 = 0,79
nil ai 0,6
b.
Brace N Diambil nilai perbandingan kL/r = 80, k = 0,8. L = panjang tak ditumpu yang terpanjang = 22,11m = 940,942 kL/r = 80 80 d r = 0,8 x 940,942 / 0,35d = 26,88 = 9,41
Ketebalan brace dapat ditentukan menurut tabel 4, dipilih rasio D/t = 40, sehingga : D/t = 40 t t 35, sehingga : D/t = 35 t t = 26,88 / 35 = 0,77 = 26,88 / 40 = 0,65
0,75
Kontrol Nilai Perencanaan = d/D (0,4 < < 0,8) = D/2T ( 10)
nilai 14,6 7
c. Brace X Diambil nilai perbandingan kL/r = 80, k = 0,8. L = panjang tak ditumpu yang terpanjang = 20,05 m = 842,56 kL/r = 80 80 d r = 0,8 x 842,56 / 0,35d = 24,07 = 8,42
Ketebalan brace dapat ditentukan menurut tabel 4, dipilih rasio D/t = 40, sehingga : D/t = 40 t t 35, sehingga : D/t = 35 t t = 24,07 / 35 = 0,68 = 24,07 / 40 = 0,6
0,75
Kontrol Nilai Perencanaan = d/D (0,4 < < 0,8) = D/2T ( 10)
nil ai 0,5
d.
Brace k
Ketebalan brace dapat ditentukan menurut tabel 4, dipilih rasio D/t = 40, sehingga : D/t = 40 t t 35, sehingga : D/t = 35 t t = 24,07 / 35 = 0,68 = 24,07 / 40 = 0,6
0,75
Kontrol Nilai Perencanaan = d/D (0,4 < < 0,8) = D/2T ( 10)
nil ai 0,5
Tampak Atas
Rencana Perangkaan/Konfigurasi Jacket Berikut ini rencana pola rangka/ konfigurasi dari jacket yang akan direncanakan :
Tampak Depan
Tampak Samping
Perhitungan Beban Lingkungan Perhitungan Gaya Gelombang Untuk h/ = 0,25, maka dengan interpolasi parameter profil gelombang, parameter kecepatan serta parameter frekuensi dan tekanan dapat diperoleh sebagai berikut : F22= F24= F33= F35= F44 = F55 = 0,543872683 0,790636281 0,427575712 1,405927075 0,396309025 0,406042338 G11 = G13 = G15 = G22 = G24 = G33 = G35 = G44 = G55 = 1 -0,734411933 -1,009587464 0,059369595 0,579321079 -0,010218171 0,141605997 0,001703028 0 C1 = C2 = C3 = C4 = 1,046684797 1,490720958 -0,010515142 0,003406057
Untuk parameter nilai a dapat ditentukan sebagai berikut a = (kH/2) a2F33- a5(F35 + F55) Jackson agung p D 321 07 008 - 58 -
F1= 0,206292718 F2= 0,024577317 F3= 0,004279014 F4= 0,000717744 F5= 0,000151702 Kecepatan gelombang c dapat dicari dengan menggunakan persamaan di bawah ini : C = [ g/k (1+ a2C1 + a4C2) tanh kh]1/4 = 14,58 ft/dtk Untuk memperoleh nilai dari G14 sampai G5 dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut : G1 = aG11 + a3G13 + a5G15 = 0,199468 G2 = 2(a2G22 + a4G24) = 0,0071515 G3 = 3(a3G33 + a5 G35) = -0.0001104 G4 = 4a4G44 = 0.0000123 G5 = 5a5 G55 Jackson agung p D 321 07 008 - 59 -
dan G 1 =
Gn .
u = 0,3430302 m/s Dengan cara yang sama kecepatan arah vertikal dapat dihitung, V = (/k) .
5 1
Gn .
v = -0,066119 m/s Untuk selanjutnya pada elemen yang lain dapat dilihat pada Lampiran. Sesuai dengan persamaan di bawah Un = Gn (cosh nky/sinh nkh) Vn = Gn (sinh nkhy/sinh nkh) Dan harga dari : R1 = 2U1 U1U2 V1V2 U2U3 V2V3 Jackson agung p D 321 07 008 - 60 -
V1 0,005494
V2 3,97211E-05
V3 -9,42283E-08
V4 1,45E-09
V5 0
R1 0,0820899
R2 -0,001111
R3 -1,94194E-05
R4 1,93E-08
R5 -3,96954E-10
S1 0,0109815
S2 0,000158905
S3 -1,36638E-06
S4 4,06E-08
S5 -1,25227E-10
Percepatan partikel air horizontal dan vertikal dapat dicari untuk tiap elemen. Sebagai contoh elemen 76 dengan x = 20,25 m dan y = 2,84375 (untuk t = 0 detik): ax = kc2/2 .
5 1
Rn sin n(kx - t)
ax = 0,33292211
5 1
ay = (-kc /2) .
cos n(kx - t)
Gaya Gelombang (Silinder pada kedudukan Sembarang) Untuk silinder yang memiliki kedudukan sembarang, sebelum menentukan kecepatan dan percepatan partikel air serta gaya gelombang pada masing-masing elemen, terlebih dahulu ditentukan sudut kemiringan terhadap sumbu x dan sumbu y ( dan ), berikut ini rumus yang dapat digunakan : = arc cos (Lx/Lxz) Lx = xk - xj Ly = yk - yj Lz = zk - zj L = (Lx2 + Ly2 + Lz2)1/2 Sebagai contoh elemen 76 dengan sudut 90 0-;860, sesuai dengan persamaan di bawah maka dapat diperoleh harga dari : Cx = sin . cos = sin 90o . cos 86o = 6,11381E-17 cy = cos = cos 86o = 0,0624 cz = sin sin = sin 90o . sin 86o = 0,99805 = arc cos (Ly/L)
Selanjutnya kecepatan dan percepatan dapat ditentukan sesuai persamaan di bawah dengan contoh elemen 76 dengan x = 20,25 m dan y = 2,84375 adalah sebagai berikut : Wn W76 unx u76x vny v76y wnz w76z anx any = [u2 v2 (cxu + cyv)2]1/2 = 0,336572486 m/s2 = u cx (cxu + cyv) = 0,343030231m/s2 = v cy (cxu + cyv) = 0,065861486 m/s2 = -cz (cxu + cyv) = -0,004116343 m/s = ax cx (cxax + cyay) = 0,332922107 m/s2 = ay cy (cxax + cyay)
fz = 0,003148124 kN Dengan persamaan di bawah, maka gaya normal persatuan panjang pada elemen 76 adalah : f = (fx2 + fy2 + fz2)1/2 = 0,328913361 kN Gaya total pada elemen 76 dengan L= 13,02537 m dan dengan persamaan di bawah untuk masing-masing arah adalah : Fx = fx . L = 9,5633476 N Fy = fy . L = -0,6548099 N Fz = fz . L = 0,04092562 N Untuk elemen yang sebagian di bawah dan sebagian di atas permukaan air, maka L = (h yj) /cos.
Karena perhitungan ini menggunakan metode massa terkumpul, maka luasan titik kumpul dari struktur yang tercelup merupakan nilai yang berpengaruh, sehingga persamaan diatas menjadi : FL = 0,5 .CL.A.UT2 FD = 0,5 .CD.A.UT2 dimana A menunjukkan nilai luas area titik kumpul. Misalnya untuk titik kumpul 4 dengan diameter batang adalah 0,603 m, UT sebesar 0,167 m/s Luas area titik kumpul sehingga : fL fD Ftotal = 0,5 .CL.A.UT2 = 0,0000281 kN/m = 0,5 .CD.A.UT2 = 0,0000845 kN/m = fL + fD A = 0,25 x 3,14 X (0,167)2 = 0,021 m2
BAB IV KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan beban-beban lingkungan yang bekerja pada struktur anjungan lepas pantai, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Untuk memperoleh elemen struktur yang terkoreksi oleh kontrol ukuran, maka dipergunakan berbagai diameter pile, sesuai dengan ukuran panjangnya. Beban gelombang maksimum akibat gaya drag dan gaya inersia tidak terjadi secara bersamaan, sehingga untuk memperolehnya, maka perlu ditinjau beberapa fase gelombang. Beban gelombang terbesar terjadi pada daerah permukaan laut sebesar 1,177681621 kN pada elemen 56 hal ini disebabkan karena kecepatan dan percepatan partikel air yang semakin besar pada daerah permukaan. Jika ditinjau dari arah datangnya gelombang, maka gelombang terbesar dari arah samping anjungan (sudut 90 0 terhadap anjungan) karena jumlah kompenenn struktur yang terkena hempasan gelombang lebih banyak. Jackson agung p D 321 07 008 - 66 -
DAFTAR PUSTAKA
API Recomended Practice for Planning, Designing, and Constructing Fixed Offshore Platforms, 1980, American Petroleum Institute RP 2A, Dallas, Texas. Ardiansyah, Muh., 2004, Perencanaan Bangunan Lepas Pantai tipe Fixed Jacket Platform, Tugas Rekayasa, PS Teknik KElautan Unhas, Makassar. Baeda, A.Y., 2005, Panduan Pengerjaan Tugas Rekayasa Kelautan , Makassar. Graff, W.J., 1981, Introduction to Offshore Structures, Gulf Houston, Texas. G. S., Charles dkk, 1994, Struktur Baja, Erlangga, Jakarta. Hsu Teng H., 1984, Applied Offshore Structure, Gulf Publishing Co, Houston, Texas. H.D. Thomas, 1983, Offshore Structural Engineering, Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. Juswan dan Taufiqur Rachman, 2003, Struktur Bangunan Laut, Proyek Kerjasama Segitiga Biru, Makassar. Juswan, 1999, Pengantar Rekayasa Lepas Pantai , Proyek Kerjasama Segitiga Biru, Makassar. L. T., Ricky. Perencanaan Bangunan Lepas Pantai, Catatan Kuliah, ITB, Bandung. Publishing Co,
Fixed Offshore Platform, Van Nostrand Reinhold Company, New York. Proceeding Kursus Segitiga Biru Fakultas Teknik Kelautan ITS Surabaya, 1996. Triadmodjo, Bambang, 1999, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Lampiran - Lampiran