You are on page 1of 9

Asuhan Keperawatan Anak Leukimia

By admin on January 28th, 2009


I. PENGERTIAN

Leukemia merupakan penyakit maligna proliferatif generalisata dari jaringan pembuluh darah, biasanya melibatkan leukosit. (Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2). Leukemia adalah proliferasi patologis dari sel pembuat darah merah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga). Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang tidak normal, jumlahnya berlebihan, dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Kapita Selekta Jilid I). II. KLASIFIKASI
1. Leukimia Mieloid

Leukimia Limfositik Kronik, adalah suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebih seri granulosit yang relative panjang. Leukimia Mieloblastik Akut, adlah suatu penyakit yang merupakan neoplasma unilokal yang berasal dari transpormasi satu atau beberapa sel hematopoetik. 2. Leukimia Limfosid Leukimia Limfositik Kronik, adalah suatu gangguan limfoproliferasi yang ditemukan pada kelompok u7mur tua (sekitar 60 tahun) dengan perbandingan 2:1 untuk pria. Leukemia Limfoblastik Akut, adalah gangguan berupa proliferasi abnormal dalam sumsum tulang dan tempat-tempat ekstrameduler (di luar sumsum tulang, yaitu kelenjar limfe dan limpa). III. ETIOLOGI Faktor-faktor penyebabnya belum jelas atau tidak dapat diidentifikasi tetapi diduga oleh karena virus onkogenik. Faktor penyebab lain: Faktor eksogen: sinar radioaktif, bahan kimia. Faktor endogen: ras, kelainan kromosom.

http://catatanperawat.byethost15.com/wp-content/uploads/2009/01/patofisleukimia-anak.gif5.Patofisiologi a.Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia. b.Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. c.Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. d.Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian. (Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175)

manifestasi klinis 1. Anak kelihatan pucat. 2. Demam. 3. Anemia. 4. Perdarahan: ptekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi. 5. Kelemahan. 6. Nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. 7. Purpura. 8. Pembesaran hepar dan lien. 9. Gejala tidak khas: sakit sendi atau tulang karena infiltrasi sel-sel ganas. 10. Jika terdapat infiltrasi ke dalam susunan saraf pusat, dapat ditemukan tanda meningitis. 11. Peningkatan cairan cerebrospinal mengandung protein. 12. Penurunan glukosa.

II. PENGKAJIAN 1. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya 2. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot) 3. Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat 4. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus 5. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. 6. Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri. a.Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan. Tanda : kelemahan otot, somnolen. b. Sirkulasi Gejala : palpitasi. Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat. c. Eliminasi Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine. d. Makanan / cairan Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia. Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia monositik akut). e. Integritas ego Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan. Tanda : depresi, ansietas, marah. f. Neurosensori Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing, kesemutan. Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang. g. Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot. Tanda : gelisah, distraksi. h. Pernafasan Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal. Tanda : dispnea, takipnea, batuk. i. Keamanan Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan trauma minimal. Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati. j. Seksualitas Gejala : penurunan libido, menoragia, impoten. III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Darah lengkap: menunjukkan normositik, anemia normositik. 2. PT / PTT: memanjang. 3. LDH: mungkin meningkat. 4. Muromidase serum (lisozim): peningkatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik. 5. Asam urat serum / urine: mungkin meningkat. 6. Copper serum: meningkat. 7. Zinc serum: menurun. 8. Biopsi sumsum tulang belakang: SDM abnormal biasanya 750% atau lebih dari SDP pada sumsum tulang. 9. Foto dad dan biopsy nodus limfe: dapat mengindikasikan derajat keterlibatan. IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri Akut b.d pembesaran organ / nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemik. 2. Resiko tinggi perdarahan b.d trombositopenia.

3. Resiko tinggi infeksi b.d sel leukosit yang abnormal. 4. Kelelahan / kelemahan umum b.d anemia. V. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 1. Dx. Keperawatan: Nyeri Akut b.d pembesaran organ / nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemik. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 124jam, nyeri dapat berkurang atau terkontrol. Kriteria hasil: Nyeri terkontrol. Menunjukkan perilaku penanganan nyeri. Tampak dan mampu istirahat atau tidur. rasional intervensi 1. Kaji adanya nyeri. 2. Observasi TTV. 3. Posisikan nyaman dan sokong sendi ekstremitas dengan bantal. 2. Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi. 1. Mengindikasikan terjadinya komplikasi.

4. Evaluasi dan dukung mekanisme 3. Dapat menurunkan ketidaknyamanan tulang dan sendi. koping pasien. 5. Bantu / berikan aktivitas terapeutik, teknik relaksasi. 6. Berikan obat sesuai indikasi: analgesic, contoh: asematinofen (tylenol). 7. Narkotik, misal: kodein, meperdin (demetol), morfin, hidromorfan (dilaudis). 4. Penggunaan persepsi diri / perilaku untuk menghilangkan nyeri dapat membantu pasien mengatasinya lebih efektif. 5. Membantu manajemen nyeri dengan perhatian langsung. 6. diberikan untuk nyeri ringan yang tidak hilang dengan tindakan kenyamanan. 7. Digunakan bila nyeri hebat. 2. Dx. Keperawatan: Resiko tinggi perdarahan b.d trombositopenia.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 124jam, resiko perdarahan berkurang atau tidak terjadi perdarahan. Kriteria Hasil: TD dan nadi Stabil. HB dalam batas normal (>10 g / 100 ml). Trombosit dalam batas normal (> 50.000 / ml). intervensi 1. Kaji keadaan kulit / membran mukosa. 2. Pantau TD dan Nadi. 2. Perubahan dapat menunjukkan sebagai efek hipovolemia 3. Hindari tindakan yang dapat membuat cidera jaringan / perdarahan. (perdarahan). 4. Anjurkan klien untuk diet makanan halus. 5. Awasi pemeriksaan lab, misal: trombosit, HB / HT. 6. Berikan SDM, trombosit. 3. Jaringan rapuh dan trombositopenia meningkatkan resiko perdarahan meskipun trauma minor. 4. dapat mengurangi iritasi gusi. 5. Penurunan jumlah trombosit dan HB / HT mengindikasikan adanya perdarahan. 6. Memperbaiki atau menormalkan jumlah SDM dan kapasitas pembawa O2 untuk memperbaiki anemia, berguna untuk mencegah atau mengobati perdarahan. 3. Dx. Keperawatan: Resiko tinggi infeksi b.d sel leukosit yang abnormal. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224jam, kondisi klien baik dan resiko infeksi berkurang atau tidak terjadi infeksi. Kriteria Hasil: Suhu dalam batas normal (365-375 oC). rasional 1. Untuk mengetahui adanya resiko perdarahan dengan menemukan adanya ptieke, perdarahan gusi.

Leukosit dalam batas normal. Pasien dapat mengetahui tindakan yang dapat mencegah atau menurunkan resiko infeksi. intervensi rasional 1. Kaji adanya nyeri tekan pada area 1. Mengindikasikan infeksi lokal. eritema. 2. Hipertermia terjadi pada beberapa 2. Observasi suhu tubuh. tipe infeksi. 3. Berikan mandi kompres. 4. Berikan periode istirahat tanpa gangguan. 5. Berikan makanan tinggi protein dan cairan. 6. Awasi pemeriksan lab: DL terutama SDP, kultur gram / sensitifitas. 7. Berikan obat sesuai indikasi ex: antibiotik. 8. Kaji ulang foto thorak. 3. Membantu menurunkan demam. 4. Menghemat energi untuk penyembuhan, regenerasi seluler. 5. Meningkatkan pembentukan antibodi dan mencegah dehidrasi. 6. Penurunan jumlah SDP matur menunjukkan peningkatan resiko infeksi. 7. Mengobati infeksi khusus. 8. Indikator terjadinya atau penyembuhan komplikasi paru.

4. Dx. Keperawatan: Kelelahan / kelemahan umum b.d anemia. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224jam, kondisi klien membaik (kelemahan / kelelahan berkurang). Kriteria Hasil: Keadaan umum membaik. Mampu beraktifitas. intervensi 1. Kaji tingkat kelemahan klien. 2. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan. 3. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. rasional 1. Efek leukemia, anemia dan kemoterapi. 2. Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler. 3. Dapat meningkatkan pemasukan

4. Kolaborasikan dengan tim medis mengenai pengobatan antiemetik dan penambah darah.

dan menurunkan mual. 4. Untuk menurunkan mual setelah dilakukan kemoterapi, dan meningkatkan HB sehingga mengurangi kelelahan atau kelemahan.

DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep. Kes. R.I, Jakarta, 1993 Kapita Selekta Jilid I Prinsip Keperawatan Pediatrik, Rosa M. Sacharin Edisi 2, Jakarta, 1994 Asuhan Keperawatan Marylin E. Doengoes

You might also like