You are on page 1of 21

Dan demi sesungguhnya, Kami telah memberi kepada Nabi Ibrahim sebelum itu jalan yang benar dalam

bertauhid, dan Kami adalah mengetahui akan halnya. (Al-Anbiyaa' 21:51)

Walaqad ataina Ibrahima rusydahu (dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran). Sesungguhnya Kami telah menganugrahkan, melalui keagungan dan ketinggian urusan Kami, kepada Ibrahim al-Khalil kebenaran yang layak baginya seperti yang diberikan kepada tokoh rasul lainnya. Minqablu (sebelumnya), sebelum memberikan Taurat kepada Musa dan Harun. Wakunna bihi alimina (dan adalah Kami mengetahuinya), mengetahui bahwa dia berhak menerima kebenaran dan kenabian dari Kami.

NABI IBRAHIM TERHADAP AYAH DAN KAUMNYA


Dan sesungguhnya telah kami berikan kepada Ibrahim kecerdikannya dari sebelumnya. (51) Bermaksud lama sebelum Ibrahim diangkat menjadi utusan-Nya, dari dia uda remaja dia sudah dianugerahi Allah dengan kecerdikan. Allah memberikan keupayaan kepada Nabi Ibrahim keupayaan dan kesanggupan untuk membezakan perbuatan yang benar atau salah. Allah mempersediakan dirinya dengan kecerdasan buat menjadi teman setiaNya di kemudian hari.

Sebab Allah telah memperjelaskan di hujung ayat 51, Dan sesungguhnya kami terhadapnya adalah sangat tahu. kamilah yang sangat tahu dan mengaturnya. Kerana dia sedang kami persediakan menjadi Rasul. Ibnu Kathir menulis dalam tafsirnya: tentang cerita-cerita bahawa ayahnya menghantarkannya kepada sebuah gua di tengah padang sedang di saat menyusu. Dan setelah beberapa lama dalam gua itu dia keluar. Sampai di luar dia melihat binatang-binatang dan makhluk lain, di mendapat kecerdikan daripada pemandangan-pemandangan itu.

Maksud di dalam ayat ini ialah jauh sebelum diutus Tuhan menjadi Rasul, Tuhan telah memberinya kecerdikan dan kecerdasan.

Ketika ia berkata kepada bapanya dan kaumnya: "Apakah hakikatnya patung-patung ini yang kamu bersungguh-sungguh memujanya?" (Al-Anbiyaa' 21:52)

(ingatlah) seketika dia berkata kepada ayahnya dan kaumnya. (pangkal ayat 52). Ayah Nabi Ibrahim yang bernama Azar merupakan seorang pembuat patung-patung berhala dan kaumnya adalah kaum penyembah berhala. Maka kata Ibrahim kepada mereka: Apakah ptung-patung ini? Satu pertanyaan yang benar-benar menetang: Apa ini? Kayukah ini, batukan ini atau Tuhan? Kalau dia kamu katakan tuhan, diakah yang berkuasa menjadikan kamu sekalian, atau tangan kamu sekalian yang membuatnya? Yang kamu sekalian terus menerus memujanya? (hujung pangkal ayat 52) Memuja terus menerus siang, malam, petang dan pagi? Apa ini patungpatung yang hina yang kamu sembah-sembah? Kamu puja-puja? Patung yang tidak bernyawa, yang dibuat oleh tangan kamu sendiri, tidak memberi manfaat dan tidak memberi mudharat? Jangankan menolong kamu, sedangkan bergerak dari tempatnya saja dia tiada kuasa kalau kamu yang memindahkan.

Idz qala li`abihi waqaumihi ma hadzat tamatsilul lati antum laha akifuna (ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, Patung-patung apakah ini yang kamu sembah dengan tekun?). Apa artinya patung yang membuat kalian senantiasa berkhidmat terhadapnya? Pertanyaan ini merupakan kepura-puraan dari seorang yang mengetahui persoalannya, sebab dia mengetahui hakikatnya sebagai batu atau kayu yang kemudian dijadikan sembahan.

Diriwayatkan bahwa Ali r.a. melihat sekelompok orang yang sedang main catur. Dia berkata, Apa artinya patung-patung ini? Dia memandang bermain catur itu buruk, sehingga buah catur dipertanyakan sebagaimana Ibrahim a.s. mempertanyakan berhala. Hal itu juga mengisyaratkan bahwa memainkan anak catur dengan tekun seperti menyembah berhala. Dimakruhkan bermain dadu dan catur. Keduanya merupakan main-main. Jika dilakukan dengan taruhan, maka berjudi itu diharamkan dengan nash. Maisir merupakan istilah yang digunakan untuk setiap taruhan. Jika permainan itu dilakukan tanpa taruhan, maka ia merupakan main-main. Adalah Nabi saw. bersabda, Permainan seorang Mu`min adalah batil kecuali dalam tiga hal: permainan dalam melatih kuda, berlatih melepaskan panah dari busur, dan bermain-main dengan keluarga (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Nabi saw. juga bersabda, Siapa yang bermain catur dan dadu, dia bagaikan mencelupkan tangannya ke dalam darah babi (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Mereka menjawab: "Kami dapati datuk nenek kami selalu menyembahnya". (Al-Anbiyaa' 21:53)

Mereka menjawab: Telah kami dapati bapabapa kami menyembah kepadanya. (ayat 53) Inilah satu pengakuan yang amay lemah. Sebab mereka sendiri pun tidak mengerti apa gunanya berhala=berhala dan patung-patung itu disembah. Cuma mereka didapati bapabapa atau nenek moyang mereka telah melakukannya juga sejak dulu lagi. Ia mejadi amalan pusaka turun-temurun.

Qalu (mereka menjawab). Seolah-olah Ibrahim a.s. bertanya, Apakah gerangan yang telah mendorongmu menyembah patung? Mereka menjawab Wajadna aba`ana laha abidina (kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya), maka kami pun mengikuti mereka. Inilah jawaban orang yang tidak dapat menjawab dengan berdasarkan dalil.

Ia berkata: "Sesungguhnya kamu dan datuknenek kamu adalah dalam kesesatan yang nyata". (Al-Anbiyaa' 21:54)

Dia berkata: Sesungguhnya adalah kamu sekalian dan bapa-bapa kamu itu di dalam kesesatan yang nyata. (ayat 54) Dengan terus terang Nabi Ibrahim menyedarkan akal murni mereka bahawa perbuatan mneyembah dan memuja berhala itu adalah jalan yang sesat sematamata; baik pada kamu atau nenek moyang yang mempuasakakannya kepada kamu. Kamulah yang berakal bukanlah berhala itu. Kamulah yang berkuasa ke atas berhala-berhala itu, bukanlah berhala itu berkuasa ke atas kamu.

Qala laqad kuntum antum wa`aba`ukum fi dlalalim mubinin (Ibrahim berkata, Sesungguhnya kamu dan bapakbapakmu berada dalam kesesatan yang nyata). Demi Allah, hai orang-orang taklid, sesungguhnya kalian dan nenek moyang kalian yang telah menciptakan tradisi yang batil ini benar-benar berada dalam kesesatan yang besar dan kekeliruan yang jelas bagi setiap orang karena tidak berdasarkan atas dalil apa pun. Kebatilan tidak dapat berubah menjadi kebenaran, meskipun banyak orang yang mengatakannya demikian. Ayat ini mengisyaratkan bahwa sikap taklid itu mendominasi seluruh makhluk dalam menyembah hawa nafsu dan dunia kecuali orang yang diberi petunjuk oleh Allah.

Mereka bertanya: "Adakah engkau membawa kepada kami sesuatu yang benar (sebagai seorang Rasul), atau engkau dari orang-orang yang bermain-main sahaja?" (Al-Anbiyaa' 21:55)

Mereka berkata: Apakah engkau datang kepada kami ini dengan sungguh-sungguh atau adakah engkau dari orangorang yang main-main? (ayat 55) Ertinya setelah mereka mendengar celaan setegas itu daripada Nabi Ibrahim, mereka mengeluarkan pertanyaan yang sedemikian: Apakah kata-katamu itu sungguhsungguh atau main-main? kesesatan yang telah turun-temurun ini belum pernah ada selama ini orang yang menegurnya. Sebab itulah mereka tercengang. Apatah lagi yang bertanya ialah Nabi Ibrahim yang merupakan anak saudara mereka sendiri. Malah, anak dari salah seorang mereka yang membuat berhala. Mereka mengaharapkan beliau mempertahan perbuatan mereka bukannya mencela dan mengatakannya sesat.

Qalu aji`tana bilhaqqi am anta minallaibina (mereka menjawab, Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main) terhadap kami sehingga kamu melontarkan perkataan dengan nada main-main dan bergurau? Mereka mengira bahwa pandangan Ibrahim terhadap agama yang dianut banyak orang itu hanyalah main-main dan senda gurau. Ayat di atas mengandung isyarat yang halus, yaitu kaum yang benar dan para pencari kebenaran memandang pemuja dunia itu sebagai orang yang main-main dan memandang dunia sebagai permainan seperti ditegaskan Allah, Katakanlah, Allah. Kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam keasyikannya. Demikian pula para pemuja dunia berpandangan bahwa ahli agama itu adalah orang yang bermain-main dan melihat agama itu sebagai permainan dan senda gurau belaka.

Ia menjawab: "(Bukan bermain-main) bahkan (untuk menegaskan bahawa) Tuhan kamu ialah Tuhan yang mentadbirkan langit dan bumi, Dia lah yang menciptanya; dan aku adalah dari orangorang yang boleh memberi keterangan mengesahkan yang demikian itu. (Al-Anbiyaa' 21:56)

Dia berkata: Bahkan tuhan kamu ialah tuhan dari sekalian langit dan bumi yang menciptakan semua ini. (pangkal ayat 56) Nabi Ibrahim telah mneegarskan bahawa tegurannya itu adalah sungguh-sungguh bukannya main-main. Teranglah bahawa tidak ada gunanya berhala-berhala itu disembah. Sebab bukan dia yang menciptakan alam. Bahkan semua langit yang berlapis-lapis ini serta kamu semua adalah bertuhankan Allah SWT. Dialah yang menciptakan dan memelihara, oleh itu, Dialah yang berhak dan sepatutnya disembah. Berhala-berhala kamu ambil dari bumi, bumi ini Allah yang menciptakan. Adakah patut Dia yang Maha kuasa atas alam, namun kamu memuja yang lain? Dan aku adalah salah seorang dari orang yang naik saksi atas yang demikian. (hujung ayat 56) Sebagai pemimpin dalam kaumnya, utusan Allah yang memikul tugas yang menunjukkan jalan yang benar kepada mereka, Ibrahin telah menyatakan bahawa dirinya adalah salah seorang di antara orang yang naik saksi bahawa: Tiada Tuhan melainkan Allah!

Qala bal Rabbukum Rabbus samawati wal`ardlil ladzi fatharahunna (Ibrahim berkata, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah diciptakanNya). Dia menciptakannya untuk pertama kali tanpa didahului oleh model. Makna ayat: mengapa kalian menyembah sesuatu yang merupakan bagian dari makhluk? Wa ana ala dzalikum (dan aku, atas yang demikian itu), atas apa yang aku kemukakan, yaitu bahwa Tuhan kalian ialah Tuhan langit dan bumi saja, bukan selain-Nya, apa pun ia. Minasysyahidina (termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti), yang mengetahui Allah dengan benar. Makna ayat: Aku bukan orang yang bermain-main dengan pernyataanku itu, karena pernyataan itu didasarkan atas berbagai argumentasi yang pasti, yang kedudukannya sebagai saksi yang mematahkan aneka klaim palsu.

You might also like