Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI
Terapi elektrokonvulsif adalah suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang pada satu atau dua pelipis melalui kedua pelipis (ECT bilateral) atau melalui satu pelipis (ECT unilateral)
SEJARAH ECT
Penggunaan terapi ECT digunakan pada tahun 1938 Ugo Cerletti dan Lucio Bini (psikiatri italia) dg menggunakan arus listrik Pengobatan kejang obat-obatan/Pharmakologika convulsive therapy Woikhardt,1798 Menggunakan kompor Meduna,1933 Menggunakan larutan kompor 25% yg disuntikan IM Pada tahun 1930 mengobati kejang dg menyuntikan insulin kemudian dg obat lain seperti Camphorin oil dan Metrazol (obat anti kejang)
Macam2 ECT
1. ECT Convensional
Timbul Kejang dpt di lihat dgn nyata Menimbulkan perasaan takut pd penderita Penderita merasa di siksa dan tdk manusiawi
Lanjutan..
2. ECT dgn premedikasi dan Anastesi
. Tdk timbul kejang Penderita tdk takut bila di beri ECT ulang Lebih manusiawi Mengurangi resiko akibat kejang/fraktur Memerlukan banyak tenaga medis Lebih mahal
Indikasi
1. Depresi berat 6-10 X 2. Skizoprenia katatonik 20-30 x 3. Skizoprenia episode akut 30x 4. Resisten thp Psikofarmaka 12x 5. Masing2 2 3 hari sekali
Kontra indikasi
1. Gangguan jiwa dgn sistem gx kardiovasculer 2. GGA/GGK 3. Kemamilan karena dpt menyebabkan keguguran 4. Penyakit tulang dpt menyebabkan cidera
Persiapan ECT
1. Pemeriksaan fisik kardio.paru,dan lab mengetahui kontra indikasi 2. Infomconsent 3. Puasa 6 jam mencegah muntah atau aspirasi 4. Penghetian obat
Lanjutan..
5. Kandung kemih dan rektum kosongkan 6. Gigi palsu di lepaskan 7. Tidur telentang dgn baju longar 8. Prontal dan temporal di bersihkan dgn alkohol dan jeli penghantar listrik 9. Antara rahang atas dan bawah kasi penganjal
Lanjutan
10.Dagu di tahan untuk mencegah luxatio rahang 11.Lengan dan kaki di pegangi 12.Elektroda dgn tekanan sedang 13.Setelah selese ECT.Observasi TTV.Bila sadar bantu orientasi dan menjelaskan yg sedang terjadi
Insuline comaterapy Dengan memakai insuline sehingga penderita jatuh dalam coma Pengobatan-2 tersebut diatas timbul karena dulu ada anggapan bahwa gangguan schizophrenia dan epilepsi tidak pernah terjadi secara bersamaan dan juga bahwa gejala-2 psikosis akan menghilang sementara sesudah terjadinya kejang spontan Tujuan utama ECT adalah menyebabkan konvulsi yang besar pada otak Mesin ECT pada dasarnya adalah sebuah transformator yg mengubah arus listrik sehigga ini akan ditransmisikan ke tulang tengkorak pasien pada saat terjadi kejutan
a. Teori psikoanalitik
Fear (ketakutan) :mempostulatkan bahwa ketakutan thd ECT adalah agen yang efektif Regresion (kemunduran) :mempostulatkan bahwa ECT menyebabkan kemunduran sifat kekanak-kanakan yg merupakan sebuah pengobatan Phunisment (hukuman) :memandang bahwa ECT sebagai sebuah hukuman yg mana pasien memperlakukan dirinya dg keras tetapi kemudian memaafkanya dan seolah-olah sebagai figur orang tua,yg menentukan hukuman dan memberikan maaf
2. Teori neurofisiologis ECT menyebabkan banyak perubahan fisiologis yaitu :Anti convuksan,anti delirium dan teori neurogenesis a.Teori konvulsan Setelah penggunaan ECT ambang kenjang menjadi meningkat dan lama kejang menjadi singkat,proses-2 penghambatan yg bermanifestasi pd ictal dan periode segera posictal,aliran darah cerebral (CBF) dan angka metabolisme glukosa menunjukan distribusi yg menurun,aktivitas gelombang pelan (delta) pd EEG meningkat dan menetap Ambang kejang Penggunaan ECT meningkatkan transmisi GABA Aergic yg menyumbang thd peningkatan ambang kejang atau bahwa transmisi antagonis GABA Aergic yg menyebabkan kejang merupakan mekanisme kerja kunci ECT
Lanjutan teori anti convulsan Lama kejang Menurunya lama kejang bergantung pd kemanjuran ECT dan meningkatnya ambang kejang,substrat neurobiologi melibatkan disosiasi antara ambang kejang dg lama kejang meliputi kafein Ekspresi kejang dan proses penghambatnya Karena kejang meningkat,aktifitas lonjakan seringkali hilang dan amplitudo serta durasi gelombang pendek meningkat Aliran darah serebral (CBF) dan angka metabolisme serebral (CMR) Scan otak menunjukan bahwa ECT mempengaruhi otak dg meningkatkan metabolisme dan aliran darah ke daerah tertentu di otak,namun masih belum diketahui bagaimana meningkatnya aliran darah bisa mengurangi depresi
3. Teori neurokimia Pada pasien depresi terjadi penurunan trasmisi serotonin yg menetap setelah penyembuhan sedangkan pada kajian tentang CSF dan neuroendokrin juga menunjukan terjadi kerusakan sistem transmisi dopaminergic. Serotonin Peragsangan 5HT 1a presinaptik somatodendritik dan 5HT 1d ujung autoreseptor dan blokade dari 5HT 2a,5HT 2c dan 5HT T3 reseptor postsinaps,keduanya mengarah pd pembentukan gejala-2 depresi jadi dg pemberian ECT tidak menyebabkan peningkatan level 5HT. Norefinefrin (NE) Bahwa terdapat efek yg sama pada reseptor alfa pada ECT,ECS dan obat-2an antidepresan sementara pengaruh pada sinap oleh NE dan beta reseptor tetap tidak bisa disimpulkan
INDIKASI MEDIS
Depresi berat o Depresi berat dg ggn bipolar I o Depresi delusional atau psikotik o Depresi dg ciri melankolik -Retardasi psikomotor,terbangun didini hari,variasi ulnar,penurunan nafsu makan berat badan dan agitasi Episoda manik Pemasangan elektroda bilateral selama ECT lebih efektif dari unilateral Skizoprenia o Skizoprenia akut o Skizoprenia dg gejala positif yg jelas,katatonia atau gejala afektif
ECT tidak memiliki kontraindikasi yang mutlak Kehamilan berisiko tinggi atau kehamilan trimester pertama Pasien dg lesi yg cukup luas pd sistem syaraf pusat Memiliki resti u/ menglami edema dan herniasi setelah ECT Pasien dg hipetensi Pasien yg memiliki peningkatan tekanan intracerebral Resti mengalami perdarahan cerebral Pasien dg skizoprenia kronis
Sakit kepala Sakit otot Mual Gangguan mental berupa confusion 30 -1 jam setelah terapi Efek pd sistem syaraf :Delirium dan konfulsi segera setelah terapi Gangguan daya ingat
Memori jangka pendek Memori jangka panjang
Efek sistemik :Aritmia jantung transient dan ringan selama ECT,Aritmia lain sekunder dari takikardi selam kejang Disklokasi mandibula Fraktur tulang Lidah tergigit
Fase-fase yg terjadi Pada saat ECT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Fase latens :Selama 2-5 detik,yg menampakan adanya tremor pada mata Fase kejang tonik :Selama lebih kurang 10 detik Fase kejang klonik :Selama lebih kurang 30 detik Fase apneu Fase napas spontan Fase mulai sadar :Lebih kurang 5 menit sesudah kejang berhenti Fase tidur :Selama 1 jam lamanya
PENEMPATAN ELEKTRODA
Elektroda ditempatkan dipelipis 3 cm diatas garis yg menghubungkan sudut mata dan liang telinga Penempatan elektroda ada yg secara bilateral dan unilateral
Tempat tidur yang beralas datar (beralas papan) Penderita lurus dan terlentang,sebaiknya dg suatu bantal kecil dibawah bahunya Perawat memasukan spatel dan mengadakan fixasi rahang bawah Perawat mengadakan fixasi pada bahu dan siku kanan kiri serta lutut dan pinggul kanan kiri Kemudian elektroda ditempatkan secara bitemporal Pada saat kejang terjadi fixasi yg disebutkan diatas lakukan secara keras tetapi memungkinkan suatu fleksibilitas dalam mengikuti gerakan-2 kejang Sesudah kejang berhenti,kepala px dimiringkan untuk mencegah aspirasi dan bila perlu bantu pernapasanya
1. 2. 3. 4. 5.
Mengubah aktivitas neurotransmiter,mengubah metabolit elektrolit. Cara kerja : Meningkatkan sirkulasi darah di otak dg meningkatakan MAO aktivity Memperbaiki EEG dg mengurangi frekwensi,meningkatkan amplitudonya Efek terhadap tingkah laku seperti meningkatkan nafsu makan dan menimbulkan euphoria Efek pada tekanan darah dg meningkatkan Nor epinephirin dan menurunkan detak jantung karena Vagal Inhibition Meningkatkan Cortisol
PERSIAPAN PASIEN
Sebelum terapi ECT dilakukan pengkajian baik fisik maupn psikologis meliputi :
a. b. Pemeriksaan tanda-tanda vital : Tekanan darah,suhu,nadi dan pernafasan Pemeriksaan penunjang diagnostik bila diperlukan seperti :EEG,EKG,RO Thorax,CT-Scan,dan RO Tulang belakang Pemeriksaan darah dan urine bila diperlukan Pemeriksaan gigi,terutama bila menggunakan gigi palsu Pemeriksaan mata,bila menggunakan kontak lens agar diepaskan Keadaan rambut dan kulit diupayakan agar bersih sehingga tidak menghambat peletakan elektroda Pasien dipuasakan 3 -4 jam sebelum ECT Vesika urinaria dan rectum sebaiknya dikosongkan Perhatikan obat-obat yg digunakan px terutama obat yg dapat menghambat,memperlambat,maupun memperpanjang ambang kejang Kaji tingkat kecemasan keluarga maupun px Kaji tingkat pengetahuan px maupun klg thd prosudur,kegunaan maupun side efek terapi ECT Kaji mekanisme koping yg digunakan px maupun klg
c. d. e. f. g. h. i.
j. k. l.
MASALAH KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yg sering timbul : 1.Ketakutan yang berlebihan 2.Kecemasan (sedang,berat dan ringan) 3.Penolakan terhadap ECT 4.Kurang pengetahuan tentang ECT
TUJUAN KEPERAWATAN
Secara umum : 1.Menurunkan tingkat kecemasan px maupun klg 2.PX dapat kooperatif selama terapi dilakukan 3.Keluarga dapat memahami prosudur terapi,manfaat dan efek sampig 4.Keluarga mendukung mau bekerjasama baik dg perawat maupun dokter dan tim kesehatan lainya
1. 2. 3. 4.
5.
6. 7. 8.
10.
11.
12. 13.
14. 15.
16.
Pengkajian
1. 2. 3. 4. 5. Tingkat kesadaran Monitor tanda-tanda vital (bradikardi) Mual dan muntah Sakit kepala Agitasi
Masalah keperawatan
1. 2. 3. 4. 5. Hilangnya kesadaran Gangguan rasa nyaman Nyeri kepala (sakit kepala) Mual muntah Resiko injuri
2.
3.
Lanjutan keperawatan post ECT Tindakan keperawatan post ECT 1. Jalan napas px harus selalu terpelihara dg baik 2. Posisi kepala dimiringkan u/ mencegah aspirasi oleh scret atau muntahan (suction harus tersedia dalam keadaan siap pakai) 3. Monitor tanda-tanda vital (Tensi,Nadi,Pernapasan)sampai px sadar betul 4. 10 15 menit setelah tindakan biasanya px sadar,tetapi masih mengantuk oleh karena pengaruh ECT 5. Orientasi px bila sudah sadar betul oleh karena px bingung dan ketakutan melihat situasi sekelilingnya,orientasi dapat diulang-ulang sesuai kebutuhan px 6. Bantu pasien u/ ambulasi atau berjalan keruang perawatan 7. Waspadai terjadinya postual hipotensi pada saat px berubah posisi,dari duduk keposisi berdiri 8. Pada beberapa px kadang-2 terjadi agitasi setelah sadar,lakukan fixaxi dg hati-2 bila perlu
13.
14. 15.
Aplikasi peran perawat dlm pemberian ECT Pengkajian 1. Kaji emosi klien & tingkat interaksi klien dgn yg lainnya 2. Gali ada keinginan,rencana,percobaan bunuh diri 3. Kaji tingkat kecemasan 4. Identifikasi kemampuan mengingat saat ini dan lalu 5. Identifikasi pengetahuan klien dan keluarga thp efek samping,kemungkinan resiko 6. Periksa TTV 7. Gali kemampuan klien thp kegitan sehari2
Diagnosa
1. Ceamas sedang dan berat 2. Kurang pegetahuan 3. Resiko terjadi injuri 4. Resiko aspirasi 5. Penurunan curah jantung 6. Perubahanproses pikir 7. Resiko intoleransi aktifitas
Intervensi keperawatan
1. Sebelum pelaksanaan tind
Pastikna telah mendapat persejuan. Pastiakan ada hasil lab,EKG,Rontgen Ukur tanda2 vital,lepas gigi palsu,kontak lensa,kenakan pakain yang longgar Berikan obat anti kolenjergik sebelu untuk mengurangi sekresi air liur Tetap berada di dekat pasien untuk mengurang kecemasa dan ketakutan,memepertahankan pengetahuan positf thp pengetahuan prosedur,beri kesempatan mengungkapkan perassaan
Intervensi keperawatan saat tin Pertahankan jalan nafas,siapkan suction Kaji anastesi agar baik Ob TTV dan denyut jantung catat jumlah kejang selama tindakan Pertahan posisi lengan dan kaki selama kejang
Evaluasi
Evaluasi yang efektif tergantung dari kemampuan membuat kriteria hasil atau kriteia evaluasi yang telah di buat sesuai diagnosa kep
Kriteria hasil/evaluasi 1. Cemas menurun 2. Klien mengatakan mengerti efek samping dan resiko 3. Tidak luka dan injuri 4. Tidak terjdi aspirasi 5. Ferfusi jantung adekuat 6. Mempertahankan orientasi realitas 7. Klien membutuhkan perawatan diri secara penuh setiap hari 8. Klien meningkatkan kemampuandlm berpatipadsi thp aktifitas trapiutik sesuai dgn kemampuan
TERIMA KASIH