Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK I: Agustinus Ndruru, S.Kep Hely Sopiana Purba, S.Kep Arie Endriko, S.Kep Ramli, S.Kep Inni Zakyah, S.Kep Rifi Hamdani, S.Kep Zem Toman, S.Kep
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun.
WHO memprediksi kenaikan jumlah penderita Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Komplikasi kronik dari penyakit DM menyebabkan kelainan pada makrovaskular, mikrovaskular, gastrointestinal, genito urinari, dermatologi, infeksi, katarak, glaukoma dan sistem muskulo skeletal
Penyakit DM mampu menyebabkan kerusakan organ secara menyeluruh secara anatomis maupun fungsional
2.1 Defenisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002)
2.2 Klasifikasi
Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM) Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM) Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya Diabetes mellitus gestasional (GDM)
2.3 Etiologi
Tipe I : Faktor genetic Faktor-faktor imunologi Tipe II : Usia, Obesitas, Riwayat keluarga
Katarak Glaukoma Retinopati Infeksi bakteri kulit Penyakit ginjal Hipertensi Dll
Glukosa darah sewaktu a. Plasma vena : < 100 100 - 200 = belum pasti DM, >200 = DM b. Darah kapiler : < 80 80 - 100 = belum pasti DM, > 200 = DM Kadar glukosa darah puasa a. Plasma vena : < 110 > 110 - 120 = belum pasti DM, > 120 = DM b. Darah kapiler : <90 90 - 110 = belum pasti DM >110 = DM
2.6 Patofisiologi
2.7 Penatalaksanaan
4. Terapi (jika
diperlukan) 5. Pendidikan
3.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga 2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya 3. Aktivitas/ Istirahat 4. Sirkulasi 5. Integritas Ego 6. Eliminasi 7. Makanan / Cairan 8. Neurosensori 9. Nyeri / Kenyamanan 10. Pernapasan 11. Keamanan
3.2 Diagnosa
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak. 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik. 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer). 4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan: Timbang berat badan setiap Kebutuhan nutrisi hari atau sesuai dengan pasien terpenuhi indikasi. Kriteria Hasil: Tentukan program diet dan Pasien dapat pola makan pasien dan mencerna jumlah bandingkan dengan makanan kalori atau nutrien yang dapat dihabiskan yang tepat pasien. Berat badan stabil Berikan makanan cair yang atau penambahan ke mengandung zat makanan arah rentang (nutrien) dan elektrolit biasanya dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral. Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah Kolaborasi pemberian pengobatan insulin. Kolaborasi dengan ahli diet
No.
2.
Diagnosa
Dx 2
Intervensi
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa Pantau masukan dan pengeluaran Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium
No. 3.
Diagnosa Dx 3
Gangguan integritas
kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan Kriteria Hasil: Kondisi luka menunjukkan adanya
perbaikan jaringan
dan tidak terinfeksi
dan medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
No.
4.
Diagnosa
Dx 4
Intervensi
Hindarkan lantai yang licin. Gunakan bed yang rendah.
mengalami injury.
Kriteria Hasil: Pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Identitas Klien
Penanggung jawab
Keluhan
4.2 Riwayat kesehatan sekarang a. Penyebab: Hal ini dialami os karena siku kiri klien tergores bambu dan lama kelamaan membesar b. Hal-hal apa yang memperbaiki keadaan: Keluarga klien mengatakan bahwa hal-hal yang memperbaiki keadaan adalah klien langsung dirujuk ke rumah sakit
a. Bagaimana: Klien mengatakan bahwa siku kiri klien terasa nyeri b. Bagaimana dilihat: Siku kiri klien tampak ada luka ulkus (borok)
Provokative
Quantity/quality
Region
Lokasinya disiku kiri Klien mengatakan bahwa rasa nyeri menyebar diseluruh tangan kiri Hal ini dialami os sekitar 6 bulan yang lalu
Time
Klien sebelumnya mengalami hipertensi & klien hanya mengkonsumsi obat penurun hipertensi dan obat herbal seperti mengkonsumsi air daun siri
: Tinggal serumah
Konsep diri 1. Body image : klien terasa terganggu dengan kondisinya saat ini 2. Ideal diri : klien termotivasi untuk sembuh 3. Harga diri : klien merasa malu karena kondisinya saat ini 4. Peran diri : klien ingin segera sembuh 5. Personal identity : klien patuh dalam minum obat
Keadaan emosi: Keadaan emosi klien stabil, dimana klien tidak marah saat perawat mengadakan pengkajian dan perawatan
Keadaan umum
Klien tampak lemah dan gelisah dan nampak borok dibagian siku kiri
Tanda-tanda vital
TD : HR : RR : Suhu tubuh
Mulut dan faring: 1. Bentuk bibir simetris atas dan bawah. 2. Mukosa bibir kering dan tampak pucat. 3. Warna lidah merah bercak keputihan. 4. Tidak terdapat adanya pembengkakan gusi dan sebagian gigi klien sudah tanggal.
Pemeriksaan intergumen Kulit tampak kurang bersih Kulit tampak hangat Kulit berwarna sawo matang Turgor kulit tidak normal dimana kulit ditarik kembali dalam 6 detik. Kelembaban kulit agak kering Terdapat luka (borok) pada tangan kiri pasien
Inspeksi thoraks: Bentuk thoraks normal. Frekuensi nafas; 22x / menit. Irama I/E:1/1. Tidak ada tanda kesulitan bernafas, suara nafas normal (bronkovesikuler).
Pemeriksaan paru: Palpasi getaran suara normal, tidak ada kelainan. Perkusi normal, tidak ada kelainan Auskultasi normal, tidak dijumpai wezing
Pemeriksaan jantung: Inspeksi normal, tidak ada kelainan Palpasi normal, tidak ada kelainan Perkusi normal, tidak ada kelainan Auskultasi : Bunyi jantung I : LUB-dup Bunyi jantung II : lup-DUP Bunyi jantung tambahan tidak ada Murmur tidak ada Frekuensi 88x/menit
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi: Bentuk simetris. Benjolan masa tidak ada Bayangan pembuluh darah tidak ada
Palpasi Nyeri tekan tidak ada Benjolan masa tidak ada Tanda acites tidak ada Hepar tidak teraba Lien tidak teraba Tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan neurologis
Nervus Cranialis 1. Nervus Olfaktorius : Baik, dapat mengidentifikasi sumber bau 2. Nervus Okulomotorius : Baik, tidak ada odema 3. Nervus Trigeminus : Baik, klien dapat merasakan nyeri, sentuhan dan suhu 4. Nervus Facialis : Baik, klien dapat mengidentifikasi rasa 5. Nervus Vestibulocochlearis : Klien kurang mampu mendengar dengan baik 6. Nervus Glassopharingeus : Baik, klien dapat berbicara dengan baik 7. Nervus Vagus : Baik, klien dapat menyebut huruf lokal 8. Nervus Asesorius : Kurang baik, kekuatan otot kurang berfungsi 9. Nervus Hipoglassus : Baik, lidah klien simetris gerakkannya.
Status mental Kondisi emosi/ perasaan : Stabil Orientasi : Pasien mengenal tempat dan waktu perawatan Proses berpikir : pasien ingat keluarga, perawat, dokter, rumah dan waktu Motivasi (kemauan) : Pasien tak ada harapan, tak berdaya Bahasa : Baik, dapat berbahasa indonesia dengan baik
Refleks Refleks bisep : kiri dan kanan Refleks trisep : kiri dan kanan Refleks branchioradialis dan kanan Refleks patella : dan kanan Refleks tendon achiles : dan kanan Refleks plantar : dan kanan
Tidak normal
Tidak normal
: Normal kiri Normal kiri Normal kiri Normal kiri
Pola makan
Diet : Diit DM IV (1700 kalori) Pola diet : 3 x sehari BB sebelum masuk rumah sakit : Tidak ada dilakukan pengukuran BB setelah masuk rumah sakit : Tidak ada dilakukan pengukuran Jumlah dan jenis diet : Klien hanya menghabisskan dari diet yang diberikan Kesulitan mengunyah : Tidak ada Masalah pola makan : Klien mengatakan tidak nafsu makan Upaya mengatasinya : Klien memaksakan makan dengan dicampur sama air putih
Pola aktivitas
Klien tidak mampu melakukan aktivitas sendiri, karena kondisi klien yang tidak memungkinkan dimana di siku kiri klien tampak ada borok.
: :
ST elevasi
NO
1
NAMA OBAT
Infus NaCl Injeksi Reguler Insulin Metronidazol Captopril Ceftriaxon
DOSIS
30 tetes per menit 3 X 12 Iu 3 X 500 gr 2 X 12,5 mg 2 X 1 gr
2 3 4 5
No. 1.
muntah
DO: kulit tampak kering dan turgor klien jelek
No. 2.
menghabiskan
dari diet yang diberikan, penurunan berat badan
No. 3.
DATA DS: Klien mengeluh nyeri pada luka ulkus grade 2 di siku tangan kiri, skala 5-6, nyeri
seperti terbakar.
DO: Wajah tegang saat ulkus dibersihkan Klien menyeringai saat ulkus di tekan
No. 4.
MASALAH Infeksi
seperti terbakar
dan gatal DO : luka tampak merah, skala nyeri 5-6
4.5.Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d mual, muntah, peningkatan haluan urine d/d kulit dan membrane mukosa kering dan turgor kulit buruk 2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral, anoreksia d/d kurang nafsu makan, penurunan berat badan 3. Nyeri akut b/d ulkus grade 2 di siku kiri d/d skala nyeri 5-6 klien menyeringai pada saat ulkus ditekan 4. Infeksi b/d luka ulkus grade 2 di siku kiri d/d luka tampak merah.
DX 1 Tupen : Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat Turgor kulit dan pengisian kapiler baik adar elektrolit dalam batas normal. Tupan : Kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Intervensi
Pantau TTV klien dan mencatat adanya perubahan TD ortostatik Pantau suhu tubuh, warna kulit dan kelembamban kulit Pantau masukkan dan pengeluaran cairan Berikan cairan pada klien paling sedikit 2500 ml/hari. Kolaborasi dalam pemberian cairan infus. Implementasi
Rasional
Untuk menentukan tindakan keperawatan selanjutnya Untuk mengetahui perubahan keadaan umum klien Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti Mempertahankan hidrasi Menggantikan cairan yang sudah di keluar Evaluasi
Memantau TTV klien dan mencatat S : Klien mengatakan rasa haus adanya perubahan TD ortostatik berkurang, mual dan muntah Memantau suhu tubuh, warna kulit berkurang dan kelembamban kulit Memantau masukkan dan pengeluaran O : Kulit tampak agak lembab dan cairan turgor klien mulai membaik Memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari. A :Masalah sebagian teratasi Berkolaborasi dalam pemberian cairan infus
P :Intervensi dilanjutkan
DX 2 Tupen : Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya Tupan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Intervensi
Rasional
Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan teraupetik Identifikasi makanan yang disukai Jika makanan yang disukai pasien oleh klien dapat dimasukkan dlm Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan perencanaan makanan sesuai Membantu klien dalam memenuhi dengan indikasi. kebutuhan Kolaborasi dalam pemeriksaan gula Untuk mengetahui tindakan darah keperawatan selanjutnya Kolaborasi dalam pemberian insulin Untuk menurunkan kadar glukosa
Implementasi
Rasional
Menentukan program diet dan pola makan pasien Memberikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit Mengidentifikasi makanan yang disukai oleh klien Melibatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan sesuai dengan indikasi. Berkolaborasi dalam pemeriksaan gula darah Berkolaborasi dalam pemberian insulin
S : Nafsu makan bertambah O : Klien menghabiskan 1/2 dari diet yang diberikan A : Masalah sebagian teratasi P :Intervensi dilanjutkan
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat nyeri, lokasi, intensitas (skala 0-10) dan karakteristiknya Pertahankan posisi semi-fowler Berikan posisi nyaman pada klien Ajarkan klien teknik distrasi Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami klien Untuk meningkatkan rasa nyaman pada klien Posisi nyaman dapat mengurangi rasa nyeri Teknik distrasi dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri Untuk menghilangkan nyeri
Implementasi
Rasional
Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, intensitas (skala 0-10) dan karakteristiknya Mempertahankan posisi semifowler Memberikan posisi nyaman pada klien Mengajarkan klien teknik distrasi Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
S : Nyeri pada luka ulkus grade 2 di siku tangan kiri berkurang dengan skala 4.
O : Wajah agak rileks saat ulkus dibersihkan, Klien menyeringai saat ulkus di tekan A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Intervensi
Rasional
Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan Mempertahankan teknik aseptic pada prosedur invasif seperti pemasangan infus, kateter folley. Memberikan perawatan kulit dengan teratur dan masase daerah tulang yang tertekan Berkolaborasi dalam pemberian obat antibiotik
Untuk mengetahui tindakan keperawatan selanjutnya Teknik aseptic dapat mencegah terjadinya infeksi Agar kulit tetap bersih dan terhindar dari infeksi Dapat membantu dalam mencegah terjadinya sepsis
Implementasi
Rasional
Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan Mempertahankan teknik aseptic pada prosedur invasif seperti pemasangan infus, kateter folley. Memberikan perawatan kulit dengan teratur dan masase daerah tulang yang tertekan Berkolaborasi dalam pemberian obat antibiotik
BAB V PEMBAHASAN
Pengkajian Pada tahap ini, penulis tidak menemukan kesenjangan antara landasan teoritis dan laporan kasus. Setelah membandingkan diagnosa keperawatan pada landasan teoritis dengan tinjauan kasus, penulis tidak menemukan adanya kesenjangan Pada teori maupun kasus tidak ada ditemukan kesenjangan untuk setiap intervensi berdasarkan diagnosa keperawatan Adapun faktor penghambat dari penulis dalam melaksanakan tindakan perawatan bagi pasien, adalah keterbatasan waktu dalam melaksanakan asuhan keperawatan
Diagnosa
intervensi
Implementasi
Diagnosa
Perencanaan
Monitor tingkat nyeri, pola BAK, pemberian rasa nyaman pada pasien dan pengobatan sesuai dengan program pengobatan dari dokter.
Implementasi
Mengajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam, menganjurkan klien untuk banyak minum, mengukur dan mencatat jumlah urine, menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang penyakit klien, memberikan pengobatan sesuai dengan program dari dokter
Implementasi
Evaluasi dilakukan selama 3 hari yang diperoleh selama 3 hari perawatan yaitu masalah semua sebagian teratasi
Saran
1. Bila pasien pulang, sebaiknya diberikan pendidikan kesehatan pada keluarga yaitu bila penyakit kambuh lagi hendaknya dibawa kepada tim pelayanan kesehatan. 2. Pengkajian keperawatan yang diprioritas berdasarkan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi sesuai hirarki (Abraham Maslow)