You are on page 1of 10

DASAR-DASAR PERPAJAKAN A.

Sejarah Pemungutan Pajak Pada mulanya pajak merupakan suatu pemberian sukarela, untuk : menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai, dll. Setelah terbentuknya negara-negara nasional dan tercapainya pemisahan antara rumah tangga negara dan rumah tangga pribadi raja, pembayaran menjadi wajib yang ditetapkan secara sepihak oleh negara dalam bentuk undang-undang dan dapat dipaksakan. B. Sumber-sumber Penerimaan Negara Sumber-sumber penerimaan negara dapat dikelompokkan menjadi penerimaan dari sektor: 1. Pajak : peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk simpanan publik (public saving) yang merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik (public investment) (Rochmat Sumitro) 2. Kekayaan alam: berdasarkan pasal 33 ayat 3 UUD 1945 segala kekayaan alam yang dimiliki dan dikuasai negara untuk diatur sedemikian rupa untuk kemakmuran rakyat sepenuhnya. 3. Bea dan Cukai: pungutan negara yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan undangundang yang berlaku. C. Sumber-sumber Penerimaan Negara Con't 1. Retribusi: pungutan yang dilakukan oleh negara sehubungan dengan penggunaan jasa-jasa yang disediakan oleh di negara. 2. Iuran: pungutan yang dilakukan oleh negara sehubungan dengan penggunaan jasa-jasa dan fasilitas yang disediakan untuk sekelompok orang. 3. Sumbangan: pemberian uang dari rakyat yang bersifat sukarela dan tidak dipaksakan, 4. Laba dari Badan Usaha Milik Negara : badan usaha yang sebagian besar modalnya merupakan kekayaan negara. Laba yang diperoleh BUMN adalah pendapatan negara yang dimasukkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 5. Sumber-sumber lain: pencetakan uang dan pinjaman. D. Definisi Administrasi Pajak Administrasi Pajak dalam arti luas dapat dilihat sebagai fungsi, sistem, lembaga dan manajemen publik.

E.

F.

G.

H.

Administrasi Pajak dalam arti sempit adalah penatausahaan dan pelayanan terhadap kewajibankewajiban dan hak-hak wajib pajak, baik penatausahaan dan pelayanan tersebut dilakukan di kantor fiskus maupun di kantor wajib pajak. Yang termasuk dalam kegiatan penatausahaan (clerical works) adalah pencatatan (recording), penggolongan (classifying) dan penyimpanan (filing). Definisi Pajak Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Karakteristik Pajak 1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individu oleh pemerintah. 3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila sari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan utk membiayai public investment. 5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur. Falsafah Pajak Indonesia: Pasal 23 ayat 2 UUD 1945, yaitu segala pajak untuk kegunaan kas Negara berdasarkan UU. Inggris: No Taxation without Representative USA: Taxation without reprensentative is Robbery Peranan dan Fungsi Pajak Peranan Pajak : pelaksanaan pembangunan, Fungsi Pajak 1. Fungsi anggaran (budgetair)

2. Fungsi mengatur (regulerend) 3. Fungsi stabilitas 4. Fungsi redistribusi pendapatan I. Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dengan sistem administrasi perpajakan modern, didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional dan berkualitas serta mempunyai kode etik kerja diharapkan akan tercipta prinsip Good Corporate Governance yang dilandasi transparansi, akuntabel, responsif, independen dan adil. Penerapan sistem administrasi perpajakan modern akan membawa konsekuensi terjadinya perubahan yang mendasar baik menyangkut struktur organisasi maupun paradigma pelayanan kepada Wajib Pajak. J. Sistem Administrasi Perpajakan Modern Cont Karakteristik sistem administrasi perpajakan modern ini adl: 1. Seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui sistem administrasi yang berbasis teknologi terkini 2. Seluruh Wajib Pajak diwajibkan membayar melalui kantor penerima pembayaran secara on-line 3. Seluruh Wajib Pajak diwajibkan melaporkan kewajiban perpajakannya dgn mgunakan media komputer (eSPT). 4. Monitoring kepatuhan Wajib Pajak dilaksanakan secara intensif dengan pemanfaatan profit Wajib Pajak 5. Wajib Pajak yang diadministrasikan di KPP Madya hanya wajib pajak tertentu saja, yaitu sekitar 500 WP. PENDEKATAN TERHADAP PAJAK DAN ASAS PEMUNGUTAN PAJAK A. Pendekatan terhadap Pajak Pajak ditinjau dari segi hukum Pajak ditinjau dari segi ekonomi Pajak ditinjau dari segi sosiologi Pajak ditinjau dari segi finansial Pajak ditinjau dari segi pembangunan Pajak ditinjau dari segi politik B. Asas Pemungutan Pajak Asas Pelaksanaan Pemungutan Pajak Asas Pembenaran / Teori Pemungutan Pajak Asas Yuridiksi Pemungutan Pajak Asas/Syarat Pmbentukan Peraturan Pemungutan Pajak C. Asas Pelaksanaan Pemungutan Pajak 1. Syarat Keadilan: yaitu dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk membayar (ability to pay) pajak tsb, dan sesuai dengan

manfaat yang diterimanya. Syarat keadilan dibagi dua: a. Keadilan horizontal: Wajib Pajak yang mempunyai kemampuan membayar (daya pikul) sama harus dikenakan pajak yang sama b. Keadilan Vertikal : Wajib Pajak yang mempunyai kemampuan membayar (daya pikul) tidak sama harus dikenakan pajak yang tidak sama. 2. Syarat Yuridis: yaitu pemungutan pajak harus berdasarkan UU. 3. Syarat Ekonomis: yaitu pungutan pajak harus menjaga keseimbangan kehidupan ekonomis dan tidak menggangu kehidupan ekonomis Wajib Pajak 4. Syarat Finansial: sesuai dengan fungsi pajak sebagai sumber penerimaan Negara, maka biaya pemungutan pajak tidak boleh terlalu besar. D. Asas pembenaran / Teori Pemungutan Pajak 1. Teori Asuransi: mengumpamakan Negara sebagai Perusahaan Asuransi 2. Teori Kepentingan: pajak untuk melindungi kepentingan warga negara dibebankan sesuai dengan tingkat kepentingannya 3. Teori Daya Pikul: biaya untuk melindungi kepentingan warga negara dipikulkannya dalam bentuk pajak 4. Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti): tanda bukti bakti kepada negara maka orang mempunyai kewajiban untuk membayar pajak 5. Teori Asas Daya Beli: mengalihkan daya beli warga negara dalam bentuk pajak ke kas negara untuk disalurkan kembali kepada warga negara untuk kepentingan umum E. Asas Yuridiksi Pemungutan Pajak Asas yang digunakan suatu negara dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak terhadap suatu sasaran pajak tertentu berkaitan dengan pemungutan pajak: 1. Asas Tempat Tinggal (Domisili) 2. Asas Sumber (Asas Negara Asal) 3. Asas Kebangsaan (Nasionalitas) F. Asas/Syarat Pembentukan Peraturan Pemungutan Pajak Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations asas pembentukan peraturan pemungutan pajak berdasarkan pengertiannya adalah sebagai berikut: 1. Asas Equality (Asas Persamaan dan Keadilan) 2. Asas Certainty (Asas kepastian hukum)

3. Asas Convinience of Payment (Asas pemungutan pajak yang tepat waktu) 4. Asas Effeciency (Asas efesien atau asas ekonomis) G. Sistem Pemungutan Pajak Cara atau sistem pemungutan pajak, yaitu : Stelsel Nyata ( Riel) pemungutan pajak dilakukan di akhir tahun Stelsel Anggapan (fictieve) Pemungutan pajak dilakukan di awal tahun dgn berdasar nilai pajak tahun sebelumnya. Stelsel campuran Pemungutan pajak dilakukan di awal tahun dan disesuaikan kembali di akhir tahun. H. Sistem Pengenaan Pajak Official Assessment System: sistem pengenaan pajak yang dilakukan oleh pemerintah Self Assessment System: sistem pengenaan pajak yang dilakukan oleh oleh wajib pajak sendiri With Holding System: sistem pengenaan pajak yang dilakukan oleh pihak ketiga. PEMBAGIAN PAJAK A. Pajak berdasarkan Golongan : Pajak Langsung Adalah pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain Pajak Tidak langsung Adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain. B. Pajak berdasarkan wewenang pemungutannya : Pajak Pusat/Pajak Negara Pajak pusat/pajak negara adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak. Pajak pusat diatur dalam UU dan hasilnya akan masuk ke APBN. Pajak daerah Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak daerah diatur dalam UU dan hasilnya akan masuk ke APBD. C. Pajak berdasarkan sifatnya : Pajak Subjektif: adalah pajak yang memperhatikan kondisi/keadaan Wajib Pajak.

Pajak Objektif: adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik Orang Pribadi maupun badan. D. Pengertian Subjek, Objek Dan Wajib Pajak Sec. Umum 1. Subjek pajak: Pihak-pihak (orang maupun badan, warisan yang belum terbagi, dan BUT)) yang memiliki potensi untuk atau akan dikenakan pajak. 2. Objek pajak: Keadaan, peristiwa atau perbuatan yang menurut ketentuan UU memenuh syarat bagi untuk dikenakan pajak (sgl sesuatu yg akan dikenakan pajak. 3. Wajib pajak: Subjek pajak yang telah memenuhi syarat objektif dan syarat subyektif, sehingga kepadanya diwajibkan pajak. 4. Penanggung pajak: Orang atau badan yg bertanggung jawab atas pmbayaran pajak (termasuk wakil yg menjalankan hak dan kewajiban wajib pajak sesuai KUTAP. 5. Fiskus: Aparatur pemerintah yang menangani pemasukan uang dari rakyat berupa pajak untuk dimasukkan ke dalam kas negara E. Pengertian Dasar Pajak Pusat 1. Pajak Penghasilan Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. 2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah 3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yg dilakukan oleh pengusaha Kena Pajak, dan dpt dikenakan berkalikali setiap ada pertambahan nilai dan dapat dikreditkan. 4. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor barang-barang berwujud yang tergolong mewah. 5. Pajak Bumi dan Bangunan PBB dan besarnya pajak terutang oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau bangunan. 6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan. 7. Perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan Perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan Orang Pribadi atau Badan. 8. Bea Materai: pengertian dasar mencakup 5 hal yaitu:

a. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan; b. Benda materai adalah materai tempel dan kertas materai yang dikeluarkan oleh pemerintah RI; c. Tanda tangan adalah tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk pula paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan cap nama, atau lainnya sebagai pengganti tanda tangan; d. Pemateraian adalah suatu adalah suatu cara pelunasan Bea Materai yang dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea materainya belum dilunasi sebagaimana mestinya; e. Pejabat pos adalah Pejabta perusahaan umum pos dan giro yang diserahi tugas melayani permintaan pemateraian kemudian. F. Jenis dan Dasar Hukum Pajak Negara Pajak Penghasilan UU No. 7 Tahun 1984 UU No. 17 Tahun 2000 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah UU No. 8 Tahun 1984 UU No. 18 Tahun 2000 Pajak Bumi dan Bangunan UU No. 12 Tahun 1985 UU No. 12 Tahun 1994 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan UU No. 21 Tahun 1994 UU No. 20 Tahun 2000 Bea Materai: UU No. 13 Tahun 1985 G. Pajak dan Retribusi Daerah 1. Dasar Hukum Pajak dan Retribusi Daerah UU No. 34 Tahun 2000 yg merupakan penyempurnaan dari UUNo. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; UU No. 28 Th 2009 PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah; dan PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. 2. Tujuan dari UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah a. Menyederhanakan berbagai pungutan daerah dalam rangka mengurangi ekonomi biaya tinggi b. Menyederhanakan system dan administrasi perpajakan dan retribusi daerah untuk memperkuat fondasi peneri-maan daerah khususnya Daerah Tingkat II, dgn meng-efektifkan jenis pajak dan retribusi tertentu yg potensial. 3. Penjelasan Pajak Daerah a. Pengertian Pajak Daerah

b. Objek Pajak Daerah dan Tarif Pajak Daerah Jenis pajak yang dikelola/ dipungut oleh pemerintah provinsi (Pajak Daerah Tingkat I ) terdiri dari: 1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air ( 5% ) 2) Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air (10%) 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (5%) 4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (20%) Objek Pajak Daerah dan Tarif Pajak Daerah Jenis pajak yang dikelola/ dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota (Pajak Daerah Tingkat II ) tdr dari: 1) Pajak Hotel (10%) 2) Pajak Restoran (10%) 3) Pajak Hiburan (35%) (Tarif Pajak Hiburan juga ditetapkan paling tinggi sebesar 35 persen. Namun khusus untuk hiburan berupa permainan ketangkasan, diskotik, klab malam, karaoke, mandi uap, panti pijat, pagelaran busana, dan kontes kecantikan, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75 persen) 4) Pajak Reklame (25%) 5) Pajak Penerangan Jalan (10%) 6) Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C (20%) 7) Pajak Parkir (20%) c. Kriteria Pajak Daerah, adalah: 1) Bersifat pajak, dan bukan retribusi; 2) Obyek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota ybs dan mempunyai mobilitas cukup rendah serta hanya melayani masy. di wilayah daerah kabupaten/kota ybs; 3) Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum; 4) Potensinya memadai. 5) Tidak memberikan dampak ekonomi yg negatif. 6) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; dan 7) Menjaga kelestarian lingkungan, d. Pengertian Retribusi Daerah: pungutan daerah sbg pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan

e. Objek Retribusi Daerah 1) Jasa umum 2) Jasa usaha 3) Perizinan tertentu H. Retribusi Jasa Umum 1. Pengertian Retribusi Jasa Umum: yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah (pemda) untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 2. Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum adalah: a. Retribusi Pelayanan Jasa Umum; b. Retribusi Pelayanan Kesehatan; c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil; d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; f. Retribusi Pelayanan Pasar; g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor. h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; j. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan. 3. Kriteria Retribusi Daerah a. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar Retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum d. Jasa tersebut layak untuk dikenakan Retribusi e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang potensial g. Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik. I. Retribusi Jasa usaha: yaitu pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada dasarnya jasa tersebut dapat

disediakan oleh swasta yang meliputi pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara normal. 1. Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah: a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; c. Retribusi tempat Pelelangan; d. Retribusi terminal; e. Retribusi Tempat Usaha Parkir; f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa; g. Retribusi Penyedotan Kakus; h. Retribusi Rumah Potong Hewan; i. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal; j. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga; k. Retribusi Penyeberangan di Atas Air; l. Retribusi Pengelolaan Limbah Cair; m. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. 2. Kriteria Retribusi Daerah a. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogianya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemda. J. Retribusi Perizinan Tertentu: yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kpd org pribadi atau badan yg dimaksudkan utk pembinaan. 1. Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah: a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; b. Retribusi izin Tempat Penjualan Minuman Balkohol; c. Retribusi Izin Ganggunan; d. Retribusi Izin Trayek. 2. Kriteria Retribusi PerizinanTertentu a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi b. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum c. Biaya yg mjd beban Daerah dlm penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari Retribusi perizinan K. RUU PDRD

1. Tujuan RUU PDRD: a. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi sejalan dgn semakin besarnya tanggung jawab Daerah dlm penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. b. Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah. c. Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pungutan daerah dan sekaligus mperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah 2. Prinsip Pengaturan PDRD a. Pemberian kewenangan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah tidak terlalu membebani rakyat dan relatif netral terhadap fiskal nasional. b. Jenis pajak dan retribusi yang dapat dipungut oleh daerah hanya yang ditetapkan dalam Undangundang (Closed-List). c. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk menetapkan tarif pajak daerah dalam batas tarif minimum dan maksimum yg ditetapkan dalam UU. d. Pemerintah daerah dapat tidak memungut jenis pajak dan retribusi yang tercantum dalam undangundang sesuai kebijakan pemerintahan daerah. e. Pengawasan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan secara preventif dan korektif. 3. Materi UU PDRD a. Penambahan jenis pajak daerah Terdapat penambahan 4 jenis pajak daerah, yaitu 1 jenis pajak provinsi dan 3 jenis pajak kabupaten/kota. secara keseluruhan terdapat 16 jenis pajak daerah, yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota. b. Jenis pajak daerah 1) Pajak Rokok (pajak provinsi) Penerimaan Pajak Rokok dialokasikan minimal 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan (pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatan, penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok (smoking area), kegiatan memasyarakatkan tentang bahaya merokok, dan iklan

layanan masyarakat mengenai bahaya merokok) serta penegakan hukum (pemberantasan peredaran rokok ilegal dan penegakan aturan mengenai larangan merokok). 2) PBB Perdesaan dan Perkotaan (pajak kabupaten/kota) PBB sektor perdesaan dan perkotaan dialihkan menjadi pajak daerah, sedangkan PBB sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan masih merupakan pajak pusat. 3) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (pajak kabupaten/kota) Selama ini BPHTB merupakan pajak pusat, namun seluruh hasilnya diserahkan kepada daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah. Penetapan BPHTB sebagai pajak daerah akan meningkatkan PAD. 4) Pajak Sarang Burung Walet (pajak kabupaten/kota) Pajak Sarang Burung Walet merupakan jenis pajak daerah baru, yang dapat dipungut oleh daerah untuk memperoleh manfaat ekonomis dari keberadaan dan perkembangan sarang burung walet di wilayahnya. c. Penambahan Jenis Retribusi Daerah Terdapat penambahan 4 jenis retribusi daerah, yaitu Retribusi Tera/ Tera Ulang, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, Retribusi Pelayanan Pendidikan, dan Retribusi Izin Usaha Perikanan. Secara keseluruhan terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan ke dalam 3 golongan retribusi, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. 1. Retribusi Tera/Tera Ulang Pengenaan Retribusi Tera/Tera Ulang dimaksudkan untuk membiayai fungsi pengendalian terhadap penggunaan alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya oleh masyarakat. 2. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi Pengenaan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi ditujukan untuk meningkatkan

d.

e.

f.

g.

pelayanan dan pengendalian daerah terhadap pembangunan dan pemeliharaan menara telekomunikasi. 3. Retribusi Pelayanan Pendidikan Pengenaan retribusi pelayanan pendidikan dimaksudkan agar pelayanan pendidikan, di luar pendidikan dasar dan menengah. Cth : pendidikan dan pelatihan utk keahlian khusus yg diselenggarakan oleh pemerintah daerah dpt dikenakan pungutan dan hasilnya digunakan utk membiayai kesinambungan dan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dimaksud. 4. Retribusi Izin Usaha Perikanan pemungutan Retribusi Izin Usaha Perikanan dimaksudkan agar pelayanan dan pengendalian kegiatan di bidang perikanan dapat terlaksana sec. terus menerus dgn kualitas yg lebih baik. Perluasan Basis Pajak Daerah PKB dan BBNKB, tmasuk kendaraan pemerintah Pajak Hotel, mcakup seluruh persewaan di hotel, Pajak Restoran, termasuk katering/jasa boga. Perluasan Basis Retribusi Daerah Perluasan basis retribusi daerah dilakukan dengan mengoptimalkan pengenaan Retribusi Izin Gangguan, sehingga mencakup berbagai retribusi yang berkaitan dengan lingkungan yang selama ini telah dipungut, seperti Retribusi Izin Pembuangan Limbah Cair, Retribusi AMDAL, serta Retribusi Pemeriksaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kenaikan Tarif Maksimum Pajak Daerah Tarif maksimum Pajak Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 5% menjadi 10%. Khusus untuk kendaraan pribadi dpt diterapkan tarif progresif Tarif maksimum Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 10% menjadi 20%. Tarif maksimum Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 5% menjadi 10%. Khusus untuk kendaraan angkutan umum, tarif dapat ditetapkan lebih rendah. Tarif maksimum Pajak Parkir, dinaikkan dari 20% menjadi 30%. Tarif maksimum Pajak Mineral Bukan Logam dan, dinaikkan dari 20% menjadi 25%. Bagi Hasil Pajak Provinsi

h.

i.

j.

k.

1. Pajak Kendaraan Bermotor: Provinsi 70%, Kab/Kot 30%. 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor: Provinsi 70%, Kab/Kot 30%. 3. Pajak Bahan Bakar Kend. Bermotor: Provinsi 30%, Kab/Kot 70%. 4. Pajak Air Permukaan: Provinsi 50%, Kab/Kot 50%. 5. Pajak Rokok: Provinsi 30%, Kab/Kot 70%. Earmarking Pengaturan earmarking tersebut adalah: 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor wajib dialokasikan untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan, serta peningkatan sarana transportasi umum. 50% dari penerimaan pajak rokok dialokasikan untuk mendanai pelayanan kesehatan dan penegakan hukum. Sebagian penerimaan pajak penerangan jalan digunakan untuk penyediaan penerangan jalan. Pelaksanaan UU PDRD Secara umum UU PDRD berlaku pada tanggal 1 Januari 2010 BPHTB akan dilaksanakan sepenuhnya oleh daerah pada 1 Januari 2011 Pajak Rokok dan PBB Perdesaan dan Perkotaan akan dilaksanakan sepenuhnya oleh daerah pada tanggal 1 Januari 2014. Efek Negatif dan Solusi UU PDRD Efek Negatif: dapat mempengaruhi volume bisnis, efisiensi pungutan, serta ada tidaknya kebocoran Solusi: Pemerintah perlu mperjelas adm. pungutan Pemerintah sebaiknya memperketat fungsi pengawasan Pemda harus memperkuat basis data WP Perbedaan Pajak dan Retribusi Untuk pajak tidak ada timbal balik langsung kepada para pembayar pajak, sedangkan untuk retribusi ada timbal balik langsung dari penerima retribusi kepada pembayar retribusi. Pajak dapat dinikmati semua orang, sedangkan retribusi lebih spesifik kepada orang-orang tertentu yang mendapatkan pelayanan tertentu.

TARIF PAJAK, NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK A. Pengertian tarif pajak: adalah tarif yang menghitung besarnya pajak terutang (pajak yang harus dibayar). Besarnya pajak dapat dinyatakan dalam persentase. (Waluyo dan Wirawan Ilyas) B. Jenis-jenis tarif pajak 1. Tarif Pajak Tetap yaitu tarif berupa jumlah tertentu yang sifatnya tetap (sama besarnya) dan tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah dasar pengenaan pajak, objek pajak, maupun subjek pajak/wajib pajak. 2. Tarif pajak proporsional/sebanding (Persantase Tunggal) yaitu tarif berupa persentase tetap yang dikenakan terhadap jumlah berapa pun yang menjadi dasar pengenaan pajak. 3. Tarif Pajak Progresif (persentase meningkat) yaitu tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar seiring peningkatan jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajaknya. a. Tarif progresif - proporsional tarif progresif yang besar peningkatan tarifnya sama besar. Contoh : Tarif progresi -proporsional Absolut

Contoh: Tarif progresif-proporsional Berlapisan

b. Tarif progresif progresif: tarif progresif yang besar peningkatan tarifnya semakin besar.

Contoh : Tarif progresif - progresif Absolut

Contoh : Tarif degresif - proporsional Absolut

penurunan tarifnya semakin kecil. Contoh : Tarif degresif - degresif Absolut

Contoh : Tarif progresif - progresif Berlapisan Contoh: Tarif degresif - proporsional Berlapisan Contoh: Tarif degresif - degresif Berlapisan

c. Tarif progresif degresif: Tarif progresif yang besar peningkatan tarifnya semakin kecil. Contoh : Tarif progresif - degresif Absolut b. Tarif degresif - progresif tarif degresif yang besar penurunan tarifnya semakin besar. Contoh : Tarif degresif - progresif Absolut 5. Tarif bentham yaitu tarif pajak yang memodifikasi tarif proporsional dengan memberikan jumlah tertentu sebagai batas tidak kena pajak yg tdk dikenakan pajak.

Contoh : Tarif progresif - degresif Berlapisan

Contoh: Tarif degresif - progresif Berlapisan C. Penerapan Tarif Pajak Di Indonesia a. Pajak Penghasilan 1) PPh UU No 17 tahun 2000 Wajib Pajak PribadiTarif Progresif berlapisan 4. Tarif Pajak Degresif yaitu tarif pajak yang persentasenya semakin kecil walaupun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajaknya semakin besar/meningkat. a. Tarif degresif proporsional: tarif degresif yang besar penurunan tarifnya sama besar.

c. Tarif degresif degresif: tarif degresif yang besar

2) PPh UU No 36 tahun 2008 Wajib Pajak PribadiTarif Progresif berlapisan

Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak A. Pendahuluan Setiap WP yang telah memenuhi persyaratan subyektif dan obyektif wajib mendaftarkan diri dan kepadanya diberikan NPWP. Bagi penguasaha kena pajak yaitu yang penyerahannya (penyerahan BKP/JKP) terutang PPN maka diwajibkan untuk melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP) dan kepadanya diberikan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP). Sistem perpajakan memberikan kepercayaan kepada WP untuk memenuhi kewajiban perpajakan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menetapkan dirinya sebagai WP 2. Mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP 3. Menghitung dan memperhitungkan pajaknya 4. Menyetorkan pajak dengan menggunakan SSP 5. Melaporkan pajak dengan mengisi SPT 6. Dan lain sebagainya sesuai peraturan perpajakan B. Dasar Hukum UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana yan telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, UU No. 16 Tahun 2000 dan UU No. 28 Tahun 2007. C. NPWP: nomor yang diberikan kepada WP sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang diperguna-kan sebagai tanda pengenal diri atau identitas WP. 1. Fungsi NPWP: a. Sarana dalam administrasi perpajakan b. Identitas WP c. Sebagai alat pengawasan dan tata tertib pembayaran pajak d. Dengan memiliki NPWP dapat memperoleh pelayanan dari instansi lain dan untuk kepentingan Direktorat Jenderal Pajak/pemerintah 2. Manfaat NPWP a. Untuk memperoleh pinjaman modal dari bank b. Untuk memudahkan berhubungan dengan instansi yang mewajibkan mencatumkan NPWP, seperti Kantor imigrasi, Kantor Bea dan cukai, Kantor KPKN, Kantor PLN, kantor TELKOM, dsb. 3. Pendaftaran NPWP a. Semua WP berdasarkan system self assessment

wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai WP sekaligus untuk mendapatkan NPWP. b. Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai pajak sec. terpisah, karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. 4. Bentuk NPWP: terdiri dari 15 digit (15 Kolom), yaitu:

3) PPh UU No 36 tahun 2008 Wajib Pajak Badan dan BUTTarif Proporsional (Tunggal)

b. PBB: Tarif Proporsional (0,5 %), Tarif Pajak Bumi dan Bangunan untuk Perdesaan dan Perkotaan (0,3%). c. BPHTB: Tarif Proporsional (5 %) d. Pajak Pertambahan Nilai/PPN: Tarif Prporsional (10%) Dengan Peraturan Pemerintah menjadi paling rendah = 5 % Dengan Peraturan Pemerintah menjadi paling tinggi= 15 % e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah/PPnBMTarif Proporsional Dengan Peraturan Pemerintah menjadi paling rendah= 10 % Dengan Peraturan Pemerintah menjadi paling tinggi= 75 % f. Bea MateraiTarif Tetap Kuitansi dan tanda terima uang ( Rp.6000) & Cek dan bilyet giro (Rp.3000) D. Kebijakan Tarif Pajak Kebijakan tarif pajak mempunyai hubungan erat dengan fungsi pajak dalam masyarakat, yaitu fungsi budgeter dan fungsi regulered (mengatur) Tarif pajak juga dapat digunakan untuk tujuan politis

D. PPKP: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang telah tercatat dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak dan telah diberikan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. 5. Fungsi PPKP a. Dipergunakan untuk mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya; b. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta untuk pengawasan administrasi perpajakan. 6. Manfaat PPKP a. Untuk dapat menjadi rekanan pemerintah dalam mendaftarkan/memperoleh tender proyek pemerintah. b. Untuk memperoleh pembayaran dari KPKN dsb. 7. PKP a. Setiap Pengusaha yang dikenakan PPN berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dan kepadanya diberikan Pengukuhan PKP b. Pengusaha Orang Pribadi berkewajiban melaporkan usahanya pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Pengusaha (apabila pada tempat tinggal tersebut ada kegiatan usaha) dan tempat kegiatan usaha dilakukan. Sedangkan bagi Pengusaha Badan, kewajiban melaporkan usahanya tersebut adalah

pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan Tempat Pendaftaran NPWP dan PPKP a. Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal WP pribadi atau tempat kedudukan WP Badan. b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha di beberapa tempat, juga wajib mendaftarkan diri ke kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan usaha WP c. Wajib Pajak yang juga dikenakan pajak berdasarkan UU PPN dan PPnBM melaporkan usahanya ke kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak d. Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak berada dalam dua atau lebih wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, Direktorat Jenderal Pajak dapat menetapkan Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Penghapusan NPWP dan SPPKP Kewajiban berNPWP/SPPKP karena dipenuhinya syarat obyektif dan subyektif, sebaliknya kalau kedua syarat tersebut hilang maka NPWP/SPPKP dapat dihapuskan, yaitu apabila: 1) Diajukan permohonan oleh WP atau ahli warisnya bhw syarat subyektif dan obyektifnya sudah tdk ada. 2) Badan usaha dilikuidasi. 3) WP BUT menghentikan usahanya di Indonesia. 4) Dianggap perlu oleh Ditjen Pajak. PROSES PELAKSANAAN ADMINISTRASI PERPAJAKAN A. Mengisi dan Menyampaika Surat Pemberitahuan (SPT) a) Pengertian SPT: surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. b) Jenis SPT: a. SPT Masa: SPT untuk suatu masa pajak. b. SPT Tahunan: SPT untuk Suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak. c) Fungsi SPT:

d. SPT Masa Bagi pengusaha Kena pajak Melaporkan Tentang: 1) Pengkreditan pajak masukan dan pajak keluaran 2) Pembayaran atau pelunasan pajak yang dilaksanakan sendiri oleh PKP e. SPT Tahunan Bagi WP PPh melaporkan tentang: 1) Pembayaran atau pelunasan pajak yang dibayar sendiri, dipungut dan atau dipotong dalam satu tahun pajak. 2) Penghasilan yang merupakan objek pajak maupun bukan objek pajak. 3) Harta dan kewajiban. 4) Pembayaran dan pemotongan atau pemungutan pajak. Bagi pemotong dan pemungut pajak, SPT berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertangungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya. d) Batas Waktu Penyampaian SPT Menurut UU No. 28 Tahun 2007 : a. SPT Masa paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak. b. SPT Tahunan WP OP paling lama 3 Bulan setelah akhir tahun pajak. c. SPT Tahunan WP Badan paling lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak. e) SPT KB, SPT LB dan SPT Nihil : a. SPT KB: Kemungkinan pajak disetor dimuka dan atau di pungut dan dipotong lebih besar dari pajak terutang. b. SPT LB: Kalau pajak terutang lebih besar daripada pajak yang disetor, dipungut dan dipotong maka SPT menggambarkan kurang bayar. c. SPT Nihil: apabila pajak terutang sama besar dengan pajak yang sudah disetor, dipotong dan dipungut berarti tidak ada kekurangan maupun kelebihan bayar. f) Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT a. Syarat Perpanjangan waktu penyampaian SPT: 1) Harus diajukan secara tertulis 2) Diajukan seblm batas waktu penyampaian SPT 3) Menyampaikan alasan-alasannya disertai dibuatkan perhitungan sementara pajak terutang slm selama satu tahun.

4) Dilampiri bukti pelunasan pajak yang terutang DIRJEN Pajak dapat memberikan perpanjangan waktu paling lama 2 bulan (UU No. 28 TH 2007). b. Penyampaian SPT 1) Penyampaian SPT secara langsung ke kantor pajak, dengan itu WP akan menerima bukti penyerahan SPT. 2) Penyampaian SPT dgn mengirimkan melalui pos tercatat merupakan bukti penerimaan SPT dengan syarat SPT telah lengkap. c. Sanksi Administrasi Menurut UU NO. 28 TH. 2007 apabila SPT tidak disampaikan pada waktunya , maka WP akan dikenakan sanksi administrasi sbb: 1) Denda Rp.500.000 utk masa SPT Masa PPN 2) Denda Rp.100.000 untuk SPT Masa lainnya 3) Denda Rp.100.000 utk SPT Tahunan WP Bdn 4) Denda Rp.100.000 utk SPT Tahunan WP OP Sanksi administrasi berupa denda tersebut tidak dilakukan terhadap: 1) WP OP yang telah meninggal dunia 2) WP OP non aktif 3) WP OP orang asing meninggalkan Indonesia 4) WP BUT tidak usaha lagi di Indonesia 5) WP Badan yang telah dibubarkan 6) Bendaharawan yang tidak melakukan pembayaran lagi 7) WP kena Bencana 8) WP lain ditentukan oleh Menkeu g) Pembetulan SPT Pembentulan SPT menurut UU NO.28 Th 2007 : 1) a. WP dapat membentulkan sendiri SPT, dalam hal pembentulan menyatakan SPT rugi atau lebih bayar maka pembentulan harus dilakukan paling lama 2 tahun seblm daluarsa penetapan b. Belum dilakukan pemeriksaan oleh Ditjen Pjk c. Apabila akibat pembentulan uang pajak menjadi lebih besar maka terutang bunga 2%/bulan. 2) Meskipun telah diperiksa tetapi belum disidik atas kemauan sendiri WP boleh membentulkan SPT atas kekurangan pajak dikenakan denda sebesar 150%. 3) Meskipun telah diperiksa tetapi belum SKP atas kemauan sendiri WP dapat membentulkan SPTdengan syarat pajak menjadi lebih besar atas

kekurangannya sanksi kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang dibayar. 4) Pembentulan SPT dapat dilakukan dalam 3 bln setelah diterimanya surat keputusan keberatan, putusan banding, putusan pembetulan atau putusan peninjauan kembali dengan syarat Ditjen Pajak belum melakukan pemeriksaan. h) Pembayaran Pajak Menurut UU No.28 Th 2007 : a. Untuk pajak yang terutang dalam masa pajak harus disetor paling lama 15 hari setelah berakhirnya masa pajak. b. Untuk pajak yang terutang meliputi satu tahun pajak, harus disetor sebelum SPT tahunan PPh disampaikan ke Kantor Pajak. Penyetoran pajak dengan menggunakan surat setoran pajak (SSPP dan menyetorkannya ke Bank yang ditunjuk atau ke kantor Pos. i) Pengembalian Pajak Pengembalian kelebihan pajak dilakukan paling lama 1 bulan sejak diterbitkannya surat ketetapan pajak lebih bayar yang sebelumnya telah dikompensasikan dengan utang pajaknya. Apabila pengembalian kelebihan pajak dilakukan setelah jangka waktu 1 bulan maka kepada WP diberikan bunga 2%/bulan. a. Surat Ketetapan Pajak (SKP): surat yang menetapkan besarnya pajak terutang Ada beberapa SKP : 1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Menurut UU No.28 Th 2007 , dalam tempo 5 tahun Ditjen Pajak dpt menerbitkan SKPKB 2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) Menurut UU No.28 Th 2007 , dalam tempo 5 tahun Ditjen Pajak dapat menerbitkan SKPKBT apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak terutang setelah dilakukan pemeriksaan. SKBKBT ditambah sanksi kenaikan 100% dr jumlah kurang bayar, sanksi ini tidak dikenakan apabila WP mempunyai kesadaran sendiri menyampaikan keterangan tertulis dan Ditjen Pajak belum melakukan pemeriksaan.

b. Surat Tagihan Pajak (STP) : Surat untuk menagih pajak atau untuk menagih sanksi administrasi brp bunga dan atau denda Ditjen Pajak menerbitkan STP dalam hal: 1) PPh Tahun berjalan tidak/kurang dibayar 2) Hasil penelitian terdapat kurang bayar akibat dari salah tulis atau salah hitung. 3) WP dikenakan sanksi administrasi, berupa bunga atau denda. 4) PKP yang tidak membuat faktur pajak atau melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitannya. 5) PKP yang gagal berproduksi dan telah mendapat pengembalian pajak masukan j) Penagihan Pajak: serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan dengan melakukan tindakan sbb: a. Menegur atau memperingatkannya b. Melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus c. Memberitahukan surat paksa d. Mengusulkan pencegahan e. Melaksanakan penyitaan f. Melaksanakan penyanderaan g. Menjual barang-barang yang telah disita Dalam pelaksanaan penagihan pajak, Negara mempunyai hak mendahu lebih mendahulu dari piutang lainnya. Kuasa Negara untuk menagih pajak selama 10 tahun atau daluarsa penagihan pajak setelah 5 tahun (UU No. 28 Th 2007). Yang menjadi dasar penagihan adalah: 1) Surat Tagihan Pajak 2) SKPKB 3) SKBKBT 4) Surat Putusan Keberatan dan Surat Putusan Banding yang menambah jumkah pajak yang masih harus dibayar k) Penyitaan Apabila dengan penyampaian Surat Paksa, WP/ penaggung pajak tetap melunasi utang pajak, maka dilakukan penagihan dengan menyampaikan surat perintah melakukan penyitaan. Penyitaan pada prakteknya baru mencatat barangbarang milik WP/Penaggung Pajak kecuali untuk barang-barang yang dianggap perlu.

Apabila hasil dari pelaksanaan sita tidak cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan maka dapat dilaksanakan penyitaan tambahan l) Pelelangan a. Pengumuman Lelang Dilaksanakan setelah lewat 14 hari dari pelaksanaan penyampaian Surat Perintah Melakukan Penyitaan. b. Pelaksanaan Lelang Dilaksanakan setelah lewat 14 hari dari pengumuman lelang. m) Pencegahan dan Penyanderaan a. Pencegahan: Larangan WP/Penanggung Pajak untuk pergi ke luar negeri. Pencegahan dilakukan oleh Direktorat Imigrasi atas permintaan pejabat atau atasan pejabat b. Penyanderaan : dengan memasukkan WP/Penanggung Pajak ke rumah tahanan Penyanderaan dilakukan berdasarkan surat perintah penyanderaan yang diterbitkan oleh pejabat setelah mendapat izin tertulis dari Menteri atau Gubernur setempat. c. Pencegahan dan Penyanderaan 1) Dilakukan terhadap WP/Penanggung Pajak yang utang pajaknya besar (di atas 100 juta rupiah) dan tidak punya itikad baik. 2) Paling lama 6 bulan dan dapat diperpanjang untuk selama-lamanya 6 bulan lagi. KEBERATAN DAN BANDING A. Keberatan 8. Syarat Keberatan Oleh WP: a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia b. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi c. Satu surat keberatan untuk satu ketetapan d. Menyampaikan alasan e. Dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal dikirim SKP, kecuali force mayuer 9. Putusan keberatan dapat berupa: a. Menerima seluruh permohonan WP b. Menerima sebagian c. Menolak d. Menambah jumlah pajak yang terutang

B. Banding 1. Syarat Banding Oleh WP: a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia b. Menyampaikan alasannya c. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang d. Dalam waktu 3 bulan sejak keputusan keberatan e. Melampirkan copy keputusan keberatan 2. Menurut UU No. 28 Th. 2007 tentang KUP, ketetuan banding diatur sebagai berikut: a. Putusan pengadilan pajak merupakan keputusan pengadilan khusus di lingkungan peradilan tata usaha negara b. Jangka waktu pelunasan utang pajak yg dibanding adalah satu bulan sejak tanggal putusan banding c. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat mengajukan banding belum merupakan pajak yang terutang sampai dengan putusan banding diterbitkan d. Jumlah pajak yang belum dibayar yang diajukan banding , tidak harus dilunasi dengan cara kompensasi dengan kelebihan pajak e. Dalam hal banding ditolak atau dikabulkan sebagian, WP dikenai sanksi denda 100% atas pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pajak yang sudah dibayar sebelum mengajukan keberatan PEMBUKUAN DAN PENCATATAN A. Pembukuan : Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur utk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban , modal penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang dan jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan daftar rugi laba pada setiap tahun pajak berakhir. i. Syarat Pembukuan: a. Beritikad baik b. Diselenggarakan di Indonesia c. Huruf latin, angka arab & satuan mata uang rupian d. Dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing diijinkan oleh Menkeu e. Prinsip taat asas f. Dengan stelsel akrual atau stelsel kas B. Pencatatan Pencatatan data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan atau penghasilan

bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final. PEMERIKSAAN 1. Pengertian: serangkaian kegiatan untuk mencari, menyimpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan WP dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perpajakan. 2. WP yang diperiksa wajib: 1. Memperlihatkan dan meminjam kan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan 2. Memberi kesempatan memasuki ruangan yang dipandang perlu 3. Memberikan keterangan yang diperlukan PENYIDIKAN i. Penyidikan tindak pidana Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti-bukti yang membuat terang tindak pidana dan menemukan tersangkanya. Penghentian penyidikan : 1. Untuk kepentingan penerimaan Negara, atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa agung dapat menghentikan penyidikan 2. Penghentian Penyidikan hanya dilakukan setelah WP melunasi utang pajak dengan sanksi berupa denda 4 kali dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar atau tidak seharusnya dikembalikan. KETENTUAN PIDANA A. Setiap orang yang karena alfa: 1. Tidak menyampaikan SPT atau 2. Menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau lampirannya tidak benar dari hal tersebut menimbulkan kerugian negara berupa pajak Menurut UU No. 28 Th 2007, ketentuan sanksi pidananya: didenda paling sedikit 1 dan paling banyak 2 kali pajak terutang atau tidak atau kurang dibayar. atau dipidana kurungan paling singkat 3 bulan dan paling lama 1 tahun. B. Setiap orang yang sengaja:

ii.

Tidak mendaftarkan diri Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP Tidak menyampaikan SPT Menyampaikan SPT yang isinya tidak benar Menolak dilakukan pemeriksaan Memperlihatkan pembukuan & pencatatan, dokumen yang palsu atau dipalsukan 7. Tidak menyelenggarakan pembukuan 8. Tidak menyimpan pembukuan dokumen 9. Tidak menyetorkan pajak yang dipungut /dipotong Menurut UU No. 28 Th 2007, ketentuan sanksi pidananya : dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kalinya C. Setiap orang yang sengaja : 1. Menerbitkan faktur pajak, bukti pungutan pajak dan bukti potongan pajak serta bukti setoran yang tidak berdasar transaksi yang sebenarnya 2. Menerbitkan faktur sebelum dikukuhkan sebagai PKP Menurut UU No. 28 Th 2007 dipidana: Pidana penjara paling sedikit 2 th dan paling lama 6 th Denda paling sedikit 2 kali dan paling banyak 6 kali jumlah pajak dalam faktur, bukti potongan, bukti pungutan, dan atau bukti setoran pajak D. Setiap orang (pihak Ketiga) yang wajib memberikan keterangan tentang bukti atau dokumen sengaja tidak memberikan keterangan tersebut . Menurut UU No. 28 Th 2007 : dipidana penjara paling lama 1 tahun didenda paling banyak Rp. 25.000.000 E. Setiap orang (pihak Ketiga) yang menghalang-halangi untuk memenuhi kewajiban memberikan keterangan dokumen dan sebagainya kepadanya dikenakan sanksi pidana . Menurut UU No. 28 Th 2007 : pidana penjara paling lama 3 tahun didenda paling banyak Rp. 75.000.000

1. 2. 3. 4. 5. 6.

You might also like