You are on page 1of 32

WADUK (RESERVOIR)

DEFINISI
Waduk adalah genangan air akibat adanya
Bendungan/Embung/Dam di suatu alur
Sungai. Air yang tertampung di dalam Waduk
biasanya dapat dimanfaatkan secara multi-
guna (multi-purposes) ataupun hanya Eka-
guna (single-purpose). Air yang tertampung
dialokasikan untuk pemanfaatan air selama
musim kemarau.
DASAR PEMILIHAN LOKASI WADUK
Menentukan lokasi waduk yang ideal dan memenuhi syarat biasanya sangat
sulit, karena kondisi di lapangan umumnya sangat kompleks dengan berbagai
masalah.
Ada garis besar yang bisa menjadi pegangan untuk menentukan lokasi
waduk, diantaranya ( Sudjarwadi, 1989).
1. Harus ada tempat yang cocok secara ekonomi, sosial dan politik,
2. Hindari lokasi proyek yang sekiranya akan memakan biaya yang terlalu tinggi
untuk pemindahan penduduk, Relokasi jalan raya, Relokasi jalan KA dan lain
sebagainya,
3. Kapasitas waduk harus memenuhi sasaran yang akan dicapai untuk memenuhi
Kebutuhan,
4. Dicari lokasi yang dalam dengan bendungan yang pendek sehingga menghemat
beaya konstruksi TAPI dapat menampung air lebih banyak, pembebasan lahan
minimal.
5. Cari sungai yang memiliki laju sedimentasi relatip rendah,
6. Kualitas air harus memenuhi kriteria yang ditentukan.
7. Selain itu perlu adanya pertimbangan yang memenuhi kriteria
perencanaan, konstruksi, operasional, dan dampak negatifnya.
ZONASI TAMPUNGAN WADUK
Volume hidup
Volume mati
Muka air pada kondisi banjir
Mercu bangunan
pelimpah
m.a minimum
Tampungan lembah
Dasar sungai sebelum
pembendungan
Saluran
pengambilan
KAPASITAS TAMPUNGAN WADUK
(KAPASITAS WADAH WADUK)
Kapasitas tampungan suatu waduk dihitung
berdasarkan peta topografi.
Areal tampungan waduk di gambar dengan
skala tertentu beserta garis garis kontournya
untuk berbagai elevasi.
CONTOH PERHITUNGAN KAPASITAS TAMPUNGAN
WADUK
NO.
RENCANA GENANGAN
(Garis Kontour)
LUAS AREA
Genangan
VOLUME (juta m
3
)
titik ke (m) km
2
per segmen kumulatif
1 0 + 116 0,01 0,00 0,00
2 1 + 117 1,37 0,69 0,69
3 2 + 118 1,90 1,63 2,33
4 3 + 119 5,07 3,48 5,81
5 4 + 120 7,43 6,25 12,06
6 5 + 121 10,89 9,16 21,22
7 6 + 122 16,28 13,58 34,80
8 7 + 123 25,37 20,82 55,63
9 8 + 124 34,90 30,14 85,76
10 9 + 125 44,60 39,75 125,52
11 10 + 126 54,90 49,75 175,27
12 11 + 127 75,66 65,28 240,55
13 12 + 128 93,63 84,65 325,20
14 13 + 129 111,59 102,61 427,81
15 14 + 130 131,03 121,31 549,12
16 15 + 131 149,48 140,25 689,38
17 16 + 132 170,67 160,07 849,45
18 17 + 133 184,42 177,54 1.026,99
19 18 + 134 204,71 194,56 1.221,55
20 19 + 135 225,69 215,20 1.436,76
KURVA ELEVASI-LUAS GENANGAN-VOLUME
WADUK
115
120
125
130
135
140
0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600
Volume (juta m
3
)
E
l
e
v
a
s
i

(
m
)
0 30 60 90 120 150 180 210 240
Luas Genangan (km
2
)
MANFAAT KURVA ELEVASI-LUAS GENANGAN-VOLUME WADUK
Informasi ini (Kurva Elevasi-Luas Genangan-Volume Kapasitas
Waduk) sangat penting untuk perencanaan maupun saat
pengoperasian waduk.
Pada saat perencanaan setelah ditentukan besarnya kebutuhan
volume waduk, maka elevasi puncak mercu bendungan dan mercu
spillway (pelimpah) dapat ditentukan.
Perkiraan luas daerah yang akan tergenang juga dapat diketahui
dari Kurva ini sehingga dapat diperkirakan berapa luas
desa/sawah/kebun/sarana/prasarana lainnya yang harus
dipindahkan.
Informasi ini diperlukan untuk analisis ekonomi yang berkaitan
dengan perhitungan biaya pemindahan penduduk, dll.
VOLUME WADUK YANG DIPERLUKAN
Menurut Thomas A. Mc. Mahon dalam bukunya Reservoir
Capacity and Yield, penentuan kapasitas waduk dapat
dikelompokkan sebagai berikut ini:
Metode Periode Kritik (Critical Period Method).
Metode Moran dkk.
Metode Pembangkitan Data Stokastik.
Simulasi
PERIODE KRITIK
Periode Kritik didefinisikan sebagai periode yang dimulai saat kondisi waduk penuh
sampai kondisi waduk kosong tanpa terjadi limpasan selama periode tersebut.
Periode kritik dimulai saat waduk penuh, dan berakhir saat waduk kosong. Jadi hanya
satu kali kegagalan yang terjadi selama periode tersebut. Kegagalan yang terjadi antara
bulan Agustus 1952 sampai dengan Januari 1953 tidak termasuk pada periode kritik.
CP CP
1950 1951 1952 1953
Kondisi Penuh
Reservoir
Volume
Waktu ( Tahun )
CARA RIPPL (Pakai Kurva Massa)
Metode kurva massa yang dikemukakan oleh Rippl, 1889 merupakan cara yang tidak empiris untuk
menentukan KEBUTUHAN TAMPUNGAN suatu waduk untuk memenuhi suatu Kebutuhan (Water
Demand). Pada cara ini waduk diasumsikan bahwa waduk pada kondisi penuh pada saat permulaan
musimkering.
Langkah prosedur penen tuan kapasitas waduk :
Buat kurva massa debit kumulatif berdasarkan data, dapat berupa data historis ataupun data
bangkitan. Skala untuk metode ini perlu diperhatikan, karena pengukuran Kebutuhan Tampungan
dilakukan secara grafis.
Gambarkan garis LAJU KEBUTUHANwaduk (Water Demand), yang merupakan tangent dari
besarnya kebutuhan air dengan periode satu tahun.
Buat garis sejajar dengan LAJU KEBUTUHANdan digeser ke garis grafik, garis akan memotong di
titik A, E dan G.
Kapasitas waduk didapat dengan mengukur jarak vertikal dari garis LAJU KEBUTUHAN dengan
grafik , yaitu sebesar C1 dan C2. Jarak vertikal maksimumadalah C2. Besarnya C2 Ini merupakan
Volume waduk yang dibutuhkan.
Waduk ini akan penuh di A, berkurang sampai di B, kemudian penuh lagi di D. Antara D dan E
waduk akan tetap penuh dan semua aliran yang masuk akan dibuang ke hilir. Sampai di titik F
waduk akan kosong dan penuh lagi di G.
Pada metode ini evaporasi tidak diperhitungkan
0,00
1000,00
2000,00
3000,00
4000,00
5000,00
6000,00
1
9
6
3
1
9
6
4
1
9
6
5
1
9
6
6
1
9
6
7
1
9
6
8
Tahun
D
e
b
i
t

k
u
m
u
l
a
t
i
f

1
0
6

m
3
A
D
C
1
F
B
C
2
G
E
Draft
1 tahun
Laju pengambilan
METODA KURVA MASSA RESIDU
(RESIDUAL MASS CURVE)
Metode ini sedikit lebih sulit dibandingkan dengan metode Rippl.
Adapun langkah prosedurnya dapat dilakukan dengan penjelasan
berikut.
Kurangi nilai INFLOW DATA dengan NILAI RATA_RATANYA (jika
digunakan data bulanan dikurangi dengan rata-rata bulanan, dan
jika data tahunan dikurangi dengan rata-rata tahunannya). Hasil
hitungan tersebut yang disebut sebagai NILAI RESIDU INFLOW.
Hitung RESIDU dari KEBUTUHAN, dengan mengurangi KEBUTUHAN
dengan RATA RATANYA. Jika diketahui rata-rata draft pengambilan
106,1 x10
6
m
3
dan draft pengambilan = 75%nya
(=75%x106,1=79,57579.6 x10
6
m
3
), maka nilai residunya =-25,6
x10
6
m
3
. Gambarkan laju pengambilan residunya.
Tahun Q (10
6
m
3
) Residu (10
6
m
3
)
Kumulatif Residu,
(10
6
m
3
)
1936 1,553 279.38 279.38
1937 650 -623.62 -344.24
1938 413 -860.62 -1,204.86
1939 2,266 992.38 -212.47
1940 509 -764.62 -977.09
1941 710 -563.62 -1,540.71
1942 1,634 360.38 -1,180.33
1943 1,107 -166.62 -1,346.94
1944 401 -872.62 -2,219.56
1945 685 -588.62 -2,808.18
1946 1,548 274.38 -2,533.80
1947 1,578 304.38 -2,229.41
1948 1,012 -261.62 -2,491.03
1949 1,151 -122.62 -2,613.65
1950 1,190 -83.62 -2,697.27
1951 1,690 416.38 -2,280.88
1952 2,610 1,336.38 -944.50
1953 1,613 339.38 -605.12
1954 1,113 -160.62 -765.74
1955 2,410 1,136.38 370.64
1956 3,834 2,560.38 2,931.03
1957 757 -516.62 2,414.41
1958 1,776 502.38 2,916.79
1959 936 -337.62 2,579.17
1960 1,473 199.38 2,778.56
1961 717 -556.62 2,221.94
1962 928 -345.62 1,876.32
1963 850 -423.62 1,452.70
1964 1,888 614.38 2,067.09
1965 553 -720.62 1,346.47
1966 1,139 -134.62 1,211.85
1967 369 -904.62 307.23
1968 1,230 -43.62 263.62
1969 1,010 -263.62 0.00
Jumlah 43,303
Rata-rata 1,273.62
-4000
-3000
-2000
-1000
0
1000
2000
3000
4000
1935 1940 1945 1950 1955 1960 1965 1970
K
u
m
u
l
a
t
i
v
e

K
u
r
v
a

M
a
s
s
a

R
e
s
i
d
u
a
l

(
J
u
t
a

m
3
)
Tahun
Residual Mass Curve
-4000
-3000
-2000
-1000
0
1000
2000
3000
4000
1935 1940 1945 1950 1955 1960 1965 1970
Tahun
K
u
m
u
l
a
t
i
f

I
n
f
l
o
w

R
e
s
i
d
u

(
1
0

6
m
3
)
A
B
C
1
C
2
C
3
Draft residu
5 tahun
METODE SIMULASI
Pada metoda simulasi atau analisis perilaku, besarnya kapasitas waduk
yang dibutuhkan dapat dihitung dengan persamaan kontinyuitas
penampungan sebagai berikut (McMahon,1978 ) :
Z
t +1
= Z
t
+ Q
t
D
t
E
t
L
t
dengan batasan 0 Z
t
C
Dengan :
t = interval waktu yang digunakan, umumnya satu bulan,
Z
t +1
= tampungan pada akhir interval waktu t,
Z
t
= tampungan waduk pada awal interval waktu t+1
Q
t
= aliran masuk selama interval waktu t,
D
t
= kebutuhan elama interval waktu t,
E
t
= evaporasi selama interval waktu t,
L
t
= air akibat kebocoran/rembesan selama interval waktu t.
C = kapasitas manfaat/aktif waduk.
Jika umur waduk diperhitungkan maka tampungan aktif harus dikurangi
dengan perkiraan volume sedimennya
Persamaan-persamaandi atas di aplikasikan dengan anggapan keadaan awal waduk dianggap penuh.
Sebagai contoh sederhana (evaporasi, rembesan dan lain-lain tidak diperhitungkan) dapat dilihat
pada hitungan Tabel dan Gambar berikut ini (Dicoba Kapasitas Waduk =650 juta m
3
)
Tahun Tahun ke Bulan Z
t
Qt Kebutuhan Z
t+1
Ket. Release
(juta m
3
) (juta m
3
) (juta m
3
) (juta m
3
) (juta m
3
)
1966 17 1 247.8 15 79.6 183.2 OKE 79.6
17 2 183.2 14 79.6 117.6 OKE 79.6
17 3 117.6 15 79.6 53 OKE 79.6
17 4 53 12 79.6 0 Gagal 65
17 5 0 25 79.6 0 Gagal 25
17 6 0 44 79.6 0 Gagal 44
17 7 0 68 79.6 0 Gagal 68
17 8 0 136 79.6 56.4 OKE 79.6
17 9 56.4 212 79.6 188.8 OKE 79.6
17 10 188.8 242 79.6 351.2 OKE 79.6
17 11 351.2 152 79.6 423.6 OKE 79.6
1967 18 12 423.6 204 79.6 548 OKE 79.6
18 1 548 58 79.6 526.4 OKE 79.6
18 2 526.4 22 79.6 468.8 OKE 79.6
18 3 468.8 16 79.6 405.2 OKE 79.6
18 4 405.2 15 79.6 340.6 OKE 79.6
18 5 340.6 15 79.6 276 OKE 79.6
18 6 276 15 79.6 211.4 OKE 79.6
18 7 211.4 20 79.6 151.8 OKE 79.6
18 8 151.8 35 79.6 107.2 OKE 79.6
18 9 107.2 52 79.6 79.6 OKE 79.6
18 10 79.6 91 79.6 91 OKE 79.6
18 11 91 20 79.6 31.4 OKE 79.6
1968 12 31.4 10 79.6 0 Gagal 41.4
1 0 7 79.6 0 Gagal 7
2 0 2 79.6 0 Gagal 2
3 0 1 79.6 0 Gagal 1
4 0 6 79.6 0 Gagal 6
5 0 80 79.6 0.4 OKE 79.6
6 0.4 128 79.6 48.8 OKE 79.6
7 48.8 51 79.6 20.2 OKE 79.6
8 20.2 222 79.6 162.6 OKE 79.6
9 162.6 155 79.6 238 OKE 79.6
10 238 342 79.6 500.4 OKE 79.6
11 500.4 163 79.6 583.8 OKE 79.6
1969 12 583.8 73 79.6 577.2 OKE 79.6
577.2 35 79.6 532.6 OKE 79.6
532.6 20 79.6 473 OKE 79.6
473 27 79.6 420.4 OKE 79.6
420.4 42 79.6 382.8 OKE 79.6
dst
Contoh Hasil Simulasi
Dari Hasil Simulasi di atas dapat dilihat bahwa dengan Kapasitas Waduk 650 juta
m3, maka selama simulasi 20 tahun (240 bulan) Waduk hanya mengalami kering
(Volume aktif=Nol) sebanyak 6 bulan. Jadi Keandalannya adalah (240 6)/240 =
97,5%.
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
0 50 100 150 200 250
Bulan
T
a
m
p
u
n
g
a
n
(
1
0
6
m
3
)
KINERJA OPERASI WADUK
1. KEANDALAN (RELIABILITY)
2. KELENTINGAN (RESILIENCY)
3. KERAWANAN (VULNERABILITY)
Keandalan (Reliability)
Keandalan merupakan indikator seberapa sering waduk memenuhi kebutuhan yang
ditargetkan selama masa pengoperasiannya. Mc Mahon dan Russel, 1978
mendefinisikan keandalan dalam 2 definisi dibawah ini :
1. Persentase keadaan dimana waduk mampu memenuhi kebutuhannya. Seringkali
pada definisi keandalan ini dapat dikaitkan dengan kegagalan. Dalam hal ini, waduk
dianggap gagal jika waduk tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara total.
2. Rerata persentase pelepasan waduk dibanding dengan kebutuhannya. dalam
definisi ini, meskipun suplesi waduk tidak dapat memenuhi kebutuhannya
100%, waduk tidak dianggap gagal total. Tetapi waduk dianggap hanya dapat
mensuplai sebagian dari kebutuannya.
Z
t
adalah variabel untuk menghitung kapan waduk dapat memenuhi
kebutuhannya.

< =
> =
=
t
t t
t
D
D R
Z
t
1
R jika 0
jika 1

< =
> =
=
t D
R
t t
t
D
D R
Z
t
t
t
2
R jika
jika 1
Dengan Menggunakan definsi yang kedua, maka Keandalan dapat dihitung
dengan :
dimana :
n = jangka waktu pengoperasian
R
t
= release pada waktu ke-t
D
t
= demand pada waktu ke-t
= keandalan waduk
= jumlah total persentase waduk mampu memenuhi kebutuhan

=
=
n
t
t
Z
n
1
2
2
1
o
2
o

=
n
t
t
Z
1
2
Kelentingan (Resiliency)
Indikator ini untuk mengukur kemampuan waduk untuk kembali ke keadaan
memuaskan dari keadaan gagal. Semakin cepat waduk kembali ke keadaan
memuaskan maka akan dapat dikatakan bahwa waduk lebih lenting sehingga
konsekuensi dari kegagalan lebih kecil.
Dengan menggunakan definisi kegagalan pertama, perhitungan masa transisi
dari keadaan gagal menjadi keadaan memuaskan dituliskan dengan variabel
Wt sebagai berikut :
Dalam jangka panjang, nilai rerata dari Wt akan menunjukkan jumlah rerata
terjadinya transisi waduk dari keadaan gagal menjadi keadaan memuaskan.
Jumlah rerata terjadinya transisi ini dapat dinyatakan dengan persamaan :
dimana menunjukkan probabilitas (rerata frekuensi) terjadinya transisi waduk
dari kegagalan ke keadaan memuaskan.

> <
=

atas di ukan jika 0
dan jika 1
1 1
b
D R D R
W
t t t t
t

=
=
n
t
t
W
n
1
1

Jangka waktu rerata waduk dalam keadaan gagal secara kontinyu merupakan jumlah
total waktu rerata waduk mengalami gagal dibagi dengan frekuensi rerata terjadinya
transisi waduk dan secara matematis dapat dituliskan seperti berikut :
dimana :
T
gagal
= jangka waktu rerata waduk berada dalam keadaan gagal secara kontinyu
Dalam jangka panjang, jangka waktu rerata waduk berada dalam keadaan gagal secara
kontinyu dapat dituliskan sebagai berikut :
Indikator kelentingan didefinisikan sebagai berikut :
dimana :
= kinerja kelentingan

=
=

=
n
t
t
n
t
t
gagal
W
Z
T
1
1
1
) 1 (

o
1
1
=
gagal
T
1
1
1
1
o

= =
gagal
T
1

Kerawanan (Vulnerability)
Kerawanan menunjukkan konsekuensi akibat dari terjadinya suatu kegagalan.
Dalam hal ini didekatii dengan besaran dari kegagalan yang didapat dari perbedaan
antara release waduk dari kebutuhannya, dibagi dengan jumlah air yang
dibutuhkan.
Konsekuensi jika terjadi kegagalan dapat diukur seberapa besar suatu kegagalan
yang terjadi.
Kerawanan didefinisikan sebagai nilai kekurangan (DEF
t
) air pelepasan dari
kebutuhannya, nilai DEF, didefinisikan sebagai berikut :
Oleh karenanya kinerja kerawanan ini dapat dirumuskan dengan berbagai definisi.
Nilai rerata deficit Ratio atau nilai maksimum deficit ratio
( )

>
<
=
jika 0
jika -
t t
t t t t
t
D R
D R R D
DEF

=
n
t
t
n
t t
t
W
D
DEF
V
1
1
1
)
`

=
t
t
t
D
DEF
V max
2
OPTIMASI SUMBER DAYA AIR
OPTIMASI : dari kata OPTIMIZATION yaitu mengoptimalkan
hasil dengan memperhatikan berbagai keterbatasan.
Memaksimalkan Keuntungan dengan berbagai
keterbatasan sumber daya dan sumber dana.
Sering disebut juga =OPERATION RESEARCH atau
MATHEMATICAL PROGRAMMING
Linier Program
Non-Linier Program
Program Dinamik Deterministik
Program Dinamik Stokastik
LINIER PROGRAM
Program linear adalah teknik model matematika yang didesain untuk
mengoptimalkan manfaat sumberdaya yang terbatas (Taha, 1997).
Hasil atau tujuan yang diinginkan mungkin ditunjukkan sebagai
MAKSIMASI dari beberapa ukuran seperti profit, penjualan dan
kesejahteraan, atau MINIMASI dari biaya, waktu dan jarak.
Dalam Optimasi, perlu dirumuskan :
Fungsi Tujuan (Objective Function) dan Kendala (Constraints)
Formulasi model matematik yang meliputi tiga tahap :
1. Menentukan variabel keputusan (Decision Variable) dan menyatakan dalam
simbol matematik.
2. Merumuskan fungsi tujuan (Objective Fucntion) yang ditunjukkan sebagai
suatu hubungan linier dari Variabel Keputusan.
3. Mengidentifikasi dan Menentukan semua kendala (Constraints) masalah
tersebut dan mengekspresikan dalam persamaan dan pertidaksamaan
yang juga merupakan hubungan linier dari variabel keputusan yang
mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah yang ditinjau.
Contoh
1. Sebuah perusahaan pengelola air ingin menentukan berapa banyak masing-masing
dari tiga produk yang berbeda yang akan dihasilkan dengan tersedianya sumber
daya air yang terbatas agar diperoleh keuntungan maksimum. Kebutuhan buruh
dan bahan mentah dan sumbangan keuntungan masing-masing produk adalah
seperti Tabel berikut.
Tersedia 240 jam kerja dan bahan mentah sebanyak 400 (juta m
3
). Masalahnya
adalah menentukan jumlah masing-masing produk agar keuntungan maksimum.
Produk
Kebutuhan Sumber Daya
Keuntungan
(Rp/unit)
Buruh
(jam/unit)
Air (juta m
3
)
1. Air Bersih 5 4 3
2. Air Minum 2 6 5
3. Listrik 4 3 2
Rumusan model LP-nya adalah :
A. Variabel Keputusan
Tiga variabel dalam masalah ini adalah produk Air Bersih, Air Minum dan Listrik
yang harus dihasilkan. Jumlah ini dapat dilambangkan sebagai :
X
1
= jumlah produk Air Bersih
X
2
= jumlah produk Air Minum
X
3
= jumlah produk Listrik
B. Fungsi tujuan
Tujuan masalah kombinasi produk adalah memaksimumkan keuntungan total.
Jelas bahwa keuntungan adalah jumlah keuntungan yang diperoleh dari masing-
masing produk. Keuntungan dari produk air bersih adalah perkalian antara
jumlah produk air bersih dengan keuntungan per unit (Rp 3,-). Keuntungan
produk air minum dan listrik ditentukan dengan cara serupa. Sehingga keuntungan
total Z, dapat ditulis :
Z = 3 X
1
+ 5 X
2
+ 2 X
3
C. Sistem kendala
Kendala Jam Kerja Buruh. Dalam masalah ini kendalanya adalah jumlah buruh dan
bahan mentah yang terbatas. Masing-masing produk membutuhkan baik buruh
maupun bahan mentah. Produk air bersih, buruh yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tiap unit adalah 5 jam, sehingga buruh yang dibutuhkan untuk
produk air bersih adalah 5 X
1
jam. Dengan cara yang serupa produk air minum
membutuhkan 2 X
2
jam buruh, dan produk listrik butuh 4 X
3
jam, sementara
jumlah jam buruh yang tersedia adalah 240 jam. Sehingga Fungsi Kendala pada
Jam Kerja Buruh dapat ditulis :
5 X
1
+ 2 X
2
+ 4 X
3
240
Kendala bahan mentah dirumuskan dengan cara yang sama, yaitu untuk produk
air bersih butuh bahan mentah sebanyak 4 juta m
3
per unit, produk air minum
membutuhkan 6 juta m
3
per unit dan produk listrik butuh 3 juta m
3
per unit.
Karena yang tersedia adalah sebanyak 400 juta m
3
bahan mentah, maka Fungsi
Kendala Bahan Mentah dapat ditulis :
4 X
1
+ 6 X
2
+ 3 X
3
400
Kita juga membatasi masing-masing variabel hanya pada nilai positif, karena tidak
mungkin untuk menghasilkan jumlah produk negatif. Kendala-kendala ini dikenal
dengan non negativity constraints dan secara matematis dapat ditulis :
X
1
0; X
2
0; X
3
0 atau X
1
, X
2
, X
3
0
Formulasi Program Linier nya adalah :
Objective Function :
Maksimumkan Z = 3 X
1
+ 5 X
2
+ 2 X
3
Fungsi Kendala/Batasan :
5 X
1
+ 2 X
2
+ 4 X
3
240 (Batasan pada Jam Kerja )
4 X
1
+ 6 X
2
+ 3 X
3
400 (Batasan pada Bahan Mentah )
X
1
, X
2
, X
3
0 (Non-Negativity Constraints)
Pertanyaan yang timbul adalah mengapa kendala dituliskan dengan tanda pertidak-samaan
( ), bukannya persamaan ( = ).
Persamaan secara tidak langsung mengatakan bahwa seluruh kapasitas sumber daya
digunakan, sementara dalam pertidaksamaan memperbolehkan penggunaan kapasitas
secara penuh maupun penggunaan sebagian kapasitas. Dalam beberapa kasus suatu solusi
dengan mengijinkan adanya kapasitas sumberdaya yang tak terpakai akan memberikan
solusi yang lebih baik, yang berarti keuntungan lebih besar, dari pada penggunaan seluruh
sumber daya. Jadi, pertidaksamaan menunjukkan program memilih sumber daya yang
dipakai.
Penyelesaian formulasi LP di atas dapat dilakukan secara grafis (untuk dua variabel
keputusan) atau dengan metode Simplex (untuk penyelesaian umum) dan dapat dengan
menggunakan software LINDO, QSB, TK-Solver, dll.
Penyelesaian Grafis
KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
Pemanenan Air Hujan (Rain Harvesting)
Low Impact Development (LID)
Eco-Drainage

You might also like