You are on page 1of 5

Nama : Maharani Dewi Caropeboka NPM : 0818011027

Hipokalemia
Disebut hipokalemia bila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3,5 meq/L. Hipokalemia merupakan kejadian yang sering ditemukan dalam klinik. Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut: 1. Asupan kalium yang kurang 2. Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau keringat. 3. Kalium masuk ke dalam sel.

Pengeluaran kalium yang berlebihan dari saluran cerna antara lain muntah , selang naso- gastric, diare atau pemakaian pencahar. Pada keadaan muntah atau pemakaian selang nasogastrik, pengeluaran kalium bukan melalui saluran cerna atas karena kadar kalium dalam cairan lambung hanya sedikit (5-10 meq/L), akan tetapi kalium banyak ke luar melalui ginjal. Akibat muntah atau selang nasogastrik, terjadi alkalosis metabolic sehingga banyak bikarbonat yang difiltrasi di glomerulus yang akan mengikat kalium di tubulus distal (duktus koligentes) yang juga dibantu dengan adanya hiperaldosteron sekunder dari hipovolemia akibat muntah. Kesemuanya ini akan meningkatkan ekskresi kalium melalui urin dan terjadi hipokalemia.

Pada saluran cerna bawah, kalium keluar bersama bikarbonat ( asidosis metabolic). Kalium dalam saluran cerna bawah jumlahnya lebih banyak (20-50 meq/L).

Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui ginjal dapat terjadi pada pemakaian diuretic, kelebihan hormone mineralokortikoid primer/ hiperaldosteronisme primer (adenoma kelenjar adrenal). Anion yang tak dapat direabsorbsi yang berkaitan dengan natrium berlebihan dalam tubulus ( bikarbonat, beta- hidroksibutirat. Hippurat) menyebabkan lumen duktus koligentes lebih bermuatan negative dan menarik kalium masuk ke dalam lumen lalu dikeluarkan dengan urin, pada hipomagnesemia, poliuria (polidipsia primer, diabetes insipidus) dan Salt- wasting nephropathy (sindrom Bartter atau Gitelman, hiperkalsemia).

Pengeluaran kalium berlebihan melalui keringat dapat terjadi bila dilakukan latihan berat pada lingkungan yang panas sehingga produksi keringat mencapai 10 L.

Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel. Pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik, paralisis periodic hipokalemia, hipotermia.

Gejala klinis

Kelemahan pada otot, perasaan lelah , nyeri otot, merupakan gejala pada otot yang timbul pada kadar kalium kurang dari 3 meq/L. Penurunan yang lebih berat dapat menimbulkan kelumpuhan atau rabdomiolisis.

Aritmia berupa timbulnya fibrilasi atrium, takikardia ventricular merupakan efek hipokalemia pada jantung. Hal ini terjadi akibat perlambatan repolarisasi ventrikel pada keadaan hipokalemia yang menimbulkan peningkatan arus re- entry. Tekanan darah dapat meningkat pada keadaan hipokalemia dengan mekanisme yang tidak jelas. Hipokalemia dapat menimbulkan gangguan toleransi glukosa dan gangguan metabolism protein.

Efek hipokalemia pada ginjal berupa timbulnya vakuolisasi pada tubulus proksimal dan distal. Juga terjadi ganngguan pemekatan urinsehingga menimbulkan poliuria dan polidipsia. Hipokalemia juga akan meningkatakan produksi NH4 dan produksi bikarbonat di tubulus proksimal yang akan menimbulkan alkalosis metabolic. Meningkatnya NH4 (ammonia) dapat mencetuskan koma pada pasien dengan gangguan fungsi hati.

Diagnosis pada Hipokalemia

Pada keadaan normal, hipokalemia akan menyebabkan ekskresi kalium melalui ginjal turun hingga kurang dari 25 meq per hari sedang ekskresi kalium dalam urin lebih dari 40 meq per hari menandakan adanya pembuangan kalium berlebihan melalui ginjal.

Ekskresi kalium yang rendah melalui ginjal dengan disertai asidosis metabolic merupakan pertanda adanya pembuangan kalium berlebihan melalui saluran cernaseperti diare akibat infeksi atau penggunaan pencahar.

Ekskresi kalium yang berlebihan melalui ginjal dengan disertai asidosis metabolic merupakan pertanda adanya ketoasidosisdiabetik atau adanya RTA (renal tubular acidosis) baik yang distal atau proksimal.

Ekskresi kalium dalam urin rendah disertai alkalosis metabolic, pertanda dari muntah kronik atau pemberian diuretic yang lama.

Ekskresi kalium dalam urin tinggu disertai alkalosis metabolic dan tekanan darah yang rendah , petanda dari Sindrom Bartter.

Ekskresi kalium dalam urin tinggu disertai alkalosis metabolic dan tekanan darah tinggi , petanda dari hiperaldosteronisme primer.

Pengobatan

Indikasi koreksi kalium dapat dibagi dalam: Indikasi Mutlak, pemberian kalium mutlak segera diberikan yaitu pada keadaan 1. Pasien sedang dalam pengpobatan digitalis 2. Pasien dengan ketoasidosis diabetic 3. Pasien dengan kelemahan otot pernapasan 4. Pasien dengan hipokalemia berat (K< 2 meq/L)

Indikasi Kuat, kalium harus diberikan dalam waktu tidak terlalu lama yaitu pada keadaan 1. Insufisiensi koroner/ iskemia otot jantung 2. Ensefalopati hepatikum 3. Pasien memakai obat yang dapat menyebabkan perpindahan kalium dari ekstrasel ke intrasel

Indikasi sedang, pemberian kalium tidak perlu segera seperti pada :

Hipokalemia ringan ( K antara 3- 3,5 meq/L).

Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral oleh karena lebih mudah. Pemberian 40-60 meq dapat menaikan kadar kalium sebesar 1- 1,5 meq/L, sedang pemberian 135160 meq dapat menaikan kadar kalium sebesar 2,5- 3,5 meq/L.

Pemberian kalium intravena dalam bentuk larutan KCL disarankan melalui vena yang besar dengan kecepatan 10-20 meq/ jam . Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau kelumpuhan otot pernapasan, dapat diberikan dengan kecepatan 40- 100 meq/jam. KCL dilarutkan sebanyak 20 meq dalam 100 cc Nacl isotonic. Bila melalui vena perifer , KCl maksimal 60 meq dilarutkan dalam NaCl isotonic 1000 cc, sebab bila melebihi ini dapat menimbulakan rasa nyeri dan dapat menyebabkan sklerosis vena.

You might also like