You are on page 1of 12

MOTIVASI

2.1.5 Hakikat Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Morgan et al. (dalam Marwansyah dan Mukaram, 2002: 151) menjelaskan bahwa : "motivasi merupakan kekuatan yang mengendalikan dan menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku yang diarahkan pada tujuan tertentu". Barton dan Martin (dalam Marwansyah dan Mukaram, 2000: 151) menjelaskan bahwa: "motivasi merupakan kekuatan yang menggerakkan perilaku yang memberi arah pada perilaku dan mendasari kecenderungan untuk tetap menunjukkan perilaku tersebut." Djamarah (2002: 34) mendefiniskan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feelling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dan aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat ia lakukan untuk mencapainya. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini mempakan suatu pertanda, bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bergayut dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu akan

membangkitkan minatnva sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Morgan (dalam Soemanto, 2001: 194) menjelaskan motivasi bertalian dengan tiga hal. Ketiga hal tersebut adalah "keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan daripada lingkah laku tersebut (good or ends of such behavior). Senada dengan Morgan, lebih lanjut Hamalik (2002: 173-174) menjelaskan bahwa "motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam peribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan". Pendapat di atas, mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu : 1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, 2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective aronsal), 3) motivasi ditandai oleh reaksireaksi untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud adalah: 1) motivasi dimulai dengan adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahanperubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neurofisiologis dalam organisme manusia. Contoh adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar. Akan tetapi, ada juga perubahan energi yang tidak diketahui, 2) motivasi ditandai timbulnya perasaan (affective arousal) mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana

emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin disadari, mungkin juga tidak. Kita dapat mengamatinya pada perbuatan. Contoh siswa terlibat dalam diskusi. Karena dia merasa tertarik pada masalah yang dibicarakan, dia akan berbicara dengan kata-kata dan suara yang lancar

dan cepat, dan motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah pencapaian tujuan. Contoh siswa ingin mendapat hadiah, maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, mengikuti tes, dan sebagainya.

2. Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik Beberapa definisi motivasi yang telah diuraikan mengacu pada faktorfaktor personal, seperti kebutuhan, minat, kuriositas, dan kesenangan. Sementara itu beberapa definisi yang lain menunjuk kepada faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor eksternal, seperti hadiah, pujian, tekanan sosial, atau hukuman. Motivasi yang muncul dari faktor-faktor seperti minat, atau kuriositas dinamakan motivasi intrinsik, sedangkan motivasi yang timbul dari keinginan untuk mendapatkan pujian atau hadiah dan menghindari hukuman dinamakan motivasi ekstrinsik (Woolfolk, 1993: 337). Bila individu secara intrinsik termotivasi maka individu tersebut tidak membutuhkan insentif atau perangsang atau hukuman untuk membuatnya beraktivitas karena akrivitas itu sendiri sudah merupakan hadiah. Sebaliknya individu yang melakukan aktivitas karena motivasi ekstrinsik maka individu tersebut beraktivitas hanya untuk mendapatkan hadiah, menghindari hukuman, menyenangkan guru, atau demi beberapa alasan lain yang memiliki kaitan sedikit sekali dengan aktivitas yang dilakukan. Sesungguhnya tidak ada rasa tertarik yang

muncul dari dalam diri individu tersebut untuk melakukan aktivitas yang sedang dikerjakan. Sesuai dengan teori atribusi, persepsi individu terhadap penyebab perilakunya mempengaruhi cara kerjanya di masa depan (Dimyati dan Mudjiono, 2001: 75). Apabila individu bekerja karena motivasi eksternal maka disimpulkan bahwa minatnya kurang, sebaliknya apabila individu bekerja tanpa motivasi eksternal maka disimpulkan bahwa individu tersebut tertarik secara intrinsik terhadap pekerjaan yang dilakukan. Dengan demikian penguatan ekstrinsik dapat menurunkan motivasi intrinsik. Terkait dengan kondisi ini. Good dan Brophy (1990: 367) menyatakan bahwa motivasi intrinsik tergantung pada persepsi bahwa perilaku seseorang lebih banyak muncul dari penyebab-penyebab internal daripada tekanan eksternal dan bahwa motivasi instrinsik akan menurun jika perasaan kompetensi dan self-detenninasi seseorang berkurang. Lebih lanjut dikatakan bahwa akibat-akibat tindakan, termasuk umpan balik dan ganjaran terdiri dari dua bagian yakni elemen yang mengontrol (controlling elements) dan elemen-elemen infornasional. Selanjutnya Good dan Brophy mengidentifikasikan perilaku-perilaku yang termotivasi secara intrinsik, yaitu: pertama, terjadi bila orang merasa senang tetapi bosan sehingga termotivasi menemukan rangsangan yang baru, dan yang kedua mencakup penguasaan tantangan terhadap diri sendiri sehingga mengurangi disonansi atau ketidakjelasan. Hasil meta analisis Soedomo (2001: 81) menemukan bahwa anak-anak yang dijanjikan hadiah untuk melakukan suatu kegiatan dapat menyelesaikan kegiatan tersebut dalam waktu yang lebih singkat daripada anak-anak yang diberikan hadiah tanpa pemberitahuan atau tanpa hadiah sama sekali. Artinya,

motivasi ekstrinsik masih diperlukan umuk mendorong individu dalam beraktivitas. Nur et al. (2001: 124) mempertegas bahwa tergantung kepada aktivitas yang dilakukah dan cara pemberiannya, motivasi ekstrinsik dapat meningkatkan minat, menurunkan minat, atau tidak memiliki pengaruh sama sekali. Selanjutnya Winkel (1984: 27) menjelaskan bahwa motivasi belajar terbagi atas dua bentuk yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan bentuk motivasi yang di dalamnya terkadang aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Contoh siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kepadanya oleh orang tuanya. Motivasi intrinsik merupakan bentuk motivasi yang di dalamnya mengandung aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Contoh siswa belajar karena ingin mengetahui seluk-beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya. Untuk memperjelas uraian ini maka berikut ini dikemukakan dimensi dan indikator motivasi berdasarkan teori motivasi bdajar dari Good & Brophy (1990: 418) sebagai berikut: 1) dimensi intrinsik dengan indikatomya: dorongan untuk teriibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, dorongan untuk mencari tahu hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran, dorongan untuk belajar secara mandiri, dan 2) dimensi ekstrinsik dengan indikatomya dorongan untuk menghindari hukuman guru, dorongan untuk mendapatkan pujian dari guru, dorongan untuk

menyenangi hati orang tua, dorongan untuk mendapatkan nilai yang bagus dan dorongan untuk mendapatkan pengakuan dari teman-teman. Kegiatan belajar di sekolah memerlukan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Woolfolk: 1993: 337). Beberapa aktivitas belajar memang dapat menarik minat siswa. Guru dapat membangkitkan motivasi intrinsik siswa dengan memacu kuriositas dan membuatnya merasa memerlukan apa yang dipelajari. Akan tetapi motivasi intrinsik tidak dapat diharapkan sepenuhnya mendukung kegiatan belajar. Terdapat situasi di mana hadiah dan dorongan eksternal lainnya diperlukan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru harus mendorong dan memelihara motivasi intrinsik sambil menyiapkan motivasi ekstrinsik dengan tepat.

3. Teori Motivasi a. Teori Motivasi Hirarki Kebutuhan dari Maslow Salah seorang pelopor yang mendalami teori motivasi adalah Abraham H. Maslow yang berkarya sebagai ilmuwan dun melakukan usahanya pada pertengahan dasawarsa empat puluhan. Bahwa hasil-hasil pemikirannya kemudian dituangkan dalam buku yang berjudul "Motivation and Personality". Sumbangan teori motivasi Maslow sampai dewasa ini tetap diakui di kalangan teoretes dan praktisi. Keseluruhan teori Maslow (dalam Siagian, 1995; 146-162) berintikan pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima hirarki kebutuhan, yaitu: a) kebutuhan fisiologis, b) kebutuhan akan keamanan, c) kebutuhan sosial, d) kebutuhan 'esteem', kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Kebutuhan fisiologis. Perwujudan paling nyata dari kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan-kebutuhan pokok manusia seperti; sandang, pangan, dan perumahan. Kebutuhan ini dipandang sebagai kebutuhan yang paling mendasar bukan saja karena setiap orang membutuhkannya terus-menerus sejak lahir hingga ajalnya, akan tetapi juga karena tanpa pemuasan berbagai kebutuhan tersebut seseorang tidak dapat dikatakan hidup secara normal. Berbagai kebutuhan fisiologis ini berkaitan dengan status manusia sebagai insan ekonomi. Kebutuhan itu bersifat universal dan tidak mengenal batas geografis, asal-usul, tingkat pendidikan, status sosial, pekerjaan atau profesi, umur jenis kelamin, dan faktorfaktor lainnya yang menunjukkan keberadaan seseorang. Kebutuhan keamanan. Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas. tidak hanya dalam arti keamanan fisik, meskipun hal ini yang sangat penting, akan tetapi keamanan yang bersifat psikologis, termasuk perlakuan adil dalam pekerjaan seseorang. Karena pemuasan kebutuhan itu terutama dikaitkan dengan tugas pekerjaan seseorang, kebutuhan keamanan itu sangat penting untuk mendapat perhatian. Kehutuhan sosial. Bahwa manusia di samping sebagai makhluk individu dia juga sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai insan sosial mempunyai kebutuhan yang berkisar pada pengakuan akan keberadaan seseorang dan penghargaan atas harkat dan martabatnya. Biasanya kebutunan sosial tersebut tercermin dalam empat bentuk 'perasaan' yaitu: a) perasaan diterima oleh orang lain dengan siapa ia bergaul dan berinteraksi dalam masyarakat. Dengan perkataan lain ia memiliki 'sense of belonging' yang tinggi. Tidak ada seorang manusia normal yang senang merasa terasing

dari kelompok di mana ia menjadi anggotanya. Sebaliknya kegairahan kerjanya akan meningkat apabila ia diterima sebagai anggota yang terhormat. Dengan perasaan demikian ia akan berperilaku positif yang biasanya tercermin dalam kemauan memberikan sumbangsih yang makin besar kepada usaha bermasyarakat untuk mencapai tujuannya. Agar setiap siswa merasa diterima dalam kelompoknya, guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) praktekkan grup atau individual konseling sehingga setiap anak merasa betah di dalam kelompoknya, 2) susunlah rencana, tugas, dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga semua siswa menjadi anggota yang berfungsi di dalam kelompoknya, 3) kelompokkanlah para siswa berdasarkan sosiometri sehingga ada persamaan, saling tertarik, dan saling membantu di dalam kelompok (Hamalik, 2002: 177), b) harus diterima sebagai kenyataan bahwa setiap orang mempunyai jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan jati dirinya yang khas itu setiap orang merasa dirinya penting. Hamalik (2002: 177) menjelaskan bahwa seseorang akan merasa dirinya dihargai orang lain kalau ia merasa bahwa dirinya dianggap penting. Tidak ada manusia yang senang apabila diremehkan. Artinya setiap orang memiliki 'sense of importance'. Jika seorang pimpinan atau guru mengingkari kenyataan ini bukan mustahil ia akan menghadapi berbagai kesulitan dalam menggerakkan para bawahan atau siswanya, c) kebutuhan akan perasaan maju. Pada umumnya manusia tidak senang menghadapi kegagalan, para ahli merumuskan kebutuhan ini sebagai 'need for achievement. Ia akan merasa senang dan bangga apabila ia meraih kemajuan,

apapun bentuk kemajuan itu. Tiap orang akan berusaha agar keinginannya dapat berhasil. Untuk kelancaran belajar, perlu optimis, percaya akan kemampuan diri, dan yakin bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik (Slameto, 1995; 75), dan d) kebutuhan akan perasaan diikutsertakan atau 'sense of participation'. Kebutuhan ini sangat dirasakan, terutama pada saat proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan lanjutan studinya. Slameto (1995: 75) menjelaskan bahwa belajar bersama dengan kawan-kawan, dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman berpikir siswa. Kebutuhan 'esteem'. Salah satu ciri manusia ialah bahwa dia mempunyai harga diri. Karena itu semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain. Keberadaan dan status seseorang biasanya tercermin pada berbagai lambang yang penggunaannya sering dipandang sebagai hak seseorang di dalam dan di luar organisasi. Ternyata penggunaan lambanglambang status tersebut dikenal baik di lingkungan masyarakat yang disebut tradisional maupun di lingkungan masyarakat yang sudah maju dan modern. Bentuk, jenis, aneka ragam, dan penggunaan lambang-lambang status tertentu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Aktualisasi diri. Dewasa ini makin disadari olen berbagai kalangan yang makin luas bahwa dalam diri setiap orang terpendam potensi kemampuan yang belum seluruhnya dikembangkan. Adalah hal yang normal apabila dalam meniti karier, seseorang ingin agar potensinya itu dikembangkan secara sistematis sehingga menjadi kemampuan efektif. Dengan pengembangan demikian, seorang dapat memberikan sumbangan yang lebih besar bagi kepentingan organisasi dan

10

dengan

demikian

meraih

kemajuan

profesional

yang

pada

gilirannya

memungkinkan yang bersangkutan memuaskan berbagai jenis kebutuhannya. b. Teori Tiga Kebutuhan Teori ini dikemukakan olehl David Mc Cleland beserta lekan-rekannya. Inti teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan makin mendalam apabila didasari bahwa setiap orang mempunyai tiga jenis kebutuhan, yaitu: need for achievement, need for power, dan need for affiliation. Need for Achievement (nAch). Dikatakan bahwa setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya dan tidak ada orang yang senang jika menghadapi kegagalan. Keberhasilan itu bahkan mencakup seluruh kehidupan dan penghidupan seseorang. Misalnya, keberhasilan dalam pendidikan, keberhasilan dalam membina rumah tangga yang bahagia dan sejahtera, keberhasilan dalam usaha, keberhasilan dalam pekerjaan, termasuk keberhasilan dalam belajar, serta keberhasilan dalam bidang-bidang yang lainnya. Dalam kehidupan organisasional, kebutuhan untuk berhasil biasanya tercermin pada adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai prestasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Penetapan standar itu dapat bersifat intrinsik dan ekstrinsik, artinya seseorang dapat menentukan bagi dirinya sendiri standar karya yang ingin dicapainya. Apabila siswa tergolong sebagai insan yang maksimalist, standar yang ditetapkannya bagi dirinya sendiri adalah standar yang tinggi bahkan mungkin melebihi standar yang ditetapkan secara ekstrinsik, yaitu oleh lembaga pendidikan atau sekolah. Sebaliknya siswa yang tergolong sebagai

11

insan yang minimalist, standar yang ditetapkannya sebagai pegangan lebih rendah dari standar yang ditetapkan secara ekstrinsik.

Berarti siswa dengan Need for Achievement yang besar adalah siswa yang berusaha berbuat belajar secara maksimal. Contohnya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru, dia berusaha berbuat lebih baik dengan hasil yang maksimal dibandingkan dengan siswa lainnya.

Daftar pustakanya yang di atas ini (jadi satu dengan Teori Prestasi Belajar

12

You might also like