You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA SEKOLAH II GAYA GERAK LISTRIK INDUKSI

PERCOBAAN 3

Disusun Oleh

Kelompok Anggota

: III : 1. Abdul Salim (A1E008018) 2. Brian Prihatmoko (A1E008026) 3. Faniza (A1E008033) 4. Noni Permata Sari (A1E008043) 5. Titis Prasastiwi (A1E008010)

Dosen

: Dra. Connie Fransiska, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU 2010

I. JUDUL :
Pemantulan Pada Cermin Lengkung

II. TUJUAN :
Mengamati pemantulan cahaya pada cermin lengkung

III. LANDASAN TEORI


Cermin sferik adalah cermin lengkung seperti permukaan lengkung sebuah bola dengan jari-jari kelengkungan R. Cemin ini dibedakan atas cermin cekung (konkaf) dan cermin cembung (konveks). Setiap cermin sferik baik itu cermin cekung ataupun cermin cembung memiliki fokus f yang besarnya setengah jari-jari kelengkungan cermin tersebut.

dengan f : jarak fokus R : jari-jari kelengkungan cermin Bagian cermin lengkung antara lain adalah sumbu utama (C-O), titik pusat kelengkungan cermin ( C ), titik pusat bidang cermin ( O ), jarijari kelengkungan cermin ( R ), titik fokus / titik api ( F ) , jarak fokus (f) dan bidang fokus .

Gambar 6 Bagian-bagian pada cermin (a) cermin cekung, (b) cermin cembung Garis pada cermin sferik yang menghubungkan antara pusat kelengkungan C, titik fokus f dan titik tengah cermin O disebut sumbu utama. Menurut dalil Esbach jarak antara dua titik tertentu pada cermin cekung dapat diberi nomor-nomor ruang. Jarak sepanjang OF diberi nomor ruang I, sepanjang FC diberi nomor ruang II, lebih jauh dari C diberi nomor ruang III dan dari O masuk kedalam cermin diberi nomor ruang IV. Ruang I sampai III ada di depan cermin cekung (daerah nyata) dan ruang IV ada di belakang cermin cekung (daerah maya). (Pristiadi Utomo, hal : 13-14) Cermin lengkung adalah cermin yang permukaannya lengkung seperti permukaan bola. Cemin ini dibedakan atas cermin cekung (konkaf) dan cermin cembung (konveks). Pada gambar 14 tampak sinar datang pada cermin cekung berhadapan dengan permukaan pantul yang bentuknya seperti permukaan dalam bola, sedangkan pada cermin cembung sinar datang berhadapan dengan permukaan pantul yang merupakan permukaan luar bola.

Beberapa istilah yang Anda harus pahami saat membicarakan cermin lengkung antara lain adalah pusat kelengkungan, verteks, sumbu utama, jari-jari kelengkungan, fokus utama, jarak fokus dan bidang fokus. Apa yang disebut pusat kelengkungan di sini adalah pusat kelengkungan cermin(C), verteks adalah titik tengah permukaan pantul (O), sumbu utama adalah garis lurus yang menghubungkan antara pusat kelengkungan dan verteks (CO), jari-jari kelengkungan R merupakan jari-jari bola cermin, fokus

utama (F) merupakan sebuah titik pada sumbu utama tempat berkumpulnya sinar-sinar sejajar yang mendatangi cermin cekung, jarak fokus (f) adalah jarak dari verteks ke fokus utama F, dan bidang fokus adalah bidang yang melalui fokus dan tegak lurus sumbu utama. Perhatikan gambar 16, baik pada cermin cekung maupun cermin cembung sinar datang ke cermin dari arah kiri.

Hubungan antara jarak fokus f dan jari-jari kelengkungan R dapat dijelaskan dengan bantuan gambar 17. Sinar-sinar sejajar sumbu utama yang menuju ke cermin tampak dipantulkan cermin melalui titik api (fokus). Pemantulan sinar ini tetap mengikuti hukum pemantulan cahaya seperti yang sudah kita bicarakan. Jadi sudut datang sama dengan sudut pantul i = r. Perlu diingat bahwa sudut-sudut ini diukur terhadap garis normal yang pada setiap sudut datang (i) atau sudut pantul selalu menuju titik pusat kelengkungan C

Segi tiga ACF pada Gambar 17 di atas sama kaki, mengapa?

Sudut ACF pada segitiga ACF itu besarnya sama dengan sudut datang I, sebab keduanya berseberangan dan sudut ini bersama-sama dengan sudut r merupakan sudut-sudut pada kaki segitiga ACF. Karena sudut i = r, maka segitiga ACF sama kaki yang berarti sisi AF = CF. Bila sinar datang sangat dekat ke sumbu utama (sinar paraksial), maka dapat dianggap AF = OF dan karenanya CF = OF. Dari sini kita dapatkan bahwa jari-jari kelengkungan (R) sama dengan dua kali jarak fokus (f) atau f = R Hubungan antara jarak fokus (+) dan jari-jari kelengkungan cermin lengkung (R).

Bagaimana jika sinar-sinar yang datang ke cermin cekung tidak sejajar sumbu utama?

Untuk sinar-sinar yang tidak sejajar sumbu utama, maka oleh cermin sinar-sinar tersebut akan dipantulkan tidak melalui fokus utama melainkan melewati suatu titik tertentu pada bidang fokus utama seperti tampak pada gambar 18. Pembentukan Bayangan Oleh Cermin Cekung Seperti telah dikatakan berulang-ulang, pembentukan bayangan oleh cermin cekung mematuhi hukum-hukum pemantulan cahaya. Untuk dapat melukis bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung biasanya

digunakan tiga sinar istimewa. Sinar istimewa adalah sinar datang yang lintasannya mudah diramalkan tanpa harus mengukur sudut datang dan sudut pantulnya. Anda sudah mempelajari 3 sinar istimewa ini saat di SMP, namun sekedar mengingatkan kembali tiga sinar istimewa itu adalah, 1. Sinar yang melalui pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan melalui pusa kelengkungan itu lagi.

Untuk dapat melukis bayangan suatu benda di depan cermin lengkung, Anda cukup menggunakan dua dari tiga sinar istimewa di atas. Misalnya Anda hendak menentukan bayangan sebuah benda yang berada di depan cermin cekung. Posisi benda itu ada di antara pusat kelengkungan dan titik fokus cermin atau R > s > f seperti pada gambar 21. Bayangan benda dapat ditentukan dengan cara melukis dua sinar istimewa yang melewati titik

B (kepala panah), yakni sinar yang sejajar sumbu utama (1) dan sinar yang melalui fokus utama cermin (2). Kedua sinar istimewa ini dipantulkan oleh cermin dan kedua sinar pantul ini akan berpotongan di satu titik (B). Titik B ini merupakan bayangan kepala anak panah tadi. Kemudian tariklah garis AB sejajar dengan garis AB, maka garis AB inilah yang merupakan bayangan dari benda AB. Bagaimana, mudah?

Bila Anda perhatikan bayangan AB dan benda AB lalu Anda bandingkan ukuran keduanya, tampak ukuran bayangan lebih besar dari bendanya dan juga bayangan terlihat terbalik. Selain itu, bila Anda perhatikan lebih jauh tampak bahwa bayangan benda AB dilewati oleh sinar-sinar pantul. Bayangan semacam ini ini disebut bayangan sejati. Bayangan sejati tidak dapat dilihat langsung oleh mata kita, tetapi dapat ditangkap oleh layar. Dengan kata lain kita hanya dapat melihat bayangan sejati melalui layar seperti saat kita menonton film di bioskop. Itu sebabnya bayangan sejati disebut juga bayangan nyata. Kebalikan dari bayangan nyata adalah bayangan maya. Bayangan maya tidak dapat ditangkap layar, namun dapat langsung dilihat oleh mata seperti bayangan pada cermin datar. Dilihat dari cara melukisnya, bayangan maya dibentuk oleh perpanjangan sinar-sinar pantul seperti Anda lihat pada uraian selanjutnya. Jadi, bayangan dari benda di depan cermin cekung pada posisi seperti Gambar 22 diatas akan memiliki sifat-sifat nyata, terbalik, dan diperbesar. Pertanyaan yang munculkemudian adalah, apakah ukuran bayangan selalu lebih besar dari ukuran bendanya? Apakah bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung selalu terbalik dan

nyata? Sifat-sifat bayangan dari suatu benda di depan cermin cekung bergantung posisinya dari cermin. Tentang posisi benda di depan cermin cekung ini, masih tersisa kemungkinan-kemungkinan lain selain yang sudah diperlihatkan oleh Gambar 22.

Mari kita cermati mereka satu-persatu. 1. Posisi benda di sebelah kiri pusat kelengkungan cermin atau s > 2f.

Untuk melukis bayangan benda, tetap digunakan dua sinar istimewa seperti pada gambar terdahulu dan bayangan yang terbentuk pun merupakan hasil perpotongan dari pantulan sinar-sinar istemewa itu. Bayangan benda yang terbentuk tampak diperkecil, terbalik dan nyata.

2. Posisi benda tak terhingga atau s = ~. Sinar-sinar yang berasal dari benda yang jauhnya tak terhingga datang ke cermin berupa sinar-sinar sejajar dan oleh cermin sinar-sinar ini akan dikumpulkan di fokus utama sehingga bayangan benda yang terbentuk hanya berupa titik di fokus utama.

3. Posisi benda tepat di pusat kelengkungan cermin atau s = R.

Dengan cara yang sama kita dapatkan sifat bayangan dari benda yang sama besar, terbalik dan nyata.

4. Posisi benda tepat di titik F atau s = f.

Sinar-sinar yang datang dari benda yang diletakkan tepat di fokus utama dipantulkan oleh cermin cekung sejajar sumbu utama sehingga tidak terbentuk bayangan sering juga dikatakan bahwa bayangan benda ada di jauh tak terhingga. 5. Posisi benda di antara titik F dan O atau s < f.

Bila benda diletakkan pada jarak yang lebih kecil dari jarak fokus cermin cekung, bayangan yang terbentuk merupakan perpotongan dari perpanjangan sinar-sinar pantul sehingga bayangannya bersifat maya. Dari gambar terlihat bahwa bayangan tampak tegak, diperbesar dan berada di belakang cermin sementara kemungkinan-kemungkinan terdahulu bayangan benda selalu di depan cermin cekung. Jadi dapat juga disimpulkan bahwa bila bayangan dari suatu benda nyata di depan cermin cekung terbentuk di depan cermin tersebut, maka bayangan benda itu merupakan bayangan nyata, sebaliknya bila bayangan terletak di belakang cermin bayangannya adalah bayangan maya. Dapat ditambahkan juga bahwa bayangan maya dari suatu benda nyata selalu tegak dan diperbesar.

IV. ALAT DAN BAHAN


IV.1. Tabel alat Dan Bahan Yang Digunbakan Dalam Praktikum

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Meja optic Rel presisi

Nama Alat

Diafragma 5 celah Lensa f = 100 mm bertangkai Tumpukan berpenjepit Catu daya Kabel penghubung merah Kabel penghubung hitam Tempat lampu bertangkai Kaki rel Penyambung rel

V.

LANGKAH PERCOBAAN a) Langkah-lngkah merangkai alat 1) Menyusun alat-alat yang diperlukan seperti gambar, dengan keterangan berurutan dari kiri : sumber cahaya, lensa f = 100mm, diafragma, lensa f = 100mm, meja optik 2) Sebagai benda digunakan diafragma lima celah yang diterangi sumber cahaya. 3) Sebagai layar penangkap bayangan digunakan meja yang di atas nya adalah cermin lengkung 4) Meletakkan kertas HVS ke atas meja optik. 5) Mengatur kesesuaian sumber cahaya dengan catu daya maupun sumber listriknya (PLN). 6) Menyambungkan rel presisi yang satu dengan rel presisi yang lain, agar diperoleh rel yang lebih panjang.

b) Langkah kerja 1) Aturlah agar jarak sumber cahaya ke lensa f = 100 mm 2) Geser-geser layar menjauhi atau mendekati lensa sehingga diperoleh bayangan yang jelas (tajam) pada meja optic 3) Beri tanda pada kertas HVS untuk sinar dtang dan sinar pantul 4) Gambarkan hasil pemantulan yang terjadi.

VI. HASIL PENGAMATAN


a. Gambar Pemantulan pada cermin cekung

b. Gambar Pemantulan pada cermin cembung

VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini yaitu percobaan yang berjudul Pemantulan cahaya pada cermin lengkung. percobaan ini bertujuan untu mengamati

bagaimana bentuk pemantulan cahaya pada cermin lengkung (cekung dan cembung). Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan untuk mengamati pemantulan pada cermin lengkung adalah sebagaimana yang tercantum dalam tabel alat dan bahan pada bagian IV. Hokum pemantulan menyatakan bahwa sudut datang yang di beri lambing (i) sama dengan sudut pantul ( r). Hokum pemantulan ini berlaku juga unuk pemantulan cermin lengkung. Pada cermin lengkung garis normal adalah garis yang menghubungkan titik pusat lengkung cermin dan titik jatuhnya sinar, sehingga dengan demikian garis normal pada cermin lengkung selalu berubah-rubah hal inin terjadi karena bergantung pada titik jatuh sinar. Dari hasil percobaan pada cermin cekung dapat membentuk bayanagan nyata untuk benda yang berada ( diletakkan) di depan cermin. Pemantulan pada cermin cekung yang terlihat dalam percobaan bahwa ada dua sinar utama datang dan sinaar pantul yang terbentuk. Yang pertama sinar datang dari celah diafragma adalah sejajaar dengan sumbu utama, kemudia sinar di pantulkan kembali melalui titik focus. Yang kedua adalah sinar datang berimpit dengan sumbu utama yang melalui titik focus di pantulkan kembali yang berimpitan dengan sumbu utama melalui titik focus. Pada percobaan ini kami menggunakan 5 celah diafragma, sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama adalah 4 sinar datang yang semuanya di pantulkan melalui titik focus. Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama pada percobaan ini dua sinar datang berada di bawah titik focus dan dua lainnya datang sejajar di atas titik focus. Semua sinar yang datang dan di pantul kan melalui titik focus. Sehingga dapat di tarik suatu kesimpulan dari pemantulan caha pada cekung adalah mengumpulkan cahaya. Semua cahaya pantul terkumpul di titik focus.

Sedangkan

pada cermin cembung titik focus cermin cembung

terletak dibelakang cermin, denga demikin adapat juga dikatakan bahwa titik

focus cermin cembung yaitu titik focus maya. Pemantulan pada cermin cekung yang terlihat dalam percobaan bahwa ada dua macaam sinar datang dan sinaar pantul yang terbentuk. Yang pertama sinar datang dari celah diafragma adalah sejajaar dengan sumbu utama, kemudia sinar di pantulkan secara menyebar (divergen). Yang kedua adalah sinar datang berimpit dengan sumbu utama yang melalui titim focus di pantulkan kembali yang berimpitan dengan sumbu utama. Pada percobaan ini menggunakan 5 celah diafragma, sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama adalah 4 sinar datang yang semuanya di pantulkan secara menyebar. Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama pada percobaan ini dua sinar datang berada di bawah titik focus dan dua lainnya datang sejajar di atas titik focus. Semua sinar yang datang dan di pantul kan dengan menyebar. Sehingga dapat di tarik suatu kesimpulan dari pemantulan caha pada cekung adalah menyebar atau memancarkan cahaya ( divergen). Dari percobaan pemantulan pada cermin cekung dan cembung telihat pebedaan yang jelas mengenai sifat pemantulan yang dilakukan. Dan pada cermin cekung dan cembung memiliki sifat pemantulan yaitu sinar datang yang sejajar dan beripit dengan sumbu uatama dipantulkan kembali berimpit dengan sinar datangnya.

VIII.

KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakaaukan dapat di simpulkan bahwa cermin cekung memiliki sifat megumpulkan cahaya (convergeen) pada titik focusnya, sedangkan pada cermin cempung memiliki sifat memancarkan cahaya ( divergen).

VII.2. Saran

Diharapkan sebelum melakukn percobaan, praktika mengetahui tujuan percobaan yang akan dilakukan Hendaknya prakrikan berhati-hati dalam melakukan praktikum, hingga diperoleh hasil yang maksimal. Praktikum hendaknya dilaksanakan di tempata yang lapang

IX. DAFTAR PUSTAKA


Kanginan, marthen. 2002. Fisika untuk SMA kelas x semester 1b. Jakarta : Erlangga Handayani, sri, dkk.2009. Fisika 1 untuk SMA/MA. Jakarta : CV. Adi Perkasa Sumarsono, Joko.2009. Fisika 1 untuk SMA/MA kelas x. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

You might also like