You are on page 1of 12

Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetus Melitus Definisinya adalah merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glucose dalam darah atau hiperglikemia. Glucose secara normal : Bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah Glucose dibentuk di hati dari makanan yang dikosumsi adalah suatu hormone yang diproduksi pancreas,

Insulin

mengendalikan kadar glucose dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Tipe Diabetus Melitus/Klasifikasi : 1. Tipe I D.M. tergantung insulin (insulin dependent diabetus melitus/IDDM) 2. Tipe II D.M. tidak bergantung insulin (non insulin dependent diabetus melitus/NIDDM) 3. Diabetus mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya 4. Diabetus mellitus gestasional (gestasional diabetus melitus/GDM) Pada D.M. tipe I, sel-sel beta pancreas yang ada dalam keadaan normal menghasilkan hormone insulin dihancurkan oleh suatu otoimun yang akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glucose darah. D.M. tipe I ini terjadi pada usia +/- 30 tahun sebanyak 5% - 10%. D.M. tipe II, terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin), atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. D.M. tipe II ini awalnya dimulai dengan diet dan latihan, bila tetap glucose meningkat diberikan obat oral.

ETIOLOGI D.M. tipe I : 1. 2. 3. Faktor genetic : pada individu memiliki tipe antigen HLA (human leucocyt antigen) Faktor imunologi : adanya suatu respon oto imun yang dianggap respon abnormal Faktor lingkungan : virus atau toksin kemungkinan dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta D.M. tipe II : 1. 2. 3. 4. Faktor usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 Thn) Obesitas Riwayat keluarga Kelompok etnik D.M. I adalah ketidakmampuan menghasilkan insulin karena sel beta pancreas dihancurkan oleh proses auto imun Hiperglikemia puasa akibat produksi glucose tidak terukur oleh hati dan glucose berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah Hiperglikemia post prandial. Jika konsentrasi glucose darah meningkat ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glucose yang keluar glucosuria jika di ekskresikan akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit berlebihan diuresis osmotic poliuria dan polidipsia. Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak penurunan berat badan pasien terjadi polifagia akibat penurunan simpanan kalori.

PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glucose) yang disimpan dan gluconeogenesis (pembentukan glucose baru dari asam-asam amino). Pada defisiensi insulin proses ini terjadi tanpa hambatan hiperglikemia akan terjadi pemecahan lemak mengakibatkan meningkatnya produksi badan keton ketoaci dosis. D.M. tipe II Ada 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, resistensi insulin disertai penurunan reaksi intracell insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glucose oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glucose dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan tetapi akibat sekresi >>> dan kadar glucose akan dipertahankan, pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Tetapi jika sel sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glucose akan meningkat dan terjadi diabetus tipe II. Pada DM tipe II tidak terjadi ketoasidosis karena masih terdapat insulin yang adekuat. Untuk mencegah pemecaan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Pada tipe DM II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan sindroma hiperglikenik hiperosmoler non ketotik( HHNK). Diabetes dan kehamilan. Apabila terjadi sebelum pembuahan perlu mendapat perhatian khusus penyuluhan tentang pelaksanaan diabetus selama hamil, penentuan glucose darah pada saat kelahiran tidak terkontrol maka melahirkan bayi besar (makrosomia). Diabetuus gestisional Hiperglikemi terjadi selama kehamilan karena sekresi hormon dan plasenta. Semua wanita hamil harus diadakan screening pada usia

kehamilan

24

minggu

sampai

27

minggu

untuk

mendeteksi

kemungkinan DM. Tanda dan gejala DM 1. Pasien merasa lemah. 2. Glukosuria (Glukose dalam urin). 3. Polifagia (banyak makan). 4. Poliuri (banyak kencing). 5. Polidipsi (banyak minum). 6. Berat badan menurun. 7. Gangguan elektrolit. 8. Yang sudah menahun merasa kesemutan. 9. Pasien merasa baal. 10. Ada perasaan terbakar dan sakit pada tangan dan kaki. 11. Gangguan ereksi pada laki-laki bisa sampai impotent. Manifestasi klinik pada hiperglikemi. 1. Poliuri 2. Poldipsi 3. Polipagi 4. Kelemahan otot. 5. Berat badan menurun. 6. Mata kabur. 7. Glukosuri 8. Ketonuria. 9. Pernapasan kusmol. 10. Penurunan kesadaran. Manifestasi klinik pada hipoglikemia 1. Tremor. 2. Tacikardi. 3. Diaforesis (banyak keringat). 4

4. Kecemasan. 5. Merasa lapar. 6. Pasien terlihat pucat. 7. Kepala pusing. 8. Berlanjut penurunan kesadaran bisa sampai kejang.

Komplikasi 1. 2. 3. Hipoglikemia apabila glucose kurang dari 50mg/desiliter sampai 60mg/dl. Ketoasidosis. Hiperglikemik hiperosmoler non ketotik.

Hipoglikemi dapat terjadi setiap saat dan akibat: 1.Pemberian insulin yang berlebihan. 2. Konsumsi makanan yang sedikit. 3. Aktivitas yang berat. Hipoglikemi ada 3 tahap: 1. Hipoglikemi ringan. Ketika glucose darah menurun system saraf simpatik terangsang sehingga akan terjadi perlimpahan adrenalin kedalam darah akan menyebabkan gejala seperti tremor, tacikardi, gelisah, dan rasa lapar. 2. Hipoglikemi sedang. Kadar glucose darah menurun menyebabkan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada system darah pusat: 1. Mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi. 5 sel sel otak tidak cukup memperoleh bahan-bahan untuk bekerja dengan

2. Sakit kepala. 3. Vertigo. 4. Penurunan daya ingat. 5. Mati rasa pada daerah bibir dan lidah. . 6. Bicara pelo. 7. Gerakan tidak terkoordinasi. 8. Perubahan emosional. 9. Penglihatan ganda. 10. Perasaan mau pingsan.

3. Hipoglikemi berat. Gangguan system saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat. Gejala yang muncul: 1. Serangan kejang. 2. Kehilangan kesadaran. 3. Sulit dibangunkan dari tidur. Penatalaksanaan medik. 1. Memberi 10-15 gram gula per oral. 2. 2 sampai 4 tablet glucose dapat dibeli di apotek. 3. 4 sampai 6 ons sari buah atau teh manis. 4. 6 sampai 10 butir permen manis. 5. 2 sampai 3 sendok sirop. 6. Bila selama 10 sampai 15 menit tidak ada perubahan dapat diulangi lagi. 7. setelah berkurang beri makanan ringan yang mengandung protein (keju atau susu). 8. Tidak diberikan makanan berupa lemak tinggi karena memperlambat penyerapan glucose. 6

9. Untuk yang lebih berat, beri serbuk glukogen 1 mg. 10. Setelah sadar, beri makan cemilan. Pendidikan pasien dan pertmbangan perawatan di rumah. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Hipoglikemi dicegah dengan meningkatkan pola makan. Penyuntikan insulin (IDDM) Latihan fisik yang teratur. Makanan cemilan antara jam makan pada saat melakukan aktfitas fisik dengan intensitas yang lebih besar. Pemeriksaan glucose darah secara teratur. Harus menggunakan pengenal atau label agar orang lain tahu bahwa pasien mengidap DM. Pasien dan keluarga harus dibertahu tentang berbagai gejala yang tmbul secara mendadak. Pertimbangan gerontology. Pada lansia, Hipoglikemi mendapat perhatian khusus karena banyak hal: 1. 2. Lansia biasanya hdup sendiri dan tidak mengenali gejala hipoglikemia. Dengan penurunan fungsi ginjal diperlukan waktu yang lebih lama sebelum obat hipoglikemi oral diekskresikan oleh ginjal. 3. 4. Melewatkan waktuu makan dapat terjadi karena penurunan selera makan. Penurunana ketajaman penglihatan dapat menimbulkan kesalahan pada pemberian insulin.

Proses keperawatan 7

A.

Pengkajian antara lain: poliuria, polidipsi, polipagi, kulit kering,

1. Menanyakan yang berhubungan dengan tanda-tanda DM, penglihatan kabur, penurunan berat badan, perasaan gatalgatal pada vagina, ulkus lama sembuh. 2. Untuk DM tipe I, pengkajian dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda ketoasidosis, anatara lain: pernapasan kusmaul, letargi, mual, muntah, untuk nyeri abdomen, pantau hasil laboratorium mengetahui tanda-tanda asidosis

metabolic seperti penurunan PH darah, bicnat. 3. Untuk DM tipe II dkaji untuk melihat tanda-tanda sindroma hiperglikemia hiperosmoler non ketosis (HHNK), hipotensi, gangguan sensorik, penurunan turgor kulit dan evaluasi hasil lab. Catatan: jika pasien memperlihatan tanda-tanda dan gejala ketoasidosis diabetic atau HHNK, maka asuhan keperawatan harus berfokus pada terapi komplikasi akut, setelah teratasi baru asuhan keperawatan diarahan pada penanganan DM jangka panjang. 4. Pemerksaan fisik tujuannya untuk menemukan factor-fator fisik yang dapat mengganggu kemampuannya dalam mempelajar 1. 2. atau melakukan keterampilan pasien perawatan untuk sendiri, seperti: Gangguan penglihatan, diminta membaca angka, tulisan, atau lembaran menu. Gangguan koordinasi motorik pasien diobservasi pada saat 3. makan atau mengerjakan pekerjaan lain, misalnya waktu menggunakan spit insulin. Gangguan neurologist misalnya akibat stroke dkaji untu menemukan gejala penurunan kemampuan dalam mengikuti perintah sederhana. 8

5. Riwayat social. Untuk seperti: 1. Penurunan kemampuan membaca dapat dilakukan dengan mengkaji gangguan penglihatan dengan cara menginstruksikan pasien untuk membaca. 2. 3. 4. Keterbatasan sumber-sumber financial atau tidak mempunyai asuransi kesehatan. Ada atau tidak adanya dukungan keluarga. Jadwal harian yang khas pasien diminta untuk menyebutkan waktu maupun pemilihan makanan yang bisa dikonsumsi setiap hari, jadwal olahraga, rencana untuk bepergian. 5. Status social dikaji untuk mengamat sikap atau tingkah laku yang tampak, antara lain: sikap rendah diri, terlihat cemas, bahasa tubuh(menghindar kontak mata), B. tanyakan kekhawatiran yang utama dan ketakutan terhadap penyakit DM. Diagnosa Keperawatan. Berdasarkan hasil pengkajian diagnosa keperawatan utama meliputi: 1. Resiko defisiensi cairan berhubungan dengan gejala poliuria dan dehidrasi. Tujuannya tidak terjadi dehidrasi dengan criteria: turgor kulit baik, mukosa lembab, tanda-tanda vital normal. Intervensi keperawatan Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit Periksakan elektrolit terutama natrium dan kalium. Observasi tanda-tanda dehidrasi. 9 mengidentifikasi factor-faktor yang dapat mempengaruhi terapi diabetus dan rencana pendidikan,

Implementasi keperawatan. mencatat intake output. Memberikan cairan intravena sesuai anjuran dokter. Memberikan minum per oral. Menilai hasil eletrolit.

Evaluasi keperawatan Dapat mencakup pencapaian keseimbangan cairan dan elektrolit. 2. Gangguan jasmani. Tujuannya : Pemenuhan nutrisi terpenuhi dengan criteria: pasien mau makan, berat badan naik, kadar glukosa darah normal. Intervensi keperawatan Lakukan pemeriksaan glukosa darah. Bantu pasien agar mau makan sesuai dengan aturan dokter. Latih aktifitas jasmani yang tidak membebankan pasien. Implementasi keperawatan Memperbaiki asupan nutrisi. Memantau hasil glukosa darah. Memberitahu diet sesuai dengan yang direncanakan. Memberikan ekstra makanan sebelum melakukan aktifiitas fisik yang berat perlu dikonsulkan ke ahli diet. Memberikan insulin untuk DM tipe I sesuai anjuran dokter. Evaluasi keperawatan Pasien dapat melakukan asupan nutrisi sesuai anjuran dokter dan ahli diet. nutrisi berhubungan dengan ketidakseimbangan insulin, makanan, dan aktifitas

10

3.

Kurangnya Tujuannya:

pengetahuan

tentang

informasi

atau

keterampilan tentang perawatan mandiri diabetus. Pasien dapat melakukan keterampilan dasar untuk bertahan (survival) dengan criteria: pasien dapat melakukan keterampilan dasar tentang DM.

Intervensi keperawatan Lakukan penyuluhan pada pasien tentang perawatan di rumah, antara lan: untuk mempersiapkan spit insulin dan diet. Beritahu keluarga untuk membantu penggunaan spit sebelum digunakan. Anjurkan untuk konsultasi dengan ahli diet. Lakukan kunjungan rumah antara perawat sdan ahli diabetus di bagian rawat jalan. Untuk DM tipe I lakuan pemerksaan keton urine dan diet. Anjurkan cara-cara tanda hipoglikemi dan hiperglikemi. Informasikan untuk beli alat-alat praktis untuk keperluan di rumah dan untuk menghubungi dokter.

Implementasi keperawatan Memperbaiki perawatan mandiri tentang perawatan d rumah dan pedidkan jasmani. Evaluasi keperawatan Pasien dan keluarga mengerti tentang arahan dari petugas.

11

4.

Gangguan psikologis berhubungan dengan hilangnya kendali, perasaan takut terhadap ketidakmampuan menangani DM. Tujuan: Gangguan psikologis dapat teratasi dengan krteria: pasien terlihat tenang dan tidak menanyakan tentang penyakitnya. Intervensi keperawatan.

Berikan dukungan emosional terhadap pasien. Latih pasien agar dapat melakuan keterampilan dasar yang ditakutinya. Implementasi keperawatan

Memberikan dukungan emosional dengan cara pendekatan pada pasien. Memberkan kesempatan agar pasien mau mengungkapkan emosinya. Membantu dalam keterampilan dan perawatan di rumah.

Evaluasi keperawatan Pasien mengerti apa yang diberikan oleh petugas.

12

You might also like