You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN OMPHALOCHELE ATAU GASTROSCHISISKONSEP DASAR OMPHALOCELE

A. Pengertian Omphalokel pada dasarnya sama dengan gastroschisis. 1. Omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga membungkus massa hernia (Lelin-Okezone, 2007). Menunjukkan herniasi isi abdomen yang terbungkus dengan selaput peritoneum. 2. Omphalocele adalah suatu keadaan dimana dinding perut mengandung struktur muskulo aponeuresis yang kompleks. Aponeuresis adalah lembaran jaringan mirip tendon yang lebar serta mengkilap untuk membungkus dan melekatkan otot yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot tersebut. a. Dibagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang. b. Disebelah atas, melekat pada iga. c. Di bagian bawah melekat pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri dari berbagai lapis, yaitu dari luar ke dalam lapisan kulit yang terdiri dari kutis dan sub cutis, lemak sub cutan dan fasia superfisialis (Fasia scarpa). Kemudian ketiga otot dinding perut, m. oblikus abdominis externus, m. oblikus abdominis internus, m. tranfersus abdominis dan akhirnya lapis preperitoneum. Peritoneum, yaitu fasia tranversalis, lemak peritoneal dan peritoneum. Otot di bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba (Harnawati, 2008) . 3. Gastrochisis adalah suatu herniasi pada isi usus dalan fetus yang terjadi pada salah satu samping umbilical cord. Organ visera posisinya diluar kapasitas abdomen saat lahir. (Linda Sawden, 2002) 4. Omphalocele adalah kondidi bayi waktu dilahirkan perut bagian depannya berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat tipis (dr. Irawan Eko, Spesialis Bedah RSU Kardinah, 2008). 5. Omphalocele berarti muara tali pusat dan dinding perut tidak menyatu sehingga usus keluar (dr. Christoffel SpOG (K) RSUPM, 2008). 6. Omphalocele terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Karena gangguan fisiologis pada sang ibu, dinding dan otot-otot perut janin tak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, organ pencernaan seperti usus, hati, tali pusar, serta lainnya tumbuh di luar tubuh. Jenis gastroschisis terjadi seperti omphalocele. Bedanya, posisi tali pusar tetap pada tempatnya. (,2008 ,dr Redmal Sitorus)

B. Epidemiologi / Insidens Menurut http://www.google.co.id/search?hl=id=omphalocele (no name) dengan judul Omphalocele, yang diterbitkan Rabu, 2January, 2008 menyatakan bahwa : Di Amerika Serikat, omphalokel yang kecil terjadi dengan rasio 1 kasus dalam 5.000 kelahiran. Omphalokel yang besar terjadi dengan rasio 1 kasus dalam 10.000 kelahiran. Perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah 1:1. Menurut catatan Dinas Kesehatan Bangka Belitung, dalam kurun waktu tiga bulan belakangan ini, setidaknya ada enam kasus kelahiran dengan usus terburai. Padahal, selama ini catatan medis memperlihatkan, angka kejadian kelainan dinding perut adalah sekali dalam tiap 200.000 kelahiran. Perempuan umur 40 tahun atau lebih cenderung melahirkan bayi dengan omphalokel. Angka kematian kelainan ini tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.

C. Etiologi Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari omphalocele belum diketahui. Beberapa teori telah dipostulatkan, seperti : 1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya the body stalk selama gestasi 12 minggu. 2. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi kehamilan seperti : a. Infeksi dan penyakit pada ibu b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok, c. Kelainan genetik d. Defesiensi asam folat e. Hipoksia f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen. g. Asupan gizi yang tak seimbang h. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.

D. Patofisiologi Menurut Suriadi & Yuliani R, 2001, patofisiologi dari omphalokel adalah : 1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping kanan). Ini menyebabkan organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong. 2. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai anomaly. 3. Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan dinding abdomen sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka. 4. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal. 5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya, usus

menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam kehidupan intrauterine. Usus juga tampak pendek. Rongga abdomen janin sempit. 6. Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan menyebabkan sepsis, aerologi menyebabkan usus-usus distensi sehingga mempersulit koreksi pemasukan ke rongga abdomen pada waktu pembedahan. 7. EmbriogenesisPada janin usia 5 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan masuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis. Gambar : Gastrokhisis dengan usus terbuai tanpa selaput yang menutupi Sumber : Division of pediatric surgary Kegagalan fusi somite dari lapisan mesoderm dalam membentuk dnding abdomen Herniasi isi usus Dinding abdomen sebagian terbuka Organ internal abdomen keluar dari abdomen dan berhubungan dengan dunia luar Perkembangan embrio tidak sempurna Distensi usus Penguapan dan pancaran dari tubuh cepat berlangsung Kontaminasi usus dengan kuman Dehidrasi, hipotermi

E. Pathway Keperawatan Kelemahan Dinding Abdomen Herniasi isi usus Dinding abdomen sebagian terbuka Organ internal abdomen keluar Penguapan dan pancaran dari tubuh cepat berlangsung Dehidrasi Perkembangan embrio tidak sempurna Operasi hipotermi Keterlambatan Tumbang Omphalokel Menekan Dinding Sentral Abdomen Resiko Kurang Volume Cairan Termoregulator tidak Efektif Resiko Infeksi

Nyeri Rongga Sekitar Abdomen tertekan (Paru-paru) Pola Napas tidak Efektif Kurang Pengetahuan Koping Keluarga tidak efektif Konflik Pengambilan Keputusan Perubahan Proses Keluarga Cemas

Sumber : Suriadi & Yuliani R, 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1 dan A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I.Jakarta : Penerbit FKUI.

F. Manifestasi Klinik Menurut A.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokel adalah : 1. Organ visera / internal abdomen keluar 2. Penonjolan pada isi usus 3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound a : Omphalokel dengan selaput b : gastrokhisis dengan usus terbuai tanpa selaput Sumber : Division of pediatric surgary, 2008

G. Komplikasi Menurut Marshall Klaus, 1998, komplikasi dari omphalokel adalah : 1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang. 2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral. 3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang lama 4. Nekrosis 5. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis.

H. Diagnosis Banding Menurut Linda A Sowden (2008), diagnose banding dari omphalokel adalah : 1. Herniasi usus fisiologi 2. Hernia umbilicus 3. Amniotic band syndrome 4. Ekstrofi dari kandung kemih

I. Prognosis Menurut http://google.com//omphalochele (no name) dengan judul Omphalocele, mengatakan bahwa prognosis pasien ompalokel tergantung kelainan yang menyertai. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis. Omphalocele yang besar dapat ditutup meskipun dengan operasi yang bertahap. Bayi dengan omphalocele dianggap kritis mengancam hidup jika disertai dengan ukuran torax yang kecil dengan hipoplasia pulmoner yang mengakibatkan gangguan pernafasan.

J. Pemeriksaan Diagnostik Menurut A.H. Markum (1991) dan bms.brown.edu/.../AbdWallDefects/ omphalocele.com oleh Emily , pemeriksaan diagnostik dari omphalokel adalah : 1. Pemeriksaan Fisik Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah pada bayi yang baru lahir. Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong. 2. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase. 3. Prenatal, ultrasound Gambar : A fetal echocardiogram (ultrasound of the heart) Menunjukkan adanya defek ompalokel Sumber : Remembering Our Angel, Liam Posted on September 24, 2007 by Emily 4. Pemeriksaan radiology Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan marker structural dari kelainan kariotipik. Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.

K. Penatalaksanaan Terapeutik Penatalaksanaan Terapeutik menurut Suriadi & Yuliani R (2001) adalah : 1. Perawatan pra-bedah a. Terpeliharanya suhu tubuh Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang mengalami prolaps sangat meningkatkan area permukaan. b. Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk mencegah distensi usususus yang mempersulit pembedahan. c. Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang tidak melengket

seperti xeroform, kemudian dengan kerlix dan pembungkus Saran untuk menutup usus atau menutup dengan kasa steril lembab dengan cairan NaCl steril untuk mencegah kontaminasi d. Omphalocele dianjurkan tidak melakukan traksi yang berlebihan pada mesenterium. e. Terapi intravena untuk hidrasi f. Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena Besarnya kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar di dalam kantong, akan menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omphalocele kecil, dapat dilakukan operasi satu tahap. Dinding kantong dibuang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga perut, kemudian lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi biasanya omphalocele terlalu besar dan rongga perut terlalu kecil sehingga isi kantong tidak dapat dimasukkan ke dalam perut. Jika dipaksakan, maka karena regangan pada dinding perut, diafragma akan terdorong ke atas sehingga terjadi gangguan pernapasan. Obstruksi vena cava inferior dapat juga terjadi karena tekanan tersebut. Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong omphalocele dengan cairan antiseptik, misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar. Dengan demikian, ada kesempatan untuk terjadinya epitelisasi dari tepi, sehingga seluruh kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia ventralis yang besar. Epitelisasi ini membutuhkan waktu 3-4 bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis tersebut dapat dikerjakan setelah anak berumur 5-10 bulan. g. Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan 2. Pembedahan Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang pada dinding abdomen. Tujuan pebedahan adalah untuk mengembalikan visera kedalam kavum abdomen dan menutup diding abdomen. Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan saja, namun jika lubangnya besar maka akan dicangkok dengan mengambil kulit dari bokong atau paha bayi. Operasi koreksi ini untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada perlindungan infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena usus akan udem. 3. Paska Bedah a. Perawatan paska bedah neonatus rutin b. Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukan c. Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik d. Pemberian antibiotika e. Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali lagi mengalami pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat. Namun ini tergantung dari kondisi si bayi (lemah atau tidak). Sumber : http://bms.brown.edu/.../AbdWallDefects/omphalocele.jpg The Image BankABDOMINAL WALL DEFECTS www.med.umich.edu/fdtc/images/art_omphalocele.jpg

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROSKISIS / OMPHALOKEL I. Data Fokus Pengkajian Fokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999): 1. Mengkaji Kondisi Abdomen a. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka b. Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus c. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi d. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering disebabkan oleh inflamasi, obstruksi e. Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi. 2. Mengukur temperatur tubuh a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI, biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi. b. Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak. 3. Kaji Sirkulasi a. Kaji adanya sianosis perifer 4. Kaji distress pernafasan a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap b. Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat c. Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea) d. Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea e. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan f. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dada g. Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing) h. Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis

II. Diagnosa Keperawatan Pre Op 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan rongga abdomen (paruparu) 2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan immaturitas 3. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan dehidrasi 4. Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar 5. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevan 6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit serius 7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan post op.

Post Op 1. Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur pembedahan menutup abdomen. 2. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post op. 3. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan perawatan yang multipel. 4. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi dari orang terdekat (anak menderita omphalokel). 5. Cemas berhubungan dengan kematian.

III. Intervensi Pre Op Dx 1 : Pola napas tidak efektif b.d. penekanan rongga abdomen (paru-paru). NOC: Respiratory Status: Airway Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas selama 3 x 24 jam, diharapkan pola napas pasien kembali normal dan efektif dengan status respirasi skala 4 Kriteria Hasil: a. Suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dypsneu, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed (ips) b. Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tertekik, irama napas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal seperti whezing/mengi). c. TTV dalam batas normal Skala : 1. Tidak pernah menunjukkan 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Selalu menunjukkan NIC: Airway Management 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan 4. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. 5. Monitor respirasi dan status oksigen 6. Keluarkan skret dengan batuk atau suction Dx 2 : Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan imaturitas NOC: Thermoregulatoin: Neonate Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Regulasi suhu selama 3 x 24 jam, diharapkan termoregulasi pasien kembali normal dan efektif dengan status regulasi skala 4. Kriteria Hasil: a. Suhu tubuh pasien dalam batas normal b. Tidak ada stress pernapasan c. Tidak ada letargi d. Perubahan warna kulit dalam rentang yang diharapkan

e. Pasien tidak menggigil f. Status hidrasi adekuat Skala : Tidak pernah menunjukkan Jarang menunjukkan Kadang menunjukkan Sering menunjukkan Selalu menunjukkan NIC: Temperatur Regulation 1. Monitor suhu badan pasien setiap 2 jam 2. Monitor suhu badan bayi baru lahir sampai stabil 3. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi 4. Monitor warna kulit dan suhu 5. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan atau hipertermi 6. Monitor warna kulit dan suhu 7. Bantu meningkatkan keadekuatan cairan dan intake nutrisi Dx 3 : Resiko kurang volume cairan b.d. dehidrasi NOC: Keseimbangan cairan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen cairan selama 3 x 24 jam, diharapkan keseimbangan cairan pada pasien adekuat dengan status cairan skala 4. Kriteria hasil: a. Keseimbangan intake & output dalam batas normal b. Elektrolit serum dalam batas normal c. Tidak ada mata cekung d. Tidak ada hipertensi ortostatik e. Tekanan darah dalam batas normal Skala : 1. Tidak pernah menunjukkan 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Selalu menunjukkan NIC: Manajemen Cairan 1. Pertahankan intake & output yang adekuat 2. Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat) 3. Monitor status hemodinamik 4. Monitor intake & output yang akurat 5. Monitor berat badan DX 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar NOC: Knowledge: infection control Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol Infeksi selama 3 x 24 jam, diharapakan infeksi tidak terjadi (terkontrol) dengan status kontrol infeksi skala 4. Kriteria hasil: a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi c. Jumlah leukosit dalam batas normal

d. Menunjukkan perilaku hidup sehat Skala : 1. Tidak pernah menunjukkan 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Selalu menunjukkan NIC: Infection control 1. Pertahankan teknik isolasi 2. Batasi pengunjung bila perlu 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 4. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 5. Tingkatkan intake nutrisi Dx 5 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevan. NOC: Decision Making Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan keluarga selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga dengan skala pembuatan keputusan 4. Kriteria Hasil: a. Identifikasi informasi yang relevan b. Identifikasi alternatif c. Memilih berbagai alternatif Skala: 1. Tidak pernah menunjukkan 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Selalu menunjukkan NIC: Family Support 1. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi 2. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian alternatif lain 3. Tawarkan informasi konsen 4. Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota keluarga yang lain, jika diperlikan 5. Berikan dukungan secara penuh Dx 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit serius (omphalokel). NOC : Family Normalization Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Normalisasi selama 3 x 24 jam diharapkan pasien (keluarga) dapat mempersiapkan diri untuk prosedur diagnostik / operasi dengan status perubahan proses keluarga skala 4. Kriteria hasil : a. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes dan prosedur b. Anak dan keluarga menunjukkan tentang informasi yang diberikan Skala : 1. Tidak pernah 2. Jarang

3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Konsisten NIC : Peningkatan Normalisasi 1. Jelaskan alasan setiap terapi 2. Jelakskan kebutuhan anak kepada orang tua misalnya anak harus dirawat dalam dalam inkubator dan terpasang berbagai alat (Infus, Oksigen, NGT, dll) 3. Jelaskan pada keluarga tentang pengalaman umum setelah pembedahan 4. Jelaskan pada keluarga apa yang akan terjadi paska operasi 5. Berpartisipasi dalam konferensi praoperasi dengan keluarga dan dokter Dx 7 : Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kondisi anak, proses penyakit yang diderita anak. NOC : Pengetahuan : Proses Penyakit Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengajaran Proses Penyakit selama 3 x 24 jam diharapkan Keluarga dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit anaknya dan pengobatannya dengan status pengetahuan proses penyakit skala 4. Kriteria Hasil : a. Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak b. Menjelaskan proses penyakit c. Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi d. Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya Skala : 1 : Tidak mengetahui 2 : Terbatas pengetahuannya 3 : Sedikit mengetahui 4 : Banyak pengetahuannya 5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks NIC : Pengajaran Proses Penyakit 1. Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah / meningkatkan motivasi pengobatan anaknya. 2. Menjelaskan proses penyakit 3. Bersama keluarga identifikasi penyebab penyakit 4. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya pada individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku kesehatannya. 5. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti 6. Mengikiusertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam melaksanakan pengobatan/ terapi anaknya. 7. Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman keluarga. Post Op Dx 8 : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis, prosedur pembedahan menutup abdomen. NOC I: Tingkat Nyeri Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anak dengan status penerimaan nyeri skala 2. Kriteria hasil : a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri (rewel)

b. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak NOC II: Level Nyeri Kriteria hasil : a. Memberikan isyarat rasa nyaman (tidak rewel) b. Nyeri menurun Skala : 1. Ekstream 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak Ada NIC : Menejemen Nyeri 1. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi, frekuensi, intensitas). 2. Observasi isyarat isyarat non verbal dari ketidaknyamanan. 3. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang, batasi pengunkung). 4. Berikan analgesia sesuai ketentuan 5. Kontrol faktor faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (lingkungan yang berisik). Dx 9 : Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post op. NOC : Pengenalian Resiko Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengendalian Infeksi selama 3 x 24 jam diharapkan pasien tidak mengalami infeksi dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada pasien dengan status pengendalian skala 4. Kriteria hasil : a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi b. temperatur badan c. Imunisasi Skala : 1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Konsisten NIC : Pengendalian Infeksi 1. Pantau tanda / gejala infeksi 2. Informaiskan kepada orang tua tentang jadwal imunisasi 3. Rawat luka op dengan teknik steril 4. Memelihara teknik isolasi (batasi jumlah pengunjung) 5. Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap Dx 10 : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan perawatan yang multipel. NOC : Physical Aging Status Tujuan : : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Developmental Enhancement selama 3 x 24 jam diharapkan pasien mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal sesuai usianya dengan status perkembangan skala 2. Kriteria hasil : a. Rata-rata berat badan b. Cardiat out put

c. Elastisitas kulit d. Kekuatan otot Skala : 1. Ekstrem 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada NIC : Developmental Enhancement 1. Bina hubungan saling percaya dengan anak 2. Demonstrasikan aktivitas yang meninggkatkan perkembangan anak sesuai dengan umurnya (contoh bermain icik-icik) 3. Bantu anak belajar ketrampilan 4. Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktivitas motorik/verbal pasien 5. Berikan reinforcement positif Dx 11 :Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi dari orang terdekat (anak menderita omphalokel). NOC: Family Coping Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Keluarga selama 3 x 24 jam, diharapkan koping keluarga menguat dengan status koping skala 4. Kriteria Hasil: a. Mendemonstrasikan fleksibilitas peran b. Menyelesaikan permasalahan yang ada c. Percaya dapat memenej masalah d. Melibatkan anggota keluarga dalam mengambil keputusan e. Mengekspresikan perasan f. Menggunakan strategi menurunkan stress (devence mecanism) Skala: 1. Tidak pernah menunjukkan 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Selalu menunjukkan NIC: Dukungan keluarga 1. Yakinkan keluarga akan memberikan perawatan terbaik pada pasien 2. Hargai reaksi emosional keluarga terhadap kondisi pasien 3. Selesaikan prognosis beban psikologis keluarga 4. Berikan harapan yang realistik 5. Dengarkan kecemasan keluarga, perasaan dan pertanyaan keluarga 6. Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga pasien. Dx 12: Cemas berhubungan dengan ancaman kematian NOC : Kontrol Cemas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perbaikan Koping Keluarga selama 3 x24 jam, diharapkan kecemasan hilang atau berkurang dengan status cemas skala 4. Kriteria hasil : a. Monitor intensitas kecemasan b. Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress

c. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan d. Kondisikan lingkungan nyaman Skala : 1. Tidak pernah dilakukan 2. Jarang dilakukan 3. Kadang-kadang dilakukan 4. Sering dilakukan 5. Selalu dilakukan NIC : Enhancement Family Coping 1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis. 2. Tetap dampingi pasien dan keluarga untuk menjaga keselamatan pasien dan mengurangi ansietas keluarga 3. Instruksikan kepada keluarga untuk melakukan ternik relaksasi 4. Bantu keluarga mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

You might also like