You are on page 1of 27

LAPORAN KASUS LAKI-LAKI 45 TAHUN DENGAN HIPERTENSI DERAJAT II DAN ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROMIK

Disusun Oleh : Rizkina Lukitasari G0003171

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA 2009

14

STATUS PENDERITA
I. ANAMNESIS A. IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis Kelamin Status Perkawinan Agama Pekerjaan Alamat Suku No. RM Tanggal Masuk RS Tanggal Pemeriksaan B. DATA DASAR 1. Keluhan Utama : Kepala cekot-cekot 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Penderita datang dengan keluhan kepala cekot-cekot dan leher terasa cengeng. Sudah 2 hari pasien tidak bisa tidur sehingga keluhan dirasa bertambah berat. Pasien juga merasa badannya lemah, tidak bertenaga dan lesu. Badan lemah tidak berkurang dengan pemberian makanan maupun istirahat. BAK tak ada keluhan, 6-7 kali per hari, 1 gelas belimbing, warna kuning jernih, lendir (-), darah (-), BAK berbuih (-), nyeri saat BAK (-), anyang-anyangan (-). BAB tak ada keluhan, frekuensi 1 kali per hari, nyeri BAB (-), lendir (-),darah (-). 2 tahun yang lalu penderita mengeluh leher kadang-kadang cengeng dan kesemutan pada ujung-ujung jari tangan dan kaki. : : : : : : : : : : : Tn. S 45 tahun Laki-laki Menikah Islam Sopir Jebres Surakarta, Jawa Tengah Jawa 70 83 73 13 Juni 2007 14 Juni 2007

Penderita kemudian memeriksakan diri di Puskesmas, dan dikatakan bahwa menderita tekanan darah tinggi. Penderita diberi obat penurun tekanan darah, namun hanya kontrol bila ada keluhan dan tidak minum obat teratur. 3. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat sakit gula b. Riwayat darah tinggi c. Riwayat sakit jantung d. Riwayat alergi obat dan makanan e. Riwayat sakit ginjal f. Riwayat mondok g. Riwayat transfusi 4. Riwayat Kebiasaan a. Riwayat minum obat-obatan bebas b. Riwayat minum jamu c. Riwayat minum alkohol d. Riwayat merokok batang per hari 5. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga a. Riwayat sakit jantung b. Riwayat sakit gula c. Riwayat asma bronkiale d. Riwayat alergi obat dan makanan e. Riwayat sakit kuning f. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal : (+) ayah : (+) ayah, anak pertama, kakek : (+) ayah, anak pertama, kakek : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : (+) 10 tahun yang lalu, 1-3 : disangkal : (+) sejak 2 tahun yang lalu, tidak rutin kontrol : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

6. Riwayat Lingkungan Sosial dan Asupan Gizi

Penderita adalah seorang laki-laki dengan seorang istri dan 3 orang anak. Penderita adalah seorang sopir bus yang sudah berhenti sejak 3 tahun yang lalu karena setoran yang harus dibayarkan lebih besar daripada penghasilan yang didapat. Saat ini penderita membantu istrinya berjualan di warung makan kecil. Penderita menggunakan fasilitas Askeskin untuk perawatan. 7. Anamnesis Sistem a. b. Keluhan utama : kepala cekot-cekot Kulit : kering (-), pucat (-), menebal (-), gatal (-) pada leher, bercak-bercak kuning (-), luka (-), bintik-bintik perdarahan pada kulit (-). c. Kepala : nyeri kepala (+), nggliyer (+), kepala terasa berat (-), perasaan berputarputar (-), rambut mudah rontok (-) d. e. Leher : cengeng (+), kaku (-) Mata : mata berkunang kunang (+) pandangan kabur (-), kelopak bengkak (-), gatal (-). f. Hidung : tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir atau air berlebihan (-), gatal (-). g. Telinga : pendengaran berkurang (-), keluar cairan atau darah (-), mendengar bunyi berdenging (+). h. Mulut : bibir kering (-), gusi mudah berdarah (-), sariawan (-), gigi mudah goyah (-), lidah pucat (+) i. Tenggorokan : rasa kering (-), gatal (-), sulit menelan (-), nyeri untuk menelan (-), sakit tenggorokan (-), kemerahan pada tenggorokan (-), suara serak (-) j. Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), nyeri dada (-), darah (-), mengi (-),

k.

Sistem kardiovaskuler : panas di dada (-), nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-), sering pingsan (-), sering berdebar-debar (-), tidur dengan bantal bertumpuk (-), keringat dingin (-), bangun malam karena sesak nafas (-).

l.

Sistem gastrointestinal : sulit menelan (-), mual (-), muntah (-), kembung (-), cepat kenyang (-), rasa perut penuh (-), nafsu makan berkurang (-), nyeri perut (-), sulit BAB (-), BAB berdarah (-), diare (-).

m.

Sistem muskuloskeletal : badan lemas (-), kaku sendi (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-), nyeri otot (-), kaku otot (-), otot lemah (-), kesemutan (-), kebas (-).

n.

Sistem genitourinaria : nyeri saat kencing (-), panas saat kencing (-), sering kencing (-), kencing darah (-), kencing nanah (-), kencing berkali-kali karena tidak puas/ anyang-anyangan (-), sering menahan kencing (-), rasa pegal di pinggang, rasa gatal pada saluran kencing (-), rasa gatal pada alat kelamin (-).

o.

Ekstremitas : luka (-), kaku (-), bengkak (-) gemetar (-), terasa dingin (-), nyeri (-), kemerahan (-), bercak merah kebiruan di bawah kulit seperti bekas memar (-), bintik-bintik perdarahan (-), kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki (-)

p.

Sistem neuropsikiatri : nyeri pada wajah (-), kejang (-), kesemutan (-), gelisah (-), menggigil (-)

II. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 14 Juni 2007 A. B. Keadaan Umum Tanda Vital Kompos mentis, gizi kesan cukup Tekanan darah : 160 / 100 mmHg

Nadi

: 100x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur : 100x/menit, pulsus defisit (-)

Denyut jantung

Frekuensi nafas : 32 x/ menit, kussmaul (-) Suhu C. Status Gizi BB 50 kg TB 150 cm BMI 19,53 kg/m2 (berat badan normal) D. Kulit Kesan : berat badan normal Warna sawo matang, petekie (-), ekimosis (-) ikterik (-), turgor (+) normal, E. Kepala hiperpigmentasi (-),bekas garukan (-) Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban (+) sedikit dan tersebar, mudah rontok (-), F. Mata luka (-) Konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/ G. H. I. Telinga Hidung Mulut +), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-) Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-) Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi pembau baik, nafas bau (-) Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), pucat (+), lidah tifoid (-), lidah pucat (+), papil lidah atrofi (+), stomatisis (-), luka pada sudut bibir J. Leher (-), mulut bau (-) JVP tidak meningkat (R), trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran K. Thorax limfonodi leher (-) Bentuk dada normal, simetris, retraksi : 36,2 C per axiller

supraclavicula (-/-), retraksi intercostal (-/-),

retraksi infrasternal (-/-), spider nevi (-), pernafasan thorakoabdominal, sela iga melebar (-), atrofi muskulus pectoralis (-), pembesaran kelenjar getah bening axilla (-) Jantung : Inspeksi Palpasi Perkusi Iktus kordis tidak tampak Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial LMCS, tidak kuat angkat, thrill (-) Batas jantung kanan atas : SIC II linea parasternalis dekstra Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dekstra Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea medioklavicularis sinistra Pinggang jantung : SIC III linea parasternalis sinistra kesan : batas jantung kesan dalam batas Auskultasi normal HR : 100 kali/menit reguler Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-). Bunyi jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial linea medioklavikularis sinistra dan SIC IV linea parasternalis sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea parasternalis dextra et sinistra.

Pulmo : Depan Inspeksi

Statis Dinamis

Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar (-) Pengembangan dada kiri=kanan, sela iga melebar (-),retraksi supraclavicula(-/-), retraksi intercostalis(-/-), retraksi infrasternalis(-/-) Simetris Fremitus raba kanan = kiri Sonor di seluruh lapang paru kiri. Batas relatif paru - hepar di SIC V linea medioclavicularis dextra Batas absolut paru - hepar di SIC VI linea medioclavicularis dekstra Batas paru-lambung di

Palpasi Perkusi

Statis Dinamis Kanan

Kiri Auskultasi Kanan

SIC

VI

linea

medioclavicularis sinistra Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki basah halus (-), krepitasi (-), eksperium memanjang (-/-) Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan wheezing (), ronki basah kasar (-), ronkii basah halus (-), krepitasi (-), eksperium memanjang (-/-)

Kiri

Belakang Inspeksi

Statis Dinamis

Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar (-) Pengembangan dada kiri=kanan, sela iga melebar (-), retraksi supraclavicularis (-/-), retraksi intercostalis (-/-), retraksi infrasternalis (-/-)

Palpasi

Statis Dinamis

Dada kanan dan kiri simetris, sela iga melebar (-), retraksi intercostalis(-/-) . Pengembangan dada kanan bersaamaan dengan kiri, simetris, fremitus raba kanan=kiri. Sonor di seluruh lapang paru.

Perkusi Auskultasi Kanan

Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki basah halus (-), krepitasi (-), eksperium memanjang (-/-) Suara dasar vesikuler(+)normal, suara tambahan wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki basah halus (-), krepitasi (-), eksperium memanjang (-/-) 8

Kiri

L.

Punggung

Kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-), bengkak (-)

M. Abdomen Inspeksi

Dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi (-), sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-), hernia umbilikalis (-), vena kolateral (-) Peristaltik (+) normal Pekak alih (-), undulasi (-), timpani di area trobe Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-) Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)

Auskultasi Perkusi Palpasi N. Genitourinaria

O.

Ekstremitas Superior dekstra

Edema (-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-), eritema palmaris (-), luka (-), deformitas (-), ikterik (-), petekie (-), kuku sendok(+), kuku pucat(+), jari tabuh (-), hiperpigmentasi (-) Edema (-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-), eritema palmaris (-), luka (-), deformitas (-), ikterik (-), petekie (-), kuku sendok (+), kuku pucat (+), jari tabuh (-), hiperpigmentasi (-). Edema (-), kemerahan (-), perabaan panas(-), nyeri tekan(-), kaku sendi (-), krepitasi(-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-), luka (-), deformitas (-), ikterik (-), petekie (-), kuku sendok (+), kuku pucat

Superior sinistra

Inferior dekstra

Inferior Sinistra

(+), jari tabuh (-), hiperpigmentasi (-), nyeri tekan (-) Edema (-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-), luka (-), deformitas (-), ikterik (-), petekie (-), kuku sendok (+), kuku pucat (+), jari tabuh (-), hiperpigmentasi (-), nyeri tekan (-).

Rectal toucher

TMSA dalam batas normal, mukosa licin, ampula tidak kolaps, nyeri tekan (-), prostat teraba grade I1 kesan jinak, massa (-), STLD (-), feces (+) warna

kuning lembek

10

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Laboratorium


Tanggal / Bulan Hb (gr/dl) Hct ( %) AE (uL) Retikulosit AL ( uL ) Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit AT PT APTT LED I/II Gol.Drh GDS Ur Cr GDP GD2JPP Na+ K+ Chlorida Ca ++ Protein Total Albumin 13 / 6 6,1 22,9 4,43 7,0 14 / 6 Satuan g/dl % 106/uL % 103/ul % % % % % % 103/ul Nilai rujukan 12 16 40 54 4,2 5,4 0,5 1,5 4,5.103-11.103 14 01 25 36 66 22 40 48 150 440

585

A 97 19 1,2

140 3,9 107

mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mmol/l mmol/l mmol/l mmol/l g/dl g/dl

<110 10 50 0,7 - 1,3 78 110 80 140 136 146 3,5 - 5,1 97 111 1,00 - 1,20 6,6 - 8,7 3,5 - 5,0

14

Globulin Bil.Total Bil.Direk Bil. Indirek SGOT SGPT AP -GT Kolesterol total HDL-D LDL-D Trigliserid Iron TIBC MCV MCH MCHC 51,6 13,7 26,6

g/dl mg/dl mg/dl mg/dl U/L U/L U/L U/L mg/dl mg/dl mg/dl Mg/dl ug/dl ug/dl Fl pg g/dl

0,6 - 5,2 0,00 - 1,10 0,00 - 0,25 0,00 - 0,75 0,0 - 38 0,0 - 41 0 - 270 10 66 50 200 41 67 0 130 50 150 35 150 250,0 450,0 80-94 27-31 32-36

12

Feces Makroskopis Warna Konsistensi Lendir Pus Darah Lain-lain Mikroskopis Sel epitel Eritrosit Leukosit Protozoa Telur cacing Jamur Biakan tinja HaradaMori Kesimpulan

Coklat Keras tdk dilakuk an tidak ditemu kan parasit

13

B.

Foto Thoraks Tanggal 13 Juni 2007 Kesan : cor dan pulmo dalam batas normal.

C.

EKG Tanggal 13 Juni 2007 Irama sinus, denyut jantung 100x / menit.

D.

GDT Tanggal 13 Juni 2007 Eritrosit : Hipokrom, anisopoikilositosis, mikrositer, normoblast (-) Leukosit : Jumlah normal, atipical limfosit sel (+) Trombosit : jumlah normal, distribusi rata Kesimpulan : anemia hipokromik mikrositik Suspek : Penyakit kronis Infeksi Virus

II. RESUME Penderita datang dengan keluhan kepala cekot-cekot dan leher terasa cengeng. Sudah 2 hari pasien tidak bisa tidur sehingga keluhan dirasa bertambah berat. Pasien juga merasa badannya lemah, tidak bertenaga dan lesu. Badan lemah tidak berkurang dengan pemberian makanan maupun istirahat. BAK tak ada keluhan, 6-7 kali per hari, 1 gelas belimbing, warna kuning jernih, lendir (-), darah (-), BAK berbuih (-), nyeri saat BAK (-), anyang-anyangan (-). BAB tak ada keluhan, frekuensi 1 kali per hari, nyeri BAB (-), lendir (-),darah (-). 2 tahun yang lalu penderita mengeluh leher kadang-kadang cengeng dan kesemutan pada ujung-ujung jari tangan dan kaki. Penderita kemudian memeriksakan diri di Puskesmas, dan dikatakan bahwa menderita tekanan darah tinggi. Penderita diberi obat penurun tekanan darah, namun hanya kontrol bila ada keluhan dan tidak minum obat teratur.

14

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tensi 160/100 mmHg, mata conjungtiva anemis (+/+), nafas cuping hidung (+/+), papil lidah atropi, bibir pucat (+). Spoon nail, kuku kusam pada keempat ekstremitas. Dari pemeriksaan laboratorium tanggal 13 juni 2007 didapatkan hasil Hb 6,1 gr/dl, Hct 22,9%. III. PROBLEM 1. Hipertensi Derajat II 2. Anemia mikrositik hipokromik

15

IV.

RENCANA PEMECAHAN MASALAH Problem 1. Hipertensi Derajat II Ass : mencari komplikasi retinopati -gagal jantung -infark miokard -ITA -gagal ginjal kronis Ip Dx Terapi : kolesterol, trigliserid, HDL, LDL, funduskopi, urin rutin : Diet rendah garam 5 g/hari Captropil tab 3x25 mg Hct tab 25 mg 1-0-0 Diltiazem tab 3x60 mg Mx Ex : Keadaan Umum, tensi, nadi, elektrolit, EKG : - Memberitahukan pasien mengenai penyakitnya - Diet rendah garam - Diet rendah lemak

Problem 2. Anemia Ass : DD : - Morfologi : - anemia mikrositik hipokromik - anemia normositik normokromik - anemia makrositik - Etiologi : - defisiensi besi - anemia penyakit kronis - intake kurang - ankilostomiasis Ip Dx : GDT Fe, SI, TIBC feses rutin

16

darah rutin post transfusi Terapi Mx Ex : Pro Transfusi PRC 2 kolf per hari sampai Hb > 11 Inj Ca gluconas 1 amp iv tiap transfusi 4 kolf : Hb post transfusi : Diet makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani V. PENULISAN RESEP R/ Captopril mg 25 tab No. XXI S3 dd tab I R/ Hidroklorotiazid mg 25 tab No VII S 1 dd tab I mane R/ Diltiazem mg 30 tab No. XXI S 3 dd tab I

17

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANEMIA Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan.
(12)

Anemia yang terjadi akibat gangguan dalam kualitas pembentukan sel darah merah timbul apabila sel darah merah berukuran terlalu kecil (mikrositik) atau terlalu besar (makrositik). Anemia yang berkaitan dengan kualitas sel darah merah juga terjadi apabila terjadi gangguan pembentukan hemoglobin. Hal ini akan menyebabkan konsentrasi hemoglobin yang tinggi berlebihan (hiperkromik) atau rendah berlebihan (hipokromik). (12) Anemia akibat lisis atau perdarahan mendadak berkaitan dengan penurunan jumlah total sel-sel darah merah dalam sirkulasi. Sel-sel darah secara normal hidup sekitar 120 hari. Destruksi atau hilangnya sel darah merah yang terjadi sebelum 100 hari bersifat abnormal. (12) A. Klasifikasi Pada umumnya ada 2 kategori dalam klasifikasi anemia, yaitu keadaan dimana produksi eritrosit tidak cukup dan keadaan dimana destruksi eritrosit yang terjadi secara berlebihan. Dalam kedua kategori ini terdapat perbedaan gejala klinik maupun diagnostik yang tidak terhitung jumlahnya. Tabel berikut menunjukkan beberapa jenis anemia yang sering dijumpai dan disebabkan oleh gangguan eritropoesis.(10)
Pengamatan Anemia Aplastik Morfologi Ukuran, Anemia Defisiensi Besi Hipokrom Talasemia Minor Hipokrom Talasemia Major Hipokrom Anemia Penyakit Menahun Hipokrom Anemia Gagal Ginjal Ukuran, Keracunan Logam Berat Variabel,

18

eritrosit

bentuk, dan kadar Hb normal Moderat -berat

mikrositik

mikrositik, VER normal, Sel target

mikrositik berat, Tak beraturan Amat berat

mikrositik

bentuk, dan kadar Hb normal Moderat -berat, sedikit gejala Berkurang

Bintik basofil

Derajat anemia

Ringanberat

Ringan, Hb 10g/dL

Ringanmoderat Hb 8 g/dL

Ringanmoderat

Kepadatan sum-sum tulang Fe serum

Amat berkurang Normal/ bertambah Normal Bertambah

Bertambah

Bertambah

Amat bertambah

Berkurang

Normal/ berkurang Bertambah

Amat bertambah Bertambah Bertambah

Normal

Normal

Berkurang

Berkurang

TIBC Eritropoetin

Normal Bertambah

Normal Amat bertambah

Berkurang Berkurang

Berkurang Amat berkurang Faal ginjal abnormal

Bertambah Bertambah

Test lain

Obat, penyakit lain, leukosit dan trombosit berkurang, tak ada perdarahan

Darah samar dalam feses, perdaran saluran cerna, protoporfirin eritrosit bertambah

HbA2 HbF

&

Cadangan besi bertambah , deformitas bilirubin & urobilinog en bertambah

Penyakit primer

Amino Levulinic Acid, koproporfiri n III urin bertambah, protoporfiri n eritrosit bertambah

bertambah

B. Anemia pada Penyakit Kronik Anemia pada penyakit kronik juga dikenal dengan nama seperti sideropenik anemia with reticuloendotelial siderosis. Anemia yang terjadi pada penyakit infeksi tidak saja terjadi pada infeksi kronik, tetapi juga bisa terjadi pada infeksi akut dan neoplasma bronkiale(12)

19

Anemia pada penyakit kronik dapat terjadi karena : 1. Proses infeksi, misalnya infeksi ginjal, paru (bronkiektasis, abses, empiema, tuberkulosis, pneumonia, dan lain-lain) 2. Proses inflamasi, misalnya reumatoid/arthritis 3. Neoplasma bronkiale, misalnya limfoma maligna Secara hematologi anemianya berbentuk normokrom normositik dengan kadar hemoglobin sekitar 7-19 g?L dengan hematokrit antara 3040% dan timbul kira-kira pada 1-2 bulan pertama setelah terjadinya inflamasi kronis. Berat ringannya anemia berbanding lurus dan stadium penyakit atau dengan luasnya infiltrasi neoplasma bronkialenya. Apabila disertai dengan penurunan kadar besi dalam serum atau saturasi transferin, anemia akan berbentuk hipokrom mikrisitik.(11) Anemia pada penyakit kronis ditandai dengan pemendekan masa hidup eritrosit, gangguan metabolisme besi, dan gangguan produksi eritrosit akibat tidak efektifnya rangsangan eritropoetin. Pada umumnya anemia derajat sedang, dengan mekanisme yang masih belum jelas.(12) Terbanyak anemia berderajat sedang dengan hemoglobin sekitar 10 g/dL. Meskipun pasien sirosis hati tidak anemik, pada gambaran darah tepinya hampir selalu didapatlan sel-sel makrosit disamping banyak ditemukan sel target.(11) Masa hidup eritrosit pada sirosis hati memendek , rata-rata kurang dari 24 hari. Penyebab memendeknya masa hidup eritrosit ini belum jelas. Walaupun diperkirakan bahwa, penyebabnya adalah ekstrakorpuskular, yang dibuktikan dengan teknik transfusi silang, yaitu adanya sekuestrasi dan destruksi eritrosit dalam limpa pada sirosis hati dan kenyataan bahwa kelainan ini merupakan penyebab penting dalam patogenesis anemia pada sirosis hati. Walaupun demikian kebanyakan pasien sirosis hati menunjukkan masa hidup eritrosit memendek tanpa adanya sekuestrasi di limpa yang jelas.(11)

20

Pada sirosis hati dan ikterus obstruktif terdapat kelainan pada membran eritrosit. Ada 3 faktor yang perlu dipertimbangkan sebagai penyebab perubahan lipid dalam eritrosit pada kegagalan fungsi hati yaitu: 1. Menurunnya Transferase) 2. Retensi garam empedu 3. Peninggian rasio kolesterol bebas dan fosfolipid dalam plasma bronkiale8. Pada anemia derajat ringan dan sedang, seringkali gejalanya tertutup oleh penyakit dasarnya. Kadar Hb sekitar 7-11 g/dL dan umumnya asimptomatik. Anemia umumnya normokromik normositik meskipun banyak mpasien memberi gambaran hipokrom dengan MCHC<31 g/dL dan beberapa mempunyai sel mikrositer dengan MCV<80fL. Nilai retikulosit absolut dalam batas normal atau sedikit meningkat. Perubahan pada leukosit dan trombosit tidak konsisten tergantung penyakit dasarnya.(11). Terapi meliputi: 1. Transfusi 2. Preparat besi 3. Eritropoetin.(11) C. Anemia Defisisensi Besi Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. ADB ditandai oleh anemia hipokromik mikositer dan hasil laboratorium yang menunjukkna cadangan besi kosong. Berbeda dengan ADB, pada anemia akibat penyakit kronik penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang oleh karena pelepasan besi dari sistem retikuloendotelial berkurang, sedangkan cadangan besi masih normal. Pada anemia sideroblastik penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang karena gangguan mitokondria yang menyebabkan inkorporasi aktivitas LCAT (Lecithin Cholesterol Acethyl

21

besi ke dalam heme terganggu. Oleh karena itu ketiga jenis anemia ini digolongkan sebagai anemia dengan gangguan metabolisme besi.(13) Besi terdapat dalam berbagai jaringan dalam tubuh berupa: 1. Senyawa besi fungsional, yaitu besi yang membentuk senyawa yang berfungsi dalam tubuh, seperti hemoglobin, mioglobin, dan enzimenzim 2. Besi cadangan, senyawa besi yang dipersiapkan bila masukan besi berkurang yaitu feritin dan hemosiderin 3. Besi transport, besi yang berikatan dengan protein tertentu dalam fungsinya untuk mengangkut besi dari satu kompartemen ke kompartemen lainnya, yaitu Transferin.(12) Proses absorbsi besi dibagi menjadi 3 fase: 1. Fase luminal, besi dalam makanan diolah dalam lambung kemudian siap diserap duodenum 2. Fase mukosal, proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu proses aktif 3. Fase korporeal, meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel-sel yang memerlukan dan penyimpana sel besi oleh tubuh.(13) Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorbsi serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun: 1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun dapat berasal dari: a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid dan infeksi cacing tambang b. Saluran genitalia perempuan: menorrhagia atau metrorrhagia c. Saluran kemih: hematuria d. Saluran nafas: hemoptoe 2. Faktor nutrisi:akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi yang tidak baik, makanan banyak serat, rendah vitamin C dan rendah daging

22

3. Kebutuhan besi meningkat: pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan 4. Gangguan absorbsi besi: gastrektomi, tropikal spue, atau kolitis kronik.
(13)

Gejala khas yang dijumpai pada anemia defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah: 1. Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergarisgaris vertikal dan menjadi cekung 2. Atropi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang 3. Stomatitis angularis (cheilosis): adanya keradangan sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan 4. Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring 5. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akloridia 6. Pica: keinginan untuk memekan bahan yang tidak lazim, seperti: tanah liat, es, lem, dan lain-lain.(13) Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Terdapat tiga tahap diagnosis ADB. Tahap pertama adalah menentukan adanya anemia dengan mengukur kada hemoglobin atau hematokrit. Tahap kedua adalah memastikan adanya defisiensi besi, sedangkan tahap ketiga adalah menentukan penyebab dari defisiensi besi yang terjadi.(13) Secara laboratoris untuk menegakkan dianosis ADB dipaka kriteria diagnosis anemia defisiensi besi (modifikasi dari kriteia Kerlin et al) sebagai berikut: Anemia hipokromik mikrositer pada hapusan darah tepi, atau MCV<80fl dan MCHC<31% dengan salah satu dari kriteria berikut: 1. Dua dari tiga parameter di bawah ini: a. Besi serum<50 mg/dl b. TIBC>350 mg/dl

23

c. Saturasi transferin<15%, atau 2. Feritin serum< 20mg/l 3. Pengecatan sum-sum tulang dengan prusia biru menunjukkan cadangan besi (butir-butir hemosiderin) negatif, atau 4. Dengan pemberian sulfas ferosus 3x200 mg/hari atau preparat lain yang setara selam 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin >2 g/dl(11). Terapi 1. Terapi kausal: terapi terhadap penyakit perdarahan. Misalnya pengobatan terhadap cacing tambang, hemoroid dan lainnya 2. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh(13) II. HIPERTENSI A. Definisi dan Klasifikasi Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial/ hipertensi primer. Macam-macam hipertensi, antara lain : hipertensi esensial, hipertensi pada penyakit ginjal, hipertensi renovaskuler, hipertensi pada kehamilan, krisis hipertensi. Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) Klasifikasi Tekanan Darah Normal Prahipertensi Hipertensi derajat 1 Hipertansi derajat 2 < 120 120-139 140-159 dan atau atau < 80 80-89 90-99 TDS (mmHg) TDD (mmHg)

160 TDS = Tekanan Darah Sistolik

atau 100 TDD = Tekanan Darah Diastolik

B. Patogenesis

24

Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor-faktor risisko tertentu. Faktorfaktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan darah tersebut adalah : 1. faktor risiko, seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetik 2. sistem syaraf simpatis a. tonus simpatis b. variasi diurnal 3. keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstitium juga memberikan kontribusi akhir. 4. pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada system rennin, angiotensin, dan aldosteron. Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi Tekanan Darah = Curah Jantung x Tekanan Perifer. C. Kerusakan Organ Target Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah : 1. jantung a. hipertrofi ventrikel kiri b. angina atau infark miokardium c. gagal jantung 2. otak a. strok atau transient ischemic attack 3. penyakit ginjal kronis 4. penyakit arteri perifer 5. retinopati

25

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor AT1 angiotensin II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor- (TGF-). Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi : 1. jantung a. pemeriksaan fisik b. foto polos dada(untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks dan sirkulasi pulmoner) 2. pembuluh darah a. pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure b. USG karotis c. Fungsi endotel (masih dalampenelitian) 3. otak a. pemeriksaan neurologis b. diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk pasien dengan keluhan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan kognitif) 4. mata a. funduskopi 5. fungsi ginjal a. pemeriksaan urin fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin

26

b. perkiraan laju filtrasi glomerolus, yang untuk pasien dalam kondisi stabil dapat diperkirakan dengan menggunakan modifikasi rumus dari Cockroft-Gault sesuai dengan anjuran National Kidney Foundation (NKF).

27

You might also like