You are on page 1of 25

RESPONSI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA

ACNE VULGARIS

Pembimbing: Dr. dr. Benny Abdullah, Sp.KK Penyusun: Reni Rifanti 201120401011070

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nyalah tugas kasus yang berjudul ACNE VULGARIS ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas yang saya laksanakan selama mengikuti kepaniteraan di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di RSU HAJI Surabaya. Saya mengucapkan terimakasih kepada dokter pembimbing yaitu Dr.dr.Benny Abdullah, Sp.KK. Terimakasih atas bimbingan , saran, petunjuk, dan waktunya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Saya menyadari bahwa penyusunan tugas kasus ini masih jauh dari

kesempurnaan, dengan demikian kritik dan saran selalu saya harapkan. Besar harapan saya semoga tugas kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta penyusun pada khususnya. Wassalamualaikum wr.wb

Pembimbing

Surabaya, 26 Juni 2013

Dr.dr Benny Abdullah, SpKK

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN RESPONSI KASUS ACNE VULGARIS

Respnsi kasus dengan judul Acne Vulgaris telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas pada stase Ilmu Kulit dan Kelamin. Nama : Reni Rifanti NIM : 201120401011070

Surabaya, Juni 2013 Pembimbing

Dr.dr. Benny Abdullah, SpKK

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Pendahuluan 1.2 Definisi 1.3 Sinonim 1.4 Epidemiologi 1.5 Etiologi. 1.6 Patogenesis... 1.7 Gejala klinis.. 1.8 Diagnosis.. 1.9 Diagnosis Banding 1.10Penatalaksanaan 1.11Pencegahan 1.12Prognosis DAFTAR PUSTAKA. BAB II LAPORAN KASUS.. 2.1 Identitas Penderita.

2 3 4 6 7 7 7 7 8 8 9 11 13 14 15 16 17 18 19 19
4

2.2 Anamnesis.. 2.2.1 Keluhan Utama 2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang. 2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu 2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga. 2.2.5 Riwayat Sosial-Ekonomi.. 2.3 Pemeriksaan Fisik 2.3.1 Status Generalis 2.3.2 Status Dermatologis. 2.4 Pemeriksaan Penunjang.. 2.5 Resume 2.6 Diagnosis. 2.7 Diagnosis Banding.. 2.8 Planning... 2.8.1 Diagnosis..

19 19 19 20 20 20 20 20 21 21 21 22 22 22 22

2.8.2 Terapi. 23 2.9 Prognosis.. BAB III FOTO KASUS 23 24

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Komedo terbuka Gambar 1.2 Komedo tertutup.. Gambar 1.3 Akne vulgaris papulopustuler.. Gambar 3.1 Foto kasus Gambar 3.2 Foto kasus Gambar 3.3 Foto kasus

11 12 12 24 24 25

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Pendahuluan Salah satu penyakit kulit yang selalu ngetren bagi remaja dan dewasa muda adalah jerawat. Penyakit ini tidak fatal namun dapat merisaukan karena dapat mengurangi kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah si penderita yang dapat mengganggu kelancarann jalur komunikasi, baik dengan sesama teman, sesama karyawan, pacar ataupun suami.(1) Akne vulgaris merupakan suatu keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papule, kista dan pustule pada daerahdaerah predileksi (muka, bahu, bagian lengan, dada, punggung). (2) Meskipun kebanyakan jerawat atau akne vulgaris timbul pada masa remaja atau dewasa muda, tetapi nyatanya jerawat dapat timbul kapan saja, di mana saja, dan pada siapa saja. Jerawat dapat hadir pada bayi (neonatal acne), anak, dewasa, dan orang tua. Jerawat juga dapat muncul di perut, di betis, bahkan di scrotum.(1)

1.2

Definisi Akne vulgaris adalah penyakit kulit akibat peradangan menahun dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustule, nsul, dan kista pada tempat predileksi seperti muka, leher, lengan atas, dada, dan punggung.(3)

1.3

Sinonim Jerawat(3)
7

1.4

Epidemiologi Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman menyatakan bahwa tidak ada seorangpun (artinya 100%), yang sama sekali tidak pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat pada waktu lahir, namun ada kasus yang terjadi pada masa bayi. Betapa pun baru pada masa remaja, akne vulgaris ini menjadi salah satu problem. Umumnya insidensi terjadi pada umur sekitar 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul sehingga jarang terlihat lesi yang meradang.(3) Pada seorang gadis, akne vulgaris dapat terjadi pada masa premenarke. Setelah masa remaja kelainan ini berlangsung berkurang. Namun kadang-kadang, terutama pada wanita, akne vulgaris menetap sampai decade umur 30-an atau bahka lebih. Meskipun pada pria umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian us di banding dengan ras kaukasia ( eropa, amerika) dan lebih sering terjadi noduli-kistik pada kulit putih dari pada negr. Akne vulgaris mungkin familial, namun karena tingginya prevalensi penyakit hal ni sukar dibuktikan. Dari sebuah penelitian diketahui bahwa mereka yang bergenotip XYY mendapat akne vulgaris yang lebih berat.(3)

1.5

Etiologi Banyak faktor yang menyebabkan akne vulgaris. Diantaranya adalah faktor keturunan, beberapa dari anggota keluarga mungkin mempunyai beberapa bekas acne. Gangguan utama dari akne adalah pada formasi sumbatan keratin dari folikel rambut. Dua faktor utama penyebab sumbatan adalah stimulasi androgen dari kelenjar sebasea dan koloni Propionibacterium acnes pada folikel, yang mana memetabolisme kelenjar untuk menghasilkan asam lemak bebas. Akne biasanya terjadi pada saat masa puber karena adanya sekresi androgen.(4,8)

Penyebab akne pada beberapa orang dipengaruhi oleh: stress, penyakit atau kecapekan, sinar matahari, paparan sinar matahari sering menyebabkan akne tapi mungkin tidak terjadi pada beberapa rang, perubahan hormone, diantaranya sering timbul akne pada saat siklus menstruasi, kehamilan biasanya menyebabkan akne, beberapa pil KB bisa menyebabkan akne atau menghambat akne tergantung dari knsentrasi esterogen, kosmetik dimana pemakaian kosmetik yang tebal mengiritasi lapisan beberapa sel pada saluran kelenjar minyak sehingga membentuk sumbatan kosmetik yang tipis atau yang hypoallergenic tidak menimbulkan efek ini.(4) 1.6 Patogenesis Ada empat hal penting berhubungan dengan terjadinya akne vulgaris yaitu: (2,4) 1. Kenaikan ekskresi dari sebum, dipengaruhi oleh androgen ( 5 a dihydrotestosteron) 2. Keratinisasi folikel pillsebasea bersama sebum menyebabkan distensi folikel. 3. Propionibacterium acnes yang mengeluarkan lipase yang merubah sebum menjadi asam lemak. 4. Pecahnya folikel akibat distensi menyebabkan radang karena asam lemak bebas bersifat kemotaktik sehingga menarik sel radang. Sumbatan saluran kelenjar minyak dapat terjadi karena: (1) 1. Perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar akibat pengaruh berbagai faktor penyebab, yaitu: genetic, rasial, hormonal, cuaca, jasad renik, makanan, stress psikis dan lain-lainnya terjadi pada akne vulgaris 2. Tertutupnya saluran keluar kelenjar sebasea oleh massa eksternal, baik dari ksmetika (akne ksmetika), bahan kimia di tempat bekerja
9

(akne akibat kerja), dirumah tangga (house-wife acne), deterjen (acne detergicans) atau bahkan tekanan helm atau ikatan rambut (frictional acne). Akne akibat zat eksternal disebut sebagai akne venenata. 3. Saluran keluar kelenjar sebasea menyempit akibat radiasi ultraviolet, sinar matahari, atau sinar radio aktif terjadi pada akne fisik. Faktor-faktor yang berpengaruh (2) 1. Keturunan 2. Stres dan emosi 3. Musim 4. Diet: Pengaruh makanan masih menjadi perdebatan para ahli 5. Menstruasi 70% waita mengalami eksaserbasi 2-7 hari sebelum menstruasi 6. Obat-obat: Kortikosteroid oral/topical, ACTH, androgen, yodida, bromide, INH, Vit.B12, diphenylhidantoin, Phenobarbital dapat menyebabkan eksaserbasi akne yang sudah ada atau menyebabkan erupsi yang mirip akne (akne eruptions) 7. Kosmetika Bahan-bahan yang bersifat komedogenik sering sebagai penyebab terutama terdapat pada krim dasar, pelembab, krim tabir surya.

1.7

Gejala klinis

10

Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas, dan glutea kadang-kadang terkena. Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak beradang dan pustule, nodus dan kista yang beradang. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetis. Komedo adalah gejala patogognomonik bagi akne berupa papul miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam akibat mengandung unsure melanin disebut komedo hitam atu komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsure melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup ( white comedo, close comedo).(3)

Gambar 1.1 Komedo terbuka Sumber: Dermatology in General Medicine (5)

11

Gambar 1.2 Komedo tertutup Sumber: Dermatology in General Medicine (5)

Gambar 1.3 Akne vulgaris papulopustuler Sumber: Dermatology in General Medicine (5) Lesi utama komedo, jika beradang disertai papul, nodul, dan kista. Lesi nodulo-kistik beradang dapat terasa gatal dan nyeri tekan, bila pecah dapat mengeluarkan pus, lokasi terutama pada muka, dada dan punggung.(2) Klasifikasi akne menurut Plewig dan Kligman. (2,3,6) 1. Akne komedonal Tingkat 1 : kurang dari 10 komedo tiap sisi muka
12

Tingkat 2 : 10-25 komedo tiap sisi muka Tingkat 3 : 25-50 komedo tiap sisi muka Tingkat 4 : lebih 50 komedo tiap sisi muka 2. Akne papulopustuler Tingkat 1 : kurang dari 10 lesi beradang tiap sisi muka Tingkat 2 : 10-20 lesi beradang tiap sisi muka Tingkat 3 : 20-30 lesi beradang tiap sisi muka Tingkat 4 : lebih dari 30 lesi tiap sisi muka 3. Akne konglobata Selain dari yang disebutkan di atas masih terdapat acneiform eruption.

1.8

Diagnosis Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai masaa padat seperti lilin atau massa lebih lunk bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.(3) Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebukan sel radang krnis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas.(3) Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan pathogenesis penyakit dapat dilakukan di laboratorium
13

mikrobiolgi yang lengkap untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.(3) Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids) dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadr asam lemak bebas (free fatty acid) meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.(3) Cara pemeriksaan, biasanya dapat ditemukannya komedo tertutup dan terbuka, papul, pustule, nodul, dan kista pada daerah-daerah predileksi yang mempunyai banyak kelenjar lemak. Dan biasanya tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium. (2)

1.9

Diagnosis banding 1. Erupsi akneiformis yang disebabka oleh induksi obat, misalnya kortikosteroid, INH, barbiturate, bromide, yodida, difenil hidantoin, trimetadion, ACTH, dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustule mendadak tanpa adanya komedo di hamper seluruh bgian tubuh. Dapat disertai demam dan dapat terjadi di semua usia.(3) 2. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umunya lesi monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsang fisisnya.(3) 3. Rosasea (dulu: akne rosasea), merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala eritema, pustule, telanglestasi dan kadang-kadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan akne.(3) 4. Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis polimorfi eritema, papul, pustule, di sekitar mulut yang terasa gatal.(3)

1.10 Penatalaksanaan
14

Tujuan pengobatan akne adalah untuk mencegah timbulnya sikatrik dan mengurangi frekuensi serta hebatnya eksaserbasi.(2) 1. Akne komedonal Hanya terapi topical saja yang dapat mengadakan pengelupasan kulit a. Asam retinoat 0,05% dalam bentuk krim atau gel b. Benzoyl peroxide gel 2,5%-5% c. Acidum Salicylicum 0,5-2% dalam larutan hidroalkoholik d. Pengelupasan kimia (chemical peeling) dengan asam trikhloroasetat 1030% atau asam glikolat 20-50% dapat diulangi setelah 4 minggu sekali Untuk komedo terbuka dapat dilakukan ekstraksi komedo 2. Akne papulo-pustuler a. Ringan (tingkat I-II) Umunya dipakai kombinasi obat: Pengelupas kulit: (benzoyl peroxide, tretinoin, acidum salicylum atau pengelupasan kima) dan antibiotic topikal: Clindamycine 1% atau Erythromycine 2% gel b. Berat (tingkat III-IV) Obat pengelupasan kulit dan antibiotic oral: Tetracycline: 250 mg sehari 4 kali atau 500 mg sehari 2 kali Dosis diturunkan setelah ada perbaikan klinis, dosis pemeliharaan 25500 mg/hari. Doksisiklin 50-100 mg sehari 2 kali Clindamycine: 150-300 mg sehari 2 kali
15

(efek samping: colitis pseudomembrane) Eritromisin stearat: dosis dan cara sama denga tetracycline

3. Akne konglobata/akne berat lainnya: Pengobatan seperti pada akne bentuk papul-pustuler berat dan bila diperlukan dapat diberikan tindakan tambahan antara lain: Injeksikortikosterid dapat diberikan pada bentuk nodulokistik dengan triamcinolone asetonide konsentrasi 2,5 diberikan 0,01-0,05 ml Pengelupasan kimia Esterogen dan cyproterone asetat oral (3-6 siklus menstruasi) Ethynil estradiol mg/ml dan tiap-tiap lesi

4. Dermabrasi dan khemabrasi untuk mengurangi parut akne.(6,7) 1.11 Pencegahan 1. Menghidari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan perubahan isi sebum dengaan cara: (1,3) a. Diet rendah lemak dan karbohidrat, meskipun pendapat ini masih diperdebatkan, tetapi bila anamnesis, menunjang dapat dianjurkan. b. Melakukan perawatan kulit atau pembersihan kulit kotoran dan jasad renik yang dapat memecah lipid sebum dengan cara yang baik dan benar. 2. Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya acne, misalnya: a. Hidup teratur dan sehta, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stress. b. Penggunaan kosmetika secukupnya
16

c. Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, lingkungan yang tidak sehat dan sebagainya. d. Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak lega artis, yang dapat memperberat erupsi yang telah terjadi. 3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit, pencegahan dan cara maupun lama ;pengobatannya, serta prognosisnya. Hal ini penting agar penderita tidak underestimate atau overestimate terhadap usaha penatalaksanaan yang dilakukan yang akan membuatnya putus asa atau kecewa.

1.12 Prognosis Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu di rawat inap dirumah sakit.(3,4)

DAFTAR PUSTAKA 1. Wasitaatmadja, M. Sjarif, 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas AS Indonesia. UI-PRESS, Jakarta. 1997

17

2. Suyono Sunarso, Martodiharjo Sunarko, Sukanto Hari. Impetigo. In: Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3 rd ed. Surabaya: Fakultas Kedokteran UNAIR: 2005.p. 115-118 3. Djuanda Adhi, Prof.Dr.dr.Pioderma. In: Djuand Adhi, Prof.Dr.dr.editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: balai penerbit FKUI: 2005.p.253259 4. Abdullah Benny, dr, Sp.KK, 2009, Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit, Surabaya, Universitas Airlangga Press, Hal116-120 5. Wolf K, Goldsmith LA, Katz Sl, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Fitzpatricks, 2008, Dermatology in General Medicine 7th ed, New York, Mc. Graw-Hill Company, p 362-366 6. Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi:2. Surabaya: Airlangga University Press. Siregar, R.S. 2004. Hal 169-171 7. Arnold HL, Odom RB, James WD, Andrews, 2011, Diseases of The Skin 10 th ed. Philadelphia, WB Saunders Company, p. 226-246
8. Siri Knutsen-Larson, Annelise L. Dawson, BA Cory A. Dunnick, MD Robert

P. Dellavalle, MD, PhD, MSP. Acne Vulgaris: Pathogenesis,Treatment, and Needs Assessment. Dermatol Clin 30 (2012) 99106. Available from http://xa.yimg.com/kq/groups/22038980/2059468530/name/Acne %20vulgaris.pdf. (Accessed 24 June 2013)

BAB II LAPORAN KASUS

18

2.1

Identitas Penderita Nama Jenis Kelamin Usia Alamat Pendidikan Pekerjaan Agama No RM Tanggal Periksa : Nn. T.A : Perempuan : 21 Tahun : Jl. Kendangsari Lebar No 49 Surabaya Ja-tim : S1 Ekonomi : Mahasiswa : Islam : 661804 : 21 Juni 2013

2.2

Anamnesis 2.2.1 Keluhan utama Jerawat di wajah 2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya dengan keluhan Jerawat diwajah, tepatnya pada seluruh bagian di wajah. Keluhan ini dirasakan sejak 2 bulan terakhir. Pasien merasakan gatal di wajah, wajah memerah kadang juga terasa panas disertai rasa perih. Awalnya pasien memang sudah berjerawat sejak mulai pertama kali menstruasi,sekitar 4 tahun yang lalu, namun jerawat yang timbul hanya sedikit. Ketika itu pasien menjelaskan sudah mulai menggunakan pembersih muka seperti pons, biore, dan beberapa produk lain. Sekitar 1 tahunan ini semenjak pasien mulai masuk di bangku perkuliahan, pasien menjelaskan jerawat yang timbul semakin banyak, sehingga pasien mulai memutuskan untuk berobat di salah satu dokter umum di Surabaya. Pasien hanya mendapatkan obat berupa salep yang di oleskan pada jerawat dan obat minum, namun pasien lupa nama obat tersebut. Setelah pemakaian obat dari dokter umum tersebut pasien mengeluhkan jerawat semakin bertambah banyak dari sebelumnya disertai dengan bentukan
19

jerawat yang berisi nanah. Sejak itu pasien tidak menggunakan obat dari dokter tersebut ataupun produk di pasaran lainnya. 2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu Pasien sering timbul jerawat sebelumnya riwayat alergi obat disangkal. 2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang berjerawat. 2.2.5 Riwayat Sosial-Ekonomi Pasien berobat dengan biaya sendiri, kesan status ekonomi cukup. Pasien adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Surabaya, jarak kampus dan tempat tinggal pasien dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor, biasanya pasien sering berkendaraan ke kampus dengan tidak menggunakan helm, karena jarak tempuhnya dekat. Pasien memiliki kegemaran dengan semua jenis makanan yang pedas, dan cokelat. 2.3 Pemeriksaan Fisik 2.3.1. Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Suhu RR Kepala : Baik : Compos mentis : Tidak dievaluasi : 89 x/m : Tidak dievaluasi : 20 x/m : Lihat status dermatologi
20

Leher Thorax Abdomen Ekstremitas 2.3.2 Status Dermatologis

: Dalam batas normal : Dalam batas normal : Dalam batas normal : Dalam batas normal

Pada region facialis didapatkan lesi yang tersebar merata berupa pustule dengan dasar plakat eritematosa disertai beberapa crustae, dan papul dengan ukuran kurang lebih 2mm-3mm, batas irregular dan tepi tegas. 2.4 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan 2.5 Resume Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya dengan keluhan Jerawat dirasakan sejak 2 bulan terakhir. Merasakan gatal dan wajah memerah kadang juga terasa panas disertai rasa perih. Awalnya pasien memang sudah berjerawat sejak mulai pertama kali menstruasi, sekitar 4 tahun yang lalu, namun jerawat yang timbul hanya sedikit. Ketika itu pasien menjelaskan sudah mulai menggunakan pembersih muka seperti pons, biore, dan beberapa produk lain. Sekitar 1 tahunan ini semenjak pasien mulai masuk di bangku perkuliahan, pasien menjelaskan jerawat yang timbul semakin banyak, sehingga pasien mulai memutuskan untuk berobat di salah satu dokter umum di Surabaya. Pasien hanya mendapatkan obat berupa salep yang di oleskan pada jerawat dan obat minum, namun pasien lupa nama obat tersebut. Setelah pemakaian obat dari dokter umum tersebut pasien mengeluhkan jerawat semakin bertambah banyak dari sebelumnya disertai dengan bentukan jerawat yang berisi nanah. Sejak itu pasien tidak menggunakan obat dari dokter tersebut ataupun produk di pasaran lainnya. Pasien berobat dengan biaya sendiri, kesan status ekonomi cukup. Pasien
21

adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Surabaya, jarak kampus dan tempat tinggal pasien dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor, biasanya pasien sering berkendaraan ke kampus dengan tidak menggunakan helm, karena jarak tempuhnya dekat. Pasien memiliki kegemaran dengan semua jenis makanan yang pedas, dan cokelat. Pada region facialis didapatkan lesi yang tersebar merata berupa pustule dengan dasar plakat eritematosa disertai beberapa crustae, dan papul dengan ukuran kurang lebih 2mm-3mm, batas irregular dan tepi tegas. 2.6 Diagnosis Akne Vulgaris Papulpustuler Gr III 2.7 Diagnosis Banding - Erupsi akneiformis - Akne venenata - Akne rosasea 2.8 Planning 2.8.1 Diagnosis - Pemeriksaan Histopatologi - Pemeriksaan mikrobiologis 2.8.2 Terapi a. Medikamentosa - Pemberian Antibiotik berupa Dosisiklin 100 mg, sehari 2 kali. b. Non medikamentosa
22

- Memberikan edukasi kepada pasien berupa: 1. Menghidari faktor-faktor pemicu atau pencetus dari pada jerawat 2. Rajin untuk mencuci muka 3. Dilarang untuk menggaruk atau memencet jerawat, karena dapat memperparah kondisi. 2.9 Prognosis Bergantung dengan perilaku pasien. Jika pasien melaksanakan terapi dan menjauhi pantangan pemicu jerawat, maka prognosis menjadi baik.

BAB III FOTO KASUS

23

Gambar 3.1 Nn. T

Gambar 3.2 Nn. T

24

Gambar 3.3 Nn. T

25

You might also like