You are on page 1of 7

SEGI PRAKTIS PEMAKAIAN OKSIGEN PENDAHULUAN Dalam waktu 3-5 menit tubuh tidak mendapat oksigen maka akan

terjadi kerusakan otak dan bila berlanjut dapat terjadi Cardiac Arrest . Peranan oksigen sangat penting bagi tubuh, dimana oksigen mutlak diperlukan dan ini perlu diketahui bagi semua tenaga kesehatan tentang cara penggunaannya secara praktis. 1,2. SUSUNAN GAS DALAM ATMOSFER Di dalam atmosfer atau udara bebas disekitar kita susunan gas adalah 1,2 : mmHg. Setiap penurunan 10 meter dari permukaan air laut tekanan udara akan meningkat 1 atmosfer, sebaliknya setiap kenaikan 10 meter dari permukaan air laut tekanan udara akan menurun 1 atmosfer, sehingga orang yang hidup di dataran tinggi terbiasa bernafas dengan udara yang kandungan oksigennya rendah sehingga didapat polisitemia. TRANSPORT OKSIGEN DALAM DARAH Transport oksigen didalam darah melalui 2 cara : Terikat dengan hemoglobin menjadi oksihemoglobin Daya ikat hemoglobin terhadap oksigen menunjukkan derajat kejenuhan atau saturasi oksigen (SaO2). Pada orang normal yang bernapas dengan FiO 2 21% mempunyai saturasi oksigen lebih dari 97%, PaO2 100 mmHg. Hal ini dikenal dengan rumus Rule of Thumb, dimana PaO 2 adalah 5 kali FiO2. Bila saturasi hemoglobin jenuh, maka setiap 100 ml darah atau 1 g% hemoglobin akan mengikat 1,34 ml oksigen. Apabila seseorang dengan hemoglobin 15 g% maka oksigen yang terikat 19,4 ml, dimana di dalam kapiler terdapat 14,4 ml oksigen. Sehingga terdapat selisih 5 ml oksigen yang ditransport leh setiap 100 ml darah persiklus ke dalam jaringan. Nitrogen : 78.09% Oksigen : 20,95% Argon : 0,93% Karbondioksida : 0,03% Satu atmosfer mempunyai tekanan 760 mmHg, maka tekanan oksigen di dalam atmosfer 156

Pada orang dewasa normal dengan cardiac output 5.000 ml, maka kebutuhan oksigen adalah : (5.000 : 100) x 5 = 250 ml/menit 1,2,5. Terlarut dalam plasma karena rendahnya kadar hemoglobin dimana hemoglobin diabakan keberadaanya. Jadi kebutuhan osigen jaringan tergantung pada Cardiac Output, dimana Cardiac output sendiri tergantung pada volume intravaskuler. Pada penderita dengan perdarahan hebat, sehingga hemoglobinnya mennadi sangat rendah, masih mempunyai kemungkinan untuk hidup asla cairan intravaskuler tetap dipertahankan dan diberi oksigen tekanan positif (pompa), hal ini juga dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan hebat yang akan dilakukan operasi 7,8,9 PROSES RESPIRASI Resipirasi merupakan usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan terhadap oksigen dan pengeluaran karbon dioksda, dalam hal ini dikenal ada 2 proses respirasi 1,2 1. Respirasi seluler Suatu proses kimiawi antara karbohidrat dengan oksigen yang akan menghasilkan energy dan CO2 sebagai hasil pembuangan (metabolism aerobic) 1,2 2. Respirasi pulmonal Proses perpindahan oksigen dan CO 2 antara udara atmosfer dengan sirkulasi darah 1,2 Tahapan proses respirasi 1. Fase 1 Respirasi pulmonal (eksternal) Dilakukan oleh paru-paru dan jalan napas dengan memindahkan oksigen dari udara atmosfir ke dalam sirkulasi darah serta mengeluarkan CO 2 dari sirkulasi darah melalui paru-paru menuju udara atmosfer. 2. Fase II Dilakukan oleh sirkuasi darah dengan mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan serta mengangkut CO2 dari jaringan menjuju paru-paru. 3. Fase III Respirasi seluler, pada fase ini sel menyerap oksigen dari jaringan untuk kebutuhan metabolism seluler aerobic dan membuang CO 2 sebagai hasil metabolisme kedalam jaringan
1,2,14,15

KEKURANGAN OKSIGEN Kekurangan oksigen di tingkat jaringan akan mengakibatkan hipoksia (pada FiO 2 21%) dengan pembagian 10, 11, 12, 16, 17 1. Derajat ringan : PaO2 60 80 mmHg (PCO2 32 38 mmHg) 2. Derajat sedang : PaO2 40 60 mmHg (PCO2 45 55 mmHg) 3. Derajat berat Gejala hipoksia Hipotensi, merupakan akibat sekunder dari hipoksia Hipertensi Tachycardia Tachypnea Cyanosis, terlihat kebiruan pada ujung jari dan bibir (darah berwarna cokelat kehitaman pada daerah operasi) Sianosis disebabkan adanya hemoglobin yang terdeoksigenasi dalam jumlah yang berlebihan di dalam darah, terutama di kapiler. Hemoglobin yang terdeoksigenasi berwarna biru tua yang kemudian terlihat di bawah kulit berwarna coklat kehitaman. Hal ini merupakan tanda hipoksia, dengan gejala SSP berupa muntah, psikosis akut, kenaikan aktivitas psikomotor (kejang) dan kurve disosiasi hemoglobin bergeser ke kanan. Tindakan yang harus segera dilakukan adalah memberikan oksigen dengan konsentrasi tinggi atau dilakukan intubasi endotrakea, diberikan oksigen tekanan positif dan segera dilakukan pemeriksaan Blood Gas Analysis (BGA) untuk menentukan koreksinya. Asidosis metabolic dapat terjadi apabila hipoksia berlangsung lama, untuk itu segera dilakukan koreksi secara buta dengan natrium bikarbonat 1 meq/kg BB sambil menunggu hasil BGA. Pada pH 6,7 7,9 manusia masih dapat hidup dan dalam keadaan asidosis obat-bat tidak dapat bekerja, sedang pada pH 7,2 dapat terjadi kegagalan fungsi otot jantung. 10, 11, 14, 16 : PaO2 < 40 mmHg (PCO2 > 55 mmHg)

INTOKSIKASI OKSIGEN Intoksikasi oksigen dapat terjadi apabila pemberian oksigen dengan FiO 2 100% lebih dari 12 jam. Pemberian oksigen jangka panjang dengan FiO 2 sampai dengan 50 % adalah aman.12

Gejala intoksikasi oksigen adalah rasa tidak enak pada sub sternal, parastesi pada anggota tubuh, mual, muntah, lemah, tenggorokan terasa kering. Pada bayi premature, pemberian oksigen dengan FiO 2 100% dapat menyebabkan retrolental fibroplasia (kebutaan permanen). Hal ini disebabkan adanya proses fibrotic dibelakang lensa dimana akan menghalangi cahaya yang masuk menuju retina. Karena tingginya oksigen di dalam darah akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah pada retina, bila keadaaan ini cukup berat maka kerusakan akan menetap walaupun pemberian oksigen dihentikan. Untuk mengurangi terjadinya retrolental fibroplasia pada bayik, pemberian oksigen sebaiknya tidak lebih dari 40%.2, 12, 14, 15, 17, 18 Atelektase paru-paru juga dapat terjadi akibat pemberian oksigen murni, kolapsnya alveoli akibat tingginya konsentrasi oksigen yang diberikan sehingga menyebabkan nitrogen di dalam paru dieliminer dan mempengaruhi surfaktan paru. Pada penderita dengan ventilasi minimal, terutama pada penderita dengan sumbatan jalan napas akibat lendir kemungkinan besar akan terjadi atelektase akibat pemberian oksigen murni. Bila penderita bernafas dengan oksigen murni, aliran terhalang baik dari maupun ke alveolus akan mengadakan difusi ke sirkulasi pulmonary lebih cepat dari penggantiannya, akibatnya alveolus akan mengecil dan menyebabkan alveolus kolaps secara total. 2, 12 14, 15, 18 Dapat pula terjadi depresi pernapasan apabila oksigen diberikan pada penderita yang sudah terbiasa dengan CO2 tinggi (PPOM) di mana nafasnya dikendalikan oleh adanya hipoksia (hypoxic drive), yaitu terbiasa dengan FiO2 rendah dan sebaiknya pemberian oksigen pada penderita PPOM dengan ventury mask. Oksigen mempunyai sifat membantu terjadinya kebakaran, sehingga bahaya ini perlu juga diketahui oleh para tenaga kesehatan dan penyimpannya jauhkan dari percikan api. 12 INDIKASI PEMBERIAN OKSIGEN Pemberian oksigen csecara dini pada penderita gagal nafas akut, AMI, fasilitas anestesi dan operasi, penderita tidak sadar, anemia berat, perdarahan, hipovolumia, asidosis, syok karena berbagai sebab, keracunan CO, peningkatan kebutuhan metabolisme. 4 Pemberian oksigen sebaiknya ditentukan dahulu dengan hasil pemeriksaan BGA. Pemberian oksigen dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer di dalam ruangan khusus untuk penyembuhan suatu penyakit (keracunan CO, gas gangrene, infeksi anaerob dan luka bakar) di mana teknik ini popular dengan pengobatan Oxygen Hyperbaric.

TEKNIK PEMBERIAN OKSIGEN Banyak cara pemberian oksigen, hal ini tergantung pada keadaan serta kondisi penderita. Berikut ini akan diuraikan tentang titik perignatan pada kurve disosiasi hemoglobin dan cara pemberian FiO 2. 4 Tabel 1. Kondisi klinik pada berbagai tingkat SaO 2 dan PaO2 4
PaO2 150 97 80 70 60 50 40 26 20 SaO2(%) 99 97 95 93 90 85 75 50 Keadaan klinik Bernafas di permukaan air laut Pada dewasa muda normal Orang tua normal, orang dewasa sedang tidur Titik kritis Gangguan transport oksigen, gagal nafas ringan Kadar oksigen yang sudah tidak dapat ditolelir (gagal napas) Kadar oksigen darah vena, gagal nafas berat Tidak sadar apabila tidak melakukan aklimatisasi PaO2 50 mmHg atau SaO2 Aklimatisasi pendaki gunung yang beralih pada ketinggian 19.000 feet. Kematian karena hipoksia

Tabel 2.Macam alat, besarnya oksigen dan FiO 2


Alat Kateter nasal Masker semi rigid Masker venture Masker plastic lunak Ventilator mekanik Mesin anestesi Incubator Croup tent Plastic head hood Aliran O2 L/min 26 4 12 48 48 Bervariasi bervariasi 38 7 10 4- 8 FiO2 didapat 30 50 35 65 24 60 40 80 21 100 21 100 Sampai 40 60 80 30 50

CARA MENGETAHUI ISI TABUNG OKSIGEN Sebagai tenaga kesehatan, terutama perawat diruangan, instalasi gawat darurat, instalasi perawatan intensif maupun dokter spesialis anestesiologi yang bekerja dikamar operasi yang masih menggunakan tabung sebagai sumber oksigen untuk mesin anestesinya harus mengetahui tentang tabung oksigen. Setiap akan menggunakan tabung oksigen kita harus melihat tanda yang ada pada tabung tersebut serta menunjuk angka berapa sehingga dari angka tersebut kita dapat menentukan apakah tabung tersebut isi atau tidak, misal : Huruf V menunjuk angka : 40,5 Huruf TP menunjuk angka : 250 Huruf EP menunjuk angka : 150

Maka isi tabung tersebut adalah penuh, yaitu : 40,5 x 150 = 6.000 liter oksigen. Pada ujung tabung terdapat safety valve berupa lubang lubang kecil, dimana safety valve ini berfungsi untuk mempertahankan tekanan tabung tidak lebih 4 atm, bila tekanan tabung lebih 4 atm maka kelebihan tekanan tersebut akan dikeluarkan melalui safety valve tersebut.

Pada pemberian oksigen melalui humidifier, sebelum humidifier tersebut dipasang terlebih dahulu diberi (dipasang) reducing valve sehingga oksigen yang keluar dari tabung bertekanan 1 atmosfer. Mesin anastesi bekerja pada tekanan 3-4 atm, tetapi pada mesin anestesi sudah terdapat reducing valve sehingga oksigen yang keluar dari mesin tersebut bertekanan 1 atm. Selain itu, untuk mengetahui isi tabung dapat kita ketahui dari manometer yang terpasang pada tabung tersebut, dimana pada manometer terdapat 2 angka yaitu : lb/inc. Namun apabila tabung tersebut tombolnya dibuka (diputar berlawanan dengan arah jarum jam) menunjukkan angka 50 Kpa, maka isi tabung adalah 50 x 40,5 = 2000 liter. 13 RINGKASAN Dalam waktu 3 5 menit tubuh tidak mendapat oksigen, dapat terjadi kerusakan otak dan lebih lanjut dapat terjadi Cardiac Arrest. Sebelum menggunakan oksigen diperlukan pengetahuan tentang oksigen, indikasi pemberian oksigen, bahaya akibat pemberian oksigen serta pengetahuan tabung oksigen. Pemberian oksigen secara tepat dan benar sangat bermanfaat bagi penderita dan sebaliknya kesalahan pemberian oksigen justru berakibat tidak baik bagi penderita. DAFTAR PUSTAKA 1. Ganong W.F. Fisiologi Kedokteran. Penterjemah : Sutarman, Ed 9, Jakarta : CV EGC Penerbit Buku Kedokteran, 1979 : 625-79 2. Guyton A.C. Buku teks Fisiologi Kedoteran. Ed 5 bagian I Bab 39. Jakarta : CV EGC Penerbi Buku Kedokteran, 1989: 4-89 3. Miller R.D. Current Perspectives on blood transfusion in: review course lecturers at the IARS. 64th. Congress int1 anesthesia research society. Hawaii : 990 : 57. 4. Oh Te. Intensive care manual 2nd ed London : Butterwrth,, 1985 : 72-6. 5. Sperry R.J, Stirt J.A, Stone D.J. Manual of Neuroanesthesi Toronto : BC Decker inc, 1989 : 27. 6. Adrete J.A, Lowe H.J, Vitreus R.W. Low Flow and closed system anesthesia. New York : Grune and Stralton inc, 1979 : 4 83. 7. Smith R.M. Anesthesia for Infant and Children. 4 th ed. Louis : The C.V. Mosby Co, 1980: 6. Angka yang diluar dengan satuan Kpa. Angka yang di dalam dengan satuan lb/ionc.

Bila tabung berisi penuh maka jarum menunjuk pada angka 150 Kpa yang sesuai dengan angka 1.100

8. Dripps R.D, Eckenhoff J.E, Vandam L.D. Introduction to Anasthesia, the principles and safe practice. 56h ed Philadelphia : W.B. Souders Co. 1977 : 25. 9. Miller R.D. Anesthesia. 2nd ed New York : Churchill Livingstone, 1986 : 1773. 10. Saffar P : Bircher NG : cardiopulmonary Cerebral Resuscitation, 3 rd ed, W.B. Saunders Co. Ltd. London Philadelphia, Toronto, Sydney, Tokyo, 1988. 11. Aditama T.Y. Interprestasi analisa gas darah. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta : No. 43, 1987 : 51-3. 12. Soemaker W.C, Thomson W.L, Holbrook P.R. Textbook of Critical Care. Philadelphia : W.B. Saunders Co, 1984 : 219. 13. Mokhtar. Staf Aneka Gas Semarang. Wawancara Semarang : Agustus 1994. 14. Atkkinson, R.S. and Rushman, G.B : Oxygen Therapy in Synopsis of Anesthesia, 10 th edition, John Wright & Sons Ltd. 1987 p. 750-760. 15. Snow J.C : Respiratory Thereapy in Manual of Anesthesia Asean edition, Second edition, Little Brown and Company, Boston Medical Sciences International Ltd. Tokyo, 1982, p : 225-232. 16. Shapiro B.A, Harrison R.A, Walton J.R. Clinical Application of Blood Gases 3th ed, 1983 : 121 130. 17. Goudsouzian N.G, Karamanian A : Respiratory failure and Artificial Respiration in Physiology for The Anesthesiology, Appleto-Century-Crofts, New York, 1977 : 189-202.

You might also like