You are on page 1of 25

KEPERAWATAN KOMUNITAS (SUBTANCE ABUSE PADA LANSIA)

DISUSUN OLEH : 1. David eka S 2. Eka budi kusuma 3. Fika kristian Mahardika 4. Mohamad Hidayat 5. Mohamad Imron Aji 6. Oktavia Muji R 7. Shinta Eka

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2013

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Yunan Yusuf Habibi SKep.Ns serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna serta banyak sekurang-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadang kala hanya menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami di lain waktu. Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kelompok kami susun ini penuh manfaat, sehingga dapat di ambil hikmah dari judul substance abuse pada lansia ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Jombang, Mei, 2013 Penyusun

DAFTAR ISI Halaman Judul............................................................................................................ Kata Pengantar........................................................................................................... Daftar Isi..................................................................................................................... Bab I Pendahuluan Latar Belakang.................................................................................................... Rumusan Masalah............................................................................................... Bab II Tinjauan Pustaka Tinjauan Teori Definisi ............................................................................................................... Perubahan system reproduksi pada wanita......................................................... Proses menua di tinjau dari tahapan seksual....................................................... Pemeriksaan fisik ............................................................................................... Pemeriksaan penunjang....................................................................................... Penatalaksanaan.................................................................................................. Bab III Penutup Pengkajian .......................................................................................................... Alasan masuk ..................................................................................................... Faktor predisposisi ............................................................................................. Faktor presipitasi ................................................................................................ Pemeriksaan fisik ............................................................................................... Psikososial .......................................................................................................... Status mental ...................................................................................................... Kebutuhan persiapan pulang .............................................................................. Mekanisme koping ............................................................................................. Aspek medik ...................................................................................................... Pohon Masalah ................................................................................................... Diagnosa ............................................................................................................. Analisa data ........................................................................................................ Kesimpulan ........................................................................................................ Kritik Dan Saran ................................................................................................ Daftar Pustaka ........................................................................................................... I II III

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan di semua bidang, pergeseran pola masyarakat dari masyarakat agrikultur ke masyarakat industry dan dari masyarkat tradisional menjadi masyarkat modern ,serta tekanan arus globalisasi/informasi yang diperberat dengan krisis ekonomi, social dan politik, selain membawa kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat, juga telah menimbulkan berbagai masalah-masalah yang ditimbulkan antara lain terjadinya pergeseran nilai moral, kesenjangan keadaan ekonomi, proporsi penduduk mskin yang semakin besar, angka pengangguran yang semakin tinggi serta berbagai masalah social lain dan politik, Sementara pemenuhan kebutuhan untuk bertahan hidup makin sulit dilakukan. Kondisi ini mendukung peningkatan tindak kekerasan , terutama bagi golongan yang dianggap lemah dan rentan ,yaitu wanita dan anak-anak. WHO Global Campaign for Violence Prevention (2003), menginformasikan bahwa 1,6 juta penduduk dunia kehilangan hidupnya Karena tindakan kekerasan dan penyebab utama kematian pada mereka yang berusia antara 15 hingga 44 tahun. Empat puluh hingga tujuh puluh persen wanita yang menjadi korban pembunuhan ternyata dilakukan oleh suami atau teman kencan mereka sendiri. Bahkan di beberapa Negara, 69% wanita dilaporkan pernah diperlakukan secara kasar oleh teman kencan laki-lakinya. Data menunjukakkan bahwa hampir 1 dari 4 perempuan melaporkan pernah dianiaya secara seksual oleh teman dekatnya dan hingga sepertiga dari mereka diperkosa.Selain itu,ratusan dari ribuan wanita diperjual belikan untuk dijadikan pekerja seksual.sementara itu, jutaan anak-anak di dunia di aniaya dan ditelantarkan oleh orang tua mereka atau yang seharusnya mengasuh mereka. Terjadi 57.000 kematian karena tindak kekerasan terhadap anak di bawah usia 15 tahun pada tahun 2000,dan anak berusia 0-4 tahun lebih dari dua kali lebih banyak dari anak usia 5-14 tahun yang mengalami kematian. Terdapat 4-6% lansia mengalami penganiayaan di rumah ( Jenkins, 2003). Data tahun 1993 sebelum krisis moneter saja,telah terjadi 164.577 kasus kekerasan berupa tindakan pencurian, pemerasan, pemerkosaan, pembunuhan, narkotika, kenakalan remaja, penipuan, penggelapan pengrusakan, perjudian dan kebakaran (Roesdiharjo,1994). Tidak terhitung jumlah korban tindak kekerasan akibat tekanan social politik yang terjadi di beberapa daerah tertentu di Indonesia yang tidak saja meninggalkan beban materi ,tetapi juga beban psikososial bahkan rendahnya kualitas kehidupan secara menyeluruh bagi korban dan keluarga serta masyarkat.Tindak kekerasan dipandang sebagai tindak kriminal

yang dilakukan tanpa dikehendaki oleh korban yang menimbulkkan dampak fisik, psikologis, social, serta spiritual bagi korban dan juga mempengaruhi system keluarga serta masyarakat secara menyeluruh. Korban tindak kekerasan akan merasa tidak berdaya, putus asa, dan merasa kehilangan kemampuan untuk dapat menolong dirinya sendiri,serta mengalami kepedihan psikologis yang luar biasa diikuti perasaan hilang nya harga diri sebagai manusia yang utuh yang dimanifestasikan dalam rentang respon dari perasaan cemas dan takut sampai depresi berat. Korban merasa tidak mampu menetukan jalan hidupnya. Menanggapi tindak kekerasan yang terjadi dan dampak pada korban dan keluarganya, keperawatan turut berperan dan berkewajiban untuk menanggulangi permasalahan ini sesuai dengan lingkup ilmu dan profesi keperawatan dengan memperhatikan kebutuhan holistic korban melalui / pelayanan keperawatan yang komprehensif dan bersifat individual. 2. Rumusan Masalah a. Identifikasi tentang pengertian perilaku kekerasan b. Identifikasi tentang kekerasan pada lansia c. Identifikasi tentang factor fresipitasi d. Identifikasi tentang factor predisposisi e. Identifikasi tentang sumber koping f. Identifikasi tentang mekanisme koping g. Identifikasi tentang proses keperawatan 3. Tujuan a. Tujuan umum Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa / mahasiswi memiliki kemampuan konsep pemahaman sebagai tenaga perawat professional di bidang Keperawatan komunitas sehingga mampu menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif yang mencakup bio, psiko, sosio, dan spiritual. b. Tujuan khusus a. Untuk menegtahui tentang pengertian perilaku kekerasan b. Untuk menegtahui tentang pengertian perilaku kekerasan c. Untuk menegtahui tentang factor fresipitasi d. Untuk menegtahui tentang factor predisposisi e. Untuk menegtahui tentang sumber koping

f. Untuk menegtahui tentang mekanisme koping g. Untuk menegtahui tentang proses keperawatan

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian kekerasan Menurut budi anna Kelliat 1995, amuk merupakan kemarahan yang paling mal adaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol individu dimana individu tersebut dapat merusak dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Menurut Townsend 2000, amuk (aggresion) adalah tingkah laku yang bertujuan untuk mengancam atau melukai diri sendiri dan orang lain juga diartikan sebagai perang atau menyerang. Menurut Varcolaris 1994, amuk adalah tindakan kekerasan yang bertujuan untuk menyelesaikan tujuan dimana individu tidak dapat menemukan cara lain, biasanya dipicu oleh perasaan marah, frustasi dan harga diri rendah. Jadi berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat kita simpulkan bahwa amuk merupakan suatu tindakan kekerasan yang dapat membayakan diri sendiri maupun orang lain yang ditandai dengan ekspresi kemarahan, melakukan tindakan yang berbahaya, mengeluarkan kata-kata ancaman dan melukai dari tahap yang paling ringan sampai berat/serius. B. Kekerasan seksual pada lansia Kekerasan pada lansia adalah Pengniayaan terhadap lansia mengakibatkan cedera fisik atau penelantaran emosional meliputi menentang keinginan lansia, mengintimidasi, atau membuat keputusan yang kejam. Penganiayaan terhadap lansia umumnya dilakukan oleh anak-anak mereka. Tindakan yang disengaja atau kelalaian terhadap lansia baik dalam bentuk malnutrisi, fisik/tenaga atau luka fisik, psikologis oleh orang lain yang disebabkan adanya kegagalan pemberian asuhan, nutrisi, pakaian, pengawasan, pelayanan medis,rehabilitasi dan perlindungan yang dibutuhkan C. Faktor Presipitasi (Stressor Pencetus) Identitas seksual tidak dapat dipisahkan dari konsep diri atau citra tubuh seseorang. Oleh karena itu, apabila terjadi perubahan pada tubuh atau emosi seseorang, respons seksual juga berubah. Ancaman yang spesifik meliputi : a. Penyakit fisik dan cedera

b. Gangguan jiwa c. Pengobatan d. HIV, sindrom imunopdefisiensi didapat (AIDS) e. Proses penuaan D. Faktor Predisposisi Menurut Townsend (1996), ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang faktor predisposisi, yaitu teori biologi, teori psikologi, dan teori sosiokultural, yaitu : a. Teori Biologi Teori biologi terdiri atas tiga pandangan, yaitu pengaruh neurofisiologis, biokimia, genetik, dan gangguan otak. a) Pengaruh Neurofisiologis Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik secara jelas terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif. b) Pengaruh Biokimia Berbagai neurotransmitter sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. c) Pengaruh Genetik Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan keterkaitan dengan genetik. d) Gangguan Otak Penelitian membuktikan bahwa sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai gangguan serebral merupakan faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. b. Teori Psikologi a) Teori Psikoanalitik Teori psikoanalitik menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka tehadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan insting kematian yang diekspresikan dengan agresivitas.

b) Teori Pembelajaran Anak-anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, yakni orang tua, kemudian mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau yang mempunyai orang tua yang mendisiplinkan mereka dengan hukuman fisik akan cenderung berperilaku keras setelah dewasa. c. Teori Sosiokultural Selain pengaruh biologis dan psikologis, faktor budaya dan struktural sosial juga berpengaruh terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah. E. Sumber Koping Sumber koping dapat meliputi pengetahuan tentang seksualitas, pengalaman seksual yang positif dimasa lal, adanya individu yang mendukung termasuk pasangan seksual, dan norma social atau budaya yang mendorong ekspresi seksual yang sehat. F. Mekanisme Koping Berbagai mekanisme koping yang dapat digunakan untuk mengekspresikan respons seksual individu adalah sebagai berikut : 1. Fantasi dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman seksual. 2. Penyangkalan dapat digunakan untuk menolak pengakuan terhadap konflik atau ketidakpuasan seksual 3. Rasionalisasi dapat digunakan untuk membenarkan atau menerima impuls, prilaku, perasaan, atau motif seksual yang dapat diterima. 4. Menarik diri dapat dilakukan untuk mengatasi perasaan rentan yang belum terselesaikan dan perasaan ambivalen terhadap keintiman. G. Proses Keperawatan Penerapan proses keperawatan meliputi pengkajian menyeluruh, perencanaan yang cermat, strategi implementasiyang tepat dan evaluasi berkesinambungan terhadap klien dengan masalah kekerasan seksualsangat penting, karena proses keperawatan memberikan kerangka kerja untuk menyusun, mengimplementasidan mengevaluasi strategi keperawatan yang di awali dengan pengkajian.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN 1. Pengkajian a. Aspek biologis Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah. b. Aspek emosional Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut. c. Aspek intelektual Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan. d. Aspek sosial Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan. e. Aspek spiritual Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

2. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk. a. Data subjektif Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya. b. Data objektif Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya. 2. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah. a. Data Subjektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. b. b. Data Objektif Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang barang. 3. Intervensi Keperawatan 1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan : a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat. e. Beri rasa aman dan sikap empati. f. Lakukan kontak singkat tapi sering.

1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Tindakan : a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan. b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal. c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang 2) Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan Tindakan : a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal. b. Observasi tanda perilaku kekerasan. c. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien. 3) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Tindakan: a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. c. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai 4) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Tindakan: a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan. b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan. c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat. 5) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan. Tindakan : a. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat b. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat. c. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/ tersinggung. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.

6) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan. Tindakan: a. Bantu memilih cara yang paling tepat. b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih. c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih. d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi. e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah. 7) Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan Tindakan : a. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga selama ini. b. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien. c. Jelaskan cara cara merawat klien 8) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program). Tindakan: a. Jelaskan jenis jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga. b. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter. c. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu). d. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan. e. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan. f. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar. 2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah a. Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal b. Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Tindakan : Bina hubungan saling percaya, Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

1)Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan : a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative c. Utamakan memberi pujian yang realistis. 2)Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Tindakan : a. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah. 3)Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki. Tindakan : a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan ( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ). b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien. c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. 4)Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya Tindakan : a. Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. b. Beri pujian atas keberhasilan klien. c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 5)Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. Tindakan : a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah. b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarg

TINJAUAN KASUS Tanggal Pengkajian Tanggal Masuk Ruang : Perkasa : 14 Januari 2013

: 20 Desember 2012

I. PENGKAJIAN A. Identitas Klien Nama Umur Alamat Status Perkawinan Agama Suku / Bangsa Pendidikan Pekerjaan No. CM B. : Tn. T : 60 Tahun : Jenggotan Pranggon Andong Boyolali : Menikah : Islam : Jawa / Indonesia : SMP : Pedagang : 03 74 38

Penganggung Jawab : Tn. J : Anak Kandung : Jenggotan Pranggon Andong Boyolali

Nama Hubungan dengan Klien Alamat II. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan sering marah karena tidak bisa hidup seperti orang lain yang normal, terkadang mengamuk, mengancam hingga memukul orang. III. ALASAN MASUK 2 hari sebelum masuk rumah sakit klien bingung, labil, marah marah, mengamuk mengancam, gelisah, sulit tidur, hyperaktif, bicara kacau dan bicara sendiri, sulit dikendalikan, memukul orang lain.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI a. Klien mengalami gangguan jiwa 15 tahun yang lalu, pernah rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Solo > 20 x. b. Kontrol tidak rutin, putus obat 6 bulan, pengobatan kurang berhasil. c. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. d. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang menakutkan yaitu pernah bertengkar dipukul dengan helm oleh istrinya dan kepalanya berdarah. V. PEMERIKSAAN FISIK A. Tanda tanda vital : Tekanan darah Suhu B. Ukuran : Tinggai badan C. Kondisi Fisik : Klien tidak mengeluh sakit apa apa, jika ada bagian tubuh yang terasa sakit langsung minta obat, tidak ada kelainan fisik. VI. PSIKOSOSIAL A. Genogram Ket : : Klien : Istri : Anak 1 : Anak 2 : Tinggal serumah B. Konsep Diri Citra tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah kaki, karena kuat. Identitas Peran Ideal diri : Klien mengatakan anak ke 2 dari 6 bersaudara. : Klien mengatakan dirumah atau di dalam keluarga sebagai bapak. : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, klien merasa bosan keluar masuk rumah sakit jiwa. Harga diri : Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah istri, klien mengatakan malu karena pendapatan yang dihasilkan tidak mencukupi untuk kehidupan sehari hari. : 172 cm Berat badan : 64 Kg : 130/80 mmHg Nadi : 88 x/menit : 26 x/menit : 36,2 0C Pernafasan

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah. C. Hubungan Sosial Orang yang terdekat dengan klien adalah ayah dan ibu. Peran serta dalam masyarakat / kelompok : Klien sebelum sakit sering mengikuti ronda di desanya. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : selama klien sering keluar masuk rumah sakit jiwa temannya berkurang karena lebih suka berdiam diri di rumah. Masalah Keperawatan : Harga diri rendah. D. Spiritual Klien mengatakan jarang sholat / tidak genap 5x sehari, sehabis sholat klien berdoa agar diberikan kesembuhan. VII. STATUS MENTAL a. Penampilan b. Pembicaraan d. Alam Perasaan e. Afek : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, berpakaian klien rapi, klien menggunakan baju yang disediakan rumah sakit. : Klien bicara cepat, dapat dipahami. : Klien mengatakan sedih dengan keadaannya dan terkadang marah jika merenungi keadaan. : Klien labil dan mudah marah. Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan f. Ingteraksi Selama Wawancara g. Persepsi h. Pola Pikir : Klien aktif, selalu menjawab jika ditanya. : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan. : Tidak ada waham, obsesi, delusi, dll. tanggal 14 Januari 2013 jam 14.30 WIB j. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya. contoh 25 + 25 = 50. l. Kemampuan Penilaian : Klien dapat menilai antara menolong orang atau melanjutkan perjalanan, klien memilih menolong orang. m. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya di rumah sakit jiwa sedang sakit jiwa. k. Tingak Konsentrasi dan Berhitung : Klien sekolah sampai 3 smp, berhitung klien lancar, c. Aktivitas Motorik : Klien beraktifitas sesuai, klien kooperatif.

i. Tingkat Kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari senin

VIII.KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG A. Makan Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum 6 gelas / hari, mandiri. B. C. BAB / BAK Mandi Klien BAB 1x sehari, BAK 5x sehari, mandiri. Klien mandi 2x sehari, pagi, dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri. D. Berpakaian / Berhias Klien mengatakan baju dengan benar, mampu memakai sendiri. E. F. Istirahat dan Tidur Penggunaan Obat Klien lebih banyak tiduran, tidur siang jarang, tidur malam jam 19.00 04.30 WIB. Klien minum obat 3x sehari, setelah makan, heloperidol 25 mg, trihexiperidine 22 mg, resperidone 22 mg. G. Pemeliharaan Kesehatan Klien baru di rawat di Rumah Sakit Jiwa Klaten, sebelumnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa Surakarta. H. Kegiatan di Dalam Rumah Klien di rumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah. IX. MEKANISME KOPING A. Klien mampu berbicara dengan orang lain, terlihat malu. B. C. Klien mampu menjelaskan masalah ringan, misalnya kebersihan diri klien dengan Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain, lebih suka diam. sendiri. Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif. X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN A. Masalah dengan dukungan kelompok (-) B. C. E. Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien menarik diri dari lingkungan. Masalah dengan kesehatan (-) Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.

D. Masalah dengan perumahan : klien tinggal dengan ibu dan ayahnya.

XI.ASPEK MEDIK A. Inj. Lodomer 1 amp IM extra B. C. Haloperidol 25 mg Trihexiperidine 22 mg

D. Resperidone 22 mg XII. MASALAH KEPERAWATAN A. Perilaku Kekerasan B. C. Harga Diri Rendah Menarik Diri POHON MASALAH

D. Koping Individu Tidak Efektif XIII. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan Perilaku Kekerasan Harga Diri Rendah Koping Individu Tidak Efektif XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN A. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah. B. Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan dengan Perilaku Kekerasan. XV. ANALISA DATA No Data 1. 2. 3. Do : Klien tampak marah, nada bicara tinggi. Ds : Harga Diri Rendah Perilaku Kekerasan Ds : Klien malu dengan masyarakat. Klien mengatakan pengen menjadi orang kaya. Klien mengatakan tidak punya teman semenjak sakit. Klien tampak malu saat berbicara. Ds : Klien Mengatakan marah jika memikirkan keadaannya. Koping Individu Tidak Efektif Harga Diri Rendah Etiologi Problem

Do :

Klien mengatakan mengamuk jika sudah terlalu kesal dan jengkel memikirkan keadaan. Perilaku Kekerasan Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan.

Do : -

XVI. RENCANA KEPERAWATAN Tgl. Dx. Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi TUM : 16-01-13 TUK : 1. 2. 3. 4. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Klien mau membalas salam. Klien mau menjabat tangan. Klien mau menyebutkan nama. Klien mau tersenyum. Klien mau kontak mata. Klien mau mengetahui nama perawat. Beri salam/panggil nama Sebutkan nama perawat Jelaskan maksud hubungan interaksi Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat Beri rasa aman dan sikap empati Lakukan kontak singkat tapi sering Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Klien dapat mengungkapkan perasaannya. Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan. Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel. Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala perilaku kekerasan. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat masih jengkel Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang akan dialami Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah

Klien tidak melakukan perilaku kekerasan.

lingkungan atau orang lain).

Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien (verbal,pada orang lain, pada lingkungan dan diri sendiri) 5. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Klien dapat menyelesaikan Akibat pada klien sendiri Akibat pada orang lain Akibat pada lingkungan Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh klien Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat? Klien

akibat dari cara yang digunakan klien :

XVII.TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN Tgl Dx. Kep. 16-01-13 S: Klien mau menjawab salam dan mengatakan selamat pagi, dan nama lengkap, senang di panggil T 1 SP SP 1 Implementasi Evaluasi Membina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip

komunikasi terapeutik : Menyapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal Memperkenalkan diri dengan sopan Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien Menjelaskan tujuan pertemuan Menunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada klien Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan Mengidentifikasikan perilaku kekerasan yang dilakukan Mengidentifikasikan akibat perilaku kekerasan Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan ( latihan nafas dalam) Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan

O:

Klien mengatakan marah jika terlalu memikirkan keadaannya Klien mengatakan mengamuk jika sedang marah Klien mau berjabat tangan Klien menjawab pertanyaan dengan terarah Klien tenang dan ada kontak mata

A : SP 1 tercapai Pp : Lanjutkan SP 2 Pk : Anjurkan klien untuk berlatih tarik nafasdalam SP 2 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dan penenangan dengan cara sholat dan Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan S :Klien mengatakan berdoa sholatnya masih jarang tidak genap 5 waktu dan berdoa setiap setelah sholat O:A : SP 2 tidak tercapai Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga Pk : Anjurkan klien untuk sholat 5 waktu dan berdoa SP 3 Melatih klien minum obat dengan teratur Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian S :Klien mengatakan

minum obat secara teratur setelah makan (pagi, siang, sore) O :Klien mau minum obat tanpa paksaan perawat A :SP 3 tercapai Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga Pk : Anjurkan klien minum obat secara terat

BAB III PENUTUP Kesimpulan Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. T tindakan yang dilakukan sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya,membantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan. (Budi Anna Keliat , S.Kp 1998) Saran Untuk pasien : Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi. 1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentangkeinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel. 2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterimatanpa menyakiti orang lain 3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan maupun diluar ruangan. 4. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter. 5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit Untuk perawat : 1. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah. 2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat pemecehan masalahya. 3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang konstruktif.

4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga. 5. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok. Untuk di Rumah Sakit : 1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini. 2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan. Untuk mahasiswa : 1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok Agar Dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional. 2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA Budi Anna Kelliat, 2012, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta. EGC Keliat, B.A. (2008). Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri.Jakarta : FKUI Keliat, B.A. (2008). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta :EGC Stuart GW, Sunden . 1998 . Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta EGC Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku Kedokteran,EGC, Jakarta

You might also like