You are on page 1of 16

TUGAS IKKOM

SKENARIO 1

DISUSUN OLEH : KELOMPOK E NO NAMA NPM

1 2 3 4 5 6

AMELIA PUSPITA WARDANI, S. Ked IMANDIAR DWI AKBAR, S. Ked INAYATUN NAZLIYAH, S. Ked FRUSYA PRADHASTRI, S. Ked ALGRIZLY CAFIDO LUKAS, S.Ked ANDRIANI MONIKA NATALIA, S.Ked

06700106 06700148 06700110 09700281 06700156 06700024

PEMBIMBING : Suprijati D. Rochadi, Dr., MS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2012 / 2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga tugas IKKom yang berjudul Mutu Pelayanan Kesehatan Primer Di Puskesmas (Khususnya Pelayanan Ibu Hamil) dapat kami selesaikan. Tugas ini kami buat untuk memenuhi persyaratan dalam menjalankan Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat yang kami jalani di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Suprijati D. Rochadi, Dr., MS selaku pembimbing dalam penyusunan tugas IKKom ini. Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran untuk kesempurnaanya.

Surabaya, Mei 2013

Penyusun

DAFTAR ISI Kata Pengantar.1 DAFTAR ISI................................................................................................................................2 Latar Belakang. Rumusan Masalah Tujuan PEMBAHASAN. I . Analisis kasus.. I.1. Analisis Secara Epidemiologi.. I.2. Kausa dan Alternatif Kausa. I.2.1. Kausa Dan Alternatif Kausa K4 Berdasarkan Diagram Fishing Bone... I.2.1.1. Faktor Manusia.. I.2.1.2. Faktor Metode.. I.2.1.3. Faktor Lingkungan. I.2.1.4. Faktor Material. I.2.1.5. Faktor Sarana dan Prasarana.. I.3. Alternatitif Penyelesaian Masalah dan Prioritas Pemecahan Masalah yang Dipilih.. II . Rencana Program II.1. Pendekatan Melalui Konsep Kesehatan Masyarakat II.1.1. Strategi Pelayanan Antenatal. II.2. Pendekatan Melalui Pengembangan Organisasi. II.3. Pendekatan Melalui Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. II.4. Pendekatan Melalui Konsep Pencegahan III . Rekomendasi / Saran. DAFTAR PUSTAKA

MUTU PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DI PUSKESMAS (KHUSUSNYA PELAYANAN IBU HAMIL)

A. Latar Belakang Dr. Sukmawan baru tiga bulan ditugaskan sebagai dokter fungsional di sebuah Puskesmas terpencil di Papua Barat. Satu bulan yang lalu Kepala Dinas Kesehatan kabupaten memberikan tanggung jawab structural sebagai Kepala Puskesmas karena kelangkaan tenaga kesehatan professional. Data pencatatan dan pelaporan di Puskesmas setahun terakhir menunjukkan kunjungan pemeriksaan ibu hamil rendah sebesar 40%, dengan k4 45% selain itu data AKI cukup tinggi sekitar 70/1000 kelahiran hidup. Sebagai manajer puskesmas, Dr. Sukmawan menganalisa factor internal maupun eksternal manajemen Puskesmas yang mungkin mempengaruhi kinerja dan produktivitas petugas. Dr. Sukmawan menggunakan diagram tulang ikan (fish bone) untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi akar penyebab kualitas rendah, khususnya factor internal. Wawancara dengan staf puskesmas diperoleh keterangan bahwa sebagian petugas Puskesmas memiliki motivasi rendah. Untuk mencari penyebab rendahnya motivasi staf puskesmas Dr. Sukmawan menganalisa dengan menggunakan Teori motivasi dari Maslow dan Hezberg.

B. Rumusan Masalah Adakah hubungan antara penurunan cakupan ibu hamil K4 dengan rendahnya motivasi Staf Puskesmas di Papua Barat? C. Tujuan C.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui penyebab rendahnya cakupan K4 akibat dari rendahnya motivasi staf Puskesmas di Papua Barat tahun 2013 C.2. Tujuan Khusus Untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang pentingnya antenatal care (ANC) Untuk meningkatkan motivasi staf puskesmas Papua Barat sesuai dengan Teori Motivasi Maslow dan Herzberg

PEMBAHASAN I. I.1. ANALISIS KASUS Analisis Secara Epidemiologi Analisa epidemiologi Deskriptif What Masalah rendahnya cakupan ANC / K4 di Papua Barat Masalah rendahnya motivasi staf Puskesmas Who Kurangnya ibu hamil yang menyadari pentingnya ANC / K4 Kurangnya tenaga profesional Where Sulitnya menuju sarana pelayanan kesehatan When Satu tahun terakhir Why Budaya Kelangkaan tenaga Profesional Dukun belum terlatih Karateristik a. Person Kurangnya motivasi petugas bisa dikeranakan kurangnya pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan petugas kesehatan yang kurang diperhatikan. Selain itu faktor kelangkaan tenaga medis yang profesional sehingga mempengaruhi kinerja dan produktivitas petugas b. Place Kondisi tempat di daerah papua barat yang menyebabkan akses pelayanan kesehatan masih sulit untuk tersebar secara merata.

c. Time Waktu yang diperlukan petugas kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan lebih lama karena faktor geografis di papua barat. I.2. Kausa dan Alternatif Kausa

I.2.1. Kausa Dan Alternatif Kausa K4 Berdasarkan Diagram Fishing Bone.

MANUSIA Tingkat pendidika n ibu LINGKUNG AN

SARANA DAN PRASARA NA Mitos yang salah Akses jalan kurang baik

Transportasi kurang memadai

Dukunga n keluarga

Koordinasi lintas sektor kurang baik Kurangnya penyuluha n

Motivasi nakes kurang

Rendahnya kunjungan K4 ibu hamil di Provinsi Papua Barat

Ekonomi rendah

METOD E

MATERI AL

I.2.1.1. Faktor Manusia Keinginan memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan biasanya disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman ibu hamil dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, dan juga kondisi ini bias disebabkan masih tingginya kepercayaan ibu hamil dan keluarga terhadap dukun beranak. Akses ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan juga dipengaruhi
dengan adanya dukungan suami serta peran keluarga untuk membawanya ke pelayanan kesehatan disaat timbulnya masalah dalam kehamilan. Dukungan suami merupakan bentuk peran serta suami dan hubungan baik yang memberi kontribusi penting bagi kesehatan. Adanya kehadiran orang terdekat dapat mempengaruhi emosional atau efek perilaku bagi ibu dalam menerima kehamilan serta akses terhadap pelayanan kesehatan. Laki-laki sebagai suami ikut berperan dalam kehidupan dan kesehatan isterinya. Suami memainkan peran kunci selama masa kehamilan dan persalinan serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian ibu dan bayinya. Suami seharusnya menemani istrinya konsultasi sehingga suami juga dapat belajar mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan, gizi yang baik dan istirahat yang cukup bagi ibu selama masa kehamilan.

I.2.1.2. Faktor Metode Dari tabel 9, dapat dilihat bahwa sebanyak 64,96% responden menyatakan belum pernah diadakan penyuluhan mengenai pemeriksaan kehamilan (K4) di daerah tempat tinggalnya sedangkan sebanyak 35,04% responden menyatakan pernah diadakan penyuluhan mengenai pemeriksaan kehamilan (K4) di daerahnya. Kebanyakan masyarakat tidak pernah mendengar rumor mengenai K4. Adapun rumor yang merupakan pendapat para tokoh masyarakat atau masyarakat itu sendiri mengenai K4 ditinjau dari sisi adat atau kepercayaan. I.2.1.3. Faktor Lingkungan Perawatan kehamilan yang dilakukan selama masa kehamilan masih dikaitkan dengan unsur-unsur budaya berupa ideas, aktivitas, dan artifak, sebagai contoh Perawatan kehamilan dalam budaya Madura dianjurkan oleh keluarga ibu hamil (orang tua, mertua, nenek, dll) sehingga ibu hamil tidak berani melanggar pantangan-pantangan yang ada.

I.2.1.4. Faktor Material Salah satu faktor penyebab rendahnya minat ibu hamil untuk melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan adalah permasalah ketidakmampuan ekonomi dengan kata lain tidak ada uang untuk membayar persalinan di tenaga kesehatan. Faktor sosial ekonomi mempengaruhi terhadap terlambatnya keluarga untuk memutuskan persalinan di tenaga kesehatan dan di fasilitas kesehatan, hal ini berdampak pada keterlambatan dalam merujuk ibu hamil apabila terjadi komplikasi. Dan sebagai dampak lanjutnya besar kemungkinan akan terlambat dalam penatalaksanaan karena kondisi ibu yang jatuh dalam keadaan sudah memburuk, baik kondisi ibu maupun kondisi bayinya. I.2.1.5. Faktor Sarana Dan Prasarana Salah satu factor yang berpengaruh adalah kurangnya transportasi untuk memfasilitasi masyarakat ke tempat pelayanan tempat kesehatan disamping itu juga akses jalan yang tidak mendukung. Penjelasan mengenai konsep motivasi manusia yang berhubungan dengan rendahnya K4 menurut Maslow dapat mengacu pada kebutuhan-kebutuhan pokok dimana tingkatan motivasi secara hierarkis dapat disusun sebagai berikut: 1. Kebutuhan fisiologis Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok yaitu kebuutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan ini disebut juga kebutuhan yang paling dasar. Bagi seorang petugas kesehatan, kebutuhan akan gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah, dan fasilitas lainnya seperti rumah, kendaraan dan lain-lain adalah kebutuhan yang dasar. Kebutuhan ini menjadi motif dasar dari seseorang untuk mau bekerja, sehingga menjadi lebih efektif dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi dalam pekerjaannya, dimana jika ingin memotivasi manusia (petugas) dapat dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan tersebut. Teori maslow ini beranggapan bahwa seseorang akan memuaskan kebutuhan yang mendasar terlebih dahulu sebelum mengarahkan perilaku dalam memuaskan kebutuhan yang lebuh tinggi. 2. Kebutuhan Rasa aman Manifestasi kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman, jaminan seseorang dalam kedudukan, jabatan, wewenang, dan tanggung jawabnya sebagai petugas.

Seseorang dapat bekerja dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan dan wewenangnya. Dalam arti luas, setiap manusia memerlukan keamanan jiwa dimanapun ia berada, keamanan akan harta, dan keamanan di tempat pekerjaan pada waktu bekerja. 3. Kebutuhan Kasih Sayang Manifestasi kebutuhan ini adalah kebutuhan dalam kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok. Seseorang akan merasa nyaman dengan aktivitas pekerjaannya apabila lingkungan kerjanya saling mendukung dan saling mengasihi sehingga dapat meningkatkan semangat untuk bekerja. 4. Kebutuhan Penghargaan Manifestasi kebutuhan ini adalah kebutuhan akan kedudukan dan promosi di bidang kepegawaian. Idealnya prestise timbul sebagai akibat prestasi. Meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang di dalam organisasi dan masyarakat, semakin tinggi status dan prestisenya. Dan semakin banyak pula hal yang dipergunakan sebagai simbol statusnya. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan ini berarti bahwa setiap manusia ingin mengembangkan kapasitasnya dan ingin keberadaannya di akui. Hal ini merupakan kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan dan seringkali nampak pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang dalam motivasi kerja pada tingkat ini diperlukan kemampuan manajemen untuk dapat mensinkronisasikan antara cita diri dan cita pekerjaan untuk dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi.

I.3. Alternatitif Penyelesaian Masalah dan Prioritas Pemecahan Masalah yang Dipilih Melakukan koordinasi yang baik, yaitu koordinasi antara tenaga kesehatan, pamong desa dan keluarga ibu hamil yang bersangkutan. Sehingga diharapkan bila motivasi petugas kesehatan kurang masih ada komponen lain yang bisa mendukung pelayanan K4 yamg nantinya bisa mengurangi AKI.

II. II.1.

RENCANA PROGRAM Pendekatan Melalui Konsep Kesehatan Masyarakat

II.1.1. Strategi Pelayanan Antenatal Dalam pengelolaan kesehatan ibu, khususnya dalam operasional pelayanan antenatal, terutama dalam meningkatkan cakupan K1 murni diperlukan perencanan yang baik, antara lain (Depkes RI, 1994): a. Pendataan sasaran Sasaran pelayanan antenatal adalah ibu hamil yang ada di suatu wilayah kerja, dapat diperoleh dengan pendataan langsung secara aktif oleh petugas Puskesmas bekerja sama dengan kader kesehatan, dukun bayi dan pamong setempat. b. Pencatatan data ibu hamil dalam register kohort ibu c. Penentuan target cakupan pelayanan antenatal Cakupan pelayanan antenatal ialah persentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan kehamilannya oleh tenaga kesehatan. Dengan target cakupan ANC yang tinggi dan dengan tingkat mutu pelayanan yang baik, diharapkan ibu hamil di wilayah kerja (Puskesmas) dapat terlindung dari bahaya kesakitan dan kematian. d. Pelaksanaan pelayanan antenatal. Untuk memperkuat cakupan ANC di masyarakat, kegiatan ini perlu diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan lain seperti: 1) Kegiatan puskesmas keliling 2) Kegiatan tim KB keliling 3) Kegiatan perawatan kesehatan masyarakat 4) Kegiatan upaya gizi keluarga 5) Kegiatan posyandu II.2. Pendekatan Melalui Pengembangan Organisasi Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat. Tujuan Umum Desa

Siaga adalah terwujudnya desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan diwilayahnya. Secara khusus, tujuan Desa Siaga adalah Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawatdaruratan dan sebagainya) Meningkatkan keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri dalam bidang kesehatan. Pemberdayakan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA tersebut adalah upaya untuk memfasiliatsi masyarakat agar saling tolong menolong (dari, oleh dan untuk masyarakat) jika terjadi kasus gawat darurat terkait kehamilan dan persalinan sehingga kemampuan dan kemauan masyarakat untuk menolong diri mereka sendiri dalam bidang kesehatan meningkat. Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak merupakan bagian dari Upaya Pengembangan Program Desa Siaga Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Upaya tolong menolong dari, oleh dan untuk masyarakat dalam Pemberdayaan masyarakat bidang KIA ini mencakup tolong menolong dalam hal pencatatan kejadian kesehatan yang terjadi dimasyarakat (ibu hamil, kematian ibu, kematian bayi), tolong menolong dalam hal penyediaan alat transportasi-komunikasi, tolong menolong dalam hal pendanaan sosial, tolong menolong dalam penyediaan pendonor darah dan tolong menolong dalam penyebaran informasi tentang Keluarga Berencana. Agar masyarakat tergerak dan mau mengorganisir dirinya untuk saling tolong menolong maka diperlukan seorang warga setempat yang mampu untuk memfasilitasi masyarakatnya agar mau dan mampu menganalisa kondisi kesehatan ibu dan anak yang ada dimasyarakatnya dan dari analisa kondisi tersebut mereka mau bertindak untuk mengatasinya dengan sumberdaya dan potensi yang mereka miliki dengan membentuk sistem kesiagaan mereka sendiri. Sistem kesiagaan di tingkat masyarakat terdiri atas 5 sistem yaitu: sistem pencatatan, sistem

transportasi-komunikasi, sistem pendanaan sosial, sistem pendonor darah dan Sistem Informasi KB. Pembentukan sistem kesiagaan tersebut difasilitasi oleh salah seorang warga setempat dan untuk meningkatkan kemampuan warga tersebut dalam memfasilitasi masyarakatnya maka mereka akan dilatih dalam suatu pelatihan. Karena itu pelatihan ini tidak hanya proses memfasilitasi peserta latih agar mampu mengorganisisir masyarakatnya dalam membentuk sistem kesiagaan tetapi juga memfasilitasi peserta pelatihan untuk menyusun panduan yang akan dipakai dalam pengorganisasian masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan di masyarakatnya setelah selesai mengikuti pelatihan ini. Modul Pelatihan adalah program pelatihan untuk melatih salah satu warga desa yang berperan memfasilitasi masyarakatnya dalam membentuk sistem kesiagaan di masyarakat sebagai bentuk pengorganisasian masyarakat. Modul pelatihan ini merupakan salah satu dari paket alat bantu Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak.

II.3. Pendekatan Melalui Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Pendekatan penyuluhan kesehatan masyarakat dalam mengatasi rendahnya k4 rendahnya motivasi staf puskesma. Penyuluhan sebaiknya dilaksanakan dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan agama, serta direncanakan pada waktu tertentu, misalnya satu bulan sekali pada saat posyandu. Dalam penyuluhan dikemas dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh responden, yaitu ibu-ibu hamil. Dan perlu diadakannya pelatihan khusus bagi tenaga kesehatan dan para kader agar dapat memberikan informasi yang tepat dan mampu menjalin komunikasi yang baik sehingga timbul kepercayaan para ibu untuk memeriksakan kehamilannya. Sosialisasi yang baik juga diperlukan dalam mensukseskan program ini, yaitu dengan upaya-upaya promosi dan penyajian penyuluhan yang menarik perhatian para ibu. Selain untuk meningkatkan ketertarikan para ibu dalam mengikuti program k4 ini, juga perlu diperhatikan bagi tenaga-tenaga kesehatan dan para kader agar dapat memiliki semangat dalam memberikan informasi dan menjalankan promosi serta penyuluhan mengenai k4 itu sendiri, misalnya dengan memberikan penghasilan tambahan apabila mampu menghadirkan sejumlah orang dalam penyuluhan, atau memberikan konsumsi dan transportasi tersendiri bagi

tenaga kesehatan dan para kader dalam menyelenggarakan penyuluhan, serta tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung seperti ruangan yang nyaman dan peralatan pendukung penyuluhan yang baik. Dengan demikian diharapkan tenaga kesehatan dan para kader akan lebih bersemangat untuk melaksanakan penyuluhan dan memberikan energi positif bagi ibu-ibu hamil sehingga para ibu juga merasakan pentingnya K4 itu sendiri dan mulai merasa membutuhkan pemeriksaan kehamilan sehingga rendahnya K4 dapat diatasi. Setelah ibu-ibu hamil yang mengikuti penyuluhan merasa membutuhkan pemeriksaan K4 itu, diharapkan mereka dapat memberikan informasi dan mengajak rekan-rekan ibu hamil lainnya agar turut memeriksakan kehamilannya dan cakupan K4 diharapkan semakin meningkat.

II.4. Pendekatan Melalui Konsep Pencegahan Pendekatan yang dilakukan melalui konsep pencegahan dilakukan untuk meningkatkan K4 dan motivasi petugas kesehatan. Salah satu penyebab rendahnya K4 disebabkan oleh kurangnya motivasi dari petugas kesehatan. Hal ini dapat dicegah dengan memecahkan pokok permasalahan yang ada berdasarkan konsep teori maslow dan hezberg. Para petugas kesehatan selayaknya dipenuhi kebutuhan berdasarkan konsep teori tersebut, seperti contoh kebutuhan dasar pokok harus terpenuhi. Kebutuhan akan sandang, pangan dan pakan merupakan kebutuhan yang mendasar yang harus dipenuhi. Kebutuhan ini menjadi motif dasar untuk setiap orang agar dapat lebih efektif dalam bekerja, sehingga jika ingin meningkatkan motivasi petugas harus dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan-kebutuhan lain yang meliputi keamanan dan kasih sayang juga harus dipenuhi setelah kebutuhan dasar. Kebutuhan ini akan menempatkan para petugas kesehatan dalam tempat dan situasi yang nyaman dalam bekerja, sehingga dengan ini diharapkan dapat menambah efektivitas petugas dalam bekerja dan meningkatkan produktivitas mereka dalam pekerjaan . Kebutuhan penghargaan juga berperan penting, dengan memberikan penghargaan, promosi dan kedudukan juga dapat memberikan lambing prestise tersendiri sehinggan dapat meningkatkan motivasi bagi petugas kesehatan. Program yang dapat dibentuk seperti pemberian bonus, penghasilan tambahan, meningkatkan tarif kesejahteraan untuk petugas, lingkungan yang mendukung di tempat bekerja dan promosi jabatan dapat dilaksanakan. Dengan melakukan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi petugas

kesehatan yang dapat meningkatkan produktivitas kerja petugas di lapangan sehingga tujuan untuk dapat memecahkan masalah rendahnya K4 dapat terwujud. III. REKOMENDASI / SARAN

Untuk meningkatkan pelayanan di bidang K4 khususnya yang disebabkan karena kurangnya motivasi dari tenaga kesehatan dapat dilakukan melaui ; 1. Pelatihan tenaga kesehatan 2. Pemberian sarana dan prasarana yang memadai bagi tenaga kesehatan 3. Peningkatan fasilitas kejetahteraan tenaga kesehatan 4. Pemberian penghargaan baik secara material maupun nonmaterial

DAFTAR PUSTAKA Ali G.M., Hasbullah T., Marsalim M., 2011, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Kementrian Kesehatan, Jakarta, ISSN 2088-270X Depkes RI, 2008, Panduan Pelayanan Antenatal, Jakarta : Depkes RI

I Nyoman W.K., IGM Geria J., I Ketut S., Ratna T.L.A., I Made, Suadnya, Nanik L., Zaini, Novita V., Ni Nengah S., Rohini H., 2008, Pengorganisasian Masyarakat Dalam Bidang Kia , Rahmi S., Janette O, Gertrud S.E., Pemberdayaan Masyarakat Bidang KIA, Hal. 90-126, GTZ, Mataram Nusa Tenggara Barat Jane S., 2011, Profil Kesehatan Papua Barat, Kemkes RI, Jakarta RI-UNICEF, 2012, Tujuan Pembangunan Milenium 5 Meningkatkan Kesehatan Ibu, Multiple Indicator Cluster Survey 2011 di Kabupaten Terpilih di Papua dan Papua Barat, Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat, Papua Barat, BPS di 62-21-3841195 ext. 4210 Shrimarti R. D., Sofiyan H., M. Hakimi, Yayi S.P, Totok M., 2011, Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang, Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, 2011: 50-62, FKM UNIAR-FKM UGM, Surabaya

You might also like