You are on page 1of 6

http://pakguruonline.pendidikan.

net
MOTIVASI, SIKAP TERHADAP
MENGAJAR DAN KONSEP DIRI
MAHASISWA FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2001

Oleh : Nandang Kosasih Ananda *)

Abstract. The purpose of this study was to investigate relationships among Maslow'
needs hierarchy, educational attitudes and self-concept of students of College of
Education, Lampung University. The sample consisted of 120 students in their fourth
semester from all departments at College of Education, Lampung University. Three
data-gathering instrument used in this study were: (1) the work motivation
questionnaire to measure the students' motivation, (2) the teacher attitudes
questionnaire to measure educational attitudes, and (3) the adjectives self-description
questionnaire to measure self-concepts. The data were analyzed by multiple
regression techniques. Results of the study revealed that attitudes toward teaching and
self-concept, operating jointly, significantly contributed to the variance in Maslow' needs
hierarchy scales of basic, safety, and self-actualization needs. The finding that self-
concept and attitudes toward teaching were related to students motivation adds validity
to theory of the relationships between attitudes, self-concept, and motivation. It
confirms the belief that a student's behavior pattern can be conceived as a number of
affective variables operating jointly. Moreover, it would seem reasonable for teacher
education programs to gather data on both the students' attitudes toward teaching and
self-concept so that insights might be gained into the students' motivations. This
information might be added to the repertoire of screening devices. And so increase the
probability of more effective candidate selection for teacher education.

Keyword: Maslow's needs hierarchy, attitudes toward teaching, self-concept.

Telah banyak penelitian yang berkaitan dengan karakteristik kepribadian dan


performasi colon guru dilakukan. Namun bukti yang berkaitan dengan sifat hubungan
ini masih belum jelas. Para ahli psikologi yang tertarik dengan penelitian karakteristik
kepribadian, motivasi, dan prilaku manusia, percaya bahwa motivasi memberikan
ragam dalam intensitas prilaku manusia, serta arah terhadap prilaku tersebut.

Kebutuhan penelitian yang berhubungan dengan motivasi dalam dunia pendidikan guru
telah diidentifikasi oleh Turner sejak tahun1975 yang menyatakan bahwa:

Studies ... probe more deeply into the motivational basis ... [of student teachers] are
needed. An efficient professional training system is one which invest substantial fund in
the training ... [of] ... the least ... motivated candidates. A more efficient system would
devote more intense and systematic training of the most talented and well motivated
aspirants (hal.108-109).

Pentingnya kebutuhan tersebut juga telah dibahas oleh Howson (1976) dalam laporan
The Bicentennial Commission on Education for the Profession of Teaching, yang
menyatakan bahwa "society now demands a new breed of teachers – a well prepared,
high motivated professional".

Dengan demikian, bila program pendidikan guru seperti FKIP ini mencari mahasiswa

http://pakguruonline.pendidikan.net1
yang memiliki minat untuk menjadi guru serta memiliki kompetensi mengajar, akan
lebih ekonomis apabila memilih para calon guru yang menunjukkan motivasi tinggi
terhadap mengajar yang mungkin akan berkaitan dengan keberhasilan calon guru
tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara motivasi,
sikap terhadap mengajar, dan konsep diri mahasiswa FKIP Universitas Lampung.

Motivasi

Teori motivasi Maslow (1954) menyatakan bahwa:


An attempt to formulate a positive theory of motivation which will satisfy theoretical
demands [while] confirming to known facts (about human behavior), clinical and
observational, as well as experimental .(hal. 86).

Teori yang digambarkan oleh Maslow tersebut memfokuskan pada 5 tingkatan


kebutuhan (needs). Kebutuhan tersebut menggambarkan suatu kekuatan di belakang
prilaku manusia; dan tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda tergantung kepada
individu masing-masing yang memerlukan kebutuhan itu. Kelima kebutuhan yang
diungkapkan oleh Maslow tersebut adalah kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman
(emosional), rasa memiliki (sosial), status-ego (personal), dan aktualisasi diri
(personality). Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan
yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki
yang disebut prepotensi. Misalnya, seseorang tak akan berhasil memenuhi kebutuhan
aktualisasi diri (pengembangan diri) bila taraf pertama yang paling fundamental, yakni
kebutuhan fisiologis (seperti makanan, minuman, dan sandang) tidak terpenuhi.
Kebutuhan tersebut harus dapat dicapai agar kebutuhan-kebutuhan individu lainnya
dapat dipuaskan, dan dimulai dari kebutuhan dasar (fisiologis).

Teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam dunia industri untuk
menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi kerja (Robert,
1972). Wamer (1978) juga telah melakukan penelitian tentang hubungan antara
mahasiswa calon guru dalam hubungannya dengan praktek mengajar. Hasil penelitian
Wamer menunjukkan bahwa ada hubungan yang logis antara hirarki kebutuhan
Maslow, sikap kependidikan, dan konsep diri mahasiswa.

Sikap dan Motivasi

Para ahli psikologi menyatakan tentang adanya dua variabel sikap, yaitu: (a) sikap
terhadap mengajar (Young, 1973), dan (b) konsep diri (Le Benne dan Gresene, 1965)
yang secara erat dapat disatukan dengan motivasi; dengan asumsi bahwa variabel
sikap bukan hanya memiliki kualitas motivasi yang dapat tumbuh dan mengatur prilaku,
tetapi juga memberikan arah terhadap prilaku individu.

Sikap terhadap Mengajar

Aspek motivasi dari sikap dinyatakan oleh Young (1973):

As primary motives (attitudes) arouse behavior; they sustain or terminate an activity


and progress, they regulate and organize behavior ... and they lead to the acquisition
of motives, stable dispositions to act. (hal. 194).

Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana sikap dapat membangkitkan,


mengatur dan mengorganisasikan prilaku individu terhadap sekumpulan objek. Walau
pun hubungan antara sikap dan prilaku tidak secara mudah dapat diidentifikasi, namun
fungsi sikap dapat masuk dan menentukan prilaku manusia. Menurut Peak (1955),
sikap memiliki "the effect emphasizing objects ... with the result that their probability of
activation and of choice and selection is increased". Dengan kata lain, sikap dapat
mengatur apakah seseorang dapat menerima atau menolak terhadap rangsangan
suatu objek, misalnya perasaan suka dan tidak suka, menyenangkan atau tidak

http://pakguruonline.pendidikan.net2
menyenangkan. Kesimpulannya, sikap terhadap suatu objek dapat mempengaruhi
pilihan seseorang terhadap objek tersebut, dan oleh karena itu dapat menentukan
arah yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan mahasiswa FKIP adalah
sikap mahasiswa terhadap mengajar. Kemampuan mahasiswa untuk meningkatkan
siswa belajar dapat dipengaruhi oleh sikapnya terhadap belajar. Kasus konflik antara
guru dengan mahasiswa tentang ketidak disiplinan mahasiswa, kasus ketergantungan
mahasiswa terhadap sesuatu dalam belajar, misalnya, menunjukkan bahwa hubungan
antara guru dengan mahasiswa merupakan suatu hubungan yang sangat penting
dalam keberhasilan belajar mahasiswa.

Konsep Diri

Variabel kedua yang memiliki hubungan erat dengan motivasi adalah konsep diri.
Menurut Traver (1973) bahwa konsep diri memiliki energi yang berpengaruh terhadap
prilaku guru, menghasilkan kegiatan pembelajaran yang penuh semangat, dan adanya
rasa percaya bahwa pembelajaran tersebut bermanfaat. Sejalan dengan Traver,
Purkey (1975) menyatakan bahwa alasan konsep diri dikaitkan dengan motivasi adalah
bahwa motif di belakang seluruh prilaku seorang guru dapat memelihara serta
meningkatkan pemahaman dirinya sebagai manusia, dan sebagai seorang guru; yang
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap penampilannya di dalam kelas. Dari
pemahaman akan dirinya diharapkan ia bisa membimbing serta mengatur prilakunya.
Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang menilai dirinya efesien, cekatan, dan
tangkas, akan berprilaku sangat berbeda dengan mahasiswa yang merasa malas,
kurang bertanggung jawab, dan merasa bodoh. Oleh karena itu, perbedaan prilaku
mahasiswa akan tergantung pada apakah melihat dirinya sebagai mahasiswa periang,
sabar, dan penuh semangat atau mahasiswa yang emosional, egois, dan tak acuh.
Dengan demikian, konsep diri mahasiswa akan sangat berperanan penting dalam
mempengaruhi prilakunya di dalam kelas dan menentukan hasil belajar di kelas
tersebut (Snygg & Cmbs, 1965).

METODE PENELITIAN

Sampel

Dengan menggunakan teknik penyampelan acak sederhana, seluruh populasi yang


berjumlah 230 orang mahasiswa, dipilih 120 mahasiswa FKIP Unila semester tiga dan
empat dari semua jurusan sebagai sampel. Dengan rincian: mahasiswa jurusan
pendidikan MIPA sebanyak 40 orang, mahasiswa jurusan pendidikan IPS sebanyak 40
orang, dan mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan seni sebanyak 40 orang.

Alat Pengmpul Data

Tiga alat pengumpul data yang digunaan dalam penelitian ini, yaitu: (1) kuisioner yang
berkaitan dengan motivasi kerja, digunakan untuk mengukur lima skala motivasi:
kebutuhan dasar, rasa aman, rasa memiliki, status-ego, dan aktualisasi diri mahasiswa,
(2) kuisioner yang berkaitan dengan sikap terhadap mengajar, digunakan untuk
mengukur sikap colon guru terhadap tanggung jawab siswa, kerjasama siswa, dan
kemandirian siwa dalam belajar, dan (3) kuisioner yang berkaitan dengan konsep diri
digunakan untuk mengukur: sikap social mahasiswa, prilaku sosial, kebiasaan,
orientasi sosial, dan stabilitas emosional mahasiswa.

Seluruh instrumen telah diuji-cobakan kepada mahasiswa FKIP selain sampel


penelitian, dengan hasil uji coba menurut Coefficient Alpha (a) dari Cronbach secara
berurutan adalah sebagai berikut: 0,62; 0,70; dan 0,74.

Analisis Data

http://pakguruonline.pendidikan.net3
Regresi berganda (Muitipie Regression) digunakan dalam menganalisis data penelitian
ini, dengan menggunakan tingkat signifikansi Q 0,05.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini menjawab hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu: Motivasi,
konsep diri dan sikap terhadap mengajar secara statistic sigfnifikan dikaitkan dengan
motivasi kerja mahasiswa. Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan lima skala
motivasi dalam kuisioner sebagai variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Variabel
terikat sebagai predictor variabel bebas. Tabel 1 merupakan ringkasan hasil analisis
data dengan menggunakan regresi berganda.

VARIABEL MOTIVASI SIKAP TERHADAP MENGAJAR DAN KONSEP DIRI

R Berganda R F
Dasar 0,4495 0,2020 2,04*

Rasa Aman 0,4696 0,2205 2,28*

Rasa Memiliki 0,3202 0,1025 1,00

Status Ego 0,2460 0,0605 0,56

Aktualisasi Diri 0,4505 0,2030 2,06*

Jumlah Sampel = 120, *p 0.005

Kebutuhan Dasar

Jumlah R menunjukkan (Tabel 1) bahwa 20% dari ragam dalam sejumlah kebutuhan
dasar dijelaskan oleh variabel sikap terhadap mengajar dan konsep diri. R berganda
menunjukkan arah hubungan positif pada 0,4495. Dengan seluruh variabel terikat
masuk dalam ekuasi regresi koefesien R berganda memiliki nilai F. 2,04, dengan
tingkat signifikansi 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa adanya dukungan
terhadap hipotesis (Hipotesis diterima). Variansi dalam kebutuhan dasar secara
signifikan dipengruhi oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri.

Rasa Aman

Hasil analisis regresi skor kebutuhan rasa aman dihubungkan dengan skor sikap
terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa menunjukkan (Tabel 1) bahwa 23% dari
variansi dalam kebutuhan rasa aman dijelaskan oleh sikap terhadap mengajar dan
konsep diri. Positif R berganda 0,4696 menggambarkan nilai F 2,28 sampai pada
tingkat signifikan mendukung atau menerima hipotesis. Dengan demikian, kebutuhan
rasa aman secara signifikan dipengaruhi oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri
mahasiswa.

Rasa Memiliki

Hasil analisis regresi berganda terhadap kebutuhan rasa memiliki sebagai kriteria
variable (Tabel 1) menunjukkan 10, 25% dari variansi dalam kebutuhan rasa memiliki
dipengaruhi oleh sikap terhadap mengajar dan konsep diri. Positif R berganda 0.3202
menghasilkan nilai F 1,00 yang menunjukkan tidak signifikan pada tingkat p 0,05. Jadi
rasa memiliki secara signifikan tidak dipengaruhi oleh sikap mahasiswa terhadap
mengajar dan konsep diri mahasiswa. Dengan demikian, hipotesis penelitan ditolak.

http://pakguruonline.pendidikan.net4
Stastus Ego

Tabel 1 menunjukkan hanya 6,1% jumlah variansi dalam kebutuhan status ego
dijelaskan oleh pelaksanaan bersama antar sikap mahasiswa terhadap mengajar dan
konsep diri mahasiswa. Nilai F 0,56 untuk positif R berganda 0,2460 jatuh pada tingkat
signifikan P 0,05. Jadi kebutuhan status ego tidak dipengaruhi secara signifikan oleh
sikap mahsasiswa terhadap mengajar dan konsep diri mahasiswa. Oleh karena itu
hipotesis penelitian ditolak.

Aktualisasi Diri

Hasil analisis regresi sikap mahasiswa terhadap mengajar dan konsep diri
menunjukkan bahwa variabel ini menjelaskan 20,3% dari ragam aktualisasi diri (Tabel
1). Dengan positif R. berganda 0,4505, nilai F adalah 2,06 dan tingkat signifikan p.
0,05. Jadi, temuan hasil penelitian mendukung atau menerima hipotesis.

Dengan demikian, hasil analisis regresi berganda terhadap variabel bebas (5


kebutuhan Maslow) menunjukkan bahwa variabel terikat (sikap terhadap mengajar dan
konsep diri) memberikan kontribusi secara signifikan (secara berturut-turut 20, 22 dan
20%) terhadap variansi dalam motivasi dengan tingkat signifikan pada p 0,05. Jadi
hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan sikap terhadap
mengajar dan konsep diri telah didukung atau diterima.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kesimpulan hasil penelitian ini adalah
bahwa konsep diri dan sikap terhadap mengajar berhubungan positif dengan skala
motivasi mahasiswa yang meliputi kebutuhan dasar, rasa aman, dan kebutuhan
aktualisasi diri. Hasil penelitian ini menambah validitas terhadap kerangka teori yang
menyatakan bahwa konsep diri dan sikap terhadap mengajar berhubungan erat
dengan motivasi. Temuan ini penting bagi dunia pendidikan dengan beberapa alasan.
(1) temuan ini menkonfirmasikan kepercayaan bahwa bentuk prilaku mahasiswa FKIP
dapat dipahami sebagai sejumlah variabel afektif. Oleh karena itu, ada alasan untuk
menyarankan agar sejumlah variabel afektif lainnya perlu diteliti dan mendapat
perhatian, (2) Bagi program pendidikan guru, hal ini beralasan untuk mengumpulkan
data baik dari sikap terhadap pendidikan maupun konsep diri sehingga pemahaman
secara mendalam tentang motivasi dapat diperoleh mahasiswa. Dua masalah luas
tersebut mengacu kepada kesimpulan yang spesifik bahwa sikap terhadap mengajar
dan konsep diri berkaitan dengan prilaku mahasiswa yang mungkin perlu
memperhatikan kondisi sekolah yang lebih menyenangkan, meminimalkan ketidak
nyamanan lingkungan sekolah, jam mengajar yang proporsional sehingga
dimungkinkan adanya waktu untuk santai (kebutuhan dasar), (b) ketaatan pada
peraturan sekolah, rencana belajar, dan pemenuhan terhadap otoritas (kebutuhan rasa
aman), dan (c) aturan di kelas yang memungkinkan bagi pertumbuhan personal,
perolehan hasil belajar, dan kepuasan, (kebutuhan aktualisasi diri). Hal-hal tersebut
dimaksudkan bahwa sikap dan konsep diri mahasiswa calon guru berkaitan erat
dengan motivasi yang mengendalikan prilaku mahasiswa terhadap tantangan dan
tugas mahasiswa yang bersifat pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

Combs, A.W. 1965. Some basic concept in perceptual psychology. Minneapolis: The
American Personal and Guidance Association.

Hall, J. & Williams, M. 1973. Work motivation inventory. Conroe: Telemetric.

Keerlinger, F.N. 1967. First and the second order structure of the attitudes toward

http://pakguruonline.pendidikan.net5
education. American Educational Research Journal. 4,191-205.

La Benne, W.D. & Greene, B.I. 1 969. Educational implication of self-concept theory.
Pacific Palisades: Good Year Publishing.

Maslow, A.H. 1954. Motivation and personality. New York: Harper & Row.

Maslow, A.H. A dynamic theory of motivation. New York: World Publishing.

Peak, H. 1955. Attitudes and motivation, in Jones M (Ed.), Nebraska symposium on


motivation. Lincoln: Nebraska University.

Purkey, W.M. 1970. Self-concept and school achievement. Englewood Cliffs: Prentice
Hall.

Robert, T.B. 1972. Human motivation needs hierarchy: A bibliography. DeKalb:


Northern Illinois University, ERIC Document Reproduction Service No. Edo69-591.

Snygg, D. & Combs. A.W. 1959. Individual behavior. New York: Harper & Row.

Travers, R.M. 1973. Essential of learning. New York: McMillan.

Turner, R.L. 1975. An overview of research in teacher education. Chicago: University of


Chicago Press.

Veidman, D. 1970. Adjective self-description. Austin: Research and Development


Center for Teacher Education.

Warner, A.R. 1975. Maslow and field experiences in contemporary based teacher
education. ERIC Document Reproduction Service No. 132152.

Young, P.G. 1955. The role of hedonistic process on motivation, in Jones M.R. (Ed.).
Nebraska symposium on motivation. Lincoln: University of Nebraska.

Young, PG. 1973. Affective process in motivation, In Bindra D. & Stewart, J. (Ed.)
Motivation. Hammondsport: Penguin.

-----------------------
*) Nandang Kosasih Ananda adalah dosen pada FKIP Universitas Lampung.

Sumber : Buletin Pelangi Pendidikan (Bulletin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP),


Volume 6 No. 1 Tahun 2003.

http://pakguruonline.pendidikan.net6

You might also like