You are on page 1of 3

Memperkirakan Kemungkinan Jatuh pada Parkinson Disease Salah satu manifestasi gangguan sendi pada Parkinson Disease (PD)

adalah terjatuh. Hal ini sering terjadi dan biasanya terjadi pada stage awal penyakit. Terjatuh merupakan tanda-tanda kerusakan substansial, misalnya karena trauma atau kehilangan keseimbangan. Dalam makalah Neurology ini, Kerr et al. meneliti secara prospektif bagaimana berbagai metode pengukuran dapat memperkirakan kemungkinan jatuh pada pasien PD stage awal. Hasilnya, memberikan kontribusi penting mengenai patofisiologi penyebab terjatuh pada populasi ini. Setelah follow-up selama 6 bulan, 48% pasien jatuh paling tidak sekali (separuhnya jatuh lebih dari sekali), hal ini menunjukkan seringnya kejadian terjatuh secara relatif pada pasien dengan perbaikan motorik sedang. Beberapa instrumen dirancang untuk memperkirakan kejadian jatuh pada populasi geriatri secara umum, antara lain Physiological Profile Assessment (PPA) dan Functional Reach Test, dilaporkan tidak tepat untuk memperkirakan kemungkinan terjatuh. Tes yang menunjukkan defisit PD secara spesifik, antara lain Unified Parkinsons Disease Rating Scale (UPDRS), kuisioner Freezing of Gait ( FOG), dan peningkatan goyangan badan (bagian dari tes PPA), memiliki nilai prediksi yang paling besar. Fokus penelitian ini terletak pada prediktor sensorimotor kejadian terjatuh dan satu-satunya alat kognitif yang diukur adalah Mini-Mental State Examination dan UPDRS bagian I. Tes ini digunakan untuk melihat adanya kemungkinan defisit kognitif, misalnya eksekutif dan attensi, yang dapat memperkirakan kejadian jatuh pada PD. Penulis menyimpulkan dari kombinasi 5 macam tes yang secara besama-sama menghasilkan angka sensitivitas 73% dan spesifitas 84% dalam memprediksi kejadian jatuh pada pasien PD. Apakah tes-tes ini berguna secara klinis untuk memprediksi kejadian jatuh pada pasien PD? Saat ini, pencegahan kejadian jatuh pada PD dibahas melalui pendekatan multidisiplin ataupun individual, sebagai contoh program rehabilitasi, latihan, dan alat bantu jalan.

Gangguan berjalan dan terjatuh pada PD seringkali kurang berespon dengan terapi yang pada prinsipnya diberikan untuk mengurangi akinesia atau off time, diantaranya pengobatan dopamin dan stimulasi nukleus subtalamikus. Kerr et al. tidak menemukan perbedaan yang signifikan pada terapi dopaminergik antara kelompok fallers dan non fallers untuk mengurangi kejadian akinesia atau off time . Hasil yang serupa juga didapatkan pada penelitian PET, tidak ditemukan perbedaan signifikan pada deplesi dopamin striatal antara kelompok fallers dan non fallers pada pasien PD. Di sisi lain, tampaknya terdapat jalur alternatif yang dapat memproduksi gerakan bahkan pada pasien PD yang tidak bisa bergerak sama sekali. Salah satu contohnya adalah pada paradoksikal kinesis, suatu kemampuan yang timbul mendadak berupa gerakan akinesia ketika pasien PD berada pada keadaan bahaya yang datang tiba-tiba, seperti kemampuan untuk menghindari api atau menghindari sebuah kendaraan yang akan menabraknya. Paradoksikal akinesis kemungkinan terjadi melalui mekanisme nondopaminergic. Adanya rangsangan eksternal yang kuat dapt mengubah pasien, yang mengalami rigiditas, sebagai orang yang mampu berlari, menggiring bola, bahkan naik sepeda. Rangsangan eksternal yang hebat mungkin mampu mengabaikan disfungsi area motorik tambahan (berhubungan dengan gerakan umum internal) dengan cara overaktivitas cortex premotor sebagai kompensasinya (berhubungan dengan gerakan umum eksternal). Defisit internal pada PD dihitung pada reduksi progresif lebar langkah kaki yang mengarah pada episode gait freezing. Pentingnya defisit berupa kekakuan gerak dapat menjelaskan mengapa Kerr et al. secara tidak sengaja menemukan bahwa materi individual UPDRS, satu-satunya prediktor resiko jatuh yang independen, adalah pemeriksaan gerakan tangkas extremitas atas. Pemeriksaan jalur nondopaminergik dapat dipakai sebagai metode baru untuk terapi gangguana berjalan dan kejadian jatuh pada PD. Salah satu metodenya dalah deep brain stimulation pada nukleus pedunculokulopontine (PPN). PPN merupakan bagian sistem kolinergik, nukleus batang otakyang mengalami degenerasi dan inhibisi yang berlebihan pada PD. Oleh karena itu, 1-

metil-4-fenil-1,2,3,6-tetrahidropiridin (MPTP) model awal PD, disinhibisi PPN oleh mikroinjeksi lokal antagonis GABA menyebabkan peningkatan jumlah gerakan dan keseimbangan secara dramatis. Kemudian dicoba pula menggunakan stimulasi frekuensi rendah. Dalam beberapa bulan, stimulasi PPN frekuensi rendah yang diterapkan untuk terapi pasien PD memperbaiki rigiditas, instabilitas postural, dan kejadian jatuh. Berdasarkan hasil tersebut, penelitian PET menemukan bahwa riwayat terjatuh pada PD berhubungan dengan defisit kolinergik, terutama di talamus, yang menerima proyeksi kolinergik dari PPN. Penelitian Kerr et al. ini memberikan arti klinis akan prediktor penting kejadian jatuh pada PD dan patofisiologi penyebabnya. Penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki pola jalan dan mengurangi resiko jatuh pada PD yang mungkin dapat digunakan sebagai terapi lanjut dengan target jalur non dopaminergik

You might also like